Anda di halaman 1dari 4

Nama: Tomi Irawan

Kelas : SA22

Nim : 221111014

1.Aliran Manajemen Klasik

Aliran manajemen klasik (teori administrasi klasik) dikenal dengan fokus pada
kebutuhan menyistemisasikan kegiatan manajemen. Berikut adalah beberapa tokoh
yang turut berkontribusi pada teori manajemen klasik.

-Henry Fayol (1841-1925)

Henry Fayol merupakan industrialis Prancis yan sering disebut sebagai bapak aliran
manajemen klasik karena upaya menyistematisasi studi manajerial. Pokok pikirannya
ditulis dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management. Menurut Fayol,
praktik manajemen dapat dikelompokkan dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi
dan dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain atau
calon manajer.

Fayol membagi kegiatan bisnis dalam enam kegiatan pokok yang saling berkaitan.

Teknis, memproduksi produk;

Komersial, membeli bahan baku dan menjual produk;

Keuangan, mencari dan menggunakan dana;

Keamanan, menjaga karyawan dan kekayaan perusahaan;

Akuntansi , mencatat dan mengukur transaksi; dan

Manajemen.

-Max Weber (1864—1920)

Max Weber merupakan ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri atas ribuan anggota membutuhkan aturan
yang jelas untuk anggota organisasi tersebut. Adapun organisasi yang ideal adalah
birokrasi saat aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian kerja
disebutkan dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional dan yang
dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang efisien. Keahlian teknis dan
evaluasi berdasarkan prestasi ditekankan. Model birokrasi Weber dipakai untuk
memahami pengelolaan organisasi besar, seperti perusahaan multinasional yang
mempunyai karyawan ribuan orang. Perhatikan bahwa birokrasi Weber berlainan
dengan pengertian birokrasi populer. Orang cenderung mengartikan kata birokrasi
dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban dan tidak responsif terhadap
perubahan.

-Mary Parker Follet (1868-1933)

Follet mengemukakan pemahaman mengenai kelompok dan tingginya komitmen


terhadap kerja sama antarmanusia. Menurut Follet, kelompok ialah suatu mekanisme di
mana berbagai individu dapat mengkombinasikan bakatnya untuk mencapai sesuatu
yang baik. Menurutnya, organisasi merupakan komunitas tempat manajer dan karyawan
bekerja secara harmonis tanpa adanya dominasi dari salah satu pihak terhadap pihak
lainnya, serta dapat menyelesaikan berbagai perbedaan dan konflik yang timbul melalui
diskusi. Follet beranggapan bahwa manajer bertugas untuk membantu karyawan agar
saling bekerja sama dalam rangka mencapai berbagai kepentingan yang terintegrasi.
Menurut Follet, tanggung jawab kolektif dapat ditimbulkan oleh upaya membuat
karyawan merasa memiliki perusahaan.

-Chester I. Barnard (1886-1961)

Menurut Chaster, organisasi ialah sistem kegiatan yang diarahkan ke tujuan. Chaster
mengemukakan bahwa manajemen memiliki dua fungsi utama, yaitu merumuskan
tujuan dan mengadakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Barnard memandang pentingnya komunikasi dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan teori penerimaan pada wewenang yang dikemukakannya, bawahan hanya
akan menerima perintah jika mampu, memahami dan berkeinginan untuk menuruti
pimpinannya.

2.pendekatan manajemen prilaku

Perkembangan lanjutan dalam manajemen kembali dimulai pada 1930 dan popular
sejak 1950-an, yakni berupa manajemen yang memperhatikan karyawannya. Pandangan
ini timbul dari berbagai kelemahan manajemen klasik yang berorientasi pada tugas dan
menimbulkan stres serta pelambatan dan penurunan produktivitas akibat monotonnya
pekerjaan. Aliran Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu
pada suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dan karyawan. Jika
hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, suasana kerja akan mendorong
semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan
terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusiawi yang baik.

-Studi Hawthorne

Studi Hawthorne dilakukan di pabrik Western Electric Company dari tahun 1924—1933
di Hawthorne, dekat Chicago, Amerika Serikat. Studi disponsori oleh General Electric, Co.
Studi tersebut bertujuan melihat pengaruh tingkat cahaya penerangan di tempat kerja
terhadap produktivitas. Pada mulanya, karyawan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok
pertama, yaitu tingkat penerangan diubah-ubah. Kelompok kedua merupakan kelompok
pengendali (control group). Cahaya penerangan untuk kelompok kedua tidak diubah-
ubah. Ketika tingkat cahaya penerangan dinaikkan, ada kenaikan produktivitas pada
kelompok pertama meskipun polanya tidak menentu. Ketika tingkat penerangan
diturunkan, produktivitas tetap cenderung naik. Bahkan, produktivitas pada kelompok
pengendali, yaitu tingkat penerangan tidak diubah, menunjukkan kecenderungan
kenaikan produktivitas. Hasil seperti itu tentu saja membingungkan.

Pada eksperimen selanjutnya, sekelompok pekerja ditempatkan di tempat terpisah.


Beberapa variabel yang berkaitan diubah-ubah, seperti upah, lamanya waktu istirahat,
dan hari kerja diperpendek. Bahkan, pekerja diperbolehkan memberi saran/usulan
perubahan. Hasil yang diperoleh tetap membingungkan. Produktivitas cenderung naik
meskipun tidak teratur polanya. Elton Mayo (1880—1949) bersama beberapa koleganya,
seperti Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson, kemudian masuk dalam tim
penelitian.

Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa kenaikan produktivitas tersebut terjadi


karena kelompok kerja yang dijadikan studi dan juga kelompok kendali merasa menjadi
perhatian. Akibatnya, mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik. Para peneliti sampai
pada kesimpulan bahwa perhatian manajemen dapat meningkatkan semangat kerja
karyawan. Gejala seperti itu kemudian sering disebut sebagai efek Hawthorne
(Hawthorne effect).

Sumbangan dan keterbatasan pendekatan hubungan manusiawi

Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya kebutuhan sosial. Dengan


demikian, aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan
ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak memfokuskan pada upaya
memperbaiki hubungan kerja antara manajer dan karyawan. Aliran ini memelopori studi
baru dalam bidang dinamika kelompok, yaitu perhatian ditujukan tidak hanya pada
individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok. Teori ini selanjutnya
menginspirasi para ilmuwan perilaku manusia seperti Agryris, Maslow, dan McGregor
untuk mengkaji motivasi secara lebih dalam.

Sementara itu, keterbatasan dari teori hubungan manusia antara lain konsep makhluk
sosial yang tidak secara lengkap menggambarkan individu di tempat kerjanya. Di
samping itu, perbaikan kondisi dan kepuasan kerja karyawan tidak mampu
meningkatkan produktivitas sesuai harapan. Selain lingkungan sosial di tempat kerja,
upah, menariknya pekerjaan, struktur organisasi dan hubungan perburuhan juga
berperan dalam mempengaruhi produktivitas.

3.Aliran Manajemen Modern

Aliran manajemen modern di dasari oleh asumsi bahwa manusia memiliki berbagai
kebutuhan dan mengalami perubahan yang cepat, sehingga tidak ada pendekatan yang
bisa digunakan pada kondisi tersebut (Krisnandi, dkk, 2019, hlm. 25). Akan tetapi,
pendekatan ini tetap mengakui gagasan teori manajemen klasik dan sumber daya
manusia. Pada dasarnya, manajemen modern dibangun berdasarkan dua konsep utama,
yakni teori perilaku organisasi dan manajemen kuantitatif.

Pemikiran pokok dari Teori Perilaku adalah sebagai berikut

Organisasi merupakan suatu keseluruhan dan pendekatan manajer untuk melakukan


pengawasan yang harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Diperlukan pendekatan motivasional untuk membangun komitmen pekerja terhadap


tujuan organisasi.

Diperlukan manajemen yang sistematik dengan pendekatan yang didasarkan pada


berbagai pertimbangan yang relevan.

Manajemen teknik dapat dinilai sebagai suatu proses teknik mengenai peranan
prosedur dan prinsip yang dijalankan secara ketat.

Sementara itu pendekatan kuantitatif meyakini bahwa pokok masalah perlu


diidentifikasi dengan riset ilmiah dan operasional, serta teknik ilmiah lainnya seperti
perencanaan program, capital budgeting, pengembangan sumber daya manusia, dan
sebagainya. Pendekatan-pendekatan tersebut dinamakan pendekatan ilmu manajemen
(science management), yakni pendekatan dengan prosedur sebagai berikut.

Perumusan masalah.

Penyusunan model matematis.

Penyelesaian model.

Penganalisisan model dan hasil dari model tersebut.

Pengawasan terhadap hasil.

Pengimplementasian kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai