Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERANAN UMKM DALAM MENINGKATKAN NILAI

EKSPOR PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : DHEA FANY FADHILLAH

NIM : 201910089

KELAS : MANAJEMEN UMKM (C)

STIEM BONGAYA MAKASSAR

ANGKATAN TAHUN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERANAN UMKM DALAM
MENINGKATKAN NILAI EKSPOR PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA”
tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah manajemen
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Stiem Bongaya. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang peran UMKM.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata
kuliah manajemen usaha mikro kecil dan menengah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

MAKASSAR, 22 NOVEMBER 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat …………………………………………………………………………… 4
1.5 Landasan Teori …………………………………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian UMKM ……………………………………………………………….. 6
2.2 Pengertian Perdagangan Internasional …………………………………………… 7
2.3 Dampak Positif dan Negatif Perdagangan Internasional …………………………. 8
2.4 Faktor - Faktor Penghambat Perdangangan Internasional ………………………... 9

BAB III PEMBAHASAN


2.5 Kondisi UMKM di Indonesia saat ini …………………………………………….. 10
2.6 Masalah yang Dihadapi UMKM di Indonesia ……………………………………. 11
2.7 Peluang UMKM Untuk Bersaing di Pasar Global ……………………………….. 12
2.8 Pemberdayaan UMKM di Indonesia …………………………………………….. 13
2.9 Perluasan Akses Informasi Bagi Pelaku UMKM ………………………………... 14
2.10 Pentingnya Pengetahuan Ekspor – Impor Bagi Pelaku UMKM ……………….. 15

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 16
3.2 Saran …………………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belum kokohnya pembangunan perekonomian Indonesia saat ini, mendorong
UMKM untuk mampu menggerakkan roda perekonomian meskipun dalam usaha ini
modal yang digunakan cukup banyak khususnya untuk usaha kelas menengah. Akan
tetapi peranan UMKM cukup jadi pertimbangan pemerintah selain dapat menyerap tenaga
kerja, UMKM juga berperan sebagai pendongkrak nilai ekspor Indonesia dalam
perdagangan internasional, oleh karena itu pemerintah diharapkan mampu untuk terus
memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini agar nilai ekspor Indonesia dapat
terus di tingkatkan.

NO Indikator Tahun Nilai Ekspor


1 1997 39.227,070
2 1998 69.315,40
3 1999 52.594,120
4 2000 75.448,610
5 2001 80.846,520
6 2002 87.290,030
7 2003 77.096,710
8 Nilai Ekspor UMKM 2004 95.548,240
9 2005 110.338,06
10 2006 123.767,87
11 2007 140.363,84
12 2008 178.008,28
13 2009 162.254,52
14 2010 175.894,89
15 2011 187.441,82
16 2012 208.067,00

Data Nilai Ekspor UMKM dari data diatas kita dapat melihat bahwa nilai ekspor
UMKM dari tahun 1997 – 2012 selalu mengalami kenaikkan kecuali pada tahun 2003 dan
2009 mengalami penurunan, akan tetapi hal ini tetap menunjukkan bahwa peranan
UMKM dalam mendongkrak nilai ekspor Indonesia cukup memuaskan. Sehingga dengan
meningkatnya produksi UMKM jelas mempunyai dampak yang besar bagi Indonesia
khususnya dalam perdagangan internasional .
Melihat begitu pentingnya perdagangan internasional bagi suatu Negara, maka tidak
heran jika Indonesia terus menerus meningkatkan ekspornya untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dan dapat bersaing di pasar internasional dengan produk –
produk unggulan yang dimiliki, dengan adanya perdagangan internasional pula maka
Dari sinilah kami tertarik untuk mengkaji lebih lanjut terkait peranan UMKM dalam
meningkatkan nilai ekspor Indonesia, karena dengan di tingkatkannya nilai ekspor
Indonesia maka pendapatan nasional juga akan semakin meningkat, hal ini sesuai dengan
teori Keynes terkait perekonomian terbuka, dengan model persamaan dimana jika nilai
(ekspor) ditingkatkan maka nilai (Pendapatan Nasional) juga akan meningkat. Oleh
karena itu peranan UMKM sangat diperlukan guna meningkatkan nilai ekspor Indonesia
dalam perdagangan internasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di tarik rumusan masalah yang menjadi
dasar penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kondisi UMKM di Indonesia saat ini?
2. Bagaimana agar produk UMKM Indonesia bisa menembus pasar global sehingga dapat
meningkatkan nilai ekspor Indonesia?
3. Langkah apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendukung perkembangan
UMKM saat ini?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memahami bagaimana kondisi UMKM saat ini
2. Untuk mengetahui perkembangan UMKM dari tahun ke tahun
3. Untuk mengetahui langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mendukung
perkembangan UMKM

1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik berupa teori
maupun praktik. Secara teori hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
teori tentang cara meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui pemberdayaan UMKM.
Secara praktik hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman dan
memperluas pengetahuan tentang pengaruh UMKM dalam meningkatkan daya saing
perdagangan internasional Indonesia, selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk
mengembangkan sikap ilmiah serta sebagai tambahan pengalaman dan bahan
dokumentasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, dan dapat menjadi referensi atau
perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan subjek yang
sama.

1.5 Landasan Teori


Teori Keunggulan Absolut
Adam Smith mengatakan bahwa perdagangan di antara dua Negara didasarkan
pada keunggulan absolut (Absolut adventage). Jika suatu Negara lebih efisien dan
memiliki keunggulan absolute daripada Negara lain dalam memproduksi komoditi
lainnya, maka kedua Negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara
melakukan spesialisasi dalam memproduksi suatu komoditi. Berarti Negara yang
memiliki keunggulan absolut, akan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki
kerugian absolut.
Teori Keunggulan Komparatif
Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut
dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu Negara disbanding dengan Negara lain.
Teori ini berpendapat bahwa perdangan internasional dapat terjadi walaupun suatu
Negara tidak memiliki keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua Negara
tersebut berbeda, meskipun sebuah Negara kurang efisien dibanding Negara lain dalam
memproduksi dua komoditi, namun masih tetap dapat melakukan perdagangan. David
Ricardo beragumen bahwa sebaiknya semua Negara berspesialisasi dalam komoditi –
komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi – komoditi
yang mempunyai kerugian komperatif.
Teori Hekscher Ohlin (H-O)
Teori Hekscher Ohlin atau sering disebut dengan teori proporsi dan intensitas
faktor produksi. Teori Hekscher Ohlin menyatakan bahwa penyebab perbedaan
produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh
masing – masing Negara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian UMKM


Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), merupakan salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi (Bank Dunia, 2005). Di Indonesia
UMKM di atur dalam Undang – Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008.
Adapun klasifikasi UMKM menurut UU nomor 20 tahun 2008 dapat di jelaskan sebagai
berikut :
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang –
Undang ini.
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung daru Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
criteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang ini.
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus rupiah).
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang – Undang ini.
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratu juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha
Menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.2 Pengertian Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas perdagangan
yang dilakukan oleh penduduk suatu dengan Negara dengan penduduk Negara lain atas
dasar kesepakatan bersama.
Perdagangan internasional ini dilakukan karena berbagai macam faktor diantaranya yaitu:
1. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan keterampilan, ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengelola sumber saya ekonomi.
2. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru dalam menjual
produk tersebut.
3. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
4. Adanya keberagaman selera yang dihasilkan pada Negara lain.
5. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi di negeri
sendiri.
6. Untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan Negara dari
perdagangan ekspor – impor.
7. Keinginan membuka kerja sama.

2.3 Dampak Positif dan Negatif Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional memang sangat menguntungkan akan tetapi bukan
berarti perdagangan internasional tidak memiliki dampak negative bagi suatu Negara,
berikut dampak positif dan negative perdagangan internasional bagi suatu Negara.
Dampak positif :
1. Menambah kemakmuran Negara
2. Menambah kesempatan kerja
3. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Sumber pemasukan kas Negara
5. Menciptakan efisien dan spesialisasi
6. Menstabilkan harga
7. Memperluas pangsa pasar
Dampak negative :
1. Penurunan permintaan produk dalam negeri
2. Ketergantungan produk dari Negara – Negara maju
3. Banyak industry kecil yang sulit bersaing
4. Adanya persaingan tidak sehat dalam perdagangan internasional

2.4 Faktor – Faktor Penghambat Perdagangan Internasional


Melakukan transaksi perdagangan internasional tidak semudah seperti melakukan
perdagangan antar wilayah di dalam negeri. Oleh karena itu dalam memasarkan produk
UMKM ke luar negeri terkadang sangat sulit karena banyak sekali kendala – kendala
yang akan ditemui seperti berikut ini :
1. Penetapan tarif yang terlalu tinggi
Nilai Kurs Tarif adalah pembebanan pajak atau custom dutiss terhadap barang –
barang yang melewati batas suatu Negara.
2. Nilai Kurs yang tidak menentu
Kurs adalah kemampuan nilai mata uang Negara untuk dapat dipertukarkan dengan
mata uang Negara lain.
3. Kondisi keamanan suatu Negara
Perdagangan internasional akan sulit dilakukan jika kondisi suatu Negara sedang
mengalami kekacauan misalnya : terjadi peperangan.
BAB III

PEMBAHASAN

2.5 Kondisi UMKM di Indonesia saat ini

No Indikator Satuan 1997 1998 1999 2000


1 Jumlah UMKM Unit 39 765 110 36 813 578 37 911 39 784 036
723
2 Pertumbuhan Persen -7.42 2.98 4.94
Jumlah UMKM
3 Jumlah Tenaga Orang 65 601 591 64 313 573 67 169 72 704 416
Kerja UMKM 844
4 Pertumbuhan Persen -1.96 4.44 8.24
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
5 Sumbangan PDB Rp. 363 552 945.40 647 760
UMKM Harga Miliar 200 .400 475 .960 089 .450
Konstan
6 Pertumbuhan Persen 52.24 17.10 17.39
Sumbangan PDB
UMKM
7 Nilai Ekspor Rp. 39 277.070 69 315. 40 52 75
UMKM Miliar 594 .120 448 .610
8 Pertumbuhan Nilai Persen 39 756 110 76.48 -24.12 43.45
Ekspor UMKM
No Indikator Satuan 2001 2002 2003 2004
1 Jumlah UMKM Unit 39 964 080 41 944 494 43 460 44 777 387
242
2 Pertumbuhan Persen 0.45 4.96 3.61 3.03
Jumlah UMKM
3 Jumlah Tenaga Orang 74 687 428 77 807 897 81 942 80 446 600
Kerja UMKM 353
4 Pertumbuhan Persen 2.73 4.18 5.31 -1.83
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
5 Sumbangan PDB Rp. 791 597.40 829 616.40 876 924
UMKM Harga Miliar 123 .40 483 .60
Konstan
6 Pertumbuhan Persen 4.15 4.80 5.16 5.52
Sumbangan PDB
UMKM
7 Nilai Ekspor Rp. 80 846.520 87 290.030 77 096 95
UMKM Miliar .710 548 .240
8 Pertumbuhan Nilai Persen 7.15 7.97 -11.68 23.93
Ekspor UMKM
No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008
1 Jumlah UMKM Unit 47 017 062 49 021 803 50 145 51 409 612
800
2 Pertumbahan Persen 5.00 4.26 2.29 2.52
Jumlah UMKM
3 Jumlah Tenaga Orang 83 586 616 87 909 598 90 491 94 024 278
Kerja UMKM 930
4 Pertumbuhan Persen 3.90 5.17 2.94 3.90
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
5 Sumbangan PDB Rp. 979 712.50 1 032 1 1 165
UMKM Harga Miliar 573.90 099 753.20
Konstan 301.10
6 Pertumbuhan Persen 5.97 5.40 6.46 6.04
Sumbangan PDB
UMKM
7 Nilai Ekspor Rp. 110,338.06 123,767.87 140,363.8 178,008.28
UMKM Miliar 4
8 Pertumbuhan Nilai Persen 15.48 12.17 13.41 26.82
Ekspor UMKM
No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah UMKM Unit 52 764 603 53 823 732 55 206 56 534 592
444
2 Pertumbuhan Persen 2.64 2.01 2.57 2.41
Jumlah UMKM
3 Jumlah Tenaga Orang 96 211 332 99 401 775 101 722 107 657
Kerja UMKM 458 509
4 Pertumbuhan Persen 2.33 3.32 2.33 5.83
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
5 Sumbangan PDB Rp. 1 212 1 282 1 1 504
UMKM Harga Miliar 599.30 571.80 369 928.20
Konstan 326.00
6 Pertumbuhan Persen 4.02 5.77 6.76 9.90
Sumbangan PDB
UMKM
7 Nilai Ekspor Rp. 162 254.52 175 894.89 187 208 067.00
UMKM Miliar 441.83
8 Pertumbuhan Nilai Persen -8.85 8.41 6.56 11.00
Ekspor UMKM

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah UMKM di Indonesia dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, misalnya saja ditahun 2012 jumlah
UMKM di Indonesia sebanyak 56.534.592 hal ini dapat terlihat bahwa terjadinya
peningkatan UMKM dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 55.206.444, akan tetapi
besarnya peningkatan laju pertumbuhan UMKM ternyata tidak selalu berbanding lurus
dengan sumbangan nilai ekspornya. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah UMKM di
Indonesia pada tahun 2008 yang sebesar 51.409.612 dengan nilai ekspor sebesar
178.008.28 sedangkan pada tahun 2009 jumlah UMKM di Indonesia mengalami kenaikan
yakni sebesar 52.764.603 akan tetapi kenaikan jumlah UMKM tersebut tidak berbanding
lurus dengan kenaikan ekspornya hal ini dapat dilihat bahwa jumlah nilai ekpor UMKM
ditahun 2009 mengalami penurunan yakni sebesar 162.252.52.

2.6 Masalah Yang Dihadapi UMKM di Indonesia


Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan
sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk impor. Persoalan utama
yang dihadapi UMKM, diantaranya yaitu :
a. Terbatasnya modal
b. Kualitas sumber daya manusia yang rendah
c. Keterbatasan infrastruktur
d. Dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi
Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang
kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Sehingga potensi
UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Selain itu terhambatnya usaha UMKM
umumnya disebabkan karena usaha ini bersifat income gathering yaitu menaikkan
pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Merupakan usaha miliki keluarga
b. Menggunakan teknologi yang masih relative sederhana
c. Kurang memiliki akses permodalan (bankable)
d. Dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi
Keterbatasan infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan
biroakrasi serta tingginya tingkat pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi
UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan
dari adanya krisis global namun pada kenyataannya permasalahan – permasalahan yang
dihadapi sangat banyak dan lebih berat.
Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krises global tadi,
UMKM harus pula menghadapi persoalan domestic yang tidak kunjung terselesaikan
seperti masalah upah buruh, ketenaga kerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.
Permasalahan lain yang dihadapi UMKM, yaitu adanya liberalisasi perdagangan, seperti
pemberlakuan ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) yang secara efektif telah
berlaku tahun 2010. Disisi lain, Pemerintah telah menyepakati perjanjian kerja sama
ACFTA ataupun perjanjian lainnya, namun tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu
kesiapan UMKM agar mampu bersaing. Sebagai contoh kesiapan kualitas produk, harga
yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor sehingga
positioning persaingan lebih jelas. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM
Indonesia pada saat diberlakukannya ASEAN Community yang direncanakan tahun 2015.
Apabila kondisi ini dibiarkan, UMKM yang disebutkan mampu bertahan hidup dan
tahan banting pada akhirnya akan bangkrut juga. Oleh karena itu, dalam upaya
memperkuat UMKM sebagai fundamental ekonomi nasional, perlu kiranya diciptakan
iklim investasi domestic yang kondusif dalam upaya penguatan pasar dalam negeri agar
UMKM dapat menjadi penyangga (buffer) perekonomian nasional.
Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah
kurangnya akses informasi, khususnya informasi pasar. Hal tersebut menjadi kendala
dalam hal memasarkan produk-produknya, karena dengan terbatasnya akses informasi
pasar yang mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan lemahnya daya saing di tingkat
global. Miskinnya informasi mengenai pasar tersebut, menjadikan UMKM tidak dapat
mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus, sehingga
perkembangannya mengalami stagnasi.
Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan global memang
perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan perekonomian
Indonesia. Selain itu faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki andil
tersendiri. Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat dilakukan dengan
peningkatan daya saing dan pengembangan sumber daya manusianya agar memiliki nilai
dan mampu bertahan menghadapi pasar ACFTA, diantaranya melalui penyaluran
perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi pemasaran, pelatihan lembaga keuangan
mikro melalui capacity building, dan pengembangan information technology (IT).
Demikian juga upaya-upaya lainnya dapat dilakukan melalui kampanye cinta produk
dalam negeri serta memberikan suntikan pendanaan pada lembaga keuangan mikro.
Keuangan mikro telah menjadi suatu wacana global yang diyakini oleh banyak pihak
menjadi metode untuk mengatasi kemiskinan.
UMKM juga telah terbukti tidak terpengaruh terhadap krisis. Ketika krises menerpa
pada periode tahun 1997-1998, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh. Data
Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah
UMKM tidak berkurang, justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 87 juta tahun
2006 hingga 107 juta tenaga kerja ditahun 2012. Pada tahun itu, jumlah pengusaha di
Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99,99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau
4.968 unit adalah unit adalah usaha besar. Data tersebut membuktikan, UMKM
merupakan pasar yang sangat potensial bagi industry jasa keuangan terutama bank untuk
menyalurkan pembiayaan. Karena sekitar 60-70 % pelaku UMKM belum memiliki akses
pembiayaan perbankan.
2.7 Peluang UMKM untuk bersaing di Pasar Global
Pelaku UMKM harus pandai memanfaatkan peluang pasar, dengan begitu mereka
diharapkan dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas.
Meningkatnya promosi dagang diluar negeri sebagai langkah mengenalkan produk dalam
negeri di pasaran internasional merupakan langkah yang tepat dengan teknologi yang
semakin canggih pemasaran produk bisa dilakukan dengan media online sehingga lebih
efisien dalam biaya. Selain itu banyak produk-produk kerajinan Indonesia yang memiliki
kualitas baik, sehingga sangat di sayangkan jika produk-produknya itu hanya dijual di
dalam negeri.

2.8 Pemberdayaan UMKM di Indonesia


Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan
membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, seperti meningkatkan
inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta
perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu
sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri
serta industry dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi
yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Maka pemerintah harus dapat
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ini dengan melakukan beberapa
kebijakan seperti :
⦁ Memberikan KUR kredit usaha rakyat
⦁ Memperbaiki infrastruktur
⦁ Memberikan pelatihan keterampilan

2.9 Perluasan Akses Informasi Bagi Pelaku UMKM


Dalam menghadapi mekanisme pasar yang semakin terbuka dan kompetitif,
penguasaan penggunaan faktor produksi merupakan syarat wajib untuk meningkatkan
daya saing UMKM agar dapat menguasai pasar, oleh karena itu UMKM perlu
mendapatkan informasi yang lebih mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar
produksi maupun pasar faktor produksi. Informasi tentang pasar produksi sangat
diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya :
- Jenis barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu
- Bagaimana daya beli masyarakat terhadap produk tersebut
- Berapa harga pasar yang berlaku
- Mengetahui selera konsumen pada pasar lokal dan internasional
Dengan demikian, UMKM dapat mengantisipasikan berbagai kondisi pasar sehingga
dalam menjalankan usahanya akan lebih inovatif. Sedangkan informasi pasar faktor
produksi juga diperlukan terutama untuk mengetahui :
- Sumber bahan baku yang dibutuhkan
- Harga bahan baku yang ingin dibeli
- Dimana dan bagaimana memperoleh modal usaha
- Tingkat upah atau gaji yang layak untuk pekerja
- Dimana dapat memperoleh alat-alat atau mesin yang diperlukan

2.10 Pentingnya Pengetahuan Ekspor – Impor Bagi Pelaku UMKM


Salah satu informasi yang tidak kalah penting dari informasi yang telah disampaikan di
atas adalah pengetahuan terkait ekspor – impor. Seorang pelaku UMKM jika ingin
memasarkan produknya keluar negeri maka wajib dibekali pemahaman terkait ekspor –
impor hal ini dilakukan agar pelaku UMKM dalam memasarkan produknya keluar negeri
tidak merasa kebingungan.
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui UMKM memang tidaklah mudah
disamping banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM seperti
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki, terbatasnya akses permodalan, dan
terbatasnya akses informasi sehingga banyak produk – produk UMKM yang tidak bisa
menembus pasar internasional. Oleh karena itu sebaliknya pelaku UMKM di berikan
pengetahuan terkait ekspor – impor sehingga mereka tidak hanya memasarkan produknya
di dalam negeri melainkan juga di luar negeri.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia dari produksi UMKM, maka di perlukan
peningkatan kualitas produksi agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing yang
tinggi, oleh karena itu pemberdayaan UMKM pun perlu dilakukan. Agar pemberdayaan
UMKM ini dapat berjalan lancar maka diperlukan sinergi antara peran pemerintah selaku
pembuat kebijakan serta lembaga pendamping, khususnya lembaga keuangan mikro
untuk mempermudah akses perkreditan dan perluasan jaringan informasi pemasaran.
Selain itu, budaya mencintai produksi dalam negeri juga perlu dipupuk agar UMKM
berkembang dan perekonomian nasional menjadi lebih kuat, sehingga dengan adanya
fasilitas tersebut maka UMKM bisa mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Mahyus Ekananda, 2014, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.


Nopirin, 1991, Ekonomi Internasional Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 UMKM
www.bi.go.id
www.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai