Anda di halaman 1dari 14

Market Brief Crude Palm Oil

Hans Becker

October 30, 2015

1 Pendahuluan
Minyak kelapa sawit/Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati hasil pengolahan daging
buah kelapa sawit. Selain CPO, hasil pemrosesan kelapa sawit juga menghasilkan satu jenis minyak
nabati lainnya yaitu minyak biji kelapa sawit/ Palm Kernel Oil (PKO). Produk turunan CPO dapat
dipecah menjadi dua kategori, yaitu produk makanan dan produk oleokimia. Produk makanan
yang dapat diperoleh dari pengolahan CPO adalah minyak goreng, margarin, dan pengganti lemak
kakao. Sementara, produk oleokimia yang dapat dihasilkan adalah lilin, sabun, pelumas, deterjen,
kosmetik, dan minyak diesel (bahan bakar). Meski produk turunan CPO dapat digunakan dalam
berbagai bentuk aplikasi, sebanyak 80% CPO yang diproduksi dunia digunakan untuk sektor pangan
(www.mpoc.org)

1.1 Konsumsi CPO di Denmark

Uni Eropa secara umum merupakan konsumen CPO terbesar kedua pada tingkat global, bahkan
berada di atas Tiongkok yang menduduki peringkat ketiga. Pada tahun 2014, Uni Eropa mengimport
6,8 juta ton CPO (www.indexmundi.com). Konsumsi yang luar biasa tinggi ini adalah implikasi dari
harga pengolahan CPO yang lebih rendah dibandingkan minyak-minyak nabati lainnya. Dari total
pasar minyak nabati yang mencapai 150 juta ton per tahun, CPO mendominasi 33% (FAO,2013).
Denmark sebagai salah satu negara bagian Uni Eropa tidak terlepas dari tren penggunaan minyak
kelapa sawit. Menurut laporan Europe Economics, pada tahun 2012 Denmark tercatat melakukan
impor kelapa sawit senilai 106 juta Euro. Memang angka ini tidak terlalu besar apabila dibandingkan
dengan Jerman (816 juta Euro) ataupun Italia (771 juta Euro), namun termasuk besar mengingat
jumlah penduduk Denmark yang hanya sekitar lima juta orang dengan impor CPO per kapita senilai
21 Euro per kapita. Import CPO per kapita Jerman dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta adalah
10 Euro dan Italia dengan 60 juta orang adalah sebesar 12.85 Euro.

1.1.1 Konsumsi Sektor Pangan

Konsumsi CPO di sektor pangan yang paling dominan adalah minyak goreng, margarin, mentega
putih (shortener ), dan permen.
Penggunaan CPO dunia di bidang pangan selama 10 tahun terakhir meningkat hampir tiga kali lipat,
dari sekitar 27 juta ton di tahun 2002 menjadi 64 juta ton di tahun 2015 (USDA, 2015). Prospek

1
Gambar 1. Perbandingan Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Canola(www.indexmundi.com)

yang sangat baik ini tidak dialami oleh minyak canola selaku salah satu kompetitor minyak goreng
sawit di Eropa. Tren penggunaan pangannya memang meningkat, akan tetapi tidak sesignifikan
minyak kelapa sawit. Uni Eropa sebagai negara penghasil minyak canola terbesar juga berperan se-
bagai konsumen terbesarnya. Tidak mengherankan apabila pertumbuhan minyak canola cenderung
stagnan karena tidak adanya pertambahan pada pasar ekspor dari minyak canola.
Minyak goreng berbasiskan kelapa sawit nampak kurang begitu terkenal di Denmark. Sebagian
besar jenis minyak goreng yang dijual di pasaran adalah jenis minyak goreng dari bunga canola.
Canola, bersama dengan Sereal, adalah tanaman yang diproduksi paling banyak di Denmark. Ke-
duanya membentuk 61% produksi tanaman di Denmark(www.statbank.dk). Produksi lokal dan isu
sustainability dari minyak kelapa sawit beberapa tahun terakhir mendorong masyarakat Denmark
untuk membatasi konsumsi minyak goreng berbasis sawit. Padahal minyak goreng berbasiskan sawit
merupakan pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan canola ataupun kacang kedelai. Minyak
goreng sawit tidak mengandung asam lemak trans yang diasosiasikan dengan LDL yang tidak baik
untuk kesehatan. Minyak goreng berbasis sawit juga merupakan pilihan yang lebih ekonomis seperti
terlihat pada gambar 1 yang menunjukkan bahwa harga minyak kelapa sawit selalu konsisten berada
di bawah minyak kanola / lebih murah dibandingkan minyak kanola

1.1.2 Konsumsi Sektor Energi

CPO melalui proses bernama transesterifikasi dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, dikenal juga
dengan nama biodiesel. Seiring bertambahnya kadar gas rumah kaca di udara, pemerintah di seluruh
dunia mendorong penggunaan bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan. Denmark sebagai
salah satu negara yang sadar dan peduli akan lingkungan turut mengimplementasikan kebijakan ini.
Pada bulan Juni 2009, pemerintah Denmark mengesahkan aturan sebanyak 5,75% penjualan bahan
bakar transportasi darat harus menggunakan biofuel (www.ens.dk). Dampak aturan ini adalah
seluruh diesel yang dijual harus dicampur dengan 5,75% biodiesel. Angka ini bahkan ditargetkan
harus berada di atas 10% pada tahun 2020. Data pada tahun 2008 mencatat bahwa 103,3 PetaJoule

2
Gambar 2. Penggunaan Diesel terhadap Bensin (www.ens.dk)

diesel dijual, ekuivalen dengan 288 milyar liter diesel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
potensi penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku minyak diesel di Denmark adalah lebih
dari 28,8 miliar liter biodiesel .
Masyarakat Denmark pada umumnya menggunakan sepeda sebagai moda transportasi, akan tetapi
penggunaan kendaraan diesel terus bertambah selama beberapa tahun terakhir. Jumlah total
kendaraan di Denmark tidak bertambah banyak seiring dengan bertambahnya tahun, namun para
pengguna kendaraan berbasis bensin mulai mengganti kendaraannya ke mesin berbasis diesel. Gam-
bar 2 menunjukkan tren peningkatan penggunaan kendaraan diesel terhadap bensin selama 20 tahun
terakhir.

1.1.3 Segmentasi Pasar

CPO Murni/Merah
CPO murni atau disebut juga CPO merah adalah CPO yang tidak melalui proses pengilangan,
sehingga masih mengandung banyak betakaroten yang membuat minyaknya berwarna merah. CPO
merah dianggap sebagai alternatif minyak goreng yang lebih baik untuk kesehatan karena masih
kaya akan kandungan karoten yang merupakan anggota famili vitamin E. Pada umumnya minyak
goreng berbasiskan sawit melalui proses pengilangan yang menghilangkan kandungan karoten. Pasar
minyak kelapa sawit murni sendiri tergolong kecil dan terspesialisasi. Di Eropa sendiri jumlahnya
tidak banyak, namun terdapat pasar khusus untuk minyak kelapa sawit murni. Jumlah orang yang
ingin mengonsumsi minyak kelapa sawit murni bertumbuh sedikit demi sedikit, terutama orang-
orang dari kaum pendatang di benua Eropa.
CPO Organik
CPO organik adalah minyak yang didapatkan dari tumbuhan kelapa sawit yang ditanam tidak
menggunakan pestisida sintetis, namun menggunakan pestisida alami. Pada proses pengilangannya,
pelarut yang digunakan juga harus bukan pelarut sintetis. Survey Pasar CBI menyatakan bahwa
produk CPO organik masih memiliki saham yang kecil di dunia dan juga di Eropa, namun pasarnya
cenderung lebih besar daripada CPO merah.

3
Fairtrade
CPO Fairtrade juga merupakan salah satu jenis CPO yang memiliki pasar khusus. Produk yang
bersertifikasi fairtrade menandakan bahwa produsen dibayar dengan harga minimum fairtrade. Or-
ganisasi yang dapat memberikan sertifikasi fairtrade adalah Fairtrade Labelling Organisations Inter-
national.

1.2 Profil Negara Denmark

Kerajaan Denmark terdiri dari peninsula Jutland dan 406 pulau lainnya. Denmark terletak di benua
Eropa bagian Utara dan berbatasan dengan Swedia di sebelah Timur dan Jerman di bagian Selatan.
Ibukota dari Denmark adalah Kopenhagen yang juga sekaligus sebagai kota perdagangannya. Den-
gan total luas area (tidak menghitung Greenland) sekitar 42 ribu km2̂, Denmark memiliki sekitar 5,5
juta orang penduduk. Kebanyakan dari penduduk Denmark tinggal di Pulau Funen dan Zealand,
yang juga merupakan pulau-pulau terbesar. Denmark memegang kekuasaan atas Kepulauan Faroe
dan Greenland, keduanya memiliki sistem pemerintahan otonomi. GDP Denmark di tahun 2014
adalah US$ 249,9 milyar yang disumbangkan dari sektor agrikultural, industri farmasi, perkapalan,
dan energi terbarukan. Denmark merupakan eksportir net hasil agrikultur dan energi.
Denmark merupakan anggota dari Uni Eropa; legislasinya menggunakan standar Uni Eropa pada
hampir semua aspek. Masyarakat Denmark pada umumnya mempunyai standar hidup yang tinggi
dan juga menikmati penghasilan yang mencukupi. Sistem kesejahteraan sosial yang diterapkan di
Denmark membebankan pajak yang tinggi pada semua penduduk, namun penduduk dapat menikmati
biaya kesehatan dan pendidikan gratis ditanggung negara.

2 Potensi Pasar CPO di Denmark

2.1 Impor Produk CPO

Apabila dibandingkan dengan impor minyak nabati lainnya, CPO merupakan komoditas impor
terbesar di wilayah Uni Eropa. Pada tahun 2014, Uni Eropa mengimpor sekitar 4,7 juta ton CPO,
terutama oleh Jerman dan Belanda (www.cbi.eu). Tren impor CPO di Uni Eropa pada umumnya
terus meningkat, seperti ditunjukkan oleh gambar 3. Namun semenjak tahun 2012 hampir tidak
terlihat adanya pertumbuhan impor. Salah satu hipotesis berhentinya peningkatan jumlah impor
bisa disebabkan oleh komitmen berbagai negara Uni Eropa yang hanya akan membeli CPO berserti-
fikasi sustainable. Pada konferensi ke 12 Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) di tahun 2014,
negara-negara seperti Britania Raya, Prancis, Denmark, Swedia, Jerman, Norwegia, Belanda, dan
Belgia berkomitmen untuk hanya membeli CPO bersertifikasi sustainable mulai dari tahun 2015.
Pola impor CPO Uni Eropa cukup berbeda apabila dibandingkan dengan pola impor CPO negara
Denmark. Tabel 1 menunjukkan jumlah impor serta ekspor CPO di Denmark. Dapat dilihat bahwa
nilai impor CPO Denmark miningkat 100% dari tahun 2000 hingga tahun 2005, lalu kemudian
menurun dan meningkat kembali pada tahun 2010. Meski demikian, tren impor CPO di Denmark
di tahun 2011 hingga 2012 terlihat sedikit meningkat. Oleh karena itu, apabila tren impor CPO
di Denmark dikorelasikan dengan data ekspor CPO Denmark, terlihat bahwa tren umumnya selalu
meningkat. Tren penurunan jumlah impor CPO dan kenaikan jumlah ekspor dapat menjalaskan

4
Gambar 3. Impor CPO Uni Eropa (www.indexmundi.com)

berkurangnya penggunaan CPO di dalam negeri. Salah satu penjelasannya adalah isu sustainability
yang mendorong berbagai perusahaan makanan untuk mengganti bahan baku produknya dari CPO
menjadi minyak nabati lain, seperti minyak kacang kedelai dan minyak kanola.

Tabel 1. Impor dan Ekspor CPO Denmark (FAOSTAT)

Tahun Kuantitas Kuantitas


Impor (Ton) Ekspor
(Ton)
2000 98854 8276
2001 118669 8602
2002 122930 9790
2003 130109 14665
2004 184333 20117
2005 219116 19811
2006 198485 28703
2007 168846 21122
2008 145622 28674
2009 150758 41505
2010 177457 41896
2011 159222 40638
2012 166546 33845

2.2 Potensi Pasar Impor CPO

Negara-negara pengekspor CPO ke dalam wilayah Uni Eropa dapat dilihat seperti yang tertera
pada gambar 4 berikut ini. Dapat dilihat bahwa Indonesia secara konsisten berada di peringkat
pertama selama 4 tahun terakhir, dengan Malaysia berada di peringkat kedua. Pada tahun 2014
Indonesia menyuplai 33% kebutuhan CPO Uni Eropa (1,1 juta ton) sementara Malaysia menyuplai

5
18%(866 ribu ton) total kebutuhan CPO. Pengekspor CPO terbesar ketiga menurut Eurostat adalah
Belanda, namun Belanda sendiri hanya melakukan distribusi. Apabila dilacak asal-usulnya, Belanda
dan Jerman hanya melakukan distribusi ulang produk-produk CPO yang dibeli dari negara tropis.
Peringkat ketiga pengekspor ke wilayah Uni Eropa adalah Papua Nugini yang menyediakan total
11% total kebutuhan CPO Uni Eropa (519 ribu ton).
Meski volume ekspor ke negara Uni Eropa masih sangat rendah, negara-negara Amerika Selatan
mengalami pertumbuhan ekspor CPO yang cukup signifikan semenjak tahun 2010. Hal ini dise-
babkan oleh adanya kebijakan diversifikasi sumber CPO dari pihak Uni Eropa. Honduras, Kolombia,
dan Thailand meningkatkan nilai ekspornya hingga 50% pada periode dari tahun 2010 hingga 2014.
Guatemala bahkan menambah volume ekspornya sebesar 169% selama periode 4 tahun tersebut.

Gambar 4. Negara Penyedia Impor Minyak Sawit Uni Eropa x 1000 ton (Eurostat,2015)

Apabila dibandingkan dengan produk-produk lain yang diimpor oleh Denmark, CPO tetap men-
duduki peringkat yang signifikan. Pada tahun 2012, CPO berada pada peringkat ke-8 komoditi
terbesar yang diimpor. Data ini menggambarkan bahwa CPO masih menjadi salah satu kebutuhan
pokok di Denmark, meskipun tren impornya di beberapa tahun terakhir terlihat sedikit lesu. Hal
lain yang cukup menarik untuk dilihat dari gambar 5 adalah rapeseed atau minyak canola yang
diimpor lebih banyak daripada CPO. Minyak canola menduduki peringkat 6 komoditi terbanyak
yang diimpor pada tahun 2012.

Gambar 5. Sepuluh Besar Komoditas yang diimpor oleh Denmark (FAOSTAT,2015)

6
2.3 Regulasi CPO di Denmark

Menurut laporan survey CBI di website Kementrian Luar Negeri Denmark, terdapat beberapa stan-
dar yang harus dipenuhi oleh produk yang menggunakan CPO yaitu :

Asam Erukat Legislasi Eropa mengatur kadar maksimal asam erukat yang ada di minyak dan
lemak untuk konsumsi manusia

Pelarut Ekstraksi Terdapat aturan khusus untuk pemasaran dan aplikasi berbagai jenis pelarut.
Informasi lebih detil dapat dilihat pada tautan http://eur-lex.europa.eu/

Kontaminan Kadar maksimum kontaminan di produk pangan diatur di European Union Export
Helpdesk

Maksimum Level Residu (MRL) pestisida di makanan Apabila bahan mentah (dalam hal
ini buah kelapa sawit) pernah diberi pestisida, maka sisa residu harus berada di bawah batas
tertentu. Informasi lebih lanjut dapat mengecek European Union Export Helpdesk.

Aditif, enzim, dan perasa buatan Uni Eropa memiliki daftar berbagai jenis perasa yang diper-
bolehkan untuk digunakan di makanan untuk manusia. Informasi lebih detil ada di http://eur-
lex.europa.eu

Kehigienisan Para pebisnis di bidang makanan yang ingin melakukan impor ke Uni Eropa harus
mengimplementasi dan menjaga prosedur yang didasarkan pada Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP). Pedoman dapat diakses melalui http://ec.europa.eu

Pemasangan label Apabila suatu produk ditaruh di dalam kemasan yang menggunakan label,
maka label yang digunakan harus :

• Bisa dilakukan pelacakan ke proses batch


• Menggunakan Bahasa Inggris, kecuali diinstruksikan berbeda oleh pembeli
• Mempunyai nama produk, kode produksi, produk ditujukan untuk makanan atau tidak,
deklarasi substan-substan penyebab alergi, nama dan alamat eksportir, negara asal pro-
duk, masa pakai produk (tanggal dibuat dan tanggal kadaluarsa), berat bersih, rekomen-
dasi kondisi penyimpanan.

Peraturan lebih rinci dapat diunduh di http://eur-lex.europa.eu

Selain dari berbagai aturan yang telah disebutkan di atas, terdapat sertifikasi lain yang lebih penting
untuk dipenuhi. Beberapa negara Eropa hanya mau menerima produk CPO bersertifikasi RSPO,
yang akan dijelaskan lebih lanjut di poin berikut.

2.3.1 Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO)

RSPO merupakan organisasi berskala global dan memiliki beragam pemegang saham dengan fokus
pada minyak kelapa sawit sustainable. RSPO didirikan pada tahun 2004 dengan tujuan mem-
promosikan minyak kelapa sawit sustainable melalui standar yang bersifat global dan juga kredibel.
Anggota RSPO datang dari berbagai sektor, yang terdiri dari produsen CPO, traders, pemanufaktur
barang konsumen, pedagang ritel, bank dan investor, organisasi nirlaba lingkungan dan organisasi

7
nirlaba sosial. Para pemegang kepentingan yang dengan berbeda latar ini juga direpresentasikan
di level Board Eksekutif. Konsep meja bundar di RSPO memberikan hak yang setara bagi semua
pemegang kepentingan untuk membawa agenda yang spesifik untuk tiap kelompok kepentingan.
Organisasi ini juga membuat berbagai kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipenuhi oleh pe-
rusahaan untuk kemudian dapat memperoleh sertifikasi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO).
Sertifikasi ini dapat diaplikasikan pada produk pangan maupun non-pangan yang mengandung CPO
dan turunannya. Sertifikasi RSPO memastikan bahwa semua proses manufaktur suatu produk dari
sumber pekebunan hingga ke tangan konsumen aman dan mudah dilacak. Oleh karena itu, sertifikasi
RSPO akan memberikan kredibilitas bahwa suatu produk benar-benar sustainable. Para perusahaan
yang telah memiliki sertifikasi RSPO akan ditinjau ulang setiap 5 tahun untuk memastikan seluruh
proses masih berada di standar benar.
RSPO telah berhasil mensertifikasi 20% CPO yang diproduksi di skala global. Anggotanya pun terus
bertumbuh dari hanya 40 anggota ketika baru didirikan di tahun 2004 hingga mencapai 2475 anggota
di tahun 2015. Dapat dipastikan bahwa produk CPO yang dihasilkan oleh semua perusahaan yang
telah menjadi anggota RSPO memiliki sertifikasi.
Sertifikasi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) merupakan sertifikasi yang sangat berpengaruh
khususnya di Uni Eropa. Denmark telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan membeli produk
CPO yang tidak bersertifikasi CSPO mulai tahun 2016, kemudian pada tahun 2018 akan memiliki
100% sertifikasi minyak kelapa sawit tersegregasi. Inisiatif untuk mensertifikasi CPO pada tahun
2016 berada di tanggung jawab dua organisasi, yaitu Danish Chamber of Commerce untuk pada toko
ritel dan Konfederasi Industri Denmark untuk produsen makanan (https://www.eurt.rspo.org).
Menurut website RSPO, terdapat 6 langkah untuk mendapatkan sertifikasi RSPO, yaitu :

1. Memilih peran di rantai suplai

2. Memilih sistem rantai supai

3. Menjadi anggota RSPO

4. Mendapatkan sertifikasi

5. Membeli sumber minyak dari penyedia tersertifikasi

6. Mengklaim penggunaan CPO tersertifikasi

Pedoman prinsip-prinsip dan kriteria RSPO diinterpretasikan secara berbeda di setiap negara. Un-
tuk melihat pedoman negara Indonesia, dapat menggunakan tautan http://www.rspo.org/certification/national-
interpretations/ , kemudian mengunduh dokumen dengan nama Indonesia di halaman paling bawah.

2.4 Saluran Perdagangan

Berdasarkan survey pasar CBI, jalur distribusi CPO di Uni Eropa biasanya selalu datang dari negara
berkembang. Suplai CPO dari negara berkembang kemudian akan ditampung oleh para traders di
dalam Uni Eropa yang kemudian akan melakukan ekspor ulang atau melanjutkan distribusi.Traders
terdiri dari para importir dan broker. Dari para traders, CPO akan disalurkan ke industri pengi-
langan minyak kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit siap pakai. Minyak siap pakai kemudian
didistribusikan ke dua industri, yakni industri ritel dan industri pemrosesan makanan.

8
Selain industri CPO yang reguler, terdapat juga pasar untuk CPO organik dan CPO merah. Kedu-
anya masuk ke pasar Eropa menggunakan jalur yang kurang lebih sama (CPO merah tidak melalui
tahap pengilangan dan langsung menuju industri), namun karena volume yang diperjualbelikan
cenderung jauh lebih kecil dari CPO, maka kebanyakan dimasukkan oleh importir terspesialisasi.
Eksportir CPO organik dan CPO murni yang hanya memasukkan barang dengan jumlah kecil dapat
memanfaatkan jasa para broker.

2.4.1 Perdagangan Pemroses Makanan dan Pengilangan

CPO dapat dihasilkan menjadi berbagai produk pangan, namun pada umumnya produk yang meny-
erap penggunaan minyak kelapa sawit adalah margarin dan kue kering. Margarin dengan ukuran
250 gram mengandung 100 gram CPO, sementara 250 gram kue-kue kering umumnya mengandung
5 gram CPO (RSPO, 2015). Terdapat bermacam-macam perusahaan yang menghasilkan margarin
dan kue kering, akan tetapi hanya para pemain besar yang akan dituliskan di bagian ini.

Arla Foods merupakan perusahaan makanan berbasis susu yang beroperasi di 13 negara, namun
Arla pertama kali dibentuk di Denmark pada tahun 1882. Arla sendiri merupakan perusahaan
yang cukup tua dan merupakan perusahaan makanan terbesar di Denmark. Produk-produk
Arla antara lain adalah mentega dan margarin. Menurut laporan Europe Economics, pada
tahun 2013 Arla Foods tercatat telah mengimpor 14.025 ton ton CPO.

Blume Food I/S merupakan salah satu perusahaan makanan juga yang memproduksi margarin
dan mentega dengan merk Dragsbaek. http://www.dragsbaek.dk

AAK merupakan pengilangan/pemroses minyak nabati yang membeli CPO mentah kemudian mem-
rosesnya menjadi berbagai produk. AAK mempunyai tiga jenis lini bisnis yaitu : bahan
makanan, coklat dan manisan, serta produk teknikal. http://www.aak.com

2.4.2 Perdagangan Ritel

Terdapat banyak supermarket dan toko-toko kelontong di Denmark, namun kebanyakan dikelola
oleh satu perusahaan yang sama. Contoh-contoh perdagangan ritel ini adalah :

Dansk Supermarked adalah perusahaan yang membawahi beberapa jenis supermarket besar di
Denmark, contohnya adalah Bilka, Foetex, dan Netto. Ketiganya ditemukan hampir di setiap
tempat di Denmark. Dansk Supermarked merupakan konsumen CPO paling besar di bidang
ritel, dengan impor sebesar 5.889 ton pada tahun 2013.

Reitan Distribution adalah perusahaan yang paling dikenal dengan merk supermarket REMA
1000 di Denmark. Waralaba Seven Eleven juga dipegang hak distribusinya oleh Reitan Dis-
tribution. Konsumsi CPO Reitan pada tahun 2013 adalah sebesar 1.463 ton.

Coop Danmark menaungi merk supermarket Kvickly, SuperBrugsen, Irma, dan Fakta. Coop
Danmark memegang 42% pasar supermarket di Denmark.

9
2.4.3 Perdagangan Biodiesel

CPO pada umumnya dapat diolah menjadi biodiesel yang dipakai pada kendaraan diesel. Aturan
yang mengharuskan semua diesel dicampur dengan biodiesel membuat Denmark juga membutuhkan
biodiesel. Berdasarkan bahan bakunya, saat ini terdapat dua jenis perusahaan yang menghasilkan
biodiesel di Denmark yaitu berbasiskan limbah peternakan dan berbasiskan biji canola. Perusahaan
penghasil biodiesel di Denmark saat ini lebih banyak mengekspor produk biodieselnya ke negara
Eropa lainnya daripada dipakai di Denmark. Contoh perusahaan penghasil biodiesel adalah :

Emmelev A/S menghasilkan biodiesel sebanyak 100 juta liter per tahun(Knudsen,2014). Bahan
baku yang digunakan adalah minyak canola.

Daka ecoMotion memiliki kapasitas produksi biodiesel 55 juta liter per tahun(Knudsen,2014).
Bahan baku utamanya adalah lemak hewani yang diambil dari limbah-limbah peternakan dan
industri agrikultur Denmark. Daka ecoMotion memanfaatkan fakta bahwa sebanyak 62% dari
total tanah yang ada di Denmark dimanfaatkan untuk industri agrikultur.

Saat ini kedua perusahaan penghasil biodiesel tersebut tidak menggunakan CPO sebagai bahan
baku biodieselnya, akan tetapi seiring dengan regulasi yang mengharuskan campuran biodiesel di
Denmark ditingkatkan dari 5,75% menjadi 10%, terdapat peluang bahwa salah satu perusahaan
akan meningkatkan produksi dan justru memilih penggunaan CPO yang terbukti harganya lebih
murah.

2.5 Hambatan Lainnya

2.5.1 Regulasi label Uni Eropa dan Citra Buruk CPO

Sejak bulan Desember 2014, regulasi Uni Eropa tentang Informasi Makanan untuk Konsumen (EU
FIC) diberlakukan. EU FIC mengharuskan berbagai alergen makanan untuk ditampilkan secara
jelas di label agar konsumen dapat terinformasikan. Namun poin lain yang harus ditampilkan di
label makanan adalah jenis minyak nabati yang digunakan oleh setiap produk makanan. Hal ini
akan membuat berbagai produk harus menampilkan minyak kelapa sawit di kolom bahan penyusun.
Tentu hal ini sebenarnya bukan masalah, akan tetapi sentimen anti minyak kelapa sawit yang ada
di Eropa menjadi masalah.
Beberapa organisasi di Eropa seperti Friends of the Earth dan Greenpeace mengkampanyekan
bagaimana penanaman kelapa sawit ilegal merusak ekosistem dan membahayakan kehidupan orang
utan. Isu ini sempat menjadi viral sehingga membuat beberapa perusahaan makanan di Prancis
dan Belgia memasang label No Palm Oil pada makanannya. Untuk melawan kampanye hitam ini,
Majelis Kelapa Sawit Malaysia (MPOC) melakukan studi dan hasilnya menyatakan bahwa label No
Palm Oil ilegal karena melanggar hukum-hukum berlaku tentang kompetisi tidak adil, klaim kese-
hatan, dan bahkan regulasi EU FIC. Sebagai respon dari tuntutan MPOC, Belgia telah memutuskan
untuk mengkaji ulang penggunaan label No Palm Oil.
Meskipun resiko No Palm Oil label telah dimitigasi, citra negatif minyak kelapa sawit masih melekat
di mata para konsumen Uni Eropa. Apalagi menyusul isu kebakaran hutan kelapa sawit yang
membuat kabut asap di penghujung tahun 2015.

10
2.5.2 Harga Minyak Nabati Kompetitor

Menurut indexmundi, tren harga CPO terus menurun di tahun-tahun terakhir. Pada bulan Agustus
2015, harga CPO menyentuh titik terendah selama 6 tahun terakhir pada kisaran US$ 600 per
ton. Seharusnya dengan harga yang rendah permintaan CPO meningkat tajam, namun hal yang
berkebalikan justru terjadi untuk CPO. Ekspor CPO Malaysia dan Indonesia di bulan Agustus 2015
hanya naik masing-masing 0,5% dan 0,6%.
Ekspor CPO Indonesia ke Eropa menurun secara signifikan pada periode tersebut, yakni 30% lebih
rendah. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menurunnya ekspor
Indonesia dari 380 ribu di Juli 2015 menjati 265 ribu di Agustus 2015 dipicu oleh turunnya harga
minyak nabati substituen. Minyak kacang kedelai sebagai alternatif dari minyak kelapa sawit lebih
dipilih oleh para industri makanan Eropa. Di skala global, minyak kacang kedelai dikonsumsi nomor
dua tertinggi, hanya satu di bawah CPO.

3 Peluang dan Strategi

3.1 Peluang

CPO memiliki peluang yang sangat baik untuk menjadi bahan baku berbagai industri apabila dilihat
dari sudut pandang harga. Gambar 6 menunjukkan tren harga empat jenis minyak nabati yang
paling populer di Uni Eropa, yakni CPO, minyak bunga matahari, minyak canola, dan minyak
kacang kedelai. Data lima tahun terakhir menunjukkan CPO secara umum selalu berada di harga
paling murah. Pada September 2015 bahkan harga CPO menyentuh 430 Euro per metrik ton. Titik
paling rendah selama 5 tahun terakhir dan besar kemungkinan harganya akan terus menurun.

Gambar 6. Perbandingan Harga Minyak Nabati Dunia(www.indexmundi.com)

Peluang untuk melakukan promosi dan membentuk kerjasama dengan konsumen-konsumen di Den-
mark dan Eropa dapat dilakukan dengan mendatangi berbagai konferensi CPO yang digelar oleh

11
berbagai organisasi. Tiap organisasi yang berkaitan dengan CPO biasanya akan menggelar suatu
konferensi setiap tahunnya. Konferensi-konferensi ini dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengenal
calon pembeli dan memasarkan produk. Contoh organisasi yang menggelar konferensi adalah :

1. European Palm Oil Alliance , menggelar European Palm Oil Conference

2. RSPO , menggelar Annual Roundtable Meeting setiap tahunnya

3. Malaysian Palm Oil Council (MPON), menggelar Palm International Nutra-Cosmeceutical


Conference (PINC)

4. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menggelar Indonesian Palm Oil Con-
ference and Price Outlook setiap tahunnya

Di sisi hubungan antara Indonesia dan Denmark, hubungan diplomatik sudah dirintis oleh kedua
negara selama 65 tahun. Pada Oktober 2015 Ratu Denmark dan Pangeran berkunjung ke Indonesia
demi mempererat hubungan bilateral antara kedua negara. Tema kunjungan ini adalah rekanan ino-
vatif di abad ke-21. Kunjungan Ratu dan Pangeran juga diikuti oleh ratusan perwakilan perusahaan
Denmark untuk membuat kerjasama bersama para pengusaha Indonesia. Terdapat empat bidang
yang akan dijalin kerjasama yakni maritim, energi terbarukan, agribisnis, dan desain. Yang Mulia
Pangeran Consort sendiri melakukan tandatangan nota kesepahaman (MoU) di bidang agribisnis.
Kedekatan Denmark Indonesia akan memberikan peluang lebih baik untuk melakukan bisnis.

3.2 Strategi

Beberapa rekomendasi untuk memperlancar dan membuat produk lebik atraktif di pasar Eropa
disajikan pada bagian ini.
Taat regulasi Salah satu poin paling pertama yang harus dipenuhi adalah compliance terhadap at-
uran yang berlaku. Seperti telah ditulis di bagian regulasi, semua regulasi yang mengatur higienitas,
kontaminan, label, kemasan, dan lain lain haruslah dipenuhi untuk dapat masuk ke Pasar Eropa.
Lebih lagi, Pengusaha CPO asal Indonesia harus memenuhi sertifikasi ISPO dari Indonesia untuk
bisa melakukan ekspor dan memiliki sertifikasi RSPO untuk bisa masuk ke pasar Denmark. Semua
produk CPO yang ingin di ekspor harus memiliki sifat mudah dilacak sehingga jelas datang dari
perkebunan yang melanggar aturan atau tidak.
Aktif konferensi CPO Metode paling jitu untuk mencari calon konsumen adalah dengan aktif
datang ke berbagai konferensi CPO yang banyak diadakan setiap tahun. Kesempatan ini juga dapat
digunakan untuk tetap terinformasikan akan isu-isu terkini dan permintaan pasar.
Menonjolkan Sisi Premium Pasar Eropa yang terdiri dari negara-negara maju memiliki segmen-
tasi pasar yang agak berbeda dibandingkan India dan Tiongkok yang merupakan negara dengan
pertumbuhan ekonomi cukup pesat. Menurut survey CBI Saluran Segmen Minyak Nabati di Eropa,
pasar Eropa lebih menekankan pada nilai-nilai tambahan dari produk CPO, seperti ekologis dan
berasal dari daerah eksotik. Konsumen di pasar Eropa lebih tertarik mencoba produk dengan kual-
itas tinggi dan melihat asal dari produk tersebut. Pastikan untuk menampilkan kata-kata seperti
high quality, virgin, dan cold-pressed yang mengkaitkan proses produksi dengan properti minyak
yang lebih sehat. Informasi seperti daerah asal CPO dibuat, karakteristik eksotik, dan sertifikasi
sustainability juga akan menarik konsumen untuk memilih produk tersebut.

12
4 Informasi Penting
Asosiasi Dagang

• RSPO : www.rspo.org

• European Palm Oil Alliance : www.palmoilandfood.eu

• Federasi Industri Minyak Nabati di Eropa (FEDIOL) : www.fediol.be/

• Majelis Pangan dan Agrikultur Denmark : http://www.agricultureandfood.dk

Pameran Dagang

• ANUGA : Pameran makanan untuk perdagangan ritel, makanan, dan pasar katering. Diadakan
setiap tahun di Cologne, Jerman. (http://www.anuga.com/)

• SIAL : Salah satu Exhibition paling besar di bidang makanan yang menampilkan berbagai ba-
han makanan dan produk jadi. Diadakan setiap dua tahun di Paris, Prancis. (https://www.sialparis.com)

• Food Ingredients Europe : Pameran berbagai bahan makanan di Eropa. (http://www.figlobal.com/fieurope/home/)

• BioFach : Exhibition paling penting di dunia tentang makanan organik dan fairtrade. Exhibi-
tion ini cukup penting dikunjungi oleh para penjual produk organik dan fairtrade. (https://www.biofach.de/default.a

• In-Cosmetics : Pameran tempat para formulator, penyuplai bahan baku , riset dan pengem-
bangan, serta spesialis pemasaran di bidang kosmetik berkumpul. Diadakan setiap tahun di
kota yang berbeda-beda. (http://www.in-cosmetics.com)

Sertifikasi
Seperti telah disebutkan di bagian strategi, sertifikat akan menambah daya tarik produk di mata para
pembeli Eropa. Berbagai website yang dapat menambah pengetahun mengenai sertifikasi adalah :

• RSPO : www.rspo.org

• FiBL : http://www.fibl.org/en.html

• Organic Europe : http://www.organic-europe.net/

• Fairtrade Labelling Organisation : http://www.fairtrade.net

• Fair for Life : http://www.fairforlife.org

• Ecocert Fair Trade : http://www.ecocert.com

Website perdagangan online

• Foods for Trade : Pasar online Business to Business(B2B) untuk industri makanan. Untuk
pelanggan akun ini akan diberikan fitur-fitur khusus untuk membuat iklan yang ditargetkan
langsung ke pembeli potensial. (http://www.foodstrade.com)

13
• The Food World : Tempat database perusahaan yang bergerak di bidang makanan-makanan
khusus (http://www.thefoodworld.com0

• Organic-Bio : Tempat database perusahaan makanan baik eksportir maupun pembeli yang
bergerak di bidang organik dan fairtrade. (http://www.organic-bio.com/en/directory/)

• Go4WorldBusiness : Daftar pembeli di Eropa (http://europe.go4worldbusiness.com)

Organisasi Trading di Denmark

• Kamar dagang Denmark : https://www.danskerhverv.dk

• Trade Council Denmark : http://um.dk/en/tradecouncil/about/

• Trade Council Denmark di Indonesia : http://indonesien.um.dk/en/the-trade-council/

14

Anda mungkin juga menyukai