INDONESIA
Disusun oleh :
PKP – 1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
Red II Terhadap Kelapa Sawit Indonesia" ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
Penulis Mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si. selaku
dosen Mata Kuliah Pengelolaan Perkebunan, yang telah membimbing kami dalam
menyusun Paper ini. Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan Paper ini
kami masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun, kami tetap berharap agar Paper
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
penulisan Paper ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada Paper kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Crude palm oil (CPO) atau minyak sawit menjadi komoditas ekspor unggulan
di Indonesia. Secara kualitas, minyak sawit Indonesia telah memenuhi standar
mutu internasional. Minyak sawit memiliki kandungan kimia yang dapat
digunakan sebagai campuran biodiesel untuk otomotif bertorsi tinggi. Selain itu
dapat digunakan sebagai bahan baku makanan, kosmetik, obat-obatan dan
pelumas. Beberapa negara yang menjadi pasar ekspor kelapa sawit terbesar
Indonesia pada tahun 2015 antara lain: Pakistan (3.820 ton), Uni Eropa (2.441
ton) dan Singapura (604 ton) (Badan Pusat Statistik, 2017). Dari beberapa negara
tersebut Uni Eropa menjadi konsumen yang menerapkan hambatan tarif maupun
non tarif terhadap impor kelapa sawit. Hambatan ini bermula dari kebijakan
European Union Renewable Energy Directive (RED) tahun 2009 yang
1
2
Produksi kelapa sawit yang dinilai tidak ramah lingkungan menjadi indikasi
masyarakat Uni Eropa untuk tidak mengkonsumsi produk tersebut. Dalam hal ini
UE berkomitmen untuk menjaga perubahan iklim dan mengajak seluruh negara
dalam menjaga lingkungan hidup sesuai dengan perjanjian yang tertuang dalam
Paris Agreement (2015). Sebagai organisasi besar, pergerakan Uni Eropa dapat
menjadi kiblat atau panutan dari negara-negara lain. Kesepakatan dalam United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Paris
Agreement dibentuk melalui konsensus pada 12 Desember 2015 yang berkaitan
dengan urusan mitigasi, adaptasi dan keuangan (Paris Agreement, 2015).
menyeluruh untuk produksi dan promosi energi dari sumber terbarukan di Uni
Eropa (Renewable Energy Directive, 2016).
BAB II
HAMBATAN EKSPOR KELAPA SAWIT INDONESIA KE UNI
EROPA
2.1 Kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II)
Kebijakan biofuel pertama kali ada pada tahun 2003 melalui The Directiveon
the promotion of the use of biofuels or other renewable fuels for transport.
Kebijakan ini disepakati di Brussels, 8 Mei 2003. RED yang pertama ini
menargetkan untuk penggunaan transportasi sebanyak 2%, dihitung berdasarkan
sumber energi, bensin dan solar pada 31 Desember 2005 dan 5,75% pada 31
Desember 2010 (Directive 2003/30/EC of the European Parliament, 2003).
Kemudian pada tahun 2006 UE mengeluarkan european union strategy for
biofuels yang berdasar pada biomass action plan. Strategi ini menekankan anggota
UE untuk memenuhi target nasional dalam penggunaan biofuel yang
berkelanjutan. Selanjutnya pada tahun 2007 UE mengeluarkan renewable energy
roadmap yang menargetkan 20% penggunaan energi terbarukan untuk tahun 2020
dengan minimal 10% penggunaan biofuel untuk sektor transportasi (Dewi, 2013).
Pada 23 April 2009 komisi UE merevisi kebijakan energi terbarukan 2001/77 dan
2003/30 menjadi directive 2009/28. Kebijakan ini bertujuan dalam mencapai 20%
pangsa energi dari sumber terbarukan pada tahun 2020 dan 10% dari energi
terbarukan khususnya di sektor transportasi (The European Portal For Energy
Efficiency In Buildings, 2012). Pada directive 2009/28/EC ini, ditetapkan
kerangka kerja umum untuk penggunaan energi dari sumber terbarukan untuk
membatasi emisi gas rumah kaca serta mempromosikan transportasi yang lebih
bersih. Selain itu, kebijakan ini menjadikan masing-masing negara untuk
memenuhi target penggunaan energi terbarukan yang sudah ditetapkan. Pada 30
November 2016, Uni Eropa merevisi laporan tersebut menjadi Renewable Energy
Directive II (RED II) dengan menambah beberapa target energy terbarukan. RED
II bertujuan untuk menjadikan Uni Eropa sebagai pemimpin global dalam energi
terbarukan dan memastikan bahwa target setidaknya 27% energi terbarukan dalam
konsumsi energi final di UE pada tahun 2030 terpenuhi (European Comission,
2016).
6
Uni Eropa berencana untuk mengurangi perubahan iklim yang mana ini
merupakan masalah besar yang harus hadapi. Hal ini sesuai dengan Paris
Agreement yang menetapkan pembatasan pemanasan global yang mencapai 2° C,
mengurangi efek gas rumah kaca dan berupaya untuk mengentaskan kemiskinan
(The Paris Agreement, 2018). Pada kebijakan RED II, Uni Eropa menetapkan
target energi baru, yang mengikat dan terbarukan pada 2030 mendatang
setidaknya sebesar 32% (Delegation of the European Union, 2018). Kesepakatan
ini dicapai pada 14 Juni oleh Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Dewan Uni
Eropa. RED II tidak secara spesifik menyinggung penghapusan kelapa sawit
untuk biodiesel mendatang. Pernyataan UE yang masih menjadi perdebatan
ditingkat international adalah mengenai metodologi indirect land- use change-risk
(ILUC risk) yang membedakan biofuel risiko rendah dan risiko tinggi (Simamora,
2018, hal. 10). Perbedaan antara keduanya, high ILUC risk merupakan biofuel
berbasis tanaman yang diproduksi secara signifikan dari area produksi yang
berkarbon tinggi seperti lahan basah, gambut dan hutan. Sementara low ILUC risk
merupakan biofuel berbasis tanaman yang penggunaan lahan nya tidak beresiko
mengalami perubahan (EU Renewable Energy Directive II (RED II), 2018).
Pada poin high ILUC risk, UE menyinggung tanaman yang berbasis lahan
basah, gambut dan hutan yang mana kelapa sawit merupakan bagian dari poin
tersebut. Hal ini memicu kekhawatiran pemerintah Indonesia dalam menyikapi
RED II. Dalam menyikapi hal ini, Presiden Joko Widodo menyampaikan surat
kepada Komisi dan Dewan Uni Eropa, selain itu Menlu Retno Marsudi juga
menyampaikan dua surat kepada Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk
mengungkapkan keprihatinan kepada para pemimpin Uni Eropa dikarenakan
situasi ini akan terus berlanjut (Sparringa, 2018).
tahun 2008-2017.
Provinsi Riau merupakan provinsi produsen minyak sawit terbesar di
Indonesia dan provinsi yang memiliki areal perkebunan sawit terbesar di
Indonesia. Kontribusi produksi minyak sawit provinsi ini sebesar 22,40% dari
total produksi pada tahun 2017. (infosawit.com, 26 November 2017). Areal
perkebunan sawit di provinsi ini mencapai 2,01 juta ha pada tahun 2016
(17,97% dari total luas areal perkebunan sawit di Indonesia), meningkat menjadi
± 2,26 juta ha pada tahun 2017. Selain terluas dalam hal areal lahan, produksi
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) terbesar berasal dari Provinsi Riau,
sebesar 7,43 juta ton pada tahun 2016 atau ± 23,58% dari total produksi
Indonesia. (BPS, 2017).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor dan impor
Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2018 masing-masing sebesar USD 17,1 miliar
dan USD 14,1 miliar. Adapun total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa
mencapai USD 31,2 miliar atau meningkat 8,29% dibandingkan periode yang
sama tahun 2017 (YoY). Selain itu, Uni Eropa juga merupakan tujuan ekspor dan
asal impor nonmigas terbesar ketiga bagi Indonesia. Ekspor Indonesia ke Uni
Eropa juga meningkat 4,59% dengan neraca perdagangan surplus bagi Indonesia
selama kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara nilai investasi Uni Eropa di
Indonesia tercatat senilai USD 3,2 miliar pada 2017.(merdeka.com, 25 Maret
2019).
Uni Eropa telah mendorong peningkatan konsumsi dan permintaan minyak
sawit secara global. Penggunaan minyak sawit di Eropa meningkat hampir enam
kali lipat pada periode 2010-2015 pada konsumsi biodiesel, yaitu dari 8% pada
tahun 2010 menjadi 46% pada tahun 2015 (Tabel 2). Bahkan sejak tahun 2014,
lebih dari setengah minyak sawit di Uni Eropa digunakan untuk energi (bahan
bakar dan listrik), lebih besar daripada minyak sawit yang digunakan untuk
industri dan makanan jika digabungkan (45%). Hal ini menunjukkan
kecenderungan bahwa biodiesel semakin menggeser penggunaan minyak sawit
untuk makanan dan industri.
Produksi (juta 19.2 19.4 21.8 23.5 26.5 30.0 31.5 32.5 32.0 38.1
ton)
Ekspor 15.1 17.1 17 17.6 18.2 22.4 21.7 26.4 27.0 31.0
(juta ton)
Ekspor (miliar 15.6 10.0 10.0 20.2 21.6 20.6 21.1 18.6 18.6 22.9
dolar AS)
Luas areal n.a n.a n.a n.a 9.6 10.5 10.7 11.4 11.8 n.a
(juta ha)
Sumber : Gapki dan Kementan, 2017
BAB III
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MERESPON
HAMBATAN PERDAGANGAN KELAPA SAWIT KE UNI
EROPA
3.1 Kerjasama Indonesia dan Malaysia dalam Council of Palm Oil
Producing Countries (CPOPC)
sawit. Selain itu, dewan CPOPC juga telah mengidentifikasi 6 (enam) bidang
fokus kerjasama berdasarkan kepentingan bersama produsen minyak sawit, yaitu:
keberlanjutan minyak sawit, produktivitas petani kecil, riset dan inovasi,
kerjasama industri menuju produksi bernilai tambah, peraturan dan standar teknis,
serta masalah kebijakan perdagangan (CPOPC, 2017).
Kerjasama bilateral ini juga membahas sejumlah peluang terkait ekspor kelapa
sawit yang berkelanjutan. Terobosan yang dilakukan jika ekspor kelapa sawit ke
Uni Eropa dihapuskan adalah dengan cara mengekspor ke China. Pada pertemuan
tanggal 24 Agustus 2017, Indonesia dan Malaysia membahas rencana program
12
biodiesel B5 di China dimana sebanyak 5% minyak sawit atau palm methyl ester
(PME) dicampur padapenggunaan bahan bakar kendaraan. Menurut Menteri
Perindustrian dan Perkebunan Malaysia, Datuk Seri Mah Siew Keong (2017),
China pada saat ini sedang gencar meningkatkan pengendalian terhadap berbagai
masalah lingkungan dan program B5 kemungkinan akan segera diterapkan (Jaya,
2017). Pada 2015 lalu, China ikut serta dalam meratifikasi Paris Agreement
terkait perubahan iklim yang mana China bersama Amerika Serikat menghasilkan
45% emisi global sehingga membutuhkan pengurangan emisi karbon sebanyak
60-65% per unit GDP hingga 2030 (Amri, Sawit Indonesia, 2017). Selain itu,
Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan (2017) pada forum
“One Belt One Road Conference” menawarkan investasi B5 dan siap untuk
meningkatkan suplai ekspor minyak kelapa sawit serta berinvestasi di pabrik
biodiesel (Kementerian Kemaritiman, 2017).
a) Reformasi tanah dalam satu peta, yakni hutan dan lahan gambut,
b) Perancanaan tata ruang yang efisien,
c) Moratorium dalam pembukaan lahan,
d) Mencegah dan mengontrol pembakaran hutan.
Kelapa sawit yang di ekspor ke Uni Eropa telah melalui sertifikasi yang
berkelanjutan, sedangkan minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari dan
minyak kedelai tidak pernah disertifikasi. Pemerintah Indonesia juga mengundang
Uni Eropa untuk memastikan bahwa kelapa sawit domestik memiliki sertifikat
yang berkelanjutan. Selain itu, berbagai diskusi oleh negara-negara produksi
minyak nabati juga sudah dilakukan guna membentuk pendekatan umum untuk
mengatasi permasalahan global yang sedang dihadapi seluruh sektor (Hade
Energy Global, 2018).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
16
DAFTAR PUSTAKA
APROBI. (2018, Juni 22). Diambil kembali dari Diskriminasi Sawit oleh UE, RI
Ancam Gugat ke WTO: http://www.aprobi.or.id/diskriminasi-sawit-ue-ri-
ancam-gugat-wto/
Amri, Q. (2018, April 26). Sawit Indonesia. Diambil kembali dari Berkunjung Ke
Vatikan, Menko Luhut Sampaikan Peranan Sawit Pangkas Kemiskinan:
https://sawitindonesia.com/rubrikasi-majalah/berita-terbaru/berkunjung-
ke- vatikan-menko-luhut-sampaikan-peranan-sawit-pangkas-kemiskinan/,
diakses: 25 Oktober 2018
BPS (2017). Statistik Kelapa Sawit. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Big Brother, Human Centric & Masa Depan Industri Sawit”, Bisnis Indonesia, 10
April 2019, hal. 2.
BNPB. (2013, September). Diambil kembali dari Gema BNPB: chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/https://www.bnpb.go.id
/up loads/migration/pubs/587.pdf
CPOPC. (2017). Diambil kembali dari WHO WE ARE: https://cpopc.org/about-
us/
CPOPC. (2018, Oktober 3). Diambil kembali dari CPOPC Statement on the SDGs
and RED II: https://cpopc.org/2018/10/03/cpopc-statement-on-the-sdgs-
and- red-ii/
Cull, N. J. (2009). Public Diplomacy: Lessons From The Past. Los Angeles:
Figueroa Press
EU Renewable Energy Directive II (RED II). (2018, Juni 25). Diambil kembali
dari Phasing Out of Crop-Based Biofuels by 2030: chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/file:///C:/Users/erviena/
Do wnloads/20180625_timeline_biofuels_red2_en.pdf
European Comission. (2013). Diambil kembali dari The impact of EU
consumption on deforestation: Comprehensive analysis of the impact of
EU consumption on deforestation: chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/http://ec.europa.eu/envi
ron ment/forests/pdf/1.%20Report%20analysis%20of%20impact.pdf
European Parliament. (2017, Maret 20). Diambil kembali dari Report on palm oil
and deforestation of rainforests:
http://www.europarl.europa.eu/sides/getDoc.do?pubRef=-
//EP//TEXT+REPORT+A8-2017-0066+0+DOC+XML+V0//EN
Fauzi, A. (2017, November 3). Kompas.com. Diambil kembali dari Mendag
Ancam Negara-negara yang Kampanyekan Negatif CPO Indonesia:
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/03/114500726/mendag-ancam-
negara-negara-yang-kampanyekan-negatif-cpo-indonesia
17
Info Sawit. (2018, Juli 30). Diambil kembali dari Harga Minyak Sawit Semester
Pertama 2018 Rata-rata US$ 695/ton:
https://www.infosawit.com/news/8209/harga-minyak-sawit-semester-
pertama-2018-rata-rata-us--695-ton, Diakses: 5 November 2018
Jaya, P. (2017, Agustus 24). Thestaronline. Diambil kembali dari Malaysia and
Indonesia in talks with China on B5 biodiesel:
https://www.thestar.com.my/business/business-news/2017/08/24/malaysia-
and-indonesia-in-talks-with-china-on-b5-biodiesel/. Diakses: 25 Oktober
2018
Kementerian Luar Negeri. (2017, Juli 6). Diambil kembali dari Indonesia
Mempermasalahkan Kebijakan Perdagangan Uni Eropa yang Menghambat
Ekspor Minyak Sawit dan Produk Asal Indonesia:
https://www.kemlu.go.id/jenewa-un/en/berita-perwakilan/Pages/Indonesia-
Mempermasalahkan-Kebijakan-Perdagangan-Uni-Eropa-yang-
Menghambat- Ekspor-Minyak-Sawit-dan-Produk-Asal-Indonesia.aspx,
Diakses: 15 November 2018
Kementerian Perindustrian. (2016). Diambil kembali dari Indonesia-Malaysia
Bentuk Lembaga Peningkat Nilai Tambah Industri Sawit:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/15986/Indonesia-Malaysia-Bentuk-
Lembaga-Peningkat-Nilai-Tambah-Industri-Sawit, Diakses : 23 November
2018
Konsorium Pembangunan Negara (KPA). (2017). Diambil kembali dari
https://www.kpa.or.id/news/id/, Diakses : 25 November 2018
18
Paris Agreement. (2015, Oktober). Diambil kembali dari United Nations Climate
Change: https://unfccc.int/process/conferences/pastconferences/paris-
climate- change-conference-november-2015/paris-agreement, Diakses: 25
November 2018
Pratomo, N. (2017, Juli 11). Biodiesel Berbasis Sawit : Terus Dijegal Eropa,
Negosiasi Lanjut. Diambil kembali dari Bisnis.com:
http://kalimantan.bisnis.com/read/20170711/448/669918/biodiesel-
berbasis- sawit-terus-dijegal-eropa-negosiasi-lanjut, Diakses: 22
November 2018
Renewable Energy Directive. (2016). Diambil kembali dari European
Commission: https://ec.europa.eu/energy/en/topics/renewable-
energy/renewable-energy- directive, Diakses : 23 November 2018