Anda di halaman 1dari 22

DEFISIT FISKAL, EKSPOR, IMPOR DAN JUMLAH UMKM

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Anggota : 1. Deri Yanda Septiyawan 2214231043

2. Diah Ayu Retno N. 2214231027

3. Precillia Regitha 2214231089

Kelas : TIP A

Mata kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi

Program studi : Teknologi Industri Pertanian

Dosen Pengampu : Amanda Putra Seta S.P.,M.P

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi dengan judul makalah Defisit Fiskal, Ekspor, Impor dan Jumlah UMKM
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca agar
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Bandarlampung, 20 Desember 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinerja ekspor dan impor di bulan Maret 2022 berhasil menembus rekor tertinggi
sepanjang sejarah. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US$26,50
miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42% (mtm) atau sebesar
44,36% (yoy). Di saat yang bersamaan, nilai impor pada Maret 2022 mencapai
US$21,97 miliar dengan pertumbuhan sebesar 32,02% (mtm) atau 30,85% (yoy).
Dengan mengacu pada selisih antara ekspor dan impor tersebut, neraca
perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2022 kembali mengalami surplus yang
cukup besar yakni mencapai US$4,53 miliar. Surplus ini sekaligus melanjutkan
tren surplus yang sudah terjadi sejak Mei 2020 lalu atau telah terjadi dalam kurun
waktu selama 23 bulan berturut-turut.

“Kinerja perdagangan internasional Indonesia kembali menunjukkan performa


impresif di tengah eskalasi perang Rusia-Ukraina. Surplus yang berkelanjutan ini
akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan
kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia,” ungkap Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (18/04). Solidnya performa
surplus Indonesia pada Maret 2022 ditopang oleh kinerja ekspor yang terus
menguat di tengah peningkatan harga berbagai komoditas andalan yang cukup
signifikan. Tercatat pada Maret 2022, harga batubara meningkat 49,91% (mtm),
nikel tumbuh 41,26% (mtm), dan CPO naik 16,72% (mtm). “Di tengah
momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia terus memacu hilirisasi
komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas
hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,”
lanjut Menko Airlangga. Langkah awal nyata dari program ini salah satunya
dibuktikan dengan transformasi ekspor dari bijih nikel ke produk turunan besi dan
baja (Fero Nikel). Berdasarkan unit value ekspor, nilai tambah yang didapatkan
dari produk Fero Nikel mencapai 60 kali lebih besar dari nilai komoditas bijih
nikel dan konsentratnya.

Peningkatan nilai tambah dalam aktivitas produksi juga tercermin dalam aktivitas
manufaktur yang terus berada di level ekspansif. Purchasing Managers’ Index
(PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2022 berada di posisi 51,3. Posisi
tersebut lebih tinggi dibandingkan level Februari 2022 yang sebesar 51,2, serta
masih melanjutkan level ekspansi selama tujuh bulan beruntun. Kenaikan level
PMI Indonesia sejalan dengan PMI Regional ASEAN yang juga mengalami
ekspansi sebesar 51,7, di mana Singapura menempati posisi tertinggi (55,0) dan
diikuti Filipina pada posisi kedua (53,2). Lebih lanjut, level PMI Indonesia masih
berada di atas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (49,6) dan
Myanmar (47,1). Kinerja PMI yang terus terekspansi ini turut mendorong ekspor
sektor industri pengolahan yang pada Maret 2022 mampu tumbuh sebesar 23,99%
(mtm) atau 29,83 (yoy). Sektor ini juga mendominasi komposisi ekspor Indonesia
dengan porsi mencapai 72,69% dari total ekspor. Sementara itu, dari sisi impor
terlihat bahwa komposisi utamanya didominasi oleh golongan bahan
baku/penolong dengan porsi sebesar 77,46% dengan peningkatan sebesar 32,60%
(mtm) atau 31,53% (yoy). Disusul oleh impor barang modal dengan porsi
mencapai 14,26% yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,31% (mtm) atau
30,12% (yoy). Selain itu, impor konsumsi tercatat hanya mencapai 8,28% dari
total impor.

“Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia
ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong output nasional, sementara
kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus
mendorong ekspansi usahanya,” ujar Menko Airlangga. Meskipun surplus neraca
perdagangan terus berlanjut, Pemerintah akan tetap waspada dan terus responsif
dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul, seperti
melambatnya laju pemulihan ekonomi Zona Euro akibat perang Rusia- Ukraina,
serta penerapan lockdown yang baru saja diterapkan kembali di Tiongkok.
Kondisi ini diperkirakan berpengaruh pada performa ekspor ke depan. Di sisi lain,
kenaikan harga komoditas energi dan bahan pangan juga berpotensi mendorong
inflasi global. Harga minyak mentah tercatat terus meningkat, di mana per Maret
2022 naik sebesar 18,58% (mtm). Di saat yang sama, beberapa harga bahan
pangan global juga mengalami peningkatan, seperti harga kedelai yang naik
8,91% (mtm) dan harga gandum dengan peningkatan sebesar 24,53% (mtm).
“Untuk itu, guna memitigasi dampak transmisi kenaikan harga komoditas global
ke domestik, Pemerintah akan terus mengoptimalkan peran Tim Pengendali
Inflasi Nasional dalam menjaga stabilitas inflasi, dengan menerapkan strategi 4K,
yakni strategi menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran
distribusi, dan komunikasi yang efektif,” pungkas Menko Airlangga Hartarto.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi ini kami mengangkat rumusan masalah yaitu:


1. Apa definisi deficit fiscal, ekspor, impor dan umkm?

2. Bagaimana cara menghitung PPH dalam ekspor dan impor?

3. Relevansi deficit fiscal, ekspor dan impor dalam kehidupan sehari-


hari?

4. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan ekspor dan impor


pasca pandemi Covid-19?

1.3Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian deficit fiscal, eskpor, impor dan


UMKM

2. Pembaca dapat memahami dan mengerti konsep perhitungan PPH

3. Pembaca mengetahui pentingnya dampak ekspor dan impor ke kehidupan


sehari-hari

4. Pembaca dapat mengetahui dan bantu melaksanakan kegiatan-kegiatan


yang dapat meningkatkan kegiatan ekspor impor
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Defisit Fiskal, Ekspor, Impor dan UMKM

Defisit Fiskal

Defisit fiskal adalah kelebihan belanja pemerintah dibandingkan dengan


pendapatan pajaknya. Defisit fiskal dapat dibiayai pemerintah dengan meminjam
di pasar obligasi dan akumulasi pinjaman pemerintah pada masa lalu yang disebut
dengan utang pemerintah (Mankiw et al., 2014). Terdapat enam penyebab
pemerintah mengambil kebijkan defisit fiskal, yaitu mempercepat pertumbuhan
ekonomi, melakukan pemerataan pendapatan masyarakat, mengatasi melemahnya
nilai tukar, meningkatnya pengeluaran akibat krisis ekonomi, realisasi yang
menyimpang dari rencana dan meningkatnya pengeluaran karena inflasi (Depkeu,
2014). Defisit anggaran (fiskal) memiliki pengaruh yang besar terhadap aktivitas
perekonomian. Dalam jangka pendek, defisit yang lebih besar menimbulkan
permintaan yang lebih tinggi dan output yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang,
utang pemerintah yang lebih tinggi akan menurunkan akumulasi modal dan
akibatnya menurunkan output (Blanchard, 2017). Menurut Neoklasik, kebijakan
ekspansif dalam bentuk defisit fiskal cenderung merugikan perekonomian karena
akan menurunkan investasi swasta, terutama jika defisit fiskal terus meningkat.
Kebijakan defisit yang ditempuh dengan menurunkan tarif pajak akan
meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi, sehingga berakibat pada
penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kebijakan ekspansif
cenderung menyebabkan inflasi, sehingga dapat menaikkan suku bunga, yang lalu
akan mengurangi investasi dan melambatkan pertumbuhan ekonomi (Efdiono,
2013). Jurnal Benefita 5(2) Juli 2020 (151-161) LLDIKTI Wilayah X 154
Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem


pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui
oleh pihak eksportir dan importir. Keuntungan melakukan kegiatan ekspor adalah
dapat memperluas pasar, menambah cadangan devisa negara dan memperluas
lapangan kerja (Sukirno, 2015). Ekspor merupakan kegiatan perdagangan yang
dapat menumbuhkan permintaan dalam negeri. Tingkat output yang tinggi dapat
meningkatkan penawaran tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran
dan lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan serta pembangunan ekonomi
dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Jhingan,
2016).

Impor

Impor merupakan bagian dari permintaan dalam negeri terhadap barang-barang


yang berasal dari luar negeri. Meningkatnya PDB sangat berkaitan dengan daya
beli masyarakat. Apabila pendapatan domestik meningkat maka permintaan akan
semua barang juga akan meningkat, baik itu dalam negeri ataupun luar negeri.
Sehingga semakin tinggi pendapatan domestik maka akan mendorong tingginya
permintaan akan barang impor (Blanchard, 2009).

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM), Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah
Usaha Mikro : Asset Maksimum 50 juta, Omzet Maksimum 300 juta; Usaha Kecil
: Asset >50 juta – 500 juta, omzet >300 juta – 2,5 miliar; Usaha Menengah : Asset
>500 juta – 10 miliar, omzet >2,5 miliar – 50 miliar (Sudiyarti et al., 2017).

2.2 Cara Menghitung PPH Dalam Ekspor dan Impor


Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) No.36 Tahun 2008 pasal 22
menyebutkan bahwa adanya pajak yang dikenakan untuk kegiatan penyerahan
barang, kegiatan di bidang impor ekspor, dan penjualan barang mewah. Dalam
menghitungnya, cara yang dilakukan adalah:

Rumus

Tarif pajak x nilai impor/harga jual lelang/DPP PPN/harga beli

Untuk badan yang melakukan pemungutan atau pemotongan adalah sebagai


berikut:

Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Bendahara Pengeluaran

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat yang menerbitkan Surat Perintah
Membayar

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Industri maupun eksportir yang berjalan di sektor pangkalan, perkebunan,


perkebunan, pertanian, serta perikanan, dengan pembelian bahan pedagang yang
memerlukan usaha industri tersebut atau aktivitas ekspor.

Industri atau badan usaha yang membeli komoditas mineral logam, tambang batu
bara maupun mineral yang bukan logam, dari badan atau perseorangan yang
memegang perizinan usaha pertambangan.

Tarif PPh Pasal 22

Anda harus tahu tarif dari PPh pasal 22 ini. Tarifnya adalah:

1. Impor

Yang memakai Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;

Non API = 7,5% x nilai impor;

Yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.

2. Pembelian barang DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x


harga pembelian (tak termasuk PPN & tidak final).
3. Penjualan produk yang ditentukan atas dasar Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, yakni:

Semen = 0,25% x DPP PPN (Tidak Final)

Kertas = 0,1% x DPP PPN (Tidak Final)

Otomotif = 0,45% x DPP PPN (Tidak Final)

Baja = 0,3% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Penjualan produk atau pemberian produk oleh produsen atau importir bahan
bakar minyak, pelumas, serta gas. Pemungutan PPh Pasal 22 kepada
agen/penyalur, sifatnya final. Di luar agen/penyalur, sifatnya tidak final.

5. Pembelian bahan yang diperlukan industri atau ekspor dari pedagang, maka
ditentukan 0,25 % x harga beli (tak termasuk PPN).

6. Impor kedelai, tepung terigu serta gandum oleh importir yang memakai API =
0,5% x nilai impor.

7. Penjualan (5% harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM).

Pesawat udara lebih dari Rp20.000.000.000

Kapal pesiar serta sejenisnya seharga lebih dari Rp10.000.000.000

Rumah dan tanahnya untuk atau harganya lebih dari Rp10.000.000.000 dengan
luas bangunan lebih dari 500 m2.

Apartemen, apartemen, serta sejenisnya untuk atau membelinya harganya lebih


dari Rp10.000.000.000 dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.

Kendaraan roda empat dengan pengangkutan kurang dari sepuluh orang berupa
lebih dari Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah). Selain itu, juga kapasitas silinder
lebih dari 3.000 cc.

8. Bagi yang tidak memiliki NPWP akan dilakukan pemotongan 100% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 22 yang tercantum.

Ekspor neto atau nilai ekspor (Export/X) dikurangi impor (Import/I) → (X–M).

Ekspor merangsang pertumbuhan ekonomi domestik, yang mana diukur dari


pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu. PDB riil merepresentasikan nilai
moneter produk yang diproduksi oleh perekonomian domestik, diukur pada harga
konstan. Jika ekspor meningkat, itu meningkatkan permintaan terhadap produk
domestik dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan output. Peningkatan
produksi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di perekonomian
domestik. Sebaliknya, impor mengurangi PDB riil domestik. Ketika impor
meningkat, itu merangsang produksi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan di negara mitra, bukan di perekonomian domestik. Oleh karena itu,
ekonom merujuk impor sebagai kebocoran (leakages) di dalam sebuah
perekonomian. Selanjutnya, mari kita hubungkan antara ekspor, impor dan PDB.
Di bawah pendekatan pengeluaran, ekonom merumuskan PDB sebagai berikut:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)

Dari rumus tersebut, anda dapat lihat ekspor berhubungan positif dengan PDB,
sedangkan impor memiliki hubungan negatif. Ketika sebuah negara melaporkan
peningkatan surplus perdagangan, maka itu mendorong PDB naik dan
merangsang pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh neraca perdagangan terhadap nilai tukar

Sebagaimana saya katakan sebelumnya, ekspor dan impor tidak hanya melibatkan
barang dan jasa, tetapi juga mata uang berbeda sebagai alat pembayaran.
Kenaikan ekspor meningkatkan permintaan mata uang domestik, mengarah pada
apresiasi mata uang domestik. Untuk membayar produk yang dibeli, pembeli di
luar negeri harus mengkonversi mata uang mereka dengan mata uang domestik.
Oleh karena itu, ketika ekspor meningkat, itu mendorong permintaan yang lebih
tinggi terhadap mata uang domestik. Apresiasi mengindikasikan daya beli mata
uang domestik terhadap mata uang negara mitra menguat.

Sebaliknya, kenaikan impor meningkatkan permintaan mata uang negara mitra,


mengarah pada depresiasi mata uang domestik. Peningkatan impor mendorong
pembeli domestik untuk menjual mata uangnya dan menukarnya dengan mata
uang negara mitra untuk membayar impor. Peningkatan permintaan mata uang
negara mitra meningkatkan harga (daya belinya) terhadap mata uang domestik. Itu
mengarah pada depresiasi nilai tukar domestik. Sementara itu, negara mitra
melihat mata uang mereka terapresiasi. Ketika sebuah negara mengalami defisit
perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, surplus
perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang.Tapi, efeknya mungkin
hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan efek yang
berkebalikan. Depresiasi membuat harga produk domestik menjadi lebih murah
bagi pembeli di luar negeri. Itu seharusnya meningkatkan ekspor. Di sisi lain,
impor menurun karena produk luar negeri menjadi lebih mahal. Itu akan
mengarah pada apresiasi. Efek sebaliknya berlaku ketika mata uang domestik
terapresiasi. Ekonomi menggambarkan hubungan antara neraca perdagangan
dengan nilai tukar ke dalam sebuah grafik yang kita sebut sebagai Kurva J.
Pengaruh neraca perdagangan terhadap perekonomian

Balance of trade ini berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu negara.


Pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) dan nilai
tukar rupiah menjadi dua sektor yang paling rentan atas neraca tersebut.

1.Pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Kegiatan ekspor mendongkrak pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini diukur
dari pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu. Dengan meningkatnya ekspor,
otomatis permintaan terhadap produk domestik sehingga mendorong perusahaan
meningkatkan produksi. Peningkatan ini tentunya menciptakan lebih banyak
pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan keterkaitan komponen tersebut,
terdapat rumus untuk menghitung PDB yaitu:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)

Dari rumus ini, terlihat kalau ekspor berhubungan positif (menambah) PDB,
sedangkan impor sebaliknya. Jadi, negara yang mengalami surplus perdagangan
akan mendorong PDB naik dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi

2. Pengaruh terhadap nilai tukar

Selain terhadap pertumbuhan ekonomi, neraca BooT ini juga memengaruhi nilai
tukar. Kenapa berpengaruh?

Jadi, ketika terjadi ekspor impor, tentu mata uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran berbeda. Misalnya ketika mengekspor barang ke negara lain, pebisnis
Indonesia akan menerima pembayaran dalam mata uang lain sesuai kesepakatan.
Begitupun ketika mengimpor, penjual dari negara lain biasanya akan meminta
pembayaran dalam mata uang lain seperti dolar AS.

Jadi, pelaku impor maupun ekspor dalam negeri bakal menukar rupiah dengan
mata uang lain. Di sinilah nilai tukar akan dipengaruhi neraca perdagangan. Jika
penukaran rupiah ke mata uang dolar AS banyak, rupiah bisa terdepresiasi.
Sebaliknya jika dolar AS ditukar ke rupiah, maka rupiah akan terapresiasi. Ketika
sebuah negara mengalami defisit perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi.
Sebaliknya, surplus perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang. Tapi,
efeknya mungkin hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan
efek yang berkebalikan.

Trade Balance (Neraca Perdagangan)


Ekspor suatu negara dikurangi nilai Impornya.

Atau

Trade Balance = X - M = Ekspor Netto

Surplus Perdagangan

Jika Ekspor Impor

Atau ekspor Netto + Defisit Perdagangan

Jika Ekspor < Impor Atau ekspor Netto -

Perdagangan Seimbang (Balance Tade)

Ekspor = Impor

Ekspor vs Impor

Ekspor akan mengurangi cadangan devisa negara, sedang impor dapat


memperbesar cadangan devisa suatu negara.

Perubahan-perubahan cadangan devisa suatu negara akan mempengaruhi


perkembangan. ekonomi suatu negara.

Ekspor ditentukan oleh beberapa faktor :

1. Daya saing produk (kualitas dan harga).negara tujuan ekspor.

2. Daya beli atau kondisi ekonomi penerima ekspor.

3. Kebijakan proteksi dari negara tujuan ekspor.

4. Kurs valuta asing negara dengan negara

Kaitan fungsi ekspor dan impor terhadap PN Ekspor nasional,tidak tergantung


sehingga dipandang untuk pendapatan pengeluaran otonomi.

Impor ditentukan oleh pendapatan nasional.

Impor ditentukan oleh beberapa faktor :

1. Harga dan nilai tukar valuta asing.


2. Kondisi produk nasional (Y) yang dihasilkan di dalam negeri.

3. Kebijakan proteksi negara pengimpor.

Fungsi Impor.

Penentu utama impor adalah produk nasional (Y) suatu negara. Semakin tinggi
produk nasional, maka semakin besar impor. Dengan demikian fungsi impor dapat
dinyatakan :

M = Mo + Y

M = Impor

Mo Impor Otonomi

Kecenderungan Marginal Terhadap Impor

Y = Produk Nasional

Keseimbangan ekonomi empat sektor.

Keseimbangan ekonomi akan tercapai ketika Penawaran Agregat (AS) sama


dengan Permintaan Agregat (AD).

atau

AS = AD

AS merupakan keseluruhan produk nasional yang siap kepada masyarakat yang


siap untuk ditawarkan AD merupakan keseluruhan pengeluaran masyarakat untuk
meminta produk nasional yang terdiri dari C, I, G, dan X.

Yd (Pendapatan Disposible).

Yd=Y-T

Pendapatan disposibel digunakan untuk tujuan:

1. Untuk membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor, C Cdn+M.

2. Untuk ditabung (S)


Analisis perekonomian keseimbangan perekonomian 4 sektor dapat dilakukan
dengan 2 pendekatan:

1. Pendekatan Pengeluaran Agregat (AE) Penawaran agregat (AS)= pengeluaran


agregat (AE) Y+MC+I+G+X Y=C+I+G+X-M

2. Kebocoran - Pendekatan Injeksi

S+T+M=I+G+X

2.3 Relevansi Deficit Fiscal, Ekspor dan Impor Dalam Kehidupan


Sehari-Hari

Fenomena globalisasi menyebabkan interaksi antar negara di berbagai belahan


dunia semakin intensif. Intensitas hubungan terutama sangat dipengaruhi oleh
kepentingan antar negara untuk saling melengkapi kebutuhan antar satu negara
dengan negara lain. Cara untuk memenuhi kebutuhan dari masing-masing negara
bergantung pada kegiatan perdagangan internasional mereka. Perdagangan
internasional tentu membutuhkan mata uang yang disepakati untuk digunakan
dalam transaksi perdagangan yaitu dolar AS (Amerika Serkat). Penggunaan dolar
AS menyebabkan pertukaran nilai tukar rupiah terhadap dolar berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya resiko perubahan nilai
tukar mata uang yang timbul karena adanya ketidakpastian nilai tukar itu sendiri
(Muzaky, 2015).

Perubahan nilai tukar ini berpengaruh langsung terhadap perkembangan harga


barang dan jasa di dalam negeri. Adanya perubahan nilai tukar mata uang juga
berdampak pada apresiasi dan depresiasi mata uang (Wilya, 2014). Selian itu,
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan
(supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang
meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata
uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara
permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah.

Nilai tukar rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara


permintaan atasnya rendah. Adanya keterbukaan perekonomian memiliki dampak
pada neraca pembayaran suatu negara yang menyangkut arus perdagangan, dan
lalu lintas modal. Arus perdagangan dapat dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar
dalam upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor untuk
mengurangi defisit transaksi berjalan.
Pengaruh kebijakan nilai tukar terhadap perekonomian dapat dilihat melalui dua
sisi, yaitu permintaan dan penawaran (Mankiw, 2008). Perubahan permintaan dan
penawaran terjadi sebagai akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan-
perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah, perubahan cadangan devisa, dan
perubahan keadaan sosial politik suatu negara. Perubahan-perubahan kurs dapat
terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu sebagai depresiasi (melemah), atau
apresiasi (menguat). Apabila kondisi lainnya tetap (cateris paribus), depresiasi
mata uang suatu negara membuat harga barang- Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 15(1): 53-59, Juni 2017 54 barangnya menjadi lebih murah bagi pihak luar
negeri. Sebaliknya bila semua kondisi lainnya tetap, apresiasi mata uang suatu
negara menyebabkan harga barang-barang menjadi lebih mahal bagi pihak luar
negeri (Nopirin, 2000).

Interaksi antara sisi permintaan dan sisi penawaran secara langsung akan
mempengaruhi arus perdagangan internasional, yang dalam indikator makro
tercermin pada neraca perdagangan (balance of trade) (Mankiw, 2008). Inflasi
memiliki pengaruh besar terhadap fluktuasi nilai tukar. Jika laju inflasi di
Indonesia meningkat cukup besar sementara laju inflasi di Amerika Serikat relatif
tetap maka akan membuat harga produk di Indonesia menjadi semakin mahal.
Kenaikan harga tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap mata uang
rupiah tersebut karena konsumen akan mengalihkan pembelian produk ke negara
Amerika Serikat yang memiliki harga yang relatif murah (Madesha, dkk., 2013).
Selain itu inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama
terhadap produksi dalam negeri yang selanjutnya dapat mengurangi kepercayaan
masyarakat terhadap nilai mata uang domestik.

Pada tahun 2011 inflasi di Indonesia tercatat sebesar Rp 3,79 persen, lebih rendah
dari tahun 2012 yang sebesar 4,36 persen, kemudian melonjak tajam ke 8,38
persen di tahun 2013 dikarenakan adanya dampak kenaikan tarif tenaga listrik dan
upah buruh dan di tahun 2014 masih tinggi yaitu sebesar 8,39 persen, hal ini
disebabkan naiknya harga bahan bakar minyak. Namun pada tahun 2015 tingkat
inflasi turun drastis menjadi 3,35 persen akibat dari pesisme konsumen atas
ketersediaan lapangan kerja dan pada tahun 2016 tercatat tingkat inflasi paling
rendah yaitu sebesar 3,02 persen, disebabkan terjadinya penurunan daya beli
masyarakat (Badan Pusat Statistik, 2016:1). Pada umumnya terjadinya inflasi
memicu pertumbuhan impor lebih cepat berkembang dibandingkan dengan
pertumbuhan ekspor (Sukirno, 2002).

Dapat dikatakan inflasi memiliki hubungan negatif terhadap ekspor,


kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi: (1) inflasi menyebabkan
harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri oleh
sebab itu inflasi cenderung menambah impor dan menyebabkan permintaan valuta
asing bertambah, (2) inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi
lebih mahal, sehingga inflasi cenderung mengurangi ekspor yang menyebabkan
penawaran ke atas valuta asing berkurang maka harga valuta asing akan
bertambah (Sukirno, 2011). Apabila inflasi dalam negeri meningkat maka akan
menyebabkan harga barang dalam negeri meningkat. Hal ini menyebabkan
masyarakat akan cenderung mencari alternatif tawaran dari negara lain yang lebih
murah atau menabung uangnya. Akibatnya, impor meningkat dan ekspor
menurun, serta permintaan akan mata uang asing akan meningkat seiring dengan
peningkatan produk yang diminta dari luar negeri. Hal ini mengakibatkan nilai
tukar dalam negeri terdepresiasi. Adanya ekspor maupun impor menjadi kegiatan
yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 15(1): 53-59, Juni 2017 55 ekonomi. Di Indonesia sendiri pada sekitar tahun
1980- an menjadikan kegiatan ekspor sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi negaranya

2.4 Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Ekspor dan


Impor Pasca Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 berakibat fatal bagi perkembangan ekonomi dunia, salah


satunya terjadi di Indonesia. Peraturan pemerintah mewajibkan masyarakat untuk
menerapkan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi yaitu dengan pembatasan
sosial (social distancing) yang menyebabkan para pedagang terhambat dalam
proses kegiatan jual beli. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak
Covid-19 terhadap kegiatan ekspor impor di Indonesia. Metode penelitian ini
menggunakan metode desk study yaitu metode pengumpulan data yang berasal
dari data sekunder yang diperoleh dari BPS tahun 2020. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki beberapa dampak antara lain: (1)
Penurunan nilai impor di Indonesia terbesar dialami pada Februari 2020 dan Mei
2020; (2) Pengurusan dokumen harus membutuhkan waktu lebih lama
dikarenakan dengan adanya pandemi ini dan seluruh kegiatan ekspor impor harus
berpedoman kepada protokol kesehatan yang wajib dijalankan; (3) Keterlambatan
penanganan kapal di pelabuhan (kapal delay), yang akan berdampak pada
keterlambatan barang sampai ke tangan pemilik barang (importir) yang
menyebabkan importir juga harus menyiapkan biaya lebih untuk mengimpor
barangnya.

Pandemi Covid-19 berakibat fatal bagi perkembangan ekonomi dunia, salah


satunya terjadi di Indonesia. Peraturan pemerintah mewajibkan masyarakat untuk
menerapkan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi yaitu dengan pembatasan
sosial (social distancing) yang menyebabkan para pedagang terhambat dalam
proses kegiatan jual beli. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak
Covid-19 terhadap kegiatan ekspor impor di Indonesia. Metode penelitian ini
menggunakan metode desk study yaitu metode pengumpulan data yang berasal
dari data sekunder yang diperoleh dari BPS tahun 2020. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki beberapa dampak antara lain: (1)
Penurunan nilai impor di Indonesia terbesar dialami pada Februari 2020 dan Mei
2020; (2) Pengurusan dokumen harus membutuhkan waktu lebih lama
dikarenakan dengan adanya pandemi ini dan seluruh kegiatan ekspor impor harus
berpedoman kepada protokol kesehatan yang wajib dijalankan; (3) Keterlambatan
penanganan kapal di pelabuhan (kapal delay), yang akan berdampak pada
keterlambatan barang sampai ke tangan pemilik barang (importir) yang
menyebabkan importir juga harus menyiapkan biaya lebih untuk mengimpor
barangnya.

Pemerintah mengeluarkan stimulus non-fiskal untuk mengurangi dampak negatif


dari pandemi pada kegiatan ekspor impor. Stimulus tersebut diharapkan dapat
memberikan dorongan terhadap kegiatan ekspor dan impor tanah air.
Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan telah mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi dampak pandemi dengan membuat kebijakan-kebijakan sebagai
berikut:

1. Penyederhanaan dan pengurangan pada jumlah larangan dan pembatasan


(Lartas) pada aktivitas ekspor. Dengan diadakannya kebijakan ini,
kegiatan ekspor dapat berjalan dengan lancar dan meningkatkan daya
saing para pelaku ekspor dalam negeri
2. Penyederhanaan dan pengurangan untuk jumlah larangan dan pembatasan
bagi aktivitas impor terutama bahan baku. Hal ini bertujuan agar pasokan
bahan baku tetap lancar dan tersedia.
3. Pemerintah memberikan percepatan proses bagi reputable traders, yakni
para pelaku ekspor/impor yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
4. Peningkatan dan percepatan layanan untuk proses ekspor dan impor
dengan pengawasan melalui National Logistic Ecosystem (NLE).

Dengan diberlakukannya empat kebijakan di atas, kegiatan ekspor dan impor


diharapkan dapat berjalan lancar. Sehingga ketersediaan bahan-bahan yang
diperlukan dalam kegiatan ekonomi juga terjamin.

Tercatat 749 komoditas HS Code yang terdapat dalam penyederhanaan Lartas,


atau sekitar 55,19 persen dari total komoditas ekspor yang selama ini kena Lartas.
Komoditas yang bebas Lartas itu yakni 443 kode HS pada komoditas ikan dan
produk ikan dan 306 HS Code untuk produk industri kehutanan.

Tujuan penyederhanaan jumlah Lartas tersebut untuk meningkatkan kelancaran


dan ketersediaan bahan baku. Fasilitas di atas diberikan kepada perusahaan yang
berstatus sebagai importir produsen yang mengimpor bahan baku untuk 1.022 HS
Code atau sekitar 9% dari komoditas yang selama ini masuk dalam Lartas.

Produk itu di antaranya produk besi baja, hortikultura, garam industri, gula,
tepung, jagung dan kentang serta komoditas lainnya. Sehingga beberapa peraturan
yang berkaitan dengan komoditi ekspor dan impor dilakukan revisi yaitu
peraturan Permendag 44 tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk
Hortikultura,  Permedag 72 tahun 2019 tentang Ketentuan Ekspor Dan Impor
Hewan Dan Produk Hewan  dan Peraturan Kepala Badan POM nomor 30 tahun
2017 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat Dan Makanan Ke Dalam Wilayah
Indonesia.

Pemerintah juga memberikan kemudahan percepatan arus barang kargo, yakni


percepatan proses ekspor dan impor untuk reputable traders, yakni perusahaan-
perusahaan terkait kegiatan ekspor impor yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi.
Perusahaan-perusahaan tersebut masuk ke dalam Authorized Economic
Operator (AEO) sebanyak 136 perusahaaan dan Mitra Utama Kepabeanan
(MITA) sebanyak 626 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut diberikan
insentif tambahan dalam bentuk percepatan proses ekspor dan impor, yakni
penerapan proses dan persetujuan otomatis serta penghapusan laporan surveyor
terhadap komoditas yang diwajibkan.

Kemudahan lain dalam rangka mengurangi dampak wabah pandemi adalah


layanan proses ekspor-impor dan pengawasan melalui pengembangan National
Logistics Ecosystem (NLE).

NLE merupakan kanal yang memfasilitasi kolaborasi sistem informasi antar


instansi pemerintah dan swasta untuk penyederhanaan dan sinkronisasi. Adapun
penyederhanaan itu terkait arus informasi dan dokumen dalam kegiatan ekspor-
impor di pelabuhan dan kegiatan perdagangan atau distribusi barang dalam negeri
melalui berbagai data, simplikasi proses bisnis, penghapusan repetisi, serta
duplikasi.  Dengan NLE maka terjadi proses integrasi antara INSW, Inaport,
Inatrade, CEISA, sistem trucking, sistem gudang, sistem transportasi, sistem
terminal operator, dan lainnya.

Di lapangan, terdapat perubahan proses impor untuk penyerahan


dokumen Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA) ke
petugas Bea Cukai. Hal ini mengubah pula proses pengadministrasian dan
pemanfaatan fasillitas impor menggunakan tarif preferensi bea masuk.

Kini penerbitan SKA sering kali terkendala dengan kebijakan negara mitra yang
menerapkan lockdown. Dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi tersebut, Bea
Cukai menerbitkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) nomor 45/PMK.04/2020. Dengan adanya aturan petunjuk pelaksanaan
SKA tersebut, ada kepastian hukum dalam kegiatan perdagangan internasional
dengan negara mitra, khususnya terkait penggunaan Affixed Signature and
Stamp (ASnS).
Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menjaga stabilitas perdagangan internasional
dan asas resiprokal dengan negara mitra FTA. Untuk menjaga physical distancing,
Bea Cukai juga mengubah pengaturan penyampaian COO/SKA terkait
penyerahan SKA atau Invoice Declaration beserta Dokumen Pelengkap Pabean
(Dokap) penelitian SKA.

Dalam peraturan sebelumnya tentang COO/SKA (PMK 229 tahun 2017),


dinyatakan bahwa importir wajib menyerahkan lembar asli SKA secara fisik
dengan dibubuhi tanda tangan manual oleh pejabat dan wajib ditandatangani oleh
eksportir serta adanya Overleaf Notes. Kemudian dokumen original harus
diserahkan kepada petugas Bea Cukai maksimal 3 hari (jalur hijau) dan 5 hari
untuk perusahaan yang berstatus AEO dan MITA Kepabeanan.

Kini, penyampaian SKA harus dilakukan dengan pengiriman melalui surat


elektronik atau media elektronik lainnya dalam jangka waktu paling lambat 30
hari kalender sejak pemberitahuan pabean impor atau PPFTZ-01 pemasukan.
Ketentuan ini berlaku terhadap Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
diterbitkan sejak penetapan pandemi covid-19 oleh WHO.

Pihak yang mendapatkan manfaat langsung atas peraturan-peraturan di atas adalah


importir, pengusaha tempat penimbunan berikat, pengusaha pusat logistik berikat,
dan pengusaha di kawasan bebas.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Estimasi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Defisit Fiskal, Impor,
Jumlah UMKM memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Namun, Ekspor memiliki hubungan negatif dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Ekspor berhubungan
negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
produk ekspor memiliki kualitas yang rendah sehingga barang tersebut
mempunyai nilai jual yang rendah dan tidak bisa bersaing di pasar internasional.
Disamping itu, ekspor masih berbasis komoditi sehingga sulit memanfaatkan
peluang dari permintaan global. Selain rendahnya permintaan ekspor akan
barang/jasa, hal tersebut juga disebabkan oleh harga atau daya saing dunia dan
gejolak perekonomian dunia, seperti perang dagang yang terjadi antara China dan
Amerika baru-baru ini. Selain itu, berdasarkan uji secara keseluruhan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel independen defisit
fiskal, Ekspor, Impor dan jumlah UMKM terhadap variabel dependen
Pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan semakin tingginya peranan UMKM
yang menunjukkan kemandirian suatu negara akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang tangguh.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Erni Febrina (2012), Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Untuk
Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh dan Mandiri, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vo. 3 No. 2, Mei 2012. P. 78 – 96. ISSN : 2086 - 5031

Jhingan, M. L. (2016). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kartikasari, D. (2017). The Effect of Export, Import and Investment to Economic Growth
of Riau Islands Indonesia. International Journal of Economics and Financial Issues, Vol.
7(Issue 4).

Kryeziu, A. (2016). The Impact Of Macroeconomic Factors In Economic Growth.


European Scientific Journal, Vol. 12, No. 7

Machmud, Amir. (2016). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Mankiw, G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia (Vol. 2).
Jakarta: Salemba Empat.

Nachrowi, N. D., & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai