Anda di halaman 1dari 4

Tugas Personal ke-2

Week 7/ Sesi 11

Nama: Raffael Husain

Jurusan: Business Management

NIM: 2602212861

Terungkap, Ancaman Terbaru Eropa Terhadap Barang Made in


RI!
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211008055404-4-282303/terungkap-ancaman-terbaru-eropa-terhadap-
barang-made-in-ri
diakses pada 05/08/2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara akan menerapkan aturan dagang yang lebih
ketat terkait importasi barang, terutama terkait dengan isu perubahan iklim. Barang-barang yang
berasal dari negara berkembang harus memiliki standar ramah lingkungan.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mencontohkan yang dilakukan oleh Uni Eropa
dengan penerapan Carbon Tax Adjustment.
"Jadi ini karena perusahaan di Eropa dianggapnya sangat environmentally friendly, tapi
barang di negara berkembang tidak environmental friendly," katanya dalam Indonesia
Knowledge Forum 2021, Kamis (7/10/2021).
Sehingga produk dari negara berkembang seperti baja, semen, dan produk hulu lainnya
diterapkan penyesuaian nilai pajak. Menurut Lutfi, hal ini adalah salah satu yang mengimpit atau
menghalangi perdagangan RI.
"Saya sudah tegaskan kepada duta besar Uni Eropa (jika) mengerjakan itu terhadap barang
Indonesia, saya akan tuntut ke WTO," ujarnya.
Lutfi mengatakan, ini harus dilihat sebagai tren perdagangan. Jika tidak dilakukan
pembenahan sejak awal, barang dari Indonesia akan mengalami cobaan yang berat di masa
depan.
Oleh karena itu, Lutfi bilang saat ini pemerintah aktif membuat barang dari Indonesia
menjadi yang lebih ramah lingkungan. Selain itu pemerintah juga mulai mengkaji program

Business Ethics & Sustainability – R0


voluntary carbon market.
"Kalau voluntary carbon market jalan, saya yakin Indonesia bisa menjadi sumber likuiditas
emisi carbon credit. Jadi memelihara hutan itu bisa mendapatkan penghasilan yang sama atau
bahkan lebih besar daripada memotong hutan. Ini sedang kita pelajari. Jadi tidak deforestasi
namun menjaga lingkungan," katanya.

Setelah membaca artikel di atas, silakan menjawab pertanyaan berikut.

1. Apakah dampak dari aturan dagang yang Eropa terapkan mengenai “barang-barang yang
berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia harus memiliki standar ramah
lingkungan”, terhadap bisnis Indonesia yang akan ekspor ke Eropa? Jelaskan dengan
memberikan contoh kasus nyata di Indonesia.

Jawaban:

ada beberapa dampak yang dialami sebagai warga Indonesia, menurut saya dampak
positif yang akan dialami adalah pemerintah yang akan terbiasa untuk mengekspor
barang2 produk dalam negri dengan standar environmentally friendly, ini dapat
menyebabkan perkembangan secara tidak langsung, dimana barang2 yang akan diekspor
tersebut aman bagi lingkungan sekitarnya dengan harapan Indonesia memiliki strandar
tersebut juga bagi kita yang ingin mengimpor barang dari luar negri agara aman bagi
lingkungan kita. Namun, tentu banyak dampak negative yang akan dialami, seperti
bertambahnya kerjaan bagi pemerintah untuk memperhatikan barang2 yang akan di
ekspor ke Eropa, banyak perusahaan yang belum berstandar environmentally friendly
yang harus mengubah produk2 mereka agar dapat memenuhi standar tersebut. Contoh
kasus yang saya ambil adalah,

Pelaku industri kelapa sawit nasional menyesalkan kegagalan pemerintah melobi


pemimpin negara yang tergabung dalam APEC untuk memasukkan CPO sebagai produk
ramah lingkungan.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko


Supriyono mengemukakan delegasi Indonesia yang dipimpin Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengusulkan agar kelapa sawit bisa ditetapkan sebagai produk ramah
lingkungan yang akan mendapatkan fasilitas pengurangan tarif menjadi maksimal 5%
pada 2015.

Business Ethics & Sustainability – R0


Akan tetapi, akhirnya para pemimpin ekonomi anggota APEC menyepakati hanya 54
produk ramah lingkungan yang akan mendapatkan fasilitas pengurangan tarif tersebut,
tidak termasuk kelapa sawit di dalamnya.

"Sangat disayangkan, padahal secara regulasi maupun praktik, sawit merupakan produk
yang ramah lingkungan. Dengan ditolaknya sawit sebagai produk ramah lingkungan pada
KTT APEC, menjadi sangat nyata bahwa ini adalah kepentingan persaingan bisnis
minyak nabati," katanya.

Menurutnya, melihat keberadaan sektor industri kelapa sawit yang selama ini sangat
strategis bagi kepentingan ekonomi nasional, sudah sepantasnya pemerintah terus
berjuang menghadapi perang dagang minyak nabati di tingkat global.

Source: https://kemenperin.go.id/artikel/4429/RI-Lobi-AS-&-Eropa-Soal-CPO

2. Identifikasi strategi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pemangku kepentingan


konsumen namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan? Jelaskan dengan
memberikan contoh kasus nyata di Indonesia.

Jawaban:

PT. INDOFOOD

Credo PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)


merupakan komitment utama Indofood dalam membantu komunitas dan memberi
kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Pada tahun 2007, Indofood mengembangkan
dan melaksanakan berbagai program yang didasarkan pada lima pilar utama dari filosofi
CSR jangka panjang:

Building Human Capital (Membangun Sumber Daya Manusia)

Maintaining Social Cohesion (Mempertahankan Hubungan Sosial)

Strenghtening Economic Value (Meningkatkan Nilai Ekonomis)

Encouraging Good Governance (Mendukung Good Governance) Protecting The


Environment (Melindungi Lingkungan Sekitar)

Kelima pilar utama dari filosofi CSR jangka panjang tersebut diwujudkan dalam

Business Ethics & Sustainability – R0


program-program sebagai berikut:

Melindungi Lingkungan Sekitar

- Mengadopsi konsep dan kriteria untuk memproduksi minyak kelapa sawit secara
berekesinambungan.

- Penanaman Pohon

- Pengendalian Limbah

Dengan strategini, PT.INDOFOOD dapat bertanggung jawab terhadap pemangku kepentingan


konsumen namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Source:
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/3796/LPD_Felisia_Analisa_dan_Pener
apan-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai