Anda di halaman 1dari 7

Pendekatan Kelembagaan Dalam Pengembangan Ekonomi Regional

2.1 Keberadaan Organisasi

Dalam ensiklopedia sosiologi “lembaga” diistilahkan sebagai “institusi” sebagaimana


didefinisikan oleh Macmillan merupakan seperangkat hubunganhubungan norma,
kenyakinan, dan nilai-nilai yang nyata yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan
serangkaian yang penting dan berulang (Saharuddin, 2001:1). Sementara Adelman dan
Thomas dalam buku yang sama mendefinisikan institusi sebagai suatu bentuk interaksi
diantara manusia yang mencakup sekurang-kurangnya tiga tingkatan. Pertama, tingkatan nilai
kultural yang menjadi acuan bagi institusi yang lebih rendah tingkatannya. Kedua, mencakup
hukum dan peraturan yang mengkhususkan pada apa yang disebut aturan main (therules of
thegame). Ketiga, mencakup pengaturan yang bersifat kontraktual yang digunakan dalam
proses transaksi. Ketiga tingkatan institusi ini menunjuk pada hierarki dari yang ideal hingga
yang paling konkrit, dimana institusi yang lebih rendah berpedoman pada institusi yang lebi
tinggi tingkatannya (2001:1).
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga itu tidak
hanya organisasi-organisasi yang memiliki kantor saja tetapi juga aturan aturan yang ada di
masyarakat dapat dikatagorikan sebagai suatu lembaga seperti aturan dalam pinjam
meminjam uang atau perkreditan.
Perbedaan antara lembaga dan organisasi semakin terlihat apabila dilihat dari tipe
lembaga (Uphoff, 1986:8) yang membedakanya sebagai berikut :
a) Lembaga yang bukan organisasi
b) Lembaga yang juga merupakan organisasi
c) Organisasi yang bukan lembaga

Sebuah organisasi suatu saat dapat saja menjadi lembaga dengan adanya proses
institusialisasi. Organisasi dapat terinstitusialisasi dengan beberapa persyaratan, diantaranya
adanya norma yang dihayati masyarakat sebagai anggotanya. Organisasi ini memberi
keuntungan bagi anggotanya serta adanya stabilitas dan kapabilitas untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi.
a) Lembaga yang bukan organisasi (UU Perbankan)

1
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
Undang-undang Perbankan sebagai kelembagaan atau Institusi dalam rangka
penyediaan pelayanan jasa keuangan sudah menjadi kebutuhan bersama masyarakat
dunia. Berbagai aturan dan tata cara yang diatur di dalam undang-undang itu telah
menjadi norma dan perilaku umum dalam kegiatan simpan-pinjam uang. Namun
undang-undang Perbankan tidak memiliki Ketua, Kepala Bagian dan sebagainya.
Karena itu undang-undang Perbankan dalam hal ini adalah kelembagaan yang bukan
organisasi.
b) Lembaga yang juga merupakan organisasi (Bank Central)
Sebuah Bank dapat disebut sebagai organisasi karena di dalamnya terdapat struktur
peran-peran yang telah dikenal dan diakui. Ada peran Direktur, ada peran Bagian
Kredit, ada peran Bagian Pelayanan Nasabah, dan sebagainya. Sebagai Lembaga atau
Institusi Bank menyediakan jasa untuk melakukan simpan-pinjam uang. Penggunaan
jasa Bank sudah menjadi norma dan perilaku masyarakat luas yang memiliki dan
memerlukan uang, karena itu Bank adalah kelembagaan yang juga merupakan
Organisasi.
c) Organisasi yang bukan lembaga (Arisan Rumah Tangga)
Kelompok Arisan Ibu-ibu disuatu Rukun Tetangga adalah sebuah organisasi karena di
dalamnya ada Struktur peran yang telah di kenal dan diakui oleh para peserta arisan
itu. Kelompok arisan itu dapat bubar dan setelah semuaanggota mendapat giliran
memperoleh uang arisan. Ciri utama kelembagaan yang juga merupakan organisasi
tidak hanya pada pemenuhan kebutuhan manusia yang menjadi anggota, namun
terletak pada bagaimana upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

2.2 Peranan Ahli Ekonomi Pembangunan

Munculnya Ekonomi Kelembagaan (InstitutionalEconomics) merupakan reaksi dari


rasa ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik, yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari
aliran ekonomi klasik. Menurut Hasibun (2003) inti pokok aliran ekonomi kelembagaan
adalah melihat ilmu ekonomi dengan satu kesatuan ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi,
politik, antropologi, sejarah dan hukum.
Landreth dan Colandar (1994) membagi para tokoh ekonomi aliran kelembagaan
dalam tiga golongan, yaitu tradisional, quasi dan neo. Yustika (2006) membagi aliran
Kelembagaan dalam ilmu ekonomi kelembagaan lama (oldinstitutionaleconomics) dan ilmu
ekonomi kelembagaan baru (newinstitutionalEconomics). Mengkombinasikan dari kedua
2
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
pandangan tersebut, pertama akan dikemukakan aliran ekonomi kelembagaan lama, kedua
quasi dan aliaran ekonomi kelembagaan baru.
1. Aliran Kelembagaan Lama
Bapak Ekonomi kelembagaan yang disetujui oleh para pakar adalah
ThoresteinBundeVeblen (1857-1929). KrirtikVeblen sangat tajam terhadap ekonomi
ortodoks, dimana pengertian ekonomi ortodoks adalah pemikiran-pemikiran yang
menggunakan dan melanjutkan ekonomi Klasik seperti persaingan bebas, persaingan
sempurna, manusia adalah rasional, motivasi memaksimalkan keuntungan dan
meminimasipengeorbanan ekonomi. Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan
teori teologi, oleh karena akhir cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan
jangka panjang itu tidak pernah dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum
dimulai. Ilmu ekonomi bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumber-sumber tetapi
justru mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap (given).
Salah seorang tokoh ekonomi kelembagaan dari inggris yang penting adalah John A.
Hobson (1858-1940). Menurutnya, ada tiga kelemahan toeri ekonomi ortodoks, yaitu tidak
dapat menyelesaikan maslah full-employment, distribusi pendapatan yang senjang dan pasar
bukan ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Beliau tidak setuju adanya unsur
ekonomi positif dan normatif karena keduanya tetap memerlukan adanya unsur etika.
Timbulnya Imprealsime menurut Hobsoan disebabkan karena terjadinya konsumsi yang
kurang dan kelebihan tabungan di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke
daerah-daerah jajahan. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah
full-employment dan peningkatan pendapatan pekerja dan produktivitas. Dengan semakin
meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, yang berarti
bisa terhindar dari bahaya adanya resesi.
2. Aliran Quasai Kelembagaan
Para tokoh yang masuk di dalam aliran ini adalah mereka yang terpengaruh oleh
pemikiran veblen dan kawan-kawannya, para tokoh aliran ini antara lain Joseph Schumpeter,
GunnarMyrdal, dan kennethGalbraith. Pemikiran schumpeter bertumpu pada ekonomi jangka
panjang, yang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru,
maupun dalam mejelaskan terjadinya siklus ekonomi. Keseimbangan ekonomi yang statis
dan stasioner seperti konsep kaum ortodoks mengalami gangguan dengan adanya inovasi,
Meskipun demikian, gangguan tersebut dalam rangka berusaha mencari keseimbangan yang
baru. Inovasi tidak bisa berlanjut kalau kaum wirasawata telah terjebak dalam persoalan-
persoalan yang sifatnya rutin.
3
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
Sedangkan Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di Amerika
serikat yang tidak sesuai dengan perkiraan (prediksi) yang dikemukakan kaum ekonomi
ortodoks. Asumsi-asumsi yang dikemukakan oleh teori ekonomi ortodoks dalam
kenyataannya melenceng jauh sekali. Keberadaan pasar persaingan sempurna tidak ada,
bahkan pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan ini
demikian besar kekuasaanya sehingga selera konsumen bisa diaturnya.
Pada perusahaan yang besar ini, pemilik modal terpisah dengan manajer profesional
dan para manajer ini telah menjadi technostrusture masyarakat. Konsumsi masyarakat telah
menjadi demikian tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan dan kwalitas
barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang publik. Selanjutnya
kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan buruh, pemerintah dan
lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin keberlanjutan perusahan-
perusahaan ini, maka pemerintah hendaknya berfungsi untuk menstabilkan perkembangan
ekonomi.
3. Aliran Kelembagaan Baru
Aliran Ekonomi Kelembagaan Baru (New InstitutionalEconomics disingkat NIE)
dimulai pada tahun-tahun 1930-an dengan ide dari penulis yang berbeda-beda. Menurut
Yustika (2006), pada tahun-tahun terakhir ini terjadi kesamaan ide yang mereka usung dan
kemudian dipertimbangkan menjadi satu payung yang bernama NIE. Secara garis besar, NIE
sendiri merupakan upaya ‘perlawanan’ terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi
Neoklasik, meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang ada pada
masing-masing para pemikir.
NIE dengan demikian menempatkan dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan
nonpasar dengan fondasi teori ekonomi Neoklasik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
tokoh NIE Douglas C. North, bahwa NIE masih menggunakan dan menerima asumsi dasar
dari ekonomi Neoklasik mengenai kelangkaan dan kompetisi akan tetapi meninggalkan
asumsi rasionalitas instrumental (instrumental rasionality). Oleh karena ekonomi Neoklasik
memaki asumsi tersebut menyebabkan menjadi teori yang bebas kelembagaan (institutional-
freetheory).
NIE selanjutnya memperdalam kajiannya tentang kelembagaan nonpasar, seperti hak
kepemilikan, kontrak, partai revolutioner dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena sering
terjadi masalah kegagalan pasar (marketfailure). Kegagalan pasar muncul karena terjadinya
asimetris informasi, eksternalitas produksi (productionexternality) dan adanya kenyataan
keberadaan barang-barang-barang publik (publik goods). Akibat kealpaan teori ekonomi
4
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
Neoklasik terhadap adanya kegagalan pasar, maka dilupakan pula adanya kenyataan
pentingnya biaya-biaya transaksi (transactioncost). Di samping itu NIE menambah
bahasannya tentang terjadinya kegagalan kelembagaan (institutionalfailure) sebagai penyebab
terjadinya keterbelakangan pada banyak negara.
Dengan demikian, ilmu ekonomi kelembagaan kemudian menjadi bagian dari ilmu
ekonomi yang cukup penting peranannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial
ekonomi, budaya dan terutama ekonomi politik. Ilmu ekonomi kelembagaan terus
berkembang semakin dalam karena ditekuni oleh banyak ahli ilmu ekonomi dan ilmu sosial
lainnya, termasuk beberapa diantaranya memenangkan hadiah nobel. Penghargaan tersebut
tidak hanya tertuju langsung kepada ahli dan orangnya, tetapi juga pada bidang keilmuannya,
yakni ilmu ekonomi kelembagaan (Rachbini, 2002).
Para penganut ekonomi kelembagaan percaya bahwa pendekatan multidisipliner
sangat penting untuk memotret masalah-masalah ekonomi, seperti aspek sosial, hukum,
politik, budaya, dan yang lain sebagai satu kesatuan analisis (Yustika, 2008: 55). Oleh karena
itu, untuk mendekati gejala ekonomi maka, pendekatan ekonomi kelembagaan menggunakan
metode kualitatif yang dibangun dari tiga premis penting yaitu: partikular, subyektif dan,
nonprediktif.
Pertama, partikular dimaknai sebagai heterogenitas karakteristik dalam masyarakat.
Artinya setiap fenomena sosial selalu spesifik merujuk pada kondisi sosial tertentu (dan tidak
berlaku untuk kondisi sosial yang lain). Lewat premis partikularitas tersebut, sebetulnya
penelitian kualitatif langsung berbicara dua hal: (1) keyakinan bahwa fenomena sosial
tidaklah tunggal; dan (2) penelitian kualitatif secara rendah hati telah memproklamasikan
keterbatasannya (Yustika, 2008: 69).
Kedua, yang dimaksud dengan subyektif disini sesungguhnya bukan berarti peneliti
melakukan penelitian secara subyektif tetapi realitas atau fenomena sosial. Karena itu lebih
mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha
menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam” dalam antropologi disebut
dengan emic.
Ketiga, nonprediktif ialah bahwa dalam paradigma penelitian kualitatif sama sekali
tidak masuk ke wilayah prediksi kedepan, tetapi yang ditekankan disini ialah bagaimana
pemaknaan, konsep, definisi, karakteristik, metafora, simbol, dan deskripsi atas sesuatu. Jadi
titik tekannya adalah menjelaskan secara utuh proses dibalik sebuah fenomena.

2.3 Kemitraan Pemerintah dan Swasta


5
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
Kemitraan pada hakekatnya merupakan wujud yang ideal dalam meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang
bertumpu pada ikatan usaha yang saling menunjang dan saling menguntungkan serta saling
menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Dengan kemitraan diharapkan
dapat menumbuhkan dan menjamin keberlanjutan jaringan kelembagaan untuk mendukung
inisiatif lokal dalam pengembangan ekonomi lokal (Haeruman, 2001).

Pola kemitraan adalah salah satu konsep yang sudah banyak dikenal. Dalam pola ini
diharapkan suatu lembaga mampu berfungsi sebagai penampung aspirasi para anggota
kemitraan tersebut. Perlu diingat bahwa salah satu fungsi dari lembaga kemitraan adalah arus
mampu mencerminkan keikutsertaan para anggotanya (participatory approach) dan
mengikutsertakan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan di daerah
mereka masing-masing.

Dari pengalaman yang lalu, keikutsertaan sektor swasta dan wakil dari masyarakat
sangat berperan dalam meningkatkan dinamika suatu kemitraan. Bahkan kalau perlu lembaga
kemitraan tersebut dipimpin oleh wakil dari swasta atau wakil dari masyarakat. Hal ini akan
sangat mempengaruhi keinerja dari kemitraan itu sendiri. Dengan prinsip “duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi”, para anggota akan lebih untuk mengutarakan berbagai
masalah atau tantangan yang dianggap menjadi ganjalan dalam membangun daerahnya.
Banyak pengamat menunjukkan bahwa kecenderungan didunia usaha sekarang bukan kepada
membangun usaha yang semakin besar, tapi kepada unit usaha kecil atau menengah dan
independen sehingga menjadi lincah dan cepat tanggap dalam menghadapi perkembangan
dan perubahan yang cepat di pasar. Peluang pasar akan terdiri bukan atas peningkatan
permintaan yang besar, melainkan atas peluang-peluang kecil.

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Karena merupakan suatu strategi bisnis maka keberhasilan
kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam
kemitraan tersebut harus memiliki dasat-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut
bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Hal ini erat kaitannya dengan
peletakan dasar-dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku kemitraan. Pemahaman etika bisnis
sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi dalam
6
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/
mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Komposisi kemitraan itu sangat
bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang,
eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga
swadaya masyarakat dan sebagainya.

Lebih lanjut, Herman Haeruman (2001) mengelaborasi kemitraan sebagai suatu


proses. Proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana itu diimplementasikan
dan selanjutnya dimonitor serta dievaluasi terus-menerus oleh pihak yang bermitra. Dengan
demikian terjadi alur tahapan pekerjaan yang jelas dan teratru sesuai dengan sasaran yang
ingin dicapai. Karena kemitraan merupakan suatu proses maka keberhasilannya diukur
dengan pencapaian nilai tambah yang didapat oleh pihak yang bermitra baik dari segi
material maupun non-material, nilai tambah ini akan berkembang terus seusai dengan
meningkatnya tuntutan untuk mengadaptasi berbagai perubahan yang terjadi. Singkatnya,
nilai tambah yang didapat merupaknn fungsi dari kebutuhan yang ingin dicapai.

Dalam mengembangkan kemitraan, masing-masing partner harus sensitif dan


menunjukkan komitmen dan empatinya tidak saja terhadap apa yang menjadi tujuan forum
kemitraan bersangkutan tetapi terutama terhadap apa yang menjadi tujuan masing-masing
individu. Dengan kata lain, setiap anggota harus sensitif terhadap apa yang menjadi tujuan
forum kemitraan, tujuannya sendiri, serta tujuan individual identik dengan mencabut akar
kemitraan itu sendiri (The Peter F. Drucker Foundation, 1996; Austin, 2000; The Jean
Monnet Program, 2001).

Secara sederhana, Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal atau disingkat


dengan akronim “KPEL” adalah suatu pendekatan untuk mendorong aktivitas ekonomi
melalui pembentukan kemitraan masyarakat-swasta-pemerintah dan memfokuskan pada
pembangunan aktivitas kluster ekonomi, sehingga terbangun keterkaitan (linkage) antara
pelaku-pelaku ekonomi dalam satu wilayah atau region
(perdesaan/kota/kecamatan/kabupaten/propinsi) dengan market (pasar lokal, nasional dan
pasar internasional) (UNDP, UN-HABITAT & BAPPENAS, 2002). KPEL juga merupakan
instrumen untuk mendukung terciptanya : 1). pembangunan ekonomi yang mendayagunakan
sumber daya lokal; 2) peningkatan pendapatan dan penciptaan peluang lapangan kerja; 3).
perencanaan yang terintergrasi - baik vertikal dengan horizontal maupun sektoral dan
regional (daerah); pemerintahan yang baik (good governance).

7
This study source was downloaded by 100000809090524 from CourseHero.com on 10-23-2022 19:58:13 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/57154687/Pendekatan-Kelembagaan-Dalam-Pengembangan-Ekonomi-Regionaldocx/

Anda mungkin juga menyukai