Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen : Dr. I Gusti Agung Eka Teja Kusuma, SE., MM.

Perdagangan Ekspor Kelapa Sawit Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional

KADEK ADI PRATAMA HENDRA

2002612010672

Manajemen H Malam

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah Perekonomian Indonesia dengan judul “Perdagangan Ekspor Kelapa Sawit
Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional” yang saya harapkan dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita sebagai Mahasiswa/i untuk dapat mengetahui serta
memahami lebih dalam mengenai Manajemen Strategik khususnya dengan Tema
“Perdagangan Ekspor Kelapa Sawit Dalam Pertumbuhan Eknomi Nasional” ini.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf jika dalam
pembuatan makalah ini terdapat kata yang salah serta terdapat kesalahan dalam
penulisan. Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terimakasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang
membaca.

Denpasar, 24 Juli 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II Pembahasan..........................................................................................................3
2.1 Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit.......................................................................3
2.2 Hambatan Dalam Mengekspor Kelapa Sawit..........................................................4
2.3 Dampak Larangan Ekspor Kelapa Sawit.................................................................4
2.4 Kebijakan Terhadap Nilai Ekspor Kelapa Sawit.....................................................5

BAB III Penutup................................................................................................................7


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................7
3.2 Saran........................................................................................................................7

Daftar Pustaka...................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi nasional didasarkan pada strategi dan kebijakan
perekonomian, yang tercermin dalam aktivitas keuangan melalui keuangan secara
nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional mengarah pada peningkatan stabilitas
keuangan dan pembangunan perekonomian sebagai simbol terjadinya pergerakan
pertumbuhan ekonomi secara efektif dan efisien.
Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam mesin
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Adam Smith melalui perdagangan,
sumber daya dunia dapat digunakan secara efisien dan dapat memaksimumkan
kesejahteraan dunia (Mankiw, 2006). Hal ini juga dijelaskan oleh Todaro dan Smith
(2006) dalam Batubara (2015) bahwa perdagangan internasional sangat berperan
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Kegiatan perdagangan internasional
tersebut meliputi ekspor dan impor. Ekspor merupakan kegiatan penjualan barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dibeli oleh orangorang asing dan impor
adalah kegiatan pembelian barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk
kebutuhan dalam negeri (Samuelson, 2004). Ekspor dan impor mempengaruhi
kegiatan produksi atau output yang dihasilkan produsen dalam negeri yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga ekspor dan impor
adalah komponen utama dari pertumbuhan ekonomi (Alaoui, 2015).
Perdangangan Internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Jika suatu negara lebih banyak melakukan ekspor dari pada impor maka
pendapatan nasional negara tersebut akan naik sehingga nantinya akan ber-pengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Keuntungan perdagangan internasional adalah
memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan
jasa yang murah, sehingga dapat mengekspor ke luar negeri. Manfaat dari
perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan negara, cadangan
devisa, transaksi modal dan bertambahnya kesempatan kerja.
Salah satu sektor penyumbang ekspor terbesar Indonesia berasal dari sektor
pertanian subsektor perkebunan yaitu minyak kelapa sawit. Industri minyak kelapa
sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry)
yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan

1
Thailand. Hasilnya biasa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti
industri makanan, industri kosmetika, dan industri sabun. Prospek perkembangan
industri kelapa sawit saat ini sangat pesat, karena terjadi peningkatan jumlah produksi
kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Perkebunan industri
minyak kelapa sawit menyerap lebih dari 4,5 juta petani dan tenaga kerja serta
menyumbang sekitar 4,5 persen dari total nilai ekspor nasional (Suharto, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan latar belakang tersebut diatas maka terdapat rumusan
masalah yang ada dalam penulisan ini sebagai berikut :
1. Perkembangan ekspor kelapa sawit Indonesia.
2. Hambatan dalam mengekspor kelapa sawit Indonesia.
3. Dampak terjadinya larangan ekspor kelapa sawit Indonesia.
4. Kebijakan terhadap nilai ekspor kelapa sawit Indonesia.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit Indonesia.
2. Bagaimana Hambatan Dalam Mengekspor Kelapa Sawit Indonesia
3. Bagaimana Dampak Terjadinya Larangan Ekspor Kelapa Sawit Indonesia.
4. Bagaimana Kebijakan Terhadap Nilai Ekspor Kelapa Sawit Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit


Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor
minyak kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 34,44 juta ton, atau hanya naik 0,12%
disbanding proyeksi ekspor pada tahun ini sebesar 34,40 juta ton. Pertumbuhan
ekspor yang nyaris stagnan tersebut disebabkan oleh dua hal . pertama produksi
minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang hanya naik tipis serta kedua
karena melonjaknya permintaan dalam negeri.
Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memperkirakan produksi CPO di tahun
2022 paling tinggi mencapai 48 juta ton, meningkat tipis  2,70% dibandingkan pada
tahun 2021. "Tahun depan kemungkinan tidak akan lebih dari 48 juta ton. Kalau ini
tidak tercapai, kembali ke sekitar 47 juta ton," kata Togar dalam sebuah webinar,
Kamis (23/12).
Gapki memperkirakan produksi CPO pada tahun 2021 berada di angka 46,7
juta ton. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Gapki pada 15 Desember lalu
yakni 47, 47 juta ton. Gapki memperkirakan konsumsi dalam negeri bakal naik 8,8%
dari 18,48 juta ton pada tahun ini menjadi 20,1 juta pada tahun 2022. Kenaikan
signifikan ada sektor biodiesel. Permintaan sawit untuk pemenuhan produksi biodiesel
diperkirakan naik 16% menjadi 8,34 juta ton dari 7,19 juta ton. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan lokal, permintaan sawit diperkirakan naik 4,6% menjadi 9,6 juta
ton di tahun 2022 dari 9,18 juta ton pada tahun ini.
Tingginya permintaan dari dalam negeri inilah yang membuat ekspor sawit
pada tahun depan akan menjadi stagnan. Dengan konsumsi dalam negeri yang
diperkirakan masih akan sangat tinggi di tahun 2022,  produksi CPO diprioritaskan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Gapki memperkirakan produksi CPO dan PKO November-Desember 2021
sebesar 9.395 ribu ton dan konsumsi 3 juta ton. Dengan jumlah tersebut, maka
tersedia 6,4 juta ton untuk ekspor untuk November dan Desember. Untuk November
dan Desember ekspor dalam bentuk olahan diasumsikan sebesar 2.200 ribu ton,
ekspor CPO 300 ribu ton per bulan dan ekspor olahan PKO 150 ribu ton serta
oleokimia 350 ribu ton per bulan. Dengan demikian, ekspor November-Desember
diperkirakan akan mencapai 6 juta ton, sehingga total ekspor 2021 diperkirakan akan

3
mencapai sekitar 34,9 juta ton atau sekitar 0,9 juta ton lebih besar dari ekspor 2020
sebesar 34 juta ton.
2.2 Hambatan Dalam Mengekspor Kelapa Sawit
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan
(Kemendag), Asep Asmara membeberkan berbagai kendala dalam ekspor sawit
Indonesia di pasar Eropa. Pertama, terdapat penghapusan insentif pajak produk
biofuel dari kelapa sawit oleh Perancis. Hal ini lantaran Perancis yang menetapkan
Undang-Undang Anggaran Pemerintah Perancis tahun 2019 dengan Letter of Intent
nomor 2018-1317 dan secara resmi dipublikasikan berdasarkan JORF nomor 0302.
"Dalam peraturan itu telah ditetapkan bahwa minyak sawit tidak tergolong dalam
kategori produk biofuel sehingga tidak mendapatkan fasilitas skema insentif pajak
yang telah ditetapkan," ujar Asep dalam diskusi Ina Palm Oil yang digelar oleh
Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).
Isu kontaminan 3-MCPD Uni Eropa, dimana otoritas keamanan makanan di
Eropa atau European Food Safety Autority (EFSA) yang mengusulkan batas 3-MCPD
Ester maksimal 2,5 ppm dan GE maksimal 1 ppm. Usulan ini sejak disetujui komisi
Uni Eropa sejak 2018. "Putusan ini yang berpotensi menghambat perdagangan
minyak sawit Indoensia, sebab kandungan 3-MCPD minyak sawit Indonesia masih di
atas 3 ppm," jelas Asep. Kendala lainnya adalah antisubsidi oleh otoritas Uni Eropa,
dimana pada November 2019 Uni Eropa mengeluarkan definitive measure atas
biodiesel Indonesia yang berlaku sejak tanggal 10 Desember 2019-2024. Pada
Desember 2019, EU tetap menerapkan provisional measures dengan besaran 8%
hingga 18%.
Carrefour yakni ritel makanan di Perancis pada 2017 membatasi dan
menghentikan penggunaan minyak sawit di dalam produk Carrefour. Pada 2012
kenaikan pajak bagi kelapa sawit 300% di La Taxe Nutella dan pada 2016 kenaikan
pajak pajak kelapa sawit sebesar 900 euro per ton pada palm oil super tax. Hingga
adanya blokade asosiasi petani di Perancis di 2018 terhadap TOTAL karena
berkomitmen membeli kelapa sawit untuk bio refinerynya.

2.3 Dampak Larangan Ekspor Kelapa Sawit


Larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak
goreng membawa dampak negatif berganda, bukan saja kepada pelaku usaha
kelapa sawit, tetapi juga kepada tiga juta petani kelapa sawit di Indonesia.

4
Selain itu, kinerja makro ekonomi Indonesia terancam karena penurunan devisa
ekspor sehingga bisa menjadi faktor yang menekan nilai tukar Rupiah terhadap
Dolar AS.
Meski mengalami penurunan, kebijakan pemerintah tersebut berhasil
menyumbang deflasi. Data BPS menunjukkan pada Mei 2022 minyak goreng
memiliki andil inflasi sebesar minus 0,01 persen atau mengalami deflasi. Sebelumnya
pada April 2022 minyak goreng memiliki andil 0,19 persen terhadap inflasi domestik
dan merupakan andil tertinggi. Saat ini pemerintah tengah mendorong ekspor CPO
melalui kebijakan domestic market obligation (DMO) dan flush out dalam rangka
pengosongan tangki. Pasalnya selama pelarangan ekspor tersebut, tangki CPO penuh
dan tandan buah segar (TBS) sawit petani tidak terserap yang mengakibatkan
penurunan harga TBS. Kementerian Perdagangan mencatat telah menerbitkan 486
persetujuan ekspor (PE) untuk 32 perusahaan melalui kebijakan DMO. Sementara
melalui skema flush out Kemendag telah memberikan izin ekspor terhadap 41
perusahaan. 
Kebijakan larangan ekspor ini tidak efektif menjamin stabilitas harga minyak
goreng karena masalah minyak goreng sebetulnya adalah persoalan distribusi bukan
bahan baku,” kata Bhima. Selain membawa dampak negatif kepada petani kelapa
sawit, kinerja makro ekonomi Indonesia juga terancam. Tahun 2021, sumbangan
devisa ekspor minyak sawit mencapai US$ 35 miliar atau lebih dari Rp 500 triliun dan
sawit menjadi komditas penyumbang devisa ekspor terbesar. Selain dari devisa
ekspor, ekspor minyak sawit memberikan sumbangan bagi kas negara dalam bentuk
pajak ekspor (bea keluar) dan pendapatan dari pungutan ekspor. Penurunan
pendapatan ekspor minyak sawit ini tentu berpotensi menekan surplus neraca
perdagangan dan mengancam stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

2.4 Kebijakan Terhadap Nilai Ekspor Kelapa Sawit


Pemerintah kembali menerapkan kebijakan Domestic Market
Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) untuk komoditas Crude
Palm Oil (CPO), seiring dengan pembukaan ekspor dan pencabutan subsidi minyak
goreng. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, menaikkan pajak ekspor
akan lebih ideal jika dibandingkan harus melaksanakan DMO seperti saat ini.
Menurutnya, dengan struktur pasar dan distribusi minyak goreng saat ini, kontrol

5
pemerintah terhadap pelaksanaan DMO maupun DPO menjadi lebih sulit. “Berbeda
dengan batubara, kebijakan DMO dapat dilakukan karena struktur pasar lebih dapat
dikontrol, dimana jumlah pelaku di setiap rantai pasok lebih sedikit dan kebutuhan
domestik paling besar itu hanya untuk PLN ,” (Josua, juni 2022).
Menurut Josua, pajak ekspor dapat menurunkan harga bahan baku untuk
industri di domestik. Memang, terdapat risiko yakni semakin besar pajak yang
dikenakan. “Maka kontrol pemerintah harus lebih ketat karena penyelundupan atau
penghindaran pajak ekspor bisa saja terjadi,” ujar Josua. Senada dengan Direktur
Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira yang mengatakan
bahwa penyesuaian pungutan ekspor CPO jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan
kebijakan DMO saat ini.
Pertimbangan lain dalam penyesuaian tarif layanan pungutan ekspor yakni
keberlanjutan dari pengembangan layanan dukungan pada program pembangunan
industri sawit nasional, khususnya perbaikan produktivitas di sektor hulu melalui
peremajaan perkebunan kelapa sawit, sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit
khususnya berupa pembangunan Unit Pengolahan Hasil, penciptaan pasar domestik
melalui dukungan mandatori biodiesel serta pemenuhan kebutuhan pangan melalui
pendanaan penyediaan minyak goreng bagi masyarakat.
Penyesuaian terhadap skema tarif pungutan ekspor diharapkan memberikan
efek keadilan dan kepatutan terhadap distribusi nilai tambah yang dihasilkan dari
rantai industri kelapa sawit dalam negeri. Pungutan yang dipungut dari ekspor
dikelola dan disalurkan kembali untuk fokus pembangunan industri kelapa sawit
rakyat. Ketersediaan dana dari pungutan ekspor dapat meningkatkan akses pekebun
swadaya terhadap pendanaan untuk perbaikan produktivitas kebun dan mendekatkan
usaha pada sektor yang memberikan nilai tambah lebih.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi mengenai perdagangan internasional untuk
pertumbuhan ekonomi nasional dalam ekspor kelapa sawit indonesia dapat
disimpulkan bahwa :
1. Ekspor mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi
artinya semakin tinggi nilai ekspor maka pertumbuhan ekonomi akan
meningkat pula.
2. Impor mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
artinya semakin tinggi nilai impor maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.
3. Semakin baik pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin baik pula
pembangunan ekonomi di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pemerintah menjalankan strategi ekonomi
nasional.
3.2 Saran
Kami harap bagi pembaca bila menemukan kekeliruan atau kata yang
mempunyai makna menyinggung ataupun salah dalam penerapan dalam kehidupan
pembaca/ bertentangan maka kami mohon maaf, karena kami pembuat makalah ini
hanya ciptaan yang mungkin masih memiliki kekurangan

7
Daftar Pustaka

Cahya Puteri Abdi Rabbi (Desember 2021), "Fokus Pasar Domestik, Ekspor Sawit 2022
Diramal Stagnan 34 Juta
Ton",  https://katadata.co.id/maesaroh/berita/61c4503736e16/fokus-pasar-domestik-ekspor-
sawit-2022-diramal-stagnan-34-juta-ton

Kementerian Pertanian. Jakarta. www.pertanian.go.id

Rosita,R; Haryadi,H; Amril,A. (2014). Determinan ekspor CPO Indonesia. Jurnal Perspektif
Pembiayaan dan Pembangunan Daerah; 1(4)

Annasa Rizki Kamalina, Amanda Kusumawardhani ( Juni 2022), "Dampak Larangan


Pemerintah, Ekspor CPO Mei 2022 Anjlok 87,72 Persen",
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220615/12/1544005/dampak-larangan-pemerintah-
ekspor-cpo-mei-2022-anjlok-8772-persen

Anda mungkin juga menyukai