Anda di halaman 1dari 45

IDENTIFIKASI TANTANGAN GURU DALAM MENERAPKAN

PEMBELAJARAN INOVATIF DI SDN TUNDUNG KECAMATAN

BATUKLIANG TAHUN AJARAN 2020/2021

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

SELY AFRIANI

NIM. E1E216172

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian

Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................9
1.5. Definisi Operasional.................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................12
2.1. Landasan Teori.........................................................................................12
2.1.1. Guru................................................................................................12
2.1.1.1. Definisi Guru........................................................................12
2.1.1.2. Peran Guru............................................................................13
2.1.2. Pembelajaran Inovatif....................................................................18
2.1.2.1. Hakikat Pembelajaran Inovatif.............................................18
2.1.2.2. Karakteristik Pembelajaran Inovatif.....................................19
2.1.2.3. Jenis Model Pembelajaran Inovatif......................................22
Kelebihan Pembelajaran Inovatif......................................................25
2.1.2.5. Kelemahan Pembelajaran Inovatif.......................................26
2.2. Penelitian Relevan....................................................................................26
2.3. Kerangka Berpikir...................................................................................29
BAB III METODELOGI PENELITIAN..............................................................31
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...............................................................31
3.2. Waktu dan tempat penelitian....................................................................32
3.2.1. Waktu Penelitian............................................................................32
3.2.2. Tempat Penelitian...........................................................................32
3.3. Setting Penelitian......................................................................................32
3.4. Subyek Penelitian.....................................................................................32
3.5. Sumber Data.............................................................................................33
3.5.1. Data................................................................................................33
3.5.2. Teknik Pengumpulan Data.............................................................34
3.6. Intrumen Penelitian..................................................................................36
3.7. Teknik Analisis Data................................................................................37
3.7.1. Reduksi Data..................................................................................37
3.7.2. Penyajian Data................................................................................37
3.7.3. Verifikasi Data...............................................................................38
3.8. Metode Pengujian Keabsahan Data..........................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekolah dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang

dalam proses pembelajarannya harus lebih diarahkan pada pengembangan

kemampuan dasar seperti keterampilan berpikir dan pemahaman konsep

sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, saat ini banyak

sekolah yang kurang memperhatikan kebutuhan siswa terhadap

pengembangan kemampuan berpikir dan pemahaman konsep. Proses

pembelajaran yang terjadi selama ini lebih banyak menekankan kepada

belajar informasi dan isi materi dari pada kemampuan berpikir dan

pemahaman konsep. Pada praktiknya, pembelajaran di kelas lebih banyak

menganut pada model pembelajaran konvensional yang menuntut siswa untuk

menerima mentah-mentah apa adanya apa yang disampaikan oleh guru tanpa

di dahului oleh proses berpikir kreatif.

Pemerintah sudah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan

sekolah khususnya sekolah dasar. Salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar adalah dengan diberlakukannya

kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.


1
Dalam tujuan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk berpikir lebih

kreatif, inovatif, cepat dan tanggap dan selain itu dalam kurikulum 2013

siswa dilatih untuk menumbuhkan keberanian dalam dirinya. Siswa akan

dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam

kurikulum 2013 ini juga diberikan atau dimasukkan unsur-unsur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta unsur keagamaan untuk

membentuk siswa yang berkarakter.

Perkembangan globalisasi yang semakin pesat, menuntut pendidikan

di Indonesia menjadi lebih berkualitas. Pendidikan yang berkualitas bukan

hanya menuntut siswa memiliki kemampuan intelektual, melainkan siswa

harus mengembangkan potensi yang ia miliki seperti halnya yang tertuang

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,

menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta

bertanggung jawab” (Tim Redaksi Sinar Grafika, 2003: 3). Mengacu pada

tujuan pendidikan nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

potensi siswa agar lebih kreatif. Untuk mewujudkan siswa yang kreatif

diperlukan inovasi dalam pembelajaran yang mampu menumbuhkan

partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, berani berkompetensi

melalui media cetak maupun media elektronik. Perkembangan teknologi yang

2
kurang dimaksimalkan pemanfaatannya oleh masyarakat, membuat semakin

lemahnya kualitas sumberdaya manusia masyarakat indonesia.

Pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan guru membuat siswa

menjadi kurang kreatif, siswa peniru, dan penurut, seolah seperti robot yang

hanya menjalankan program yang telah dirancang oleh pembuatnya, tidak

memiliki kemandirian, kreativitas tidak muncul karena begitu muncul kreasi

baru akan divonis salah. Secara tidak langsung kebebasan siswa terbelenggu,

guru hanya menekankan pada Intelligence Quotient (IQ), tanpa

menyeimbangkan dengan Emotional Quotient (EQ). Seiring dengan

pembaharuan dalam pendidikan, salah satu yang harus dipersiapkan dalam

meningkatkan mutu pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran aktif

dan inovatif. Untuk itu diperlukan keterlibatan guru dan siswa dalam

pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih berkualitas.

Pembelajaran yang efektif harus mampu menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan dan penuh kebersamaan. Pembelajaran yang baik akan

membina siswa menjadi manusia yang kreatif yang mampu mengembangkan

ide-ide dan mau menerima pendapat atau masukan dari pihak lain. Dalam hal

ini, guru mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan siswa. Sehingga

guru dituntut mampu membuat perencanaan pembelajaran yang baik. Guru

yang mampu merencanakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa,

pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas siswa, sebagai pembimbing,

motivator dan fasilitator yang baik. Permasalahan rendahnya kualitas

3
pembelajaran ditemui di SDN Tundung Kecamatan Batukliang. Dilihat dari

rendahnya kualitas pembelajaran dapat diamati dari sikap siswa yang merasa

jenuh dengan pembelajaran di kelas. Perasaan jenuh itu terlihat sekali ketika

guru menyampaikan materi pembelajaran, banyak siswa yang tidak

memperhatikan gurunya, bercerita dengan teman sebangkunya, meletakkan

kepala di meja, ada juga beberapa siswa yang banyak tingkah, menulis

bahkan menggambar sesuatu yang tidak jelas di buku mereka sewaktu

pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dikelas sekolah dasar masih

terkesan membosankan dan tidak membimbing untuk meningkatkan

kreativitas siswa, hal ini disebabkan pembelajaran masih terpusat pada guru

(teacher centered). Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: kurangnya

persiapan guru dalam mengajar, guru jarang membaca buku referensi lain

yang dapat menunjang prestasi belajar siswa, guru hanya terpusat pada buku

paket. Dalam melaksanakan pembelajaran guru kurang melakukan

improvisasi terhadap alat, bahan serta model pembelajaran, guru hanya

mengajarkan apa adanya. Beberapa penyebab rendahnya kualitas

pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau yang sederajat tersebut menjadi

hambatan bagi perkembangan potensi dan kreativitas siswa. Pelaksanaan

pembelajaran yang masih bersifat teoritis hanya dapat meningkatkan

kemampuan siswa dari aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan

psikomotorik tidak berkembang secara optimal. Siswa tidak mempunyai

kemampuan mengembangkan ide-ide yang mereka punya. Oleh karena itu

4
diperlukan inovasi dalam pembelajaran, yaitu menerapkan model-model

pembelajaran inovatif.

Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata

ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan

(sesuatu yang baru). Oleh karena itu, pembelajaran inovatif dapat diartikan

sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak

seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa

dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan

perilaku kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang

dimiliki siswa.

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student

centered. Artinya. pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada

siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan

dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran

inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa

untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi

informasi baru.

Setting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi

pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri: (1) menyediakan peluang

kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan mengembangkan ide-ide

secara lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi,

membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan

5
sendiri; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia

adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan

kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) menempatkan

pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu mencerminkan

berpikir divergen siswa.

Urutan-urutan mengajar konstruktivistik melibatkan suatu periode di

mana pengetahuan awal para siswa diskusikan secara eksplisit. Dalam

diskusi kelas yang menyerupai negosiasi, guru memperkenalkan konsep

untuk dipelajari dan mengembangkannya. Strategi konflik kognitif cenderung

memainkan peranan utama ketika pengetahuan awal para siswa

diperbandingkan dengan konsepsi yang diperlihatkan oleh guru. Untuk

maksud tersebut, pemberdayaan pengetahuan awal para siswa sebelum

pembelajaran adalah salah satu langkah yang efektif dalam pembelajaran

konstruktivistik.

Secara garis besar, pembelajaran inovatif dapat digambarkan (1)

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman

dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. (2)

Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan

cocok bagi siswa. (3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan

bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca. (4) Guru

6
menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara

belajar kelompok. (5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya

sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,

dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Hasil implementasi tantangan guru dalam menerapkan pembelajaran

inovatif dibuktikan dengan beberapa artikel sebagai berikut: Isti Qomah

(2013) dengan hasil penelitian yaitu model pembelajaran yang cocok dapat

membuat siswa menjadi aktif serta termotivasi dalam belajar yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Lucia Andriana (2019) dengan hasil penelitian berdasarkan hasil

validasi perangkat pembelajaran inovatif dari ke dua pakar, perangkat

pembelajarn inovatif yang dikembangkan dengan model Problem Based

Learning dan model Inkuiri diperoleh skor rata-rata 4,12 dengan kategori

kualitas “baik”. Sedangkan berdasarkan penilaian melalui uji coba terbatas

diperoleh skor rata-rata 4,72 dengan kategori kualitas “sangat baik”. Jadi

penelitian mendapat skor rata-rata dari hasil validasi dan uji coba 4,42. Skor

tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan

memiliki kualitas “sangat baik”.

Dengan demikian, terkait temuan fakta di atas penting untuk di

telusuri lebih lanjut melalui sebuah penelitian untuk diungkapkan

permasalahan lainnya mengenai problematika yang dialami guru berkaitan

dengan menerapkan pembelajaran inovatif. Inilah alasan untuk dilakukannya

7
peneliti an dengan judul “ Identifikasi Tantangan Guru dalam Menerapkan

Pembelajaran Inovatif di SDN Tundung Kecamatan Batukliang Lombok

Tengah tahun ajaran 2020/2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran inovatif di SD Negeri Tundung

Kecamatan Batukliang Tahun Ajaran 2020/2021?

2. Apa saja tantangan – tantangan yang dialami guru dalam penerapan

pembelajaran Inovatif di SD Negeri Tundung Kecamatan Batukliang

Tahun Ajaran 2020/2021?

3. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi tantangan-tantangan dalam

penerapan pembelajaran Inovatif di SD Negeri Tundung Kecamatan

Batukliang Tahun Ajaran 2020/2021?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran inovatif di SD Negeri

Tundung Kecamatan Batukliang Tahun Ajaran 2020/2021

2. Untuk mengetahui tantangan – tantangan yang dialami guru dalam

penerapan pembelajaran Inovatif di SD Negeri Tundung Kecamatan

Batukliang Tahun Ajaran 2020/2021

8
3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi tantangan-tantangan

dalam penerapan pembelajaran Inovatif di SD Negeri Tundung Kecamatan

Batukliang Tahun Ajaran 2020/2021

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Maka

adapun manfaat yang akan diperoleh yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

ataupun dapat dijadikan sebagai referensi, agar terwujudnya pendidikan

yang sesuai tujuan nasional dan dapat menjadi bahan acuan sebagai

pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan dating

di bidang, objek, dan permasalahan yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk Guru

Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang

tantangan guru dalam menerapkan pembelajaran inovatif. Selain itu,

guru dapat memberikan alternative dalam menerapkan pembelajaran

inovatif.

b. Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran demi kemajuan aspek perkembangan anak.

9
c. Peserta Didik

Dengan diterapkannya pembelajaran inovatif yang tepat maka

dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang

disampaikan oleh guru.

1.5. Definisi Operasional

1. Secara Konseptual

a. Tantangan yaitu memiliki kata dasar “tantang” yang artinya hal

atau objek yang perlu ditanggulangi: ajakan berkelahi (berperang,

rangsangan, dsb). Tantangan adalah hal yang menggugah tekad

untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

b. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

c. Kata “inovatif’ berasal dari kata sifat bahasa inggris innovative.

Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti

menemukan (sesuatu yang baru). Pembelajaran inovatif merupakan

pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik

untuk membangun pengetahuan itu sendiri atau secara mandiri.

Dalam mewujudkan pembelajaran inovatif diperlukan adanya

model pembelajaran, media pembelajaran, dan yang paling utama

yaitu strategi pembelajaran.

10
2. Secara operasional

Berdasarkan penegasan konseptual di atas, maka secara

operasional yang dimaksud dari “Identifikasi Tantangan Guru dalam

Menerapkan Pembelajaran Inovatif di SDN Tundung tahun ajaran

2020/2021” adalah tantangan-tantangan yang dialami guru dalam

menerapkan pembelajaran inovatif.

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Guru
2.1.1.1. Definisi Guru

Guru adalah pribadi yang selalu digugu dan ditiru, menjadi seorang

guru itu tidaklah mudah karena guru merupakan suatu profesi atau jabatan

yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan

oleh sembarang orang di luar pendidikan. Kata guru sudah tidak asing lagi

di telinga kita, kata guru memiliki banyak sinomin kata seperti: pendidik,

pelatih, pengajar, trainer, tutor dan lain sebagainya. Dimana tugas mereka

adalah sama-sama mendidik dan mengajar para peserta didiknya baik itu

dalam pendidikan formal maupun informal.

Berikut definisi guru menurut para ahli:

a) Menurut KBBI

11
Guru merupakan orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya) mengajar. Dengan demikian, orang-orag yang

profesinya mengajar bisa disebut guru.

b) Menurut UU No.14 Tahun 2005

Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas

utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

12
13

pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan

dasar dan pendidikan menengah.

c) Menurut Peraturan Pemerintah

Guru merupakan jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang

menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan

tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta

bersifat mandiri.

Jadi kesimpulannya guru merupakan seseorang yang berjasa dalam

memberikan pengetahuan dan ilmu yang belum pernah kita dapatkan dan

membantu mengembangkan bakat yang terpendam dalam diri kita. Mereka

adalah orang yang mengajarkan kita tentang sesuatu yang bermanfaat, baik

bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, serta bangsa.

2.1.1.2. Peran Guru

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang

peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah

diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta

Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai

beikut :
14

a. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tangung

jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik

berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

untuk memperoleh pngalaman pengalaman lebih lanjut seperti

penggunaan kesehatan jasmani, pengetahuan dan keterampilan dasar,

dan hal hal yang bersifat personal

b. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didk dengan guru, tingkat kebebasan

rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Ada beberapa

hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu:

membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, bertanya, merespon,

mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan andangan yang

bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, dan

menyesuaikan metode pembelajaran. Agar pembelajaran memiliki

kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk

mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimiikinya

ketika mempelajari materi standar.


15

c. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas

kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

menyangkut fisiktetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,

moral, dan spritual yang lebih dalam dan kompleks.

Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang

tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut: (1). Guru harus

merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak

dicapai. (2). Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran, dan yang paing penting bahwa peserta didik

melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi

mereka harus terlibat secara psikologis. (3). Guru harus memaknai

kegiatan belajar. (4). Guru harus melaksanakan penilaian.

d. Guru sebagai Pemimpin

Guu diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu engetahuan. Guru

menjadi pemimpin bagi peserta didiknya, dan ia akan menjadi imam.

e. Guru Sebagai pengelola pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain

itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan

keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang

dimiikinya tidak ketinggalan jaman.


16

f. Guru sebagai Model dan teladan

Guru merupakan teladan atau model bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja

pribadi dan apa yang diakukan guru akan mendapat sorotan peserta

didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh guru : Sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja,

sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan

kemanusiaan, proses berfikir, prilaku neurotis, keputusan, kesehatan,

dan gaya hidup secara umum.

g. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru

akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh

karena itu, seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur.

Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar menagajar perlu di

administrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan

seperti membuat rencana mengajar, mencatata hasil belajar, dan lain

sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah

melaksanakan tugasnya dengan baik.


17

h. Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik dan juga bagi orang

tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru

dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasehat

secara lebih mendalam, ia harus memahami pikologi kepribadian dan

ilmu kesehatan mental.

i. Guru sebagai Inovator

Inovator merupakan suatu pembaharuan dan pengembangan sistem

ilmu penetahuan, jadi guru sebagai inovator dalam pembelajaran

merupakan suatu usaha kegiaan untuk menjadikan siswa lebih baru

dan berkembang dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang

inovator, guru selalu mempunyai ide-ide yang segar demi kemajuan

pembelajrannya dan anak didiknya. Ia selalu memiliki ide untuk

menemukan strategi, metode, atau cara-cara baru dalam pembelajaran.

j. Guru sebagai Penilai

Penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,

karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel

lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang

hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi peniaian.


18

Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan

prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,

pelaksanaan, dan tindak lanjut.

2.1.2. Pembelajaran Inovatif

2.1.2.1. Hakikat Pembelajaran Inovatif

Kata “inovatif’ berasal dari kata sifat bahasa inggris innovative.

Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti

menemukan (sesuatu yang baru). Pembelajaran inovatif juga merupakan

strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud

inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal

yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga

oleh siswa yang sedang belajar (Uno dan Mohamad, 2011:11).

Pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa sehin gga berbeda dengan pembelajaran

pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional) (Uno dan

Mohamad, 2015: 106).

Sependapat dengan uraian diatas, Suyatno (2009: 6) mengartikan

pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang

dikemas oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang

dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh

kemajuan dalam proses dan hasil belajar.


19

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan

pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada

siswa yang dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar

belajar serta untuk memfasilitasi peserta didik dalam mencapai

kemajuan hasil belajar.

2.1.2.2. Karakteristik Pembelajaran Inovatif

1. Berpusat pada siswa

Student centered atau berpusat pada siswa mengandung pengertian

pembelajaran yang menerapkan strategi pedagogi yang

mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual,

dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk

bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang

materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan

memecahkan masalah (Suyatno, 2009:8). Dahulunya pembelajaran

berpusat pada guru atau pendidik, tetapi pola tersebut harus diubah

menjadi pembelajaran berpusat kepada siswa, agar pembelajaran lebih

bermakna dan efektif bagi siswa.

2. Berbasis masalah

Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual,

autentik, relevan, dan bermakna bagi peserta didik, misalnya masalah

yang diambil dari kehidupan sehari-hari peserta didik (Suyatno, 2009:

9). Pembelajaran yang berbasis materi ajar biasanya kurang menarik


20

bagi siswa karena siswa juga merasa tidak tertantang dalam kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan materi ajar

seringkali terlepas dari keadaan maupun kejadian aktual atau nyata di

masyarakat. Pendidik dapat memberikan masalah berdasarkan dari

pengalaman siswa atau masalah yang sering terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Gagne dalam (Suyatno, 2009: 9) mengatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang paling

tinggi.

3. Terintegrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi memiliki arti yaitu

pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Suyatno

(2009:10), di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi

lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan

pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem,

mereka akan terkotak pada satu disiplin ilmu.

4. Berbasis masyarakat

Masyarakat adalah sumber belajar yang paling kaya. Suyatno

(2009:10) mengatakan, di masyarakat, segala bahan pembelajaran

tersedia dari ilmu sosial sampai pada ilmu eksakta. Masyarakat juga

merupakan cermin pembaharuan karena masyarakat mengikuti

perkembangan zaman. Jadi, pembelajaran inovatif tentunya harus

berbasis masyarakat. Pendidik mengajak siswa untuk


21

mengimplementasikan apa yang sudah dipelajari dari sekolah ke

konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil masalah-masalah

yang ada di lingkungan masyarakat sebagai bahan untuk belajar

keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses

pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

1) Memberikan pilihan setiap peseta didik memiliki cara atau gaya

belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian, dan sebagainya yang

berbeda-beda. Menyamaratakan peserta didik mungkin saja akan

berdampak pada hasil belajar peserta didik. Pembelajaran inovatif

memberikan perhatian pada keragaman karakteristik peserta didik

tersebut. Pembelajaran akan dilakukan bukan seperti yang diinginkan

guru melainkan lebih kepada apa yang diinginkan peserta didik.

Pembelajaran harus meyediakan alternatif yang dipilih oleh peserta

didik. Menurut Suyatno (2014:10), keharusan menyediakan pilihan

juga berkaitan dengan karakteristik substansi ilmu yang disampaikan

dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi siswa.

Keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, keterampilan

sosial, keterampilan memecahkan serta sikap masalah memiliki

strategi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuannya masing-masing.

2) Tersistem Menurut Suyatno (2014:12), materi tertentu membutuhkan

pengetahuan lain sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih

dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu


22

pula keterampilan-keterampilan yang harus melalui langkah-langkah

prosedural. Suatu pengetahuan prosedural mustahil dapat dilakukan

tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah pengetahuan

prosedural merupakan prasyarat bagi langkah berikutnya.

3) Berkelanjutan setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan

dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh

pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai secara kontinyu

dengan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan

konsep di dalam benak seseorang (Suyatno, 2014:12). Materi yang

sudah diterima oleh peserta didik dan dipelajari oleh peserta didik

akan berguna untuk mempelajari materi yang selanjutnya karena

saling berhubungan. Pembelajaran inovatif berorientasi pada

pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan

keluasan materi.

2.1.2.3. Jenis Model Pembelajaran Inovatif

Adapun menurut Prof. Dr. Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad

di dalam bukunya menyatakan bahwa model-model pembelajaran

yang termasuk kedalam model pembelajaran inovatif yaitu:

1) Role of Playning

Role of Playning atau bermain peran adalah mendramatisasikan

cara bertingkalaku orang-orang tertentu dalam posisi yang


23

membedakan peranan mereka masing-masing. Dalam suatu organisasi

atau kelompok dimasyarakat Hardari Nawawi.

Jadi secara singkat metode bermain peran adalah cara atau jalan

untuk mendramatisasikan cara bertingka orang-orang tertentu dalam

posisi yang membedakan peranan masing-masing. Apabila ditinjau

dari istilah metode bermain peran Role of Playning adalah bentuk

metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara

bertingkalaku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada

kenyataan-kenyataan dimana peserta didik diikutsertakan dalam

memainkan peranan didalam memainkan peranan didalam

mendramakan masalah-masalah hubungan sosial.

Metode atau model ini kadang-kadang disebut dengan

mendramatisasi Trianto, dkk. Dalam metode ini anak diberi

kesempatan untuk memgembangkan imajinasinya untuk memerankan

seseorang toko atau benda-benda tersebut. Dalam bermain peran, anak

diberi kebebesan untuk mengunakan benda-benda sekitarnya dan

menghayalkan jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan toko

yang dibawakan.

a. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Role

Of Playning

1) Guru menyusun atau menyiap sekkenario yang akan

ditampilakan
24

2) Menunjukkan beberapa siswa untuk mempelajari sekanario

dua hari sebelum KBM.

3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima

orang

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin di

capai

5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk

melakukan sekanario yang di persiapkan

6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-

masin sambil memperhatikan atau mengamati sekanario

yang sedang di peragakan

7) Setelah seleesai di pentaskan, masing-masing siswa di

berikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas

8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil

kesimpulannya

9) Guru memberikan kesimpulan secara umum

10) Evaluasi

11) Penutup

b. Kelebihan Model Pembelajaran Role Of Playing

Sala satu kelebihan atau keunggulan metode bermain (Role Of

Playning) peran yaitu mampu menarik perhatian anak, sehingga

suasana kelas semakin hidup menarik perhatian terhadap objek


25

merupakan perwujudan dari konsp minat belajar itu sendiri, dengan

demikian secara eksplisit dapat dikatakan bahwa metode bermain

peran mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa

dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.

Pembelajaran inovatif merupakan strategi yang sedang dibutuhkan

saat ini untuk memajukan prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran

inovatif dapat dijadikan strategi pembelajaran yang baik karena

memiliki kelebihan, antara lain sebagai sebikut.

1. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang

berpusat pada siswa;

2. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk

siswa agar belajar;

3. Menuntut kreativitas guru dalam mengajar;

4. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling

belajar dan saling membangun;

5. Bersifat menyenangkan atau rekreatif dan membutuhkan kreativitas

guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar

aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam

pencapaian tujuan pembelajaran;

6. Siswa adalah penerima informasi secara aktif;

7. Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing;

8. Pembelajaran lebih konkret dan praktis;


26

9. Perilaku dibangun atas pengalaman belajar;

10. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

2.1.2.4. Kelemahan Pembelajaran Inovatif

1. Siswa kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal

2. Situasi kelas kurang terkoordinir karenapusatkegiatan belajar adalah


siswa

3. Program pembelajaran kurang terkonsep

4. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan


metode pembelajaran yang lain.
Masih banyaknya rasio guru yang mengajar dengan cara lama atau
monoton sehingga menimbulkan suasana kelas yang membosankan.
Hal ini akan membuat siswa jenuh dan tidak tertarik dengan materi
yang disampaikan. Padahal dalam proses pembelajaran kreatifitas
guru sangat dibutuhkan. Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih
giat lagi dalam belajar.

2.2. Penelitian Relevan

Penyusunan proposal ini tidak lepas dari penelitian terdahulu yang

memiliki kesamaan dan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengadakan

penelitian menggunakan variabel yang serupa. Adapun penelitian yang

relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Yusrina (2019), Universitas Negeri

Semarang yang berjudul “Hambatan Guru dalam Menerapkan Model

Pembelajaran Inovatif pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3


27

Magelang” Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpukan bahwa (1)

pemahaman guru IPS mengenai model pembelajaran inovatif adalah

model yang menarik bagi siswa, dan dapat mengembangkan kreativitas

siswa, (2) Penerapan model pembelajaran inovatif hanya dilaksanakan

guru kelas VIII H dengan menerapkan model Mind Mapping, dan Make a

Match ketika mengampu kelas VII, serta kelas VIII B dan E guru pernah

menerapkan model Role Playing. Namun langkah-langkah penerapan

model tersebut tidak tertuang dalam RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), (3) hambatan yang terjadi pada guru adalah penguaasaan

materi yang kurang, merangkap dua posisi di sekolah, dan pemahaman

model inovatif yang masih terbatas, (4) upaya mengatasi hambatan

tersebut adalah guru mengikuti pelatihan MGMP dan guru mencari

sintaks model inovatif pada buku maupun internet. Persamaan dari

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida Yusrina

terletak pada variabel bebasnya yaitu hambatan/tantangan guru, dan

variabel terikatnya model pembelajaran inovatif. Sedangkan perbedaannya

terletak pada kelas dan tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi

digunakan yaitu SMP kelas VII, VIII sedangkan penelitian saya di SD dan

mengambil perwakilan yakni 2 kelas (satu kelas rendah dan satu kelas

tinggi).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nasrun (2018), Universitas Negeri Medan

yang berjudul “Pendampingan Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah


28

Dasar Kecamatan Medan Selayang Kota Medan” Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat disimpukan bahwa dilakukan pendampingan kepada

guru agar mampu mengintegrasikan model pembelajaran inovatif secara

efektifsesuai tuntutan pembelajaran di SD. Metode pendampingan

dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain: persiapan,

pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi, serta tindak lanjut. Hasil program

pengabdian menunjukkan bahwa meningkatnya kemampuan guru dalam

mengintegrasikan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran di SD

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Dengan demikian,

pendampingan yang dilakukan telah berjalan secara efektif dan sesuai

dengan hasil yang diharapkan. Persamaan dari penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nasrun terletak pada tingkat satuan

pendidikan yaitu Sekolah Dasar. Sedangkan perbedaannya terletak pada

veriabel bebasnya yaitu model pembelajaran inovatif, sedangkan variabel

bebas penelitian saya yaitu tantangan guru.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Galih Dani Septiyan Rahayu (2018), IKIP

Siliwangi yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran Inovatif Berbasis

Pendampingan Guru Sekolah Dasar”. Berdasarkan hasil penelitian maka

dapat disimpulkan bahwa tujuan khusus yang ingin dicapai sebagai

berikut: (1). Memberikan penjelasan tentang model-model pembelajaran

yang dapat digunakan di SD (2). Memberikan penjelasan tentang cara

menyusun perencanaan pembelajaran atau RPP sesuai dengan model


29

pembelajaran yang digunakan (3). Memberikan penjelasan tentang

pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang

digunakan. Metode yang akan dipakai dalam upaya pencapaian tujuan

tersebut melalui pendampingan yang langkah-langkahnya terdiri dari: (a).

mengumpulkan guru-guru SD se-Kecamatan Cipendeuy; (b). memberikan

gambaran umum mengenai kegiatan pengabdian yang akan dilakukan; (c)

melakukan refleksi, dan diskusi mengenai berbagai model pembelajaran

inovatif; (d) Pelaksanaan kegiatan pendampingan tentang model

pembelajaran inovatif bagi gurur-guru SD; (e) Evaluasi kegiatan

pendampingan model pembelajaran inovatif.

2.3.

Metode pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian yang

mendasar dari aktivitas pembelajaran di sekolah. Karena tanpa adanya

suatu metode pembelajaran, akan terasa sulit untuk mencapai tujuan

dari pembelajaran tersebut bagi guru. Salah satu komponen utama

yang menentukan kualitas pembelajaran adalah guru. Di tangan

gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara

akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral secara

spiritual. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sosok guru yang

mempunyai kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Guru dalam memilih faktor-faktor pertimbangan dalam

pemilihan metode pembelajaran yaitu kriteria pemilihan,


30

implementasi, faktor pendukung dan penghambat. Disamping itu,

kesesuaian bidang studi yang diampu oleh guru dengan keahlian yang

diperolehnya melalui pendidikan prajabatan sangat penting untuk

memastikan pertumbuhan profesionalitasnya.

Dalam penelitian ini akan dipaparkan identifikasi tantangan

yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan pembelajaran inovatif

yang berlokasi di SDN Tundung, serta penulis akan memaparkan

upaya apa saja yang di lakukan oleh guru untuk menghadapi

tantangan yang dihadapinya.

Tantangan guru dalam


menerapkan pembelajaran
inovatif

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
31

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif secara spesifik lebih diarahkan pada jenis

penelitian deskriptif naratif. Menurut Meleong (2017: 6) deskriptif naratif

dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam bentuk naskah atau

gambar. Jenis penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti hendak

menceritakan cerita atau pengalaman seseorang, lalu peneliti ingin

melaporkan cerita tersebut. Menurut Nana Sudjana (2008: 72) penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditunjukkan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,

baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Tidak hanya

itu, Suharsimi Arikuonto (2010) juga menjelaskan bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa

adanya pada saat penelitian. Jadi dapat disimpulkan bahwa peneliti memilih

penelitian dengan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif bersifat

holistis (menyeluruh) dimana akan diungkapkan deskripsi menyeluruh berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari guru-guru tentang tantangan guru dalam

menerapkan pembelajaran inovatif di SDN Tundung.


32

3.2. Waktu dan tempat penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2020/2021 dari bulan November-Oktober.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SDN Tundung Kecamatan

Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat tahun

pelajaran 2020/2021.

3.3. Setting Penelitian

Setting penelitian merupakan lingkungan, tempat atau wilayah yang

direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai obyek penelitian. Setting

dalam penelitian ini adalah perwakilan guru dari kelas rendah dan kelas

tinggi di SDN Tundung pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.

3.4. Subyek Penelitian

Dalam rangka mengkaji tentang tantangan guru dalam menerapkan

pembelajaran inovatif, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini

adalah orang-orang yang dipandang paling mengetahui masalah yang dikaji

informan menempati kedudukan yang dipandang paling penting dalam

penelitian kualitatif. Sesuai dengan namanya, informan merupakan sumber

informasi bagi peneliti.

Menurut Mahsun (2012: 87) informan itu sebagai sampel penutur atau

orang yang ditentukan sebagai narasumber bahan penelitian, pemberi


33

informasi, dan pembantu peneliti dalam tahap penyediaan data. Teknik

penentuan informan ditentukan dengan dasar pertimbangan tertentu seperti

waktu yang terbatas, situasi pandemic yang mengakibatkan kurang leluasa

jika harus bolak-balik datang ke sekolah, beserta pengalaman atau waktu

informan dalam menerapkan pembelajaran inovatif.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan informan penelitian pada penelitian kualitatif ini adalah orang-orang

yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait dengan data yang

diinginkan atau dibutuhkan peneliti yang berhubungan dengan penelitian

yang sedang dilakukannya. Informan dalam penelitian ini adalah 4 dari

orang guru yakni 2 perwakilan dari guru kelas rendah dan 2 perwakilan dari

guru kelas tinggi yang dilihat dari lama mengajar dan pengalaman guru di

sekolah tersebut.

3.5. Sumber Data


3.5.1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, adapun data

tersebut ialah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh responden

atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti

(Emzir, 2010: 95). Pada penelitian ini data primer yang digunakan untuk
34

mengetahui tantangan guru dalam menerapkan pembelajaran inovatif

diperoleh melalui pedoman wawancara guru.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012: 309). Data

sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang sifatnya mendukung

data primer. Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber yang sudah ada seperti perpustakaan, dari laporan peneliti yang

sudah tersedia, dan data berupa dokumen lain yang berhubungan dengan

penelitian.

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penlitian ini berupa wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan mencari informasi untuk

mengulas lebih mendalam mengenai tantangan guru dalam menerapkan

pembelajaran inovatif kesulitan di SDN Tundung. Menurut Meleong

(2016: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewed) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.


35

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

wawancara campuran atau kombinasi terstruktur dan bebas. Peneliti

memberikan pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa

yang terkandung dalam pertanyaan, tetapi juga bebas tidak terlalu berpatok

pada konteks sehingga tanya jawab lebih rileks, dan terbuka agar

menemukan permasalahan secara terbuka dan jelas. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan wawancara kepada informan yaitu 4 orang guru dua

dari guru kelas rendah dan 2 dari guru kelas tinggi dalam menerapkan

pembelajaran inovatif. Mekanisme wawancara mengikuti pedoman

wawancara yang telah di susun peneliti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara


No Aspek yang dikaji Indikator No. Soal Banyak

soal
1. Tantangan guru

dalam menerapkan

pembelajaran

inovatif

b. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2016: 329) studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode angket dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau


36

karya-karya monumental dari seseorang. Teknik dokumentasi yang

dilakukan dalam penelitian ini guna mencari data yang berkaitan dengan

tantangan yang dihadapi guru dalam penerapan pembelajaran inovatif.

Peneliti mengumpulkan informasi tertulis guna memperoleh informasi

yang berkaitan dengan tantangan yang dihadapi guru dalam menerapkan

pembelajaran inovatif. Dokumen berbentuk profil guru dan dokumen

terkait lainnya. Mekanisme dokumentasi dilakukan dengan mengikuti

acuan pedoman dokumentasi yang sudah dibuat. Pedoman ini digunakan

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh data dan informasi

dalam bentuk arsip, foto, file, film, rekaman suara maupun dokumen-

dokumen guna memperkuat temuan-temuan selama proses penelitian

dilakukan.

3.6. Intrumen Penelitian

Intrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri peneliti

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih narasumber sebagai

sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisis

data, menginterpretasi data dan membuat kesimpulan atas hasil

penelitiannya (Sugiyono, 2009: 222). Dalam penelitian ini, peneliti juga

dibantu dengan instrumen penelitian berupa:

a. Pedoman wawancara

b. Dokementasi

3.7. Teknik Analisis Data


37

Sifat analisis dalam penelitian kualitatif adalah penguraian apa

adanya fenomena yang terjadi (deskriptif). Analisis data adalah proses

pengorganisasian dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan

hipotesis kerja seperti disarankan oleh data. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif, dimana tujuan

dari analisis ini adalah untuk menggambarkan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki. Analisa dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini terkumpul. Data yang di dapat mengenai tantangan guru

dalam menerapkan pembelajaran inovatif.

3.7.1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelitian untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya. Peneliti mereduksi data dan hasil

wawancara dan dokumentasi.

3.7.2.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan secara

sistematis sehingga data yang telah terkumpul mudah dipahami secara

utuh. Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
38

bersifat naratif. Data mengenai tantangan yang dihadapi guru dalam

menerapkan pembelajaran inovatif di sekolah dasar yang terkumpul

disajikan dalam bentuk uraian singkat, agar mudah dipahami sehingga

memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan/verifikasi.

3.7.3. Verifikasi Data

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat hasil reduksi data

yang telah disajikan dalam bentuk data sederhana dan fokus pada

tantangan yang dihadapi guru dalam menerapkan pembelajaran inovatif

penerapan di Sekolah dasar. Penarikan kesimpulan ini tidak terlepas dari

permasalahan yang dirumuskan peneliti dari tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian.

3.8. Metode Pengujian Keabsahan Data

Dalam sebuah penelitian perlu adanya uji keabsahan data, dengan

tujuan agar data yang diperoleh dapat disimpulkan dengan valid, benar,

dan akurat. Menurut Lexy J. Moleong (2013: 320-321) keabsahan data

dimana setiap keadaan harus memenuhi, mendemonstrasikan nilai yang

benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat ditetapkan serta

memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi

dari prosedurnya dan menetralkan dari temuan dan keputusan-

keputusannya.

Dalam penelitian ini teknik pengajuan keabsahan data

menggunakan teknik tringulasi. Teknik tringulasi dalam pengujian


39

keabsahan menurut Sugiyono (2012: 273) adalah pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dari berbagai

jenis tringulasi yaitu, tringulasi metode, tringulasi antar peneliti, tringulasi

sumber data, dan tringulasi teori, maka peneliti akan menggunakan

tringulasi metode dan tringulasi sumber data.

Teknik tringulasi metode dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari para guru yang ada di SDN Tundung tentang tantangan

yang dihadapi guru dalam menerapkan pembelajaran inovatif, baik

tantangan internal maupun eksternal guru serta solusi dalam menghadapi

tantangan tersebut dengan data yang diperoleh dari wawancara dan studi

dokumentasi. Sedangkan teknik tringuasi sumber data melalui dokumen

tertulis, arsif, catatan resmi, serta gambar maupun foto.

DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta:


AR.Ruzz Media Group.
Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung:Alfabeta
Bakar Yunus Abu. 2009. Profesi Keguruan. Surabaya:Aprint A.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung:Remaja Rosdakarya
40

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualititatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta
Hamalik Oemar. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT. Bumi Aksara
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta
Nuh, Muhammad. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Uno, H. M. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Farida Yusrina.2019. Hambatan guru dalam menerapkan model pembelajaran

inovatif pada mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 3 Magelang. Jurnal pena

ilmiah. Vol 8(1) yang dikutip melalui

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/hp/article/view/34597

Nasrun.2018. Pendampingan model pembelajaran inovatif di Sekolah Dasar

kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat.

Vol 24(2) yang dikutip melalui

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/view/10359f

Galih Dani Septiyan Rahayu.2018. Pengembangan pembelajaran inovatif

berbasis pendampingan bagi guru Sekolah Dasar. Jurnal pengabdian kepada

masyarakat. Vol 1(1) yang dikutip melalui

https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/abdimas-

siliwangi/article/viewFile/36/5
41

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Guru

1. Pernahkah Ibu/Bapak melaksanakan pembelajaran yang sifatnya

inovatif?

2. Apa latar belakang pembelajaran inovatif dilaksanakan?

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pembelajaran inovatif itu?

4. Bagaimana hasil dari pelaksanaan pembelajaran inovatif itu?


42

5. Pernahkan Ibu/Bapak melaksanakan pembelajaran yang sifatnya

inovatif?

6. Apa latar belakang pembelajaran inovatif ini dilaksanakan?

7. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pembelajaran inovatif itu?

8. Bagaimana hasil dari pelaksanaan pembelajaran inovatif itu?

9. Seperti apa pembelajaran inovatif yang diterapkan oleh Ibu/Bapak

guru dikelas?

10. Apakah ada pengaruh yang dirasakan Ibu/Bapak dari

pembelajaran inovatif yang dilakukan?

11. Apa saja tantangan internal Ibu/Bapak dalam penyusunan dan

pemanfaatan media pembelajaran?

12. Apa saja tantangan eksternal Ibu/Bapak dalam penyusunan

penyusunan pembelajaran inovatif?

Anda mungkin juga menyukai