Yuni Permatasari
Hubungan Internasional Program Magister, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl Lingkar Barat Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, Kode Pos 55183
yunipsari3697@gmail.com
Abstrack
The current era of globalization does not rule out the rate of cooperation between countries
which is increasingly widespread and dynamic, supported by technological sophistication, not
initially allowing everyone to communicate smoothlyand without obstacles, this also has an impact
on the smooth running of the international world economy, namely exports and imports. The
unilateral stopping of trade, especially in the case of EU (European Union) Palm Oil Imports from
Indonesia,is a form of inequality. So there is a need for an assessment from a political economy
perspective in this case. The results of the study show the implications of the nationalization process
(national interest) carried out by the EU to Indonesia to safeguard the national economic interests
of EU member states.
Intisari
Era globalisasi sekarang ini tidak menutup kemungkinan laju kerjasama antar negara
semakin meluas dan dinamis, didukung oleh kecanggihan teknologi tak mulanya membuat semua
orang dapat berkomunikasi secara lancar dan tanpa hambatan, hal tersebut pula berdampak pada
lancarnya laju perekonomian dunia internasional, yaitu ekspor dan impor. Pemberhentian sepihak
dalam perdagangan khususnya dalam kasus Import Minyak Kelapa Sawit UE ( Uni Eropa) dari
Indonesia merupakan salah satu bentuk ketimpangan. Sehingga perlunya pengkajian dalam
perspektif ekonomi politik dalam kasus ini. Hasil penelitian ini menunjukan bentuk pengimplikasian
dari proses nasionalisasi (national interest) yang dilakukan UE terhadap Indonesia untuk menjaga
kepentingan ekonomi nasional negara-negara anggota UE.
Kata Kunci : Impor, Kelapa Sawit, EU, Ekonomi Politik, Kepentingan Nasional.
56
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 7 No. 1 JANUARI 2022 ISSN PRINT : 2502-0900
ISSN ONLINE : 2502-2032
terbukti dari hasil yang diperoleh oleh kepentingan nasional dalam kasus
petani kecil dan menghasilkan peluang pemberhentian kerjasama ekonomi yang
kerja yang lebih banyak lagi bagi petani- dilakukanoleh UE terhadap Indonesia. Kasus
petani kecil lainnya. Lebih dari 6,6 juta ton ini juga dijelaskan indikasi penyebab
minyak sawit dihasilkan oleh petani kecil terjadinya pemutusan import minyak kelapa
yangmemiliki lebih dari 41 persen dari total sawit dari Indonesia dan juga upaya yang
perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan Indonesia selaku negara
(World Growth Report, 2017). pengimpor. Pada titik inilah penulis ingin
menjawab rumusan pertanyaan dalam paper
CPO sendiri telah menduduki posisi ini yakni “Mengapa UE Memberhentikan
tertinggi dalam vegetable oil dunia yaitu Impor Kelapa Sawit dari Indonesia?” 2.
mencapai sekitar 30 juta ton dengan Pembahasan :
pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, hal
tersebut mengalahkan komoditi kedelai yang 2.1 Dinamika Pemutusan Impor oleh
dihasilkan oleh petani-petani lainnya sekitar UE dalam Perspektif Ekonmi
25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata Politik
3,8% pertahun pada tahun 2004. Salah satu
konsumen CPO terbesar dan pasar yang Pada kurun waktu belakangan ini Uni
potensial bagi Indonesia adalah Uni Eropa. Eropa mulai membuat berbagai peraturan
Kawasan ini menggunakan CPO sebagai tentang standar lingkungan dalam berbagai
bahan baku utama dalam bidang transportasi industri terutamadalam ekspor kelapa sawit
untuk dapat memproduksi biofuel yang ke Eropa. Uni Eropa mengesahkan tentang
merupakan bahan bakar nabati. Menyikapi Forest Law Enforcement Governance and
hal tersebut membu at UE untuk Trade (FLEGT), atau aturan yang berlaku
menggunakan jenis tumbuh-tumbuhan untuk tentang impor dalam bidang kehutanan,
energy terbarukan yang diperuntukkan untuk membuat regulasi terkait impor pulp dan
menjaga dan menghindari dari masalah kertas pada 2008, dan hukuman tarif anti-
lingkungan dengan mengimpor bahan- dari dumping terhadap ekspor biodiesel dan
berbagai jenis tumbuhan, salah satunya fatty alcohol dari Indonesia ke Uni Eropa
mengimpor CPO dari Indonesia untuk (European External Action Service, 2019).
memproduksi biofuel. (KEMENPERIN,
2019) Hal tersebut diperburuk dengan
tindakan oleh resolusi Parlemen UniEropa
Namun pada proses laju ekspor-impor untuk tidak membeli minyak sawit untuk
antara dua negara tidak selalu mengalami biodiesel pada 2020 dari Indonesia lagi
kesuksesan terus menerus dan tanpa karena dinilai tidak diproduksi secara
hambatan. Bermula pada tanggapan UE yang berkelanjutan dan memicu deforestasi.
menyatakan tidak mencapainya standarisasi Resolusi ini mendapat respons dari negara
minyak kelapa sawit Indonesia terhadap produsen sawit terbesar, seperti Indonesia
standar EU diajadikan alasan utama dan Malaysia. Respon berdatangan pada
pemberhentian impor minyak kelapa sawit aktor negara Indonesia, baik dari pejabat
oleh UE selain itu isu deforestasi yang yang berkepentingan dalam bidang kelapa
dilakukan Indonesia juga sebagai faktor yang sawit, bahkan sampai kePresiden dan Wakil
dapat merusak lingkungan. Hal tersebut Presiden. Hal tersebut merupakan politik
ditolak oleh Indonesia yang sudah diskriminatif yang dibuat oleh Uni Eropa
melakukan tahap-tahap dengan standarisasi dalam kurun 20th terakhir, kampanye hitam
yang telah dilakukan dan pernyataan dengan labelisasi “Palm Oil Free dan No
deforestasi dianggaplah hal tidak relevan Palm Oil” di negara-negara Eropa, dan
dikarenakan penanaman sawit ialah di lahan penetapan standarisasi oleh EU terhadap
yang jelas merupakan bekas wilayah negara yang mengimport telah merugikan
perkebunan dan sudah ada bahkan sejak pihak pengekspor kelapa sawit, yang
puluhan tahun lalu. notabennya sendiri ialah peani keecil
Indonesia (European External Action
Penelitian ini menggunakan metode Service, 2019).
penelitian kuantitatif,yaitu mengukur dengan RED (Renewable Energy Directive)
perspektif ekonomi politik dan kualifikasi
57
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 7 No. 1 JANUARI 2022 ISSN PRINT : 2502-0900
ISSN ONLINE : 2502-2032
58
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 7 No. 1 JANUARI 2022 ISSN PRINT : 2502-0900
ISSN ONLINE : 2502-2032
kelapa sawit di Indonesia. Penegakannya (Kaplan, 2009). Sehingga kawasan Eropa sudah
kuat (enforcement), karena didasarkan atas lama kehilangan hutan aslinya sebelum
peraturan dan ketentuan Pemerintah. Jadi, memasuki abad ke 20, apabila terdapat hutan
seluruh perusahaan perkebunan kelapa (sebagaimana dipublikasikan oleh FAO)
sawit diIndonesia wajib menaati ketentuan dikawasan Eropa merupakan hutan buatan yakni
ISPO mulai dari hulu (kebun) hingga hilir bekas areal pertanian yang ditinggalkan akibat
(pengolahan hasil) paling lambat sampai urbanisasi dan dibiarkan kembali menjadi
dengan tanggal 31 Desember 2014 (ISPO, kawasan hutan berbeda juga dengan Indonesia
2019). yang disinyalir melakukan deforestasi atau
penggundulan lahan untuk mebuka lahan
perkebunan kelapa sawit, padahal hal tersebut
hanya menam ulang dari lahan yang sama sejak
2.3 Perspektif Ekonomi Politik Dalam 60 tahun yang lalu sudah menggunakan lahan
Pemberhentian Impor CPO Oleh EU tersebutuntuk kegiatan perkebunan jadituduhan
deforestasi tersebut tidaklah tepat (Soemarwoto,
Ekonomi Politik Internasionaldiilustrasikan 1992).
berupa “tindakan- tindakan politik yang
menggunakan perangkat-perangkat ekonomi” Komiditi impor EU terbesar yang terkait
atau sebaliknya. Bukti-bukti diperlihatkan dengan deforestasi ialah kacang kedelai dan
melalui berbagai peristiwa atau fenomena dari daging sapi. Dimana keduanya mencapai 54
politik global negara-negara adikuasa dalam hal persen embodied deforestation EU. Sedangkan
penggunaan sarana ekonomi atau politik untuk minyak kelapa sawit dari Indonesia dan
mencapai kepentingan politik atau kepentingan Malaysia sangat kecil yaitu hanyakurang dari
ekonomi mereka. Dimana sama halnya yang satu persen. Maka dari itu resolusi dari
dilakukan oleh EU terhadap Indonesia yang Parlemen Eropa terhadap deforestasi terhadap
menggunakankelapa sawit sebagai produk yang minyak sawit terlalu berlebihan. Kerugian
tidak ramah lingkungan hanya sebagai alibi ekonomi memperlihatkan bahwa sebuah
untuk mempertahankan kepentingan negara gagal memenuhi kepentingan
nasionalnya. Dimana disinyalir resolusi Uni nasionalnya (national interests), yaseharusny
Eropa yang bertajuk Report on Palm Oil and memajukan negara serta mewujudkan
Deforestation on Rainforests murni karena kesejahteraan warga negara. Konsep
persaingandagang. Buktinya, kebijakan tersebut kepentingan nasional merupakan konsep yang
bersifat diskriminatif, serta tidak berdasar pada mendeskripsikan prinsip dan tujuan negara
kenyataaan yang ada (Ikbar,2006,p.121).
Untuk mengimplementasikan tujuan
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri kepentingan nasional ini, maka suatu negara
Kementerian Perdagangan Oke Nurwan harus lebih mengacu kepada kebijakan
mengatakan, pemerintah tidak terima apabila yanglebih
produk kelapa sawit Indonesia disebut hasil mempertimbangkanndanmenguntungkannya
deforestasi yang berlebihan. Deforestasi untuk di beberapa persoalan. Dimana seperti yang
lahan kelapa sawit masih relatif lebih sedikit dilakukan oleh EU sendiri bahwa imporkelapa
dibandingkan kacang kedelai, yang utamanya sawit dianggap merupakan ancaman nyata bagi
ditanam di negara Eropa. Dengan luas lahan petani-petani produsen minyak nabati serupa
kelapa sawit sebanyak 16 juta hektare (ha) di dari biji matahari dan kacang kedelai di Uni
seluruh dunia, deforestasi akibat kelapa sawit Eropa. Hal tersebut akan menyebabkan
hanya menyumbang delapan persen terhadap kurangnya pembelian dari hasil produksi dari
deforestasi. Dibandingkan deforestasi yang petani-petani dala negeri dan akan berdampak
diakibatkan olehkacang kedelai menyumbang 19 pada berkurangnya akan pendapatan
persendiforestasi dunia hal tersebut lebih besar ekonominya pula. Import atau belanja dari
dibandingkan kelapa sawit, hal tersebut tidak Indonesia yang jauh lebih besar dari produksi
menjadi masalah dikarenakan kacang kedelai minyak nabati dalam negeri akan
merupakan hasil produksi minyak nabati oleh menyebabkan terancamnya kepentingan
UE. Mengelik masalah deforestasi kawasan nasional dari negara- negara anggota Uni
Eropa diperkirakan telah lebih awal (bahkan Eropa itu sendiri. Sehingga pemberhentian
sebelum zaman es) mengalami deforestasi import minyak kelapa sawit dari Indonesia
59
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 7 No. 1 JANUARI 2022 ISSN PRINT : 2502-0900
ISSN ONLINE : 2502-2032
60
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 7 No. 1 JANUARI 2022 ISSN PRINT : 2502-0900
ISSN ONLINE : 2502-2032
61