Anda di halaman 1dari 13

Tugas Personal ke-1

Week 2/ Sesi 3

2602198106 - Novitasari

1. Jelaskan dengan memberikan contoh kasus nyata, apakah alasan bisnis terlibat dalam
corporate social responsibility.

2. Konsep triple bottom-line berusaha merangkum untuk bisnis tiga bidang utama
keberlanjutan yang harus diperhatikan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Jelaskan
konsep triple bottom-line dan berikan contoh contoh kasus nyata

3. Jelaskan pandangan Anda terhadap hubungan antara kinerja sosial, kinerja keuangan, dan
reputasi perusahaan.

Notes:

• Kerjakan setiap pertanyaan dengan mencantumkan referensi atas jawaban Anda.

• Setiap pengutipan dari berbagai referensi perlu dilakukan paraphrase untuk menghindari plagiarisme.

Jawaban :

1. Corporate Social Responsibility atau disingkat CSR merupakan bentuk pertanggung


jawaban perusahaan atas kegiatan bisnisnya. CSR juga sebagai bentuk komitmen
perusahaan dalam memperbaiki lingkungan sekitar area bisnisnya. Salah satu perusahaan
besar yang menjalankan CSR adalah Pertamina, Sebagai perusahaan energi nasional,
Pertamina berkomitmen untuk senantiasa memprioritaskan keseimbangan dan kelestarian
alam, lingkungan dan masyarakat. Dengan menyejahterakan manusia, alam, dan
lingkungan, maka Pertamina akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang
berkelanjutan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Pertamina menetapkan beberapa inisiatif strategis sebagai wujud komitmennya :

a. Pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan (melalui pendidikan perubahan


perilaku, pola pikir, serta pelatihan keterampilan dan kesehatan)
b. Berwawasan pelestarian lingkungan

c. Terkait strategi bisnis

d. Dilaksanakan secara tuntas (termasuk penyediaan prasarana, perubahan pola pikir,


perilaku, tata nilai, dan membekali dengan pengetahuan/keterampilan). Pertamina
mengelola kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang mencakup
program Corporate Social Responsibility (CSR), program Bina Lingkungan (BL) dan
Program Kemitraan (PK).

Pertamina mengelola kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang


mencakup program Corporate Social Responsibility (CSR), program Bina Lingkungan
(BL) dan Program Kemitraan (PK).

Program CSR

Tujuan strategis program CSR Pertamina adalah meningkatkan reputasi dan kredibilitas
Pertamina melalui kegiatan TJSL yang terintegrasi dengan strategi bisnis. Untuk
mewujudkan tujuan ini, Pertamina mengimplementasikan strategi-strategi besar, seperti:

 Saling memberi manfaat (fair shared value)

 Berkelanjutan

 Prioritas wilayah operasi dan daerah terkena dampak

 Pengembangan energi hijau sebagai tanggung jawab terhadap dampak operasi

Business Ethics & Sustainability – R0


 Sosialisasi dan publikasi yang efektif Pada 2016, Pertamina memfokuskan
pelaksanaan CSR guna mendukung pencapaian PROPER dengan mengedepankan
aspek lingkungan, baik alam dan masyarakat sesuai persyaratan yang ditetapkan
oleh Dewan PROPER (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Indonesia).

Ruang Lingkup Kegiatan

Komitmen Pertamina dalam melaksanakan TJSL diwujudkan dalam berbagai kegiatan


CSR yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur,
pemberdayaan masyarakat, manajemen bencana, maupun bantuan khusus. Realisasi
kegiatan dilaksanakan oleh seluruh unit kerja fungsi CSR Pertamina, baik di kantor pusat,
unit operasi, maupun anak perusahaan. Beberapa kegiatan khususnya di bidang
pendidikan dilakukan bersama dengan Pertamina Foundation. Di bawah payung tema
“Pertamina Sobat Bumi”, Pertamina mengimplementasikan program CSRuntuk tujuan
people, planet, and profit (3P). Tujuan ini menjadi fokus Pertamina dalam menjalankan
operasinya, di mana produk-produk yang dikembangkan dan jasa yang diberikan peduli
terhadap kelestarian lingkungan khususnya bumi untuk kepentingan dan masa depan
generasi yang akan datang.

CSR Pertamina berfokus pada empat isu yang menjadi pilarnya yaitu:

1. Pertamina Cerdas

2. Pertamina Sehati

3. Pertamina Hijau

4. Pertamina Berdikari

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Konsep Triple Bottom Line mengilustrasikan bahwa apabila sebuah perusahaan hanya
berfokus pada meraup keuntungan sebesar-besarnya dan tidak mencoba mengatasi efek
negatif yang mungkin dihasilkan terhadap lingkungan dan masyarakat maka perusahaan
tersebut tidak bisa memperhitungkan keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan bisnisnya, dan karena itu tidak akan bisa bertahan dalam jangka panjang.

Ketika perusahaan menerapkan strategi bisnis berkelanjutan dan mengikutsertakan pilar


Triple Bottom Line, itu berarti mereka tidak hanya berkomitmen dalam mengukur
performa finansial mereka, tetapi juga dampak sosial dan lingkungannya. Konsep sinergi
tiga elemen (TBL) akan membantu perusahaan dan organisasi untuk menetapkan tujuan,
mengukur, memperbaiki, serta berevolusi menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan.

Triple bottom line adalah konsep bisnis berkelanjutan yang mengukur nilai kesuksesan
sebuah perusahaan menggunakan tiga kriteria, yaitu People (Sosial), Planet
(Lingkungan), dan Profit (Ekonomi).

Business Ethics & Sustainability – R0


Konsep Triple Bottom Line dan Pengelolaan Sampah

Dalam konteks tiga pilar dasar (TBL), lantas bagaimana pengelolaan sampah bisa
mendorong dampak positif untuk masyarakat, lingkungan, dan pemasukan perusahaan?
Secara singkat, menerapkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk bisnis
dan perusahaan akan membantu mitigasi krisis iklim, salah satunya dalam hal
pencegahan polusi.

Sebaliknya, perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah akan mampu
menghasilkan keuntungan sembari membantu menyelesaikan permasalahan sampah yang
merugikan masyarakat dan lingkungan, atau dengan kata lain, mengatasi 3 elemen TBL
itu tadi. Paragraf berikut akan menjelaskan bagaimana pengelolaan sampah berperan
dalam setiap aspek TBL.

a. Masyarakat (People)

Elemen pertama yaitu masyarakat (people), yaitu aspek sosial dari sebuah
perusahaan dan/atau bagaimana sebuah perusahaan berperan dalam membangun
masyarakat yang lebih baik. Saat perusahaan mengikutsertakan konsep
keberlanjutan dalam praktik bisnisnya, maka mereka juga berfokus pada
menciptakan dampak baik untuk semua pemangku kepentingan yang terkait
dalam bisnis mereka, di antaranya konsumen, pegawai, serta masyarakat.

Beberapa metode mendasar yang bisa diterapkan perusahaan untuk menciptakan


dampak sosial yang baik misalnya dengan menerapkan sistem ketenagakerjaan
dan perekrutan yang adil dan inklusif, kemudian menjamin lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan setara, serta mendorong semangat dan kegiatan kerelawanan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Selain itu, pelaku bisnis dan perusahaan juga biasanya memiliki program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang bisa turut membantu mengatasi
permasalahan sosial yang lebih besar, seperti mendorong ekonomi lokal dan
memberdayakan komunitas lokal.

Dalam hal pengelolaan sampah, menyediakan sistem pengelolaan sampah yang


bertanggung jawab akan membantu dan mengedukasi masyarakat soal cara
mengelola sampah yang benar agar tidak berakhir di TPA dan bahkan lingkungan.

Selain itu, bisnis pengelolaan sampah juga mampu menyediakan lapangan kerja
yang lebih layak serta pemasukan yang lebih stabil untuk operator sampah serta
pemulung, sebuah profesi yang biasanya tidak diatur dan dilindungi oleh undang-
undang ketenagakerjaan.

b. Lingkungan (Planet)

Elemen kedua yaitu lingkungan, yang mencakup bagaimana pelaku bisnis


mengelola, mengawasi, serta melaporkan penggunaan sumber daya dan energy
mereka, serta sampah dan emisi yang mereka hasilkan. Industri ekstraktif yang
menguras habis sumber daya alam planet bumi melebihi daya dukung alaminya
dan mencemari lingkungan harus dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
praktik mereka yang tidak berkelanjutan dan diminta untuk memperbaiki diri.

Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan antara lain memasok bahan-bahan


mentah secara etis, memangkas penggunaan energi, mengelola sampah dan polusi
secara bertanggung jawab, dan masih banyak lagi.

Business Ethics & Sustainability – R0


Selain itu, menciptakan sistem pengelolaan sampah yang bertanggung jawab tidak
hanya akan membantu perusahaan dalam mengurangi dampak lingkungan dan
polusi yang mereka hasilkan, tetapi juga membantu perusahaan untuk
menggunakan kembali, mendaur ulang, serta memulihkan material yang mereka
gunakan, misalnya dengan mekanisme Extended Producer Responsibility.

c. Keuntungan (Profit)

Semakin banyak orang yang memahami kekuatan mereka sebagai konsumen


dalam menuntut praktik bisnis yang lebih baik dan etis. Hal ini terbukti dari hasil
riset Nielsen yang mengungkapkan bahwa 48% dari konsumen di AS akan
mengganti pola konsumsi mereka untuk mengurangi dampak lingkungannya”. Di
tahun 2018 saja, sentimen seperti ini bernilai kira-kira $128.5 miliar dalam hal
penjualan barang konsumsi yang berkelanjutan.

Trennya jelas: praktik bisnis yang berkelanjutan akan mendorong pemasukan


yang lebih baik. Selain itu, berdasarkan Strategi BIsnis Berkelanjutan, banyak
bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan metrik ESG yang baik
cenderung memiliki performa finansial yang lebih superior, dan sebagai gantinya
turut menarik investor.

Dalam kontek pengelolaan sampah, menyediakan servis pengelolaan sampah


yang bertanggung jawab terbukti baik untuk pemasukan dan lingkungan, karena
pada dasarnya, sampah merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari. Kemanapun manusia pergi, pasti hampir akan selalu menghasilkan
sampah. Hal ini yang kemudian menjadikan bisnis pengelolaan sampah sebagai
salah satu layanan dasar/primer, bahkan saat pandemi.

Business Ethics & Sustainability – R0


Sebagai tambahan, menyelesaikan permasalahan sampah juga bisa membantu
perusahaan untuk meminimalisir sampah yang mereka hasilkan dan menutup
“siklus” dalam rangka mencapai Ekonomi Melingkar yang memanfaatkan setiap
sumber daya secara efisien dan meninggalkan sesedikit mungkin sampah.

Sebagai kesimpulan, pengelolaan sampah merupakan bagian integral dari pilar


Triple Bottom Line (TBL) dan aspek keberlanjutan, sehingga sudah sepantasnya
perusahaan mengejar pemenuhan ketiga elemen tersebut, yang tentu saja
membutuhkan komitmen dan kepemimpinan yang kuat serta perubahan yang
drastis. Jangan berhenti hanya pada “layak”, “adil”, atau “mampu”, melainkan
capailah “keberlanjutan”.

3. Kinerja Sosial

Usaha untuk memenuhi harapan stakeholder, setiap perusahaan berusaha memperbaiki


kinerja sosial perusahaan dari waktu kewaktu, dan secara bersamaan ekonomi/keuangan
dapat diperbaiki. Waddock dan Graves (dalam Dean, 1998) mengemukakan dua teori
untuk menjelaskan pertanyaan teori sumber daya yang menyimpang, dan teori
manajemen yang baik. Menurut teori sumber daya yang menyimpang, sebuah perusahaan
memiliki posisi yang baik untuk berperan dalam kinerja sosial perusahaan.
Pelaksanaan kinerja social membutuhkan beberapa dana yang menghasilkan kesuksesan
kinerja keuangan. Menurut teori ini, sebuah perusahaan yang di pandang oleh
stakeholder-nya memiliki reputasi yang baik akan membuat perusahaan lebih mudah
melewati mekanisme pasar untuk mendapatkan posisi keuangan yang baik.

Penelitian sebelumnya telah banyak mengkaji mengenai pengaruh kinerja lingkungan dan
kinerja sosial terhadap kinerja keuangan namun menghasilkan hasil yang berbeda-beda.
Kinerja keuangan yang baik mencerminkan perusahaan juga mampu memperoleh

Business Ethics & Sustainability – R0


keuntungan dalam operasi bisnisnya. Penerapan good corporate governance dalam

kinerja perusahaan merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk memperoleh


keuntungan jangka panjang dan mampu bersaing.

Kinerja Keuangan

Tanggung jawab manajemen adalah meningkatkan kinerja keuangan


perusahaan.Komponen stakeholder seperti investor, kreditor, dan karyawan sangat
memperhatikankinerja. Kinerja keuangan yang tinggi akan meningkatkan kekayaan
stakeholder.Berdasarkan slack resource theory (Waddock dan Graves dalam Dean, 1998),
peningkatankine rja keua nga n memb uat peru sahaan memp unyai ba nyak kese mp
atan unt ukmeningkatkan kinerja sosial dalam semua aspek.Ukuran yang digunakan
untuk mencerminkan kinerja keuangan perusahaan adabanyak macamnya. Ukuran
tersebut dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu ROA dan ROE(Waddock dan Graves
dalam Mahoney dan Roberts, 2003), profitability in absolute term(Cowen, et. al dalam
Stanwick dan Stanwick, 1998), dan multiple accounting berdasarkanukuran dengan
overall index menggunakan score 0-10 (Moore, 2001). Penelitian ini akanmenggunakan
ukuran yang digunakan oleh Mahoney dan Roberts (2003). Penggunaanukuran untuk
kinerja keuangan perusahaan adalah berdasarkan pada pemikiran bahwaukuran yang
dapat mengindikasikan entitas kinerja yang tidak hanya dipengaruhi olehperbedaan
ukuran suatu perusahaan. ROA tidak hanya aspek profit tetapi juga yang
berhubungan dengan asset yang digunakan untuk meningkatkan profit. Untuk ROE
(ReturnOn Equity), terdapat lebih dari satu ukuran financial leverage dalam
tambahan untuk mempunyai dua ukuran. Penggunaan score 0-10 untuk mendapatkan
overall index kinerja keuangan menimbulkan masalah objektivitas proses pemberian
skor dan validitas hasilakhir dari index. Berdasarkan literatur hubungan antara

Business Ethics & Sustainability – R0


tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan, hasil yang dapat diperoleh
yaitu positif, netral, dan negatif. Sebagian besar hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan menunjukkan hasil yang positif dan sedikit yang menunjukkan hasil yang
negatif (Dahli dan Siregar, 2008).

Reputasi Perusahaan

Reputasi adalah nama baik. Jika dikaitkan dengan perusahaan, maka reputasi perusahaan
adalah nama baik perusahaan di kalangan masyarakat luas. Reputasi perusahaan
merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan seluruh kegiatan bisnisnya.
Masyarakat tidak hanya menilai produk yang dikeluarkan perusahaan,tetapi juga cara
perusahaan menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh, apakah perusahaan memperlakukan

karyawannya dengan baik? Apakah perusahaan merespon pertanyaan dan keluhan


pelanggan dengan ramah? Jika perusahaan tidak dapat menjamin hal tersebut, reputasi
perusahaan bisa terancam.

faktor yang memengaruhi reputasi perusahaan yaitu sebagai berikut:

 Layanan pelanggan (Customer Service)

 Kualitas produk atau jasa

 Perlakuan terhadap karyawan

 Pemasaran

 Kinerja Keuangan

 Kemampuan menjaga privasi pelanggan

 Corporate Social Responsibility

Business Ethics & Sustainability – R0


Strategi Membangun Reputasi Perusahaan

Manajemen reputasi tidak bisa sembarang dilakukan. Agar reputasi perusahaan bisa

Meningkat dengan baik, banyak membutuhkan strategi khusus.

Berikut ini adalah strategi yang bisa diterapkan :

1) Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan menentukan kualitas perusahaan.

2) Menghadirkan Produk Terbaik

Jika ingin perusahaan mencapai reputasi yang dinginkan, perusahaan harus


menghadirkan produk yang terbaik. Langkah ini bisa dilakukan dengan
menciptakan produk dengan kualitas terbaik dan menambahkan value unik yang
tidak dimiliki oleh kompetitor lain.

3) Menyejahterakan karyawan

Reputasi perusahaan juga ditentukan oleh kegiatan perusahaan di balik layar,


terutama yang berkaitan dengan karyawan. Karena itulah, perlu menyejahterakan
karyawan agar produktivitas dan kualitas keria meningkat serta citra perusahaan
terjaga.

4) Menjaga Interaksi dengan Pelanggan

Business Ethics & Sustainability – R0


Untuk menambah pelanggan baru atau mempertahankan pelanggan lama, harus
menjaga interaksi dengan mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan membuka akun
media sosial. Lewat fitur komentar, dapat berinteraksi dengan masyarakat secara
mudah. Selain berinteraksi lewat media sosial, juga dapat berkomunikasi dengan
masyarakat langsung lewat acara yang diselenggarakan perusahaan.

Misalnya kegiatan amal, relawan, donor darah, pagelaran seni, atau pemberian

beasiswa untuk siswa berprestasi. Menjaga reputasi juga bukan hanya kepada
pihak eksternal di perusahaan tapi juga pihak internal, dalam hal ini karyawan.

Referensi :

1. https://pertamina.com/id/tanggung-jawab-sosial-perusahaan

2. https://waste4change.com/blog/triple-bottom-line-sustainability-dalam-pengelolaan-
sampah/

https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/people-profit-and-planet/#:~:text=Triple
%20bottom%20line%20adalah%20konsep,%2C%20dan%20Profit%20(Ekonomi).

https://sustain.wisconsin.edu/sustainability/triple-bottom-line/

https://online.hbs.edu/blog/post/what-is-the-triple-bottom-line

https://www.era-environmental.com/blog/sustainability-management-triple-bottom-line

3. https://www.researchgate.net/publication/
321055996_PENGARUH_KINERJA_SOSIAL_DAN_KINERJA_KEUANGAN_PERU
SAHAAN_DENGAN_PENGUNGKAPAN_CORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILIT
Y_CSR_SEBAGAI_VARIABEL_INTERVENING_TERHADAP_NILAI_PERUSAHA
AN

Business Ethics & Sustainability – R0


https://www.linovhr.com/reputasi-perusahaan/#/top

Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai