Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQIH SIYASAH II

OLEH

KELOMPOK I

Abidun La Buni (071901024)

Ian Narwati Irisi (071901006)

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

KOTA BAUBAU

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Dia-lah yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan Doa senantiasa tercurah kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW, semoga beliau, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya
senantiasa mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT. Aamiin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah “Fiqih
Siyasah II” yang bersumber dari beberapa referensi berbagai buku serta pendapat
para ulama.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk melengkapi kekurangan dari makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bau Bau, 5 November 2022


Penulis

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................2


A. Pengertian Siyasah Syar’iyah ..............................................................2
B. Pengertian Fiqih Siyasah .....................................................................3
C. Sistem Kenegaraan Dalam Pemerintahan Islam ..................................4
1. Masa Pemerintahan Bani Umayyah ...............................................4
2. Masa Pemerintahan Turki Usmani ................................................6

BAB III PENUTUP .........................................................................................8


Kesimpulan ...............................................................................................8

DAFTAR PUSTKA .........................................................................................iiis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang penuh dengan aturan. Baik dalam hal
hubungan dengan Allah SWT., maupun dengan sesama manusia. Hubungan
dengan sesama ini mencakup dalam beberapa aspek kehidupan diantaranya
tata negara atau pemerintahan. Tata negara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan seperangkat prinsip dasar yang mencakupi peraturan
susunan pemerintahan, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar
pengaturan suatu negara. Berangkat dari pengertian ini dan dengan mengacu
pada aspek pembahasan, maka dalam makalah ini akan di jelaskan bagaimana
tata aturan pemerintahan dalam Islam pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti
Abassiyah, dan Turki Utsmani.

B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan siyasah syar’iyah ?
B. Apa yang dimaksud dengan fiqih siyasah ?
C. Bagaimana sistem kenegaraan dalam pemerintahan islam masa
pemerintahan dinasti umayyah ?
D. Bagaimana sistem kenegaraan dalam pemerintahan islam masa
pemerintahan turki usmani ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Siyasah Syar’iyah

Secara sederhana siyasah syar’iyah diartikan sebagai ketentuan


kebijaksanaan pengurusan masalah kenegaraan yang berdasarkan syariat.

Khallaf merumuskan siyasah syar’iyah dengan:

Pengelolaan masalah-masalah umum bagi pemerintah islam yang


menjamin terciptanya kemaslahatan dan terhindarnya kemudharatan dari
masyarakat islam,dengan tidak bertentangan dengan ketentuan syariat islam
dan prinsip-prinsip umumnya, meskipun tidak sejalan dengen pendapat para
ulama mujtahid.1

Definisi ini lebih dipertegas oleh Abdurrahman taj yang merumuskan


siyasah syariyah sebagai hukum-hukum yang mengatur kepentingan Negara,
mengorganisasi permasalahan umat sesuai dengan jiwa (semangat) syariat
dan dasar-dasarnya yang universal demi terciptanya tujuan-tujuan
kemasyarakatan, walaupun pengaturan tersebut tidak ditegaskan baik oleh Al-
Qur’an maupun al-sunah.

Bahansi merumuskan bahwa siyasah syar’iyah adalah pengaturan


kemaslahatan umat manusia sesuai dengan tuntutan syara. Sementara para
fuqaha, sebagaimana di kutip khallaf, mendefinisikan siysah syariyah sebagai
kewenangan penguasa/pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan
politik yang mengacu kepada kemaslahatan melalui peraturan yang tidak

1
Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-rambu Syari’ah.
Bandung: Prenada Media 2009

2
bertentangan dengan dasar-dasar agama, walaupun tidak terdapat dalil yang
khusus untuk hal itu.

Dengan menganalisis definisi-definisi yang di kemukakan para ahli di


atas dapat ditemukan hakikat siyasah syar’iyah, yaitu:

1. Bahwa siyasah syar’iyah berhubungan dengan pengurusan dan pengaturan


kehidupan manusia.
2. Bahwa pengurusan dan pengaturan ini dilakukan oleh pemegang
kekuasaan(ulu ai-amr)
3. Tujuan pengaturan tersebut adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan
menolak kemudharatan.
4. Pengaturan tersebut tidak boleh bertentangan ddengan syariat islam.

Berdasarkan hakikat siyasah syar’iyah ini dapat disimpulkan bahwa


sumber-sumber pokok siyasah syar’iyah adalah al quran dan ai sunnah.
Kedua sumber inilah yang menjadi acuan bagi pemegang pemerintahan untuk
menciptakan peraturan-peraturan perundang-undangan dan mengatur
kehidupan bernegara.

B. Pengertian Fiqh Siyasah

Fiqh Siyasah terdiri dari dua kata berbahasa Arab fikih atau fiqh dan
siyasah. Agar diperoleh pemahaman yang pas apa yang dimaksud dengan
Fiqh Siyasah, maka perlu dijelaskan pengertian masing – masing kata dari
segi bahasa dan istilah.2

Secara etimologis ( bahasa ) fiqh adalah keterangan-keterangan tentang


pengertian atau paham dari maksud ucapan Si pembicara, atau pemahaman
yang mendalam terhadap maksud - maksud perkataan dan perbuatan. Secara

2
Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, edisi kelima, Jakarta : UI – Press,
2008

3
terminologis ( istilah ), menurut ulama – ulama syara, fiqh adalah
pengetahuan tentang hukum – hukum yang sesuai dengan syara mengenai
amal perbuatan yang diperoleh dari dalil yang tafshil (terinci, yakni dalil-dalil
atau hukum-hukum khusus yang diambil dari dasar – dasarnya dan sunah).
Jadi fiqh adalah pengetahuan mengenai hukum agama islam yang bersumber
dari al quran dan sunah yang disusun oleh mujtahid dengan jalan penalaran
dan ijtihad.

Kata siyasat bersal dari kata sasa. Kata ini dalam kamus Al Munjid dan
Lisan Al – Arab berarti mengatur, mengurus dan memerintah. Jadi siyasah
menurut bahasa mengandung beberapa arti, yaitu mengatur, mengurus,
memerintah, memipin, membuat kebijaksanan, pemerintahan dan politik.
Secara terminologis dalam Lisan Al Arab siyasat adalah mengatur atau
memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kepada kemaslahatan.

Dari uraian tentang pengertian istilah fiqh dan siyasat dari segi
etimologis dan terminologis dapat disimpulkan bahwa pengertian Fiqh
Siyasah atau Fiqh Syar’iyah ialah “ilmu yang mempelajari hal – ihwal seluk –
beluk pengatur urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukum,
pengaturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang
sejalan dengan dasar – dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan
umat.”

C. Sistem Kenegaraan Dalam Pemerintahan Islam


1. Masa Pemerintahan Dinasti Umayyah

Setelah goncatan perang dan umat di masa pemerintahan Dinasti


Umayyah mulai meredam, maka Umayyah mulai menata politik dan
pemerintahan. Perubahan politik yang dilakukan Muawiyah adalah
memindahkan ibu kota Negara ke Damaskus. Perubahan lain yang
dilakukan Muawiyah adalah mengganti sistem pemerintahan yang
bercorak syura dengan pemilihan kepala Negara secara penunjukan.3

3
Fiqh Siyasah Kontektualisasi Doktrin Politik Islam Jakarta : Radar Jaya Pratama Jakarta,
2001

4
Selain itu, Bani Umayyah juga melakukan berbagai
penyempurnaan di bidang administrasi Negara (birokrasi), perekonomian
dan kesejahteraan rakyat. Struktur pemerintahan pusat terdiri dari lima
dapartemen, yaitu Diwan al-Jund (militer), Diwan al-Kharaj (perpajakan
dan keuangan), Diwan al-Rasa'il (surat menyurat), Diwan al-
Khatam (arsip dan dokumentasi negara) dan Diwan Al-Barid (pelayanan
pos dan registrasi penduduk).

Dalam pemerintahan daerah, wilayah kekuasaan Bani Umayyah


dibagi menjadi lima propinsi besar, yaitu:

a. Hijaz ,Yaman dan Arabia


b. Mesir bagian utara dan selatan
c. Irak dan Persia
d. Mesopotamia, Azebaizan dan Armenia
e. Afrika Utara, Spanyol dan Prancis bagian selatan

Tiap-tiap propinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang bertugas


menjalankan administrasi politik dan militer untuk wilayah masing-
masing. Dalam bidang birokrasi, bani Umaiyah mempelopori
pembentukan pengawal pribadi khalifah (hajib). Struktur pemerintahan
pusat terdiri dari 5 depatemen yakni militer, perpajakan dan keuangan,
surat menyurat, arsip dan dokumentasi Negara serta layanan pos dan
registrasi penduduk. Masing-masing departemen dipimpin oleh
seorang sekretaris (katib).

Dalam perekonomian dan peningkatan kesejahteraan rakyat,


pemerintahan bani Umayyah mencatat perkembangan yang pesat. Pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan (65-86 H), alat tukar mata
uang Bizantium dan Persia yang terjadi sebelumnya diganti dengan mata
uang yang dicetak sendiri dan memakai bahasa Arab.

Untuk mensejahterakan penduduk, bani Umaiyah memberikan


tunjangan yang besar yang disesuaikan menurut jasa

5
masyarakat. Kekuasaan bani Umaiyah runtuh setelah berjaya hampir
seratus tahun. Adapun faktor internal penyebabnya antara lain

a. Bani Umaiyah yang memisahkan kekuasaan agama dan politik.


Pada masa pemerintahannya, bani Umaiyah menetapkan Platform
sebagai negara sekuler. Hal ini menimbulkan ketidak senangan
dikalangan rakyat.
b. System suksesi berdasarkan warisan. Dengan system ini tidak ada
kesempatan bagi masyarakat menilai kualifikasi pemimpin mereka.
c. Politik diskriminatif kerajaan terhadap non-Arab

2. Masa Pemerintahan Turki Usmani

Dinasti ini didirikan oleh suku nomad Kayi yang dipimpin


Sulaiman Syah yang menyelamatkan diri dari serangan mongol. Mereka
membantu Sultan Alaiddin dari Saljuk dalam memerangi tentara
Romawi. Akibat diserang bangsa mongol, kerajaan ini menjadi terpecah-
pecah. Hal ini dimanfaatkan oleh Usman untuk membentuk pemerintahan
yang baru.4

Dalam pelaksanaan kekuasaan pemerintahan, penguasa imperium


Usmani bergelar Sultan dan khalifah sekaligus. Sultan untuk masalah
duniawi dan khalifah untuk masalah keagamaan. Kebijakan yang diambil
negara terlebih dahulu didiskusikan dan dibicarakan dalam lembaga
Divan-I Humayun. Lembaga ini adalah pusat organisasi pemerintahalam
masalah keagamaan, usman dibantu oleh para mufti dan Kadi. Mufti
sebagai penafsir hukum dan kadi pelaksaannya. Sultan berhak membuat
undang-undang sendiri. Peraturan yang dibuat Sultan
dinamakan Kanun yang memiliki tiga kategori, yakni sifatnya khusus

4
Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : Raja Grafindo 2010

6
pada topik tertentu, mengacu pada wilayah tertentu dan secara umum
diterapkan dalam kerajaan.

Dalam sistem pemerintahan didaerah Sultan dibantu Kadi dan Bey.


Bey adalah gubernur yang berasal dari militer dan menjadi wakil sultan
dalam bidang eksekutif. Selama periode 1808, terjadi berbagai
pembaruan dalam kerajaan turki usmani. Pada masa Mahmud II
dikembangkan demokrasi yang melanggar tradisi aristokrasi dan
monarki. Usaha Mahmud II memaukkan pengaruhnya dilanjutkan oleh
gerakan Tanzimat mendapat perhatian daro Mustafa Kemal. Kemal yang
menjadi pelopor berdirinya negara turki modern dan berakhirlah
kekuasaan kekhalifaan Islam.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Siyasah syar’iyah ini dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber pokok


siyasah syar’iyah adalah al quran dan ai sunnah. Kedua sumber inilah yang
menjadi acuan bagi pemegang pemerintahan untuk menciptakan peraturan-
peraturan perundang-undangan dan mengatur kehidupan bernegara.

Fiqh Siyasah ialah “ilmu yang mempelajari hal – ihwal seluk – beluk
pengatur urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukum, pengaturan
dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang sejalan dengan
dasar – dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat.”

Dari berbagai masa kepemimpinan dalam dalam sejarah ketatanegaraan


Islam dapat kita simpulkan bahwa, kerajaan Islam adalah kerajaan yang
demokratis. Persamaan dan penghormatan terhadap hak-hak individu
dilaksanakan dengan baik. Dalam menjalankan praktek kenegaraan, pada
umumnya diterapkan sitem musyawarah dan bekerja sama. Dalam
menyelesaikan masalah khalifah tidak hanya membuat keputusan sendiri
tetapi mendengarkan saran dan masukan dari sahabat. kepentingan dan
kesejahteraan rakyat sangat diperhatikan sekali.

Kekuasaan tidak hanya dipegang oleh khalifah dibagi kepada lembaga-


lembaga yang ada. System ketatanegaraan dalam Islam mengedepankan
prinsip keadilan dan moral. Demokrasi telah jauh berkembang pada masa
kekhalifaan dan sampai pada saat ini. Kesejahteraan rakyat sangat
diperhatikan dan kebebasan beragama dijunjung tinggi dapat kita lihat pada
masa pemerintahan Nabi yang memberikan kebebasan beragama kepada
semua umat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, MA. Prof. H. 2009. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan


Umat Dalam Rambu-rambu Syari’ah. Bandung: Prenada Media

Ali Ben Haj, Abu Abdul Fatah dan Iqbal, Muhammad, Negara Ideal Menurut
Islam, Jakarta : Ladang Pustaka dan Intimedia, 2002

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan


Pemikiran, edisi kelima, Jakarta : UI – Press, 2008

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah Kontektualisasi Doktrin Politik


Islam Jakarta : Radar Jaya Pratama Jakarta, 2001

Pulungan, Suyuthi, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta :


Raja Grafindo 2010

iii

Anda mungkin juga menyukai