Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP-PRINSIP SIYASAH DALAM AL-QUR’AN DAN

SUNNAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Siyasah Islamiyyah
Dosen Pengampu: Nurdin Qusyaeri, S. Sos., M. Si

Disusun Oleh:
Abdul Robby (18.01.1038)
Bagus Nurhuda (17.01.0952)
Dwiki Septian (19.01.1136)
Fitri Nurjanah (17.01.0875)
Hilda Yanti Safitri (17.01.0915)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM
BANDUNG
2021 M / 1442 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw adalah agama yang
telah Allah sempurnakan. Agama ini berasaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Didalamnya telah tercantum segala hal lengkap yang menjadi petunjuk hidup
bagi manusia, tidak memerlukan penambahan atau pengurangan apalagi
perubahan. Ia mengatur politik, akhlak, ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan
hal-hal lainnya. Maka termasuk kepemimpinan dan aturan ketatanegaraan pun
telah diatur dalam Al-Qur’an. Begitu pula telah dicontohkan, dipraktikan, dan
dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dan Khulafa Ar-Rasyidin saat menjadi seorang
pemimpin.

Maka seharusnya umat Islam mencari tahu, mempelajari, memahami


tentang Islam secara menyeluruh dan tidak perlu lagi bingung mengenai sistem
atau cara apa yang akan dipakai dalam mengatur dan menyelesaikan sesuatu.
Agama dan urusan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan
bersama-sama, karena Islam sudah sempurna tidak perlu lagi perubahan.
Adapun wasilahnya/ cara penerapannya bisa berubah sesuai dengan perubahan
zaman. Namun esensinya harusn tetap berdasarkan apa yang telah Allah atur
dalam Al-Qur’an dan Rasul Saw. jelaskan dalam sunnahnya.

Politik dalam Islam yang dikenal dengan sebutan siyasah syar’iyyah/


islamiyyah ini memiliki prinsip-prinsip yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Adapun siyasah syar’iyyah yang kurang diterapkan oleh umat Islam
masa kini bisa jadi dikarenakan kekurangtahuan mereka mengenai aturan
bernegara yang telah ada dalam Al-Qur’an. Maka tulisan ini dibuat untuk
mengetahui dan menjabarkan prinsip-prinsip politik/ siyasah dalam Islam yang

1
telah dicantumkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah dan telah dijelaskan
sebelumnya oleh para pakar politik dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi singkat dari Siyasah?
2. Bagaimana prinsip siyasah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memaparkan definisi singkat dari Siyasah.
2. Untuk mengetahui dan memaparkan prinsip Siyasah yang tercantum dalam
Al-Qur’an dan Sunnah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Siyasah
Siyasah secara kebahasaan artinya mengatur. Kata ini diambil dari akar
kata “sasa-yasusu”,yang berarti mengemudikan, mengendalikan, mengatur dan
sebagainya. Al-Qardhawy dalam bukunya As-Siyasah Asy-Sya’iyyah
menyebutkan dua bentuk makna siyasah menurut ulama, yaitu arti umum dan
arti khusus. Secara umum siyasah berarti pengaturan berbagai urusan manusia
dengan syari’at agama Islam. Sedangkan secara khusus, siyasah berarti
kebijakan dan aturan yang dikeluarkan oleh penguasa untuk mengatasi suatu
mafsadat yang timbul atau sebagai solusi bagi suatu keadaan tertentu.
Sementara itu, Ahmad Fathi Bahansi mendefinisikan Siyasah Syar’iyyah
dengan pengaturan kemaslahatan manusia berdasarkan syara’.1
Berikut adalah beberapa definisi siyasah syar’iyyah (hukum politik
Islam) menurut berbagai ahli:2
1. Menurut Ibnu Nujaim, siyasah syariyyah adalah: “Suatu tindakan atau
kebijakan yang dilakukan seorang penguasa demi kemaslahatan yang
dipandangnya baik, meskipun belum ada dalil/argumentasi yang terperinci
yang mengaturnya.”
2. Menurut Ibnu ‘Aqil al Hanbali, siyasah syariyyah adalah: “Suatu tindakan
atau kebijakan yang membawa umat manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan menjauhkan mereka dari kerusakan, meskipun tidak ada
hadis yang mengaturnya atau wahyu yang turun (terkait hal itu).”
3. Menurut Abdurrahman Taj, siyasah syariyyah adalah: “Suatu nama bagi
kumpulan aturan dan prilaku dalam mengatur urusan ketatanegaraan Islam

1
Mutiara Fahmi, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Qur’an,
Jurnal Petita, Vol. 2 No. 1 Tahun 2017, hlm. 35
2
Mutiara Fahmi, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Qur’an,
Jurnal Petita, Vol. 2 No. 1 Tahun 2017, hlm. 36

3
di bidang pemerintahan, perundang-undangan, peradilan, dan semua
kekuasaan eksekutif, administratif, serta aturan hubungan luar negeri yang
terkait dengan bangsa- bangsa lain.”
4. Menurut Abdul wahab Khallaf, siyasah syariyyah adalah: “Suatu ilmu yang
membahas tentang urusan ketatanegaraan Islam dari sisi aturan perundang-
undangan dan sistim yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, meskipun
tidak ada dalil khusus mengenai hal itu.”
5. Menurut Yusuf Al-Qardhawi, siyasah syariyyah adalah: “Politik yang
bersendikan kaidah-kaidah, aturan dan bimbingan syara’”.
6. Menurut Abdul ‘Al ‘Atwah, siyasah syariyyah adalah: “Kumpulan hukum
dan sistem dalam mengatur urusan umat Islam dengan mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan ruh syari’at, menjalankannya berdasarkan kaedah-
kaedah yang umum, serta merealisasikannya sesuai dengan tujuan
masyarakat.
7. Menurut Sa’ad bin Mathar al ‘Utaibi, siyasah syariyyah adalah: “Setiap
kebijakan apa saja yang ditetapkan oleh para pemimpin (ulil amri), berupa
aturan-aturan serta teknis prosedur pelaksanaan yang terkait dengan
kemaslahatan, meski tidak ada dalil syara’ yang khusus terkait hal itu,
selama tidak bertentangan dengan syari’at.”

Sedangkan Al-Utsaimin dalam kitabnya Syarah As-Siyasah Asy-


Syar’iyyah fi Ishlahir Ra’i war Ra’iyyah Ibn Taimiyyah, mengatakan bahwa
siyasah secara harfiah bermakna pengaturan, pengasuhan, pendidikan karakter
dan perbaikan. Sedangkan istilah “as-siyasah asy-syar’iyyah” (politik syari’ah)
adalah istilah yang digunakan dalam banyak pengertian (uniterm), yaitu
mengandung banyak makna. Oleh karena itu kata “siyasah” telah banyak
digunakan untuk lebih dari satu makna.3

3
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Politik Islam: Penjelasan Kitab Siyasah Syar’iyyah Ibnu
Taimiyyah, (Jakarta: Griya Ilmu Mandiri Sejahtera, 2019), hlm. 13

4
Dengan mereferensi pada karya-karya siyasah syar’iyyah yang
menggunakan metode fiqih syar’i maka dapat dibagi sebagai berikut:

a. Tata aturan hukum kekuasaan yang menyeluruh.


b. Tata aturan hukum pemerintahan yang mengendalikan politik dalam negeri.
c. Tata aturan hukum yang berkaitan dengan cara memutuskan perkara dan
perangkat untuk mewujudkan keadilan.
d. Ketentuan-ketentuan fiqih tentang masalah-masalah yang tidak ada nash
khusus dan rinci yang dapat dimasukkan dibawahnya, atau masalah yang
dapat mengalami perubahan dan pergantian pijakan hukum.4
B. Prinsip Siyasah Menurut Al-Qur’an dan Sunnah
M. Tahir Azhary dalam bukunya Negara Hukum, Suatu Studi tentang
Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasi Pada Periode
Madinah dan Masa Kini, menyebutkan bahwa dalam al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah terkandung sembilan prinsip negara hukum, yaitu:
1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah dalam QS. An-Nisa: 58, 14-13.
2. Prinsip musyawarah dalam QS. Ash-Shura: 38 dan QS. Ali Imran: 159.
3. Prinsip keadilan dalam QS. An-Nisa: 135, QS. Al-Maidah: 8, QS. An-Nahl:
90, QS. Al-An’am: 160.
4. Prinsip persamaan dalam QS. At-Taubah: 13.
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam
QS. Al-Isra: 70, QS. Al-Isra: 33, QS. Al-Maidah: 32, QS. Al-Ghasiyah: 21,
QS. Al-Ghasiyah: 22, QS. Qaaf: 45, QS. An-Nisa: 32.
6. Prinsip pengadilan bebas (dialog Mu’adz dengan Rasulullah SAW ketika
akan diangkat menjadi hakim di Yaman).
7. Prinsip perdamaian dalam QS. Al-Baqarah: 194, QS. Al-Baqarah: 190, QS.
Al-Anfal: 61-62.

4
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Politik Islam: Penjelasan Kitab Siyasah Syar’iyyah Ibnu
Taimiyyah, (Jakarta: Griya Ilmu Mandiri Sejahtera, 2019), hlm. 14-15

5
8. Prinsip kesejahteraan dalam QS. Saba: 15.
9. Prinsip ketaatan rakyat QS. An-Nisa: 59.

Sedangkan menurut Katimin, Al-Qur’an memberi penjelasan yang rinci


dalam aspek ibadah atau kepercayaan, tapi hanya memberikan garis-garis besar
dalam aspek kemasyarakatan dan politik ketatanegaraan. Beliau membagi asas-
asas politik dalam Al-Qur’an menjadi 5 asas yaitu:

1. Amanah
Amanah dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “pesan”
atau “titipan” atau sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang
lain. Menurut M. Tahir Azhary, kata amanah dalam konteks kekuasaan
negara dapat dipahami sebagai suatu pendelegasian atau pelimpahan
kewenangan dan karena itu kekuasaan dapat disebut sebagai “mandat” yang
bersumber atau berasal dari Allah.5 Amanah untuk dijaga dan dilaksanakan
dengan sebaik mungkin yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an. Karena fungsi pemimpin atau penguasa di
muka bumi hanyalah sebagai wakil Allah Swt. dan kedaulatan tertinggi
hanya ada pada Allah Swt. saja.
Firman Allah Swt.:

‫ْي أَ ْن ََْي ِم ْلنَ َها َوأَ ْش َف ْق َن ِمْن َها َو ََحَلَ َها‬ ِْ ‫ض و‬ ِ


َ ْ َ‫اْلبَ ِال فَأَب‬ ْ ‫إِ اَّن َعَر‬
َ ِ ‫ضنَا ْاْل ََمانَةَ َعلَى ال اس َم َاوات َو ْاْل َْر‬
)72 : ‫وما َج ُه ًول (الحزاب‬ ِ ِْ
ً ُ‫اْلنْ َسا ُن إناهُ َكا َن ظَل‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah
(Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya),
maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat
menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk

5
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 2

6
memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada
padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat
kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula
membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”
Kata amanah juga dijelaskan oleh M. Abdurrahman dalam bukunya
Politik Islam, sebagai tujuan dari politik atau siyasah. Hal ini tercantum
sesuai firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nisa: 58-59 :

‫ااس أَ ْن ََْت ُك ُموا ِبلْ َع ْد ِل‬ ِ ِ َ ‫اَّلل َيْمرُكم أَ ْن تُؤُّدوا ْاْلَم‬


َ ْ َ‫اَّنت إِ ََل أ َْهل َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم ب‬
ِ ‫ْي الن‬ َ َ ْ ُ ُ َ َ‫إِ ان ا‬
ِ ‫) َيأَيُّها الا ِذين آمنُوا أ‬58( ‫صريا‬
ِ ِ ‫اَّللَ نِعِ اما يَعِظُ ُك ْم بِِه إِ ان ا‬
‫إِ ان ا‬
َ‫اَّلل‬
‫َطيعُوا ا‬ َ َ َ َ ً َ‫اَّللَ َكا َن ََس ًيعا ب‬
ِ ِ
ِ ‫اَّلل والارس‬
‫ول إِ ْن ُكْن تُ ْم‬ ٍ ِ ِ ِ ‫وأ‬
ُ َ ‫ُوِل ْاْل َْم ِر مْن ُك ْم فَإ ْن تَنَ َاز ْعتُ ْم ِِف َش ْيء فَ ُرُّدوهُ إ ََل ا‬
ِ ‫ول َوأ‬
َ ‫َطيعُوا الار ُس‬ َ
ِ ِ ِ
)59( ‫َح َس ُن ََتْ ِو ًيًل‬ َ ‫تُ ْؤِمنُو َن ِب اَّلل َوالْيَ ْوم ْاْل ِخ ِر َذل‬
ْ ‫ك َخْي ٌر َوأ‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan
segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan
apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh)
kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan
(suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang
yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-
bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu
mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah)
RasulNya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula
kesudahannya.”

7
Ayat diatas dipahami sebagai perintah umum mengenai wajibnya
menjaga amanah yang menjadi tanggung jawab setiap muslim. Amanah
yang dimaksud adalah semua jenis amanah yang ada, baik yang
berhubungan dengan diri sendiri atau yang berhubungan dengan orang lain
ataupun yang berkaitan dengan hak Allah Swt.6
2. Ketaatan
Taat dalam bahasa Indonesia berarti “senantiasa tunduk, patuh, tidak
berlaku curang, saleh.”7 Dalam Alquran ketaatan ini antara lain terdapat
dalam surat an-Nisa’/4: 49 yaitu:

‫اَّللُ يَُزكِي َم ْن يَ َشاءُ َوَل يُظْلَ ُمو َن فَتِ ًيًل‬


‫ين يَُزُّكو َن أَنْ ُف َس ُه ْم بَ ِل ا‬ ِ‫ِ ا‬
َ ‫أَََلْ تَ َر إ ََل الذ‬

Artinya: “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap


dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan
siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” (QS. An-
Nisa: 49)
Dalam sistem politik ketatanegaraan ketaatan merupakan hal yang
penting dan mendasar. Tanpa ini wibawa negara, wibawa pemerintahan
tidak ada artinya. Undang-undang yang dibuat untuk menata pemerintahan
juga tidak ada artinya jika masyarakat atau warga negaranya tidak mentaati
undang-undang atau aturan tersebut.
Oleh sebab itulah Allah sangat tegas dalam perintahnya di dalam
melalui Alquran, agar umat manusia dapat menjalankan ketaatan ini yang
dimulai dari ketatan kepada Allah, utusannya, dan kepada pemerintah.
Ketaatan terhadap Allah dibuktikan dengan taat kepada
perundangundangan-Nya yakni Alquran. Ketatan kepada Rasul dibuktikan

6
Wahbah az-Zuhaili, (Terjemah) Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani, 2013) hlm. 138
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), edisi ketiga, hlm. 1116.

8
dengan ketaatan terhadap sunah Rasulullah (hadis). Demikian pula ketataan
terhadap pemerintah dibuktikan dengan ketaatan terhadap konstitusi atau
perundang-undangan negara.8
3. Keadilan
Kata adil dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan “tidak berat sebelah,
tidak memihak, sama berat, berpiha k pada yang benar, berpegang pada
kebenaran, tidak sewenang-wenang.”9 Dalam doktrin Islam seperti
dikatakan oleh Marcel A. Boisard: “Keadilan merupakan pusat gerak hati
dari nilai-nilai moral yang pokok”. Oleh sebab itu keadilan juga merupakan
salah satu nilai-nilai dasar yang penting. Karena itulah Alquran
menyinggung masalah ini antara lain terdapat di dalam lima ayat, yakni:
surah an-Nisa’/4: 58, 135; surah al-Maidah/5: 8; surah al-An’am/6: 90; dan
surah asy-Syura/42: 15. 10
Dalam surah an-Nisa/4: 58 dinyatakan:

‫ااس أَ ْن ََْت ُك ُموا ِبلْ َع ْد ِل إِ ان‬ ِ ِ َ ‫اَّلل َيْمرُكم أَ ْن تُؤُّدوا ْاْلَم‬


َ ْ َ‫اَّنت إِ ََل أ َْهل َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم ب‬
ِ ‫ْي الن‬ َ َ ْ ُ ُ َ َ‫إِ ان ا‬
ِ ‫اَّلل َكا َن ََِسيعا ب‬ ِ ِِ ِ ِِ ‫ا‬
‫ص ًريا‬ َ ً َ‫اَّللَ نع اما يَعظُ ُك ْم به إ ان ا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
(QS. An-Nisa’: 58).
Setelah prinsip amanah, ada prinsip yang lain didalam ayat tersebut
yakni prinsip keadilan. Amanah dan keadilan adalah prinsip asas

8
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 5.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), edisi ketiga, hlm. 8.
10
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 5.

9
pemerintahan Islami. Sedangkan pihak yang diperintahkan dalam ayat
tersebut adalah seluruh ummat Islam.
Keadilan adalah dasar utama dari suatu pemerintahan. Dengan keadilan,
perabadan, pembangunan, dan kemajuan akan tercapai. Akal manusia pun
akan terarah dengan baik jika keadilan ditegakkan. Dengan keadilan, orang-
orang lemah akan memperoleh haknya dan orang-orang kuat tidak
menganiaya orang-orang lemah sehingga keamanan dan keteraturan sistem
dapat terjaga. Karena dari itulah, keadilan ditetapkan sebagai salah satu
dasar pemerintahan dalam Islam.
Dalam surah an-Nisa’/4: 135 berbunyi:
ِ ِ ِِ ِ ِ ‫َيأَيُّها الا ِذين آمنُوا ُكونُوا قَ او ِام‬
َ ِ‫ْي ِبلْق ْسط ُش َه َداءَ اَّلل َولَ ْو َعلَى أَنْ ُفس ُك ْم أَ ِو الْ َوال َديْ ِن َو ْاْلَقْ َرب‬
‫ْي‬ َ َ َ َ َ
‫ضوا فَِإ ان‬ ِ ِِ ‫إِ ْن يَ ُك ْن َغنِيًّا أ َْو فَِق ًريا فَ ا‬
ُ ‫اَّللُ أ َْوََل ِب َما فَ ًَل تَتابِعُوا ا ْْلََوى أَ ْن تَ ْعدلُوا َوإِ ْن تَ ْل ُووا أ َْو تُ ْع ِر‬

‫اَّللَ َكا َن ِِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِ ًريا‬


‫ا‬
Artinya: “Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Dan jika kamu memutarbalikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti
terhadap segala apa yang kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa’: 135)
Keadilan ini dianggap penting dalam sistem politik Islam karena
beberapa hal. Pertama, bahwa keadilan merupakan sifat Allah SWT yang
harus menjadi cermin bagi pola laku seluruh umat di dunia dalam berbagai
aspek kehidupan, khususnya dalam bidang politik pemerintahan. Kedua,
Islam mengajarkan bahwa keadilan adalah kebenaran, dan kebenaran juga
salah satu nama Allah juga. Jadi antara keadilan dan kebenaran dapat di

10
ibaratkan seperti dua koin mata uang yang kedua sisinya sama pentingnya.
Sebaliknya koin tidak memiliki makna tanpa kedua sisinya tersebut. 11
4. Musyawarah
Musyawarah dalam Alquran antara lain disebutkan dalam surat Asy-
Syuura/42: 38 dan surah Ali-Imran/3: 159; surah Al-Baqarah/2: 223:

‫اه ْم يُْن ِف ُقو َن‬ ِ ‫استَ َجابُوا لَِرِبِِ ْم َوأَقَ ُاموا ال ا‬ ِ‫ا‬
ُ َ‫ورى بَْي نَ ُه ْم َوِماا َرَزقْ ن‬
َ ‫ص ًَل َة َوأ َْم ُرُه ْم ُش‬ ْ ‫ين‬
َ ‫َوالذ‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syuura: 38)
Musyawarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
“pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas
12
penyelesaian masalah, perembukan, perundingan.” Nabi Muhammad
menempatkan aspek musyawarah ini sebagai salah satu pilar dalam
pemerintahan negara Madinah. Hal ini tercermin dalam salah satu hadisnya
yang menyatakan bahwa nabi Muhammad adalah sosok yang paling banyak
melakukan musyawarah.
ِ ِ ‫ت فَظًّا َغلِي َظ الْ َق ْل‬ ِ ِ‫فَبِما ر َْح ٍة ِمن ا‬
‫ف َعْن ُه ْم‬
ُ ‫اع‬ َ ‫ضوا ِم ْن َح ْول‬
ْ َ‫ك ف‬ ُّ ‫ب َلنْ َف‬ َ ‫ت َْلُْم َولَ ْو ُكْن‬
َ ‫اَّلل لْن‬ َ ََ َ
ِِ ‫اَّللِ إِ ان ا‬
ُّ ‫اَّللَ َُِي‬ ِ ‫و‬
‫ْي‬
َ ‫ب الْ ُمتَ َوكل‬ َ ‫استَ ْغف ْر َْلُْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف ْاْل َْم ِر فَِإذَا َعَزْم‬
‫ت فَتَ َواك ْل َعلَى ا‬ ْ َ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan

11
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 7.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), edisi ketiga, hlm. 768.

11
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
Musyawarah dalam surah Ali Imran ayat 159 tersebut ditujukan kepada
nabi agar melakukan musyawarah dalam menghadapi segala macam
persoalan kemasyarakatan. Ayat ini turun dalam konteks perang Uhud di
mana kaum muslimin mengalami kekalahan, karena hasil musyawarah
dalam menghadapi perang uhud tidak dijalankan sepenuhnya oleh umat
Islam. Menurut Al-Maraghi dalam ayat ini Allah memberi pujian kepada
nabi Muhammad dengan bersikap lemah lembut kepada umatnya,
meskipun telah melakukan kesalahan tidak melaksanakan hasil
musyawarah yang telah disepakati bersama. Kesepakatan hasil musyawarah
dalam perang uhud adalah bahwa prajurit pemanah untuk tidak turun dari
bukit untuk mengambil harta rampasan perang (ghanimah). 13

‫اه ْم يُْن ِف ُقو َن‬ ِ ‫استَ َجابُوا لَِرِبِِ ْم َوأَقَ ُاموا ال ا‬ ِ‫ا‬
ُ َ‫ورى بَْي نَ ُه ْم َوِماا َرَزقْ ن‬
َ ‫ص ًَل َة َوأ َْم ُرُه ْم ُش‬ ْ ‫ين‬
َ ‫َوالذ‬
Ayat ini turun sebagai pujian kepada masyarakat Madinah (Anshar)
yang telah menolong nabi ketika hijrah di Madinah dan melakukan
musyawarah yang dilakukan di rumah Abu Ayyub al-Anshari.
Musyawarah memiliki kedudukan yang penting dalam sistem politik
kenegaraan. Nilai penting musyawarah tersebut dapat dilihat dalam
beberapa keunggulannya. Pertama, musyawarah mengedepankan semangat
persaudaraan dan kebersamaan, bukan kemenangan. Oleh sebab itulah
dalam bermusyawarah yang diutamakan adalah sejauhmana hasil
musyawarah itu dapat memenuhi harapan publik masyarakat banyak.
Kedua, musyawarah lebih lama bertahan, karena keputusan yang
dihasilkan didukung secara bersama-sama oleh seluruh peserta

13
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 9.

12
musyawarah dan pelibatan sebagian besar peserta musyawarah. Ketiga,
musyawarah lebih mengedepankan nilai pemikirannya atau kualitas idenya,
dari pada sosok pribadi peserta musyawarahnya. 14
5. Persamaan
Persamaan dalam bernegara dinyatakan Alquran antara lain dalam surah
Al-Hujurat/49: 13 berbunyi:

‫وب َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا إِ ان أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد‬ ِ ِ ‫َيأَيُّ َها الن‬
ً ُ‫ااس إ اَّن َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشع‬
ُ َ
‫يم َخبِ ٌري‬ِ ‫اَّللِ أَتْ َقا ُكم إِ ان ا‬
ٌ ‫اَّللَ َعل‬ ْ ‫ا‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”. (QS. Al-Hujurat: 13)
Persamaan ini juga ditegaskan dalam hadis nabi ketika nabi
Muhammad melaksanakan haji terakhir. Ia berkata:” Sesungguhnya
leluhurmu adalah satu yaitu Adam. Karena itu tidak ada perbedaan antara
orang Arab dan bukan Arab, antara orang yang berkulit merah dengan yang
berkulit hitam, kecuali karena takwanya kepada Allah”. Hadis lain
berbunyi: “Sesungguhnya manusia itu sama rata seperti gerigi sisir”.
Persamaan ini bukan hanya berlaku pada aspek politik saja, tetapi juga
berlaku untuk seluruh aspek kehidupan, seperti pada aspek hukum,
ekonomi, sosial dan lainnya. Dalam aspek hukum misalnya tidak ada
pembedaan perlakuan di depan hukum hanya karena perbedaan kedudukan

14
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 10.

13
sosial. Hal ini dicontohkan nabi melalui sabdanya: “Demi Allah, seandainya
Fatimah putriku mencuri, tetap akan aku potong tangannya”. 15
Persamaan dalam bidang kekuasaan politik ini sudah diterapkan oleh
nabi Muhammad ketika memimpin negara Madinah. Nabi ketika itu
mengangkat jabatan publik dari kalangan rakyat biasa atau rakyat jelata,
yakni Zaid bin Haritsah yang menjabat sebagai panglima perang, dan
putranya Usamah sebagai Gubernur. Demikian juga terhadap posisi orang
Yahudi di dalam negara Madinah. Pada masa itu seorang warga Yahudi
yang profesinya sebagai kreditor menagih utang kepada nabi dengan
menggunakan tutur kata yang terkesan agak kasar yang tidak sepatutnya
diucapkan kepada kepala negara. Para sahabat hendak menegurnya, akan
tetapi nabi Muhammad kemudian berkata: Biarkanlah ia bicara, karena ia
berhak untuk itu. Dua contoh ini penegakan persamaan di dalam sistem
politik Islam yang diterapkan nabi ketika memimpin negara Madinah pada
masa itu, kiranya cukup untuk menjelaskan bahwa persamaan ini memang
hal yang amat penting dan mendasar dalam sejarah politik Islam. 16

Demikianlah prinsip-prinsip yang terdapat didalam literatur-literatur


mengenai siyasah syar’iyyah/ islamiyyah yang berlandaskan pada Al-Qur’an.

15
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 11.
16
Katimin, Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, Dan Praktik Dalam Sejarah Politik
Umat Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 11.

14
BAB III

KESIMPULAN

Siyasah secara kebahasaan artinya mengatur. Kata ini diambil dari akar kata
“sasa-yasusu”,yang berarti mengemudikan, mengendalikan, mengatur dan
sebagainya. Al Qardhawy dalam bukunya As-Siyasah as- Sya’iyyah menyebutkan
dua bentuk makna siyasah menurut ulama, yaitu arti umum dan arti khusus. Secara
umum siyasah berarti pengaturan berbagai urusan manusia dengan syari’at agama
Islam. Sedangkan secara khusus, siyasah berarti kebijakan dan aturan yang
dikeluarkan oleh penguasa untuk mengatasi suatu mafsadat yang timbul atau sebagai
solusi bagi suatu keadaan tertentu. Sementara itu, Ahmad Fathi Bahansi
mendefinisikan Siyasah Syar’iyyah dengan pengaturan kemaslahatan manusia
berdasarkan syara’.

M. Tahir Azhary dalam bukunya Negara Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-
prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasi Pada Periode Madinah dan
Masa Kini, menyebutkan bahwa dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah terkandung
sembilan prinsip negara hukum, yaitu:

1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah dalam QS. An-Nisa: 58, 14-13.


2. Prinsip musyawarah dalam QS. Ash-Shura: 38 dan QS. Ali Imran: 159.
3. Prinsip keadilan dalam QS. An-Nisa: 135, QS. Al-Maidah: 8, QS. An-Nahl: 90,
QS. Al-An’am: 160.
4. Prinsip persamaan dalam QS. At-Taubah: 13.
5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam QS.
Al-Isra: 70, QS. Al-Isra: 33, QS. Al-Maidah: 32, QS. Al-Ghasiyah: 21, QS. Al-
Ghasiyah: 22, QS. Qaaf: 45, QS. An-Nisa: 32.
6. Prinsip pengadilan bebas (dialog Mu’adz dengan Rasulullah SAW ketika akan
diangkat menjadi hakim di Yaman).

15
7. Prinsip perdamaian dalam QS. Al-Baqarah: 194, QS. Al-Baqarah: 190, QS. Al-
Anfal: 61 –62.
8. Prinsip kesejahteraan dalam QS. Saba: 15.
9. Prinsip ketaatan rakyat QS. An-Nisa: 59.

Sedangkan menurut Katimin, Al-Qur’an memberi penjelasan yang rinci dalam


aspek ibadah atau kepercayaan, tapi hanya memberikan garis-garis besar dalam aspek
kemasyarakatan dan politik ketatanegaraan. Beliau membagi asas-asas politik dalam
Al-Qur’an menjadi 5 asas yaitu:

1. Amanah
2. Ketaatan
3. Keadilan
4. Musyawarah
5. Persamaan

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. (2019). Politik Islam: Penjelasan Kitab Siyasah
Syar’iyyah Ibnu Taimiyyah. Jakarta: Griya Ilmu Mandiri Sejahtera.

Az-Zuhaili, Wahbah. (2013). (Terjemah) Tafsir Al-Munir. Jakarta: Gema Insani.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka, edisi ketiga.

Fahmi, Mutiara. (2017). Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-
Qur’an. Jurnal Petita, Vol. 2 No. 1.

Katimin. (2017). Politik Islam: Study Tentang Azas, Pemikiran, dan Praktik Dalam
Sejarah Politik Umat Islam. Medan: Perdana Publishing.

17

Anda mungkin juga menyukai