Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SYIASAH ISLAM

DOSEN PENGAMPU
RIDWAN S.Ag., M.Sy.

NAMA DAN NIM

OCTAF VIORRI
1923201003

SYAIFUL YAZAN LUTHFI


NIM. 1923201007

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


PEKANBARU TAHUN: 2022/2023

A. Pengertian Politik Islam


1. Pengertian Fiqh Siyasah
Fiqh Siyasah merupakan tarkib idhofi yang tersusun dari dua kata berbahasa
Arab, yaitu kata fiqh dan kata siyasah. Agar diperoleh pemahaman yang benar tentang
apa yang dimaksud dengan Fiqh Siyasah, maka perlu dijelaskan pengertian masing–
masing kata dari segi bahasa dan istilah.
Secara etimologi (bahasa) fiqh adalah pemahaman. Sedangkan fiqh secara
terminologi (istilah) adalah pengetahuan tentang hukum syar’i mengenai amal
perbuatan (praktis) yang diperoleh dari dalil tafshili (terinci), yakni hukum-hukum
khusus yang diambil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jadi fiqh adalah pengetahuan
mengenai hukum islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang disusun
oleh mujtahid melalui jalan penalaran dan ijtihad.
Kata siyasah berasal dari kata sasa. Kata ini dalam kamus Lisan al-Arab berarti
mengatur, mengurus dan memerintah. Jadi siyasah menurut akina mengandung
beberapa arti, yaitu mengatur, mengurus, memerintah, memimpin, membuat
kebijaksanan, pemerintahan dan politik. Secara terminologis dalam kitab Lisan al-
Arab, yang dimaksud dengan kata siyasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu
dengan cara yang membawa kepada kemaslahatan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fiqh siyasah ialah ilmu yang
mempelajari hal-ihwal urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukum,
pengaturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang sejalan
dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat.(Jafar, 2018)

2. Fiqh Siyasah Perspektif al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan pedoman utama umat Islam dalam segala urusannya. Al-
Qur’an tidak hanya sebagai penunjuk jalan bagi seorang muslim guna merengkuh
kebahagiaan di dunia dan akhirat, namun juga sebagai obat, akhlak, hukum, akina
budaya, tatanegara hingga masalah politik. Dalam Al-Qur’an memang tidak terdapat
kata politik, namun hal-hal yang terkait dengannya terdapat banyak ayat yang
mengupasnya, terutama yang terkait dengan Khilafah, Imamah, Wilayah dan lain
sebagainya. Hal itu tak lain dimaksudkan demi terciptanya keadilan dan tegaknya
undang-undang yang mengarah kepada kemaslahatan sesuai dengan kehendak Allah
swt.
Di antara sekian ayat yang menyinggung permasalahan siyasah di antaranya
surat Yunus ayat 14 yang artinya “Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-
pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan
bagaimana kamu berbuat.”
Dalam ayat ini, Allah SWT. Menjelaskan bahwa manusia memang dijadikan
sebagai seorang kholifah dimuka bumi ini. Dimana seorang kholifah pasti
membutuhkan skill khusus untuk menopang tugas yang di embanya ini. Skill ini lah
yang kemudian kita kenal dengan istilas siyasah. Namun dalam ayat ini Allah SWT
belum menjalaskan nilai-nilai terkait siyasah yang seharusnya diterapkan oleh seorang
kholifah.
Nilai nilai terkait siyasah diterangkan pada Ayat lain, yakni pada surat an-Nisa
ayat 59 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Dan jika kamu berselisih dalam satu hal
maka kembalikanlah persoalan tersebut (penyelesainya) kepada Allah dan Rosulnya
jika kamu benar benar orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Pengembalian persoalan ini kepada Allah dan Rosulnya adalah solusi terbaik dan
paling bagusnya penyelesaian.”
Dalam ayat ini Allah SWT. Menjelaskan kepada kita semua bahwa seluruh
kebijakan yang dibuat oleh manusia dimuka bumi ini sebagai seorang kholifah harus
berorientasi kepada nilai nilai ketaatan dan kepatuhan kepada Allah dan Rosulnya.
Jika terdapat suatu aturan yang sesuai dengan aturan Allah dan Rosulnya maka wajib
ditaati dan dipatuhi namun sebaliknya jika aturan atau kebijakn tersebut tidak sesuai
dengan Allah SWT dan rosulnya maka tidak perlu ditaati dan dipatuhi. Bahkan dalam
ayat ini juga Allah memberikan ketegasan kepada kaum muslimin jika benar benar
mengaku beriman maka apabila ada perdebatan terhadap persoalan tertentu maka
penyelesainnya harus dikembalikan kepada Allah dan Rosulnya.
Nilai nilai selanjutnya yang harus ada dalam fiqh siyasah adalah nilai amanah
dan keadilan. Setiap kebijakan atau aturan yang dibuat harus bernafaskan dengan nilai
nilai keadilan dan dilaksanakan dengan penuh amanah. Hal ini sebagaimana firman
Allah SWT. Dalam surat an-Nisa ayat 58 yang
artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.”
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan kepada kita bahwa fiqh siyasah yang harus
diterapkan oleh seorang kholifah Allah dimuka bumi ini adalah sistem siyasah yang
dibangun dengan nilai nilai amanah dan keadailan. Seorang pemimpin atau kholifah
harus menjadikan nilai amanah dan keadilan dalam setiap kebijakan yang dibuat oleh
nya.
Nilai nilai selanjutnya yang seharusnya ada dalam fiqh siyasah adalah nilai
musyawaroh. Nilai musyawarah dalam setiap urusan ini terdapat dalam surat as-Syuro
ayat 38 yang
artinya “Urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka dan
dari apa apa yang telah kami rezqikan kepada mereka nafkahkan”.

Dalam ayat ini Allah SWT. Menjelaskan kepada kita bahwa segela persoalan
yang muncul dalam setiap kebijakan yang menyangkut hajat hidup kaum muslimin
harus diselesaikan dengan jalan musyawarah berdiskusi bersama mencari solusi
terbaik. Bukan dengan cara suara voting suara terbanyak, karena terkadang suara
mayoritas itu bukan menjadi solusi terbaik untuk semuanya. (Jafar, 2018)

3. Fiqh Siyasah Perspektif al-Hadist


Al-Hads adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan. Hadis Nabi SAW. Sendiri menjadi
sumber kedua setelah al-Qur’an. Persolan persoalan yang belum dijelaskan secara
detail biasanya oleh hadis akan dijelaskan lebih detail lagi kecuali pada persoalan
persoalan yang memang dan seharusnya bersifat umum. Persoalan fiqh siyasah
memang tidak pernah diungkap dengan detail. Namun, prinsip-prinsip umum dalam
berpolitik sudah tertera secara ekplisit. Satu contoh tentang kepemimpinan dalam
Islam, di mana as-Sunnah secara jelas menganjurkan untuk senantiasa akina dalam
menjalankan kepemimpinannya.
Nilai nilai selanjutnya yang harus ada dalam fiqh siyasah adalah nilai nilai
kejujuran. Seorang pemimpin harus berlaku jujur dan tidak boleh menipu rakyat atau
orang yang dipimpinya. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim yang artinya “Tiada seorang hamba yang diangkat oleh Allah untuk
memimpin rakyat, ia meninggal dunia pada hari itu, sementara masih ia masih
menipu rakyatnya, kecuali Allah telah mengharamkan surga baginya.”

Dalam hadis ini, Rosulloh SAW. Menjelaskan kepada kita bahwa seorang
pemimpin harus berlaku jujur dalam menjalankan setiap kebijakan dan aturan yang
telah dibuat. Perbuatan tidak jujur, menipu dan lain sebagainya akan dipertangung
jawabkan kelak di akhirat, bahkan secara tegas Rosulloh SAW., mengancam syurga
haram bagi seorang pemimpin yang menipu rakyatnya.

Nilai nilai fiqh siyasah yang selanjutnya adalah keadilan, hal ini sebagaimana
sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang

artinya “Dari Abu Hurairah rodiyollohuanhu, telah bersabda Rasulullah SAW,


ada tujuh golongan yang dinaungi Allah SWT, dibawah naungan-Nya, pada
hari kiamat yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama
adalah imam yang adil…”

Dalam hadis ini, Rosulloh SAW., menjelaskan bahwa pemimpin yang adil akan
mendapatkan naungan pada hari kiyamat dimana tidak ada naungan selain dari Allah
SWT., ini menujukan bahwa berlaku adil dalam kepemimpinan manfaatnya tidak
hanya pada orang yang dipimpin saja melainkan sang pemimpin sendiri bisa
mendapatkan manfaatnya juga. (Jafar, 2018)

B. Prinsip – Prinsip Politik Islam

Prinsip-prinsip siyasah dan penyelenggaraan negara dalam Alquran dapat


diformulasikan bahwa prinsip-prinsip dasar hukum politik Islam antara lain:

1. Prinsip kedaulatan, yakni kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan yang
mutlak dan legal adalah milik Allah. Kedaulatan tersebut dipraktekkan dan
diamanahkan kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Prinsip kedaulatan atau al
Hukmiyah dapat ditemukan dalam Al Quran Surat Yusuf:40:
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-
nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. Keputusan itu
hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.”

2. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan ditemukan dalam Al Quran Surat An Nisa:58:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.

Prinsip keadilan adalah kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam


hukum menghendaki setiap warga negara sama kedudukannya didepan hukum. Ketika
Rasulullah memulai membangun negara Madinah, ia memulainya dengan
membangun komitmen bersama dengan semua elemen masyarakat yang hidup di
Madinah dari berbagai suku dan agama. Prinsip keadilan dan persamaan dapat
ditemukan dalam pasal 13, 15, 16, 22, 23, 24, 37, dan 40 dari Piagam Madinah.

3. Prinsip musyawarah dan Ijma’. Prinsip musyawarah ditemukan dalam Al Quran,


Surat Al Imran: 159:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu.18 kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Proses pengambilan keputusan dalam semua urusan kemasyarakatan yang
dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua pihak. Kepemimpinan
negara dan pemerintahan harus ditegakkan berdasarkan persetujuan rakyat melalui
pemilihan secara adil, jujur, dan amanah. Sebuah pemerintahan atau sebuah otoritas
yang ditegakkan dengan caracara otoriter dan tiran adalah tidak sesuai dengan prinsip
Islam.

4. Prinsip persamaan. Prinsip persamaan ditemukan dalam Al Quran Surat Al-Hujarat:


10:

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Surat Al Hujarat:13:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat diatas jelas membuktikan pengakuan Islam terhadap adanya pluralitas


dalam sosial budaya masyarakat. Namun Islam tidak mentolerir paham pluralisme
jika yang dimaksud adalah kebenaran relatifitas seluruh ajaran agama atau semua
agama adalah sama. Karena Allah menutup ayat tersebut dengan kalimat
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa. Artinya parameter kebaikan dan kebenaran intinya adalah
Agama bukan akal perasaan.

5. Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat. Prinsip hak dan kewajiban negara dan
rakyat ditemukan dalam Al Quran Surat An Nisa: 59:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Semua warga negara dijamin hak-hak dasar tertentu. Menurut Subhi Mahmassani
dalam bukunya Arkan Huquq al-Insan, beberapa hak warga negara yang perlu
dilindungi adalah: jaminan terhadap keamanan pribadi, harga diri dan harta benda,
kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul, hak untuk mendapatkan
pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi, hak untuk mendapatkan pendidikan
yang layak, pelayanan medis dan kesehatan, serta keamanan untuk melakukan
aktifitas-aktifitas ekonomi.

6. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Prinsip ini ditemukan dalam Alquran surat Al-
Imran 104:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf21 dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orangorang yang beruntung.

Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah mekanisme check and balancing
dalam system politik Islam. Sistem ini terlembaga dalam Ahlul Hilli wal ‘aqdi
(parlemen), wilayat al Hisbah serta wilayat al Qadha’. Seorang pemimpin dalam
pandangan mayoritas Islam (sunni) bukan seorang yang suci (ma’shum), oleh
karenanya sangat mungkin untuk dikritisi dan dinasehati.(Mutiara, 2017)

C. Prinsip – Prinsip Politik Islam Luar Negri Dalam Islam


1. Kesatuan Umat Islam
Meskipun kita berbeda suku bangsa, berbeda warna kulit, berbedaTanah Air,
bahkan berbeda agama, akan tetapi merupakan satu kesatuan manusia karena sama-
sama makhluk Allah. Dengan demikian, maka perbedaan-perbedaan diantara manusia
harus disikapi dengan pikiran positif untuk saling memberikan kelebihan masing-
masing dan saling menutupi kekurangan masing-masing. Al-Qur’an banyak
mengisyaratkan kesatuan manusia ini, antara lain dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah :
213

Artinya : ” Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka
Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka
sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

QS. An-Nisa’ : 1

Artinya : “ Wahai manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu


dari diri yang satu ( Adam ) dan daripadanya Allah menciptakan pasanganya ( Hawa
) dan dari keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan wanita yang
banyak.”

Untuk menetralisir dampak negatif dari kemajemukan kepentingan budaya manusia


supaya tidak berkembang menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan manusia
disatu sisi lain memperkokoh dan menghargai ukhuwa insaniyah, maka muncul dasar
keadilan, persamaan, kemanusiaan, toleransi, kerja sama, kemerdekaan, dan perilaku
moral yang baik.

2. Al-‘Adalah ( Keadilan )
Di dalam siyasah dauliyah, hidup berdampingan dengan damai baru terlaksana
apabila didasarkan kepada keadilan baik diantar` manusia maupun diantara berbagai
Negara, bahkan perangpun terjadi karena salah satu pihak merasa diperlakukan
dengan tidak adil. Oleh karena itu, ajaran islam mewajibkan penegakan keadilan baik
terhadap diri sendiri, keluarganya, tetangganya, bahkan terhadap musuh sekalipun kita
bertindak adil. Banyak ayat-ayat yang berbicara tentang keadilan antara lain:

‫ َشنا َ نُ قَوْ ٍم َعلَى أاَل َ تَ ْع ِدلُوْ ا اِ ْع ِدلُوا هُ َو أ ْق َربُ لِلتَ ْق َوى‬b‫َواَل يَجْ ِر َمنَ ُكم‬
“ dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena berlaku adil itu lebih dekat kepada
taqwa”.

Hal ini mengisyaratkan agar kebencian dan kecintaan yang berlebihan tidak
menyebabkan ketidakadilan.

3. Al-Musawah ( Persamaan )
Manusia memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama, untuk mewujudkan adalah
mempersamakan manusia dihadapan hukum kerjasama internasional sulit
dilaksanakan apabila tidak didalam kesederajatan antar negara dan antar bangsa.
Demikian pula setiap manusia adalah subyek hukum, penanggung hak dan
kewajiban yang sama. Semangat dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi serta perilaku para
sahabat yang membebaskan budak adalah untuk mewujudkan persamaan
kemanusiaan ini. Karena perbudakan meninjukkan adanya ketidaksederajatan
kemanusiaan. Uraian tentang perbudakan yang tidak dikehendaki oleh islam dengan
baik antara lain telah ditulis oleh Amir Ali. Hak hidup dan hak memiliki dan
kehormatan kemanusiaan harus sama-sama dihormati dan dilindungi, satu-satunya
ukuran kelebihan manusia terhadap manusia lainnya adalah ketaqwaannya.
Adapun perbedaan-perbedaan diantara manusia adalah perbedaan tugas posisi
dan fungsi masing-masing didalam kiprah kehidupan manusia di dunia ini, bisa
disimpulkan bahwa al-ashlu fi al-insaniyah al-musawah, yang berarti “ hukum asal di
dalam kemanusiaan adalah sama “

4. Karomah Insaniyah ( Kehormatan Manusia )


Karena kehormatan manusia inilah, maka manusia tidak boleh merendahkan
manusia lainnya dan suatu kaum tidak boleh menghina kaum lainnya. Kehormatan
kemanusiaan ini berkembang menjadi kehormatan terhadap suatu kaum dan
komunitas dan bisa dikembangkan menjadi suatu kehormatan suatu bangsa atau
Negara. Kerja sama internasional tidak mungkin dikembangkan tanpa landasan saling
hormat-menghormati. Kehormatan kemanusiaan inilah pada gilirannya menumbuhkan
harga diri yang wajar baik individu mupun pada komunitas, muslim ataupun
nonmuslim tanpa harus jatuh kepad kesombongan individual atau nasionalisme yang
ekstrem. Banyak ayat dan Hadis tentang hal ini di antaranya :
QS. Al- Isra’ : 70

Artinya :” Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
”.yang telah Kami ciptakan

Ayat diatas menunjukan bahwa mencela dan merendahkan manusia lain


sama dengan mencela dan merendahkan diri sendiri.

5. Tasamuh ( Toleransi )
Dasar ini tidak mengandung arti harus menyerah kepada kejahatan atau
member peluang kepada kejahatan. Allah mewajibkan menolak permusuhan dengan
sakinah yang lebih baik, penolakan dengan yang lebih baik akan menimbulkan
persahabatan bila dilakukan pada tempatnya setidaknya akan menetralisir ketegangan.
QS.al-Araf : 199

Artinya : “ Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”.

Sifat pemaaf merupakan sesuatu yang sangat terpuji dan sebaliknya sifat
dendam merupakan suatu sifat yang tercela, pemaaf yang baik adalah pemaaf disertai
dengan harga diri yang wajar dan bukan pemaaf dalam arti menyerah atau
merendahkan diri terhadap kejahatan-kejahatan.

6. Kerja sama kemanusiaan


Kerjasama kemanusiaan ini adalah realisasi dari dasar-dasar yang telah
dikemukakan di atas, kerja sama disini adalah kerjasama disetiap wilayah dan
lingkungan kemanusiaan, kerjasama ini diperlukan karena, adanya saling
ketergantungan baik antara individu maupun antar Negara dunia ini.
Allah akan memberi kekuatan pada orang yang mau menolong pada sesama
manusia dimana saja. Nabi bersabda: “ Allah akan selalu menolong hambaNYA
selama hambanya tidak menolong saudaranya” . hadist ini mengisyaratkan nilai
kemanusiaan yang sangat tinggi, dari hadist ini juga tercermin adanya ukuwah
insaniyah. Kesadaran akan perlunya kerjasama dan tolong menolong dalam segala
bentuk dan cara yang disepakati yang baik, akan menghilangkan nafsu permusuhan,
dan saling berebut hidup. Kehidupan individu dan antar bangsa akan harmonis apabila
didasarkan pada kerjasama bukan pada saling menghancurkan yang satu terhadap
yang lain.

7. Kebebasan, Kemerdekaan/ Al-Huriyah


Kemerdekaan yang sesungguhnya dimulai dari pembebasan diri dari pengaruh
hawa nafsu serta mengendalikannya dibawah bimbingan keimanan dan akal sehat.
Dengan demikian, kebebasan bukanlah kebebasan yang mutlak, akan tetapi kebebasan
yang bertanggung jawab kepada Allah, terhadap keselamatan dan kemaslahatan hidup
manusia di muka bumi, kebebasan ini dapat dirinci lebih jauh seperti :
a.      Kebebasan berfikir,
b.      Kebebasan beragama,
c.      Kebebasan menyatakan pendapat,
d.      Kebebasan menuntut ilmu, dan
e.      Kebebasan memiliki harta.

8. Perilaku Moral yang Baik ( Al-Akhlak al-Karimah )


Perilaku yang baik merupakan dasar moral di dalam hubungan antara manusia,
antra umat dan antara bangsa di dunia ini, selain itu prinsip ini pun diterapkan seluruh
makhluk Allah dimuka bumi, termasuk flora dan fauna, alam nabati, dan alam
hewani, budi baik ini tercermin antara lain di dalam kasih saying seperti yang
ditegaskan di dalam Hadis Nabi :
)‫ من في السما ء (رواه أبوداود‬b‫أ رحموا أهل األرض يرحمكم‬
“ Kasih sayangilah yang dibumi, Allah SWT akan menyayangimu.”

Memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang lemah, termasuk bangsa yang lemah
dan miskin.
Serta mau menepati janji. Allah berfirman :
‫ياأيهاالّذين ءامنوا أوفوا بالعقود‬
“ Wahai orang-orang beriman tepatilah perjanjian-perjanjianmu. “
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu sumber hubungan internasional itu
adalah perjanjian antarbangsa. Apabila perjanjian yang telah disahkan dan dibuat
kemudian tidak ditepati, maka kepercayaan akan hilang. Dan apabila sudah terjadi
krisis kepercayaan, maka malapetakalah yang akan muncul.

Inilah dasar-dasar siyasah di dalam hubungan internasional atau siyasah


dauliyah, dasar-dasar tersebut semuanya mengacu kepada manusia sebagai satu
kesatuan umat manusia, atau dengan kata lain dasar-dasar tersebut dalam rangka
hifdzu al-Ummah dalam ruang lingkupnya yang paling luas yaitu seluruh manusia
yang di ikat oleh rasa ukhwah insaniyah di samping umat dalam arti komunitas adalah
keluarga sakinah.(Prinsip_Prinsip_politik_Luar_Negeri_dala, n.d.)
D. Kontribusi Umat Islam dalam perpolitikan

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin harus benar-benar diyakini oleh para
pemeluknya. Keyakinan ini akan tecermin dalam bentuk perilaku umat Islam yang
sangat positif, baik untuk dirinya maupun masyarakat, termasuk alam lingkungannya.
Kehadirannya akan memberikan kesejukan bagi orang-orang di sekitarnya, sehingga
komunitas tempat umat Islam berada akan terasa nyaman, aman, tenteram, dan damai.

Secara sederhana bisa kita lihat ketika Islam mengucapkan salam pembukaan
atau ketika saling bertemu. Di situ jelas umat Islam dianjurkan untuk mendoakan
keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan. Begitu juga ketika umat Islam akan
memulai pekerjaan, dianjurkan untuk mengucapkan nama Allah yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang (bismillahirrahmanirrahim). Kedua hal itu harus benar-benar
diresapi sehingga umat Islam tidak memelihara dendam dan kebencian.

Jadi, konsep dasar Islam itu sangat jauh dari perilaku brutal, teror, dan
menakutkan. Konsep dasar inilah yang harus menjadi pegangan setiap insan muslim.
Bila ada umat Islam yang brutal, kasar, dan teroris, berarti dia tidak memahami
konsep dasar keislaman ini.

Perspektif kebaikan ini harus betul-betul ditanamkan dalam benak muslim.


Dengan demikian, langkah-langkah berikutnya, termasuk pikiran dan tindakannya,
akan memberikan energi positif terhadap dirinya, masyarakat, dan lingkungannya.

Indonesia saat ini sudah termasuk negara demokrasi terbesar ketiga setelah India
dan Amerika Serikat. Hal ini juga berarti Indonesia adalah negara demokrasi dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Kita harus bangga bahwa sejak dimulainya sistem
pemilihan presiden langsung pada 2004, semuanya berjalan lancar.

Contohnya, Pada pemilihan presiden 2014 dan 2019 memang hanya ada dua
pasangan calon presiden dan wakil presiden, sehingga tidak bisa dihindari terjadi
pembelahan dua kubu calon dan pemilih (masyarakat). Itu sebuah konsekuensi logis.
Namun kita harus bersyukur pada 2014 secara umum semua partai politik dan
masyarakat mampu menerimanya dengan baik.
Dari pemilihan presiden 2014 ini dirasakan ada efek bercak-bercak
"perpecahan". Namun secara umum hal itu tidak berefek merusak pemerintahan dan
program-programnya.

Islam yang rahmatan lil alamin tentu sangat berperan dalam membangun politik
damai. Kasarnya, bila semua umat Islam sejahtera, berarti Indonesia sejahtera. Bila
muslim damai, berarti Indonesia damai. Inilah hukum bilangan besar dalam ilmu
statistika.

Politik bisa diterjemahkan sebagai upaya untuk meraih kekuasaan. Adapun


tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kekuasaan hanyalah alat.
Maka politik itu bersifat "jangka pendek", sedangkan keutuhan, kedamaian, dan
kesejahteraan masyarakat "jangka panjang". Jadi sesuatu yang bersifat jangka pendek
jangan sampai mengalahkan sesuatu yang bersifat jangka panjang. Begitu juga ihwal
alat. Jangan sampai alat atau cara justru merusak tujuan.

Strategi dan taktik tidak bisa dipisahkan dalam politik. Bahasa Arab
menerjemahkan politik sebagai siasah/siasat. Dan siasat itu sendiri tidak lain adalah
cara. Jadi, siasat dan cara itu semua adalah alat. Tentu ini boleh dan wajar. Namun,
bila cara itu dilandasi Islam sebagai agama rahmat, semua cara itu harus baik, teratur,
dan tidak memecah belah.

Cara-cara dengan memanfaatkan teknologi bisa konstruktif atau destruktif,


bergantung pada kandungannya. Kandungan berupa hoax atau kabar bohong yang
dikemas lewat teknologi sangat berbahaya karena dianggap bukan kebohongan.
Teknologi gambar dan suara bisa diatur sedemikian rupa seolah-olah seseorang
mengatakan sesuatu karena orang melihat videonya padahal itu hasil rekayasa
teknologi. Tentu masyarakat awam bisa menelan mentah-mentah kabar bohong
semacam ini. Mereka tidak tahu bahwa semua itu adalah manipulasi berbasis
teknologi. Ini sangat destruktif serta membahayakan kerukunan dan perdamaian.

Sebenarnya, banyak negara asing yang mengagumi demokrasi Indonesia dengan


penduduk Islam terbanyak ini. Rasa kagum ini jangan sampai rusak akibat orang
dalam sendiri. Untuk menghadapi politik praktis pemilihan presiden dan pemilihan
legislatif serentak, harus dilakukan perlombaan gagasan, bukan lomba hoax yang
membuat masyarakat menjadi sumpek, apatis, atau bahkan saling curiga dan benci.
Islam dengan ketinggian konsepnya diharapkan menjadi rujukan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Jafar, W. A. (2018). Fiqh Siyasah Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Hadist. Al Imarah :
Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam, 3(1), 18.
https://doi.org/10.29300/imr.v3i1.2140

Mutiara. (2017). Prinsip Dasar Hukum Politik Islam Dalam Perspektif Al-Quran. Petita:
Jurnal Kajian Ilmu Hukum Dan Syariah, 2(1). https://doi.org/10.22373/petita.v2i1.59

Prinsip_Prinsip_politik_Luar_Negeri_dala. (n.d.).

https://kolom.tempo.co/read/1181881/islam-dalam-perpolitikan-indonesia

Anda mungkin juga menyukai