Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

INVESTASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu:

Oleh:
1. Harris c sianturi 7173210015
2. Niko Darlin Cibro 7173510050
3. Ronaldo situmorang

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVRSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang Investasi. Selain sebagai tugas, makalah
yang penulis buat ini bertujuan memberi informasi kepada para pembaca tentang keseluruhan
dari Investasi. Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
,selesainya makalah ini bukan semata karena kemampuan penulis, banyak pihak yang
mendukung dan membantu.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar kedepannya kami
dapat menjadi lebih baik lagi.

14 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.................................................................................................7
2.1 Pengertian Investasi..............................................................................................7
2.2 Tujuan Investasi...................................................................................................7
2.3 Perkembangan Investasi.......................................................................................8
2.4 Determinan Investasi............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................10
3.1 Permasalahan Investasi di Indonesia..................................................................10
3.2 Kebijakan Investasi di Indonesia........................................................................13
3.3 Pro dan Kontra PMA..........................................................................................19
BAB VI.....................................................................................................................24
KESIMPULAN........................................................................................................24
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Dalam teori tabungan dan investasi oleh Harrod dan Domar menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan
dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu Negara juga akan rendah.
Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi
modal, masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal
dan modal itu diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan ekonomi. Dewasa ini hampir
di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing
itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga
kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi
permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal
suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum. Penanaman
modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja,
tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi negara asal
para investor.

Teori pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Robert Solow dengan


pendekatan Neo-Klasik, pertumbuhan penduduk dan pembentukan modal merupakan
faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam hal pembentukan modal, peranan investasi baik domestik maupun asing memberi
konstribusi pada pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi yang
dikembangkan oleh kaum Neo-Klasik menekankan peranan modal yang dimiliki suatu
negara. Modal yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri akan membantu
perekonomian suatu negara.

Investasi dalam negeri atau yang juga dikenal dengan nama Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dianggap mampu mendorong perekonomian suatu negara

4
berkembang dengan sangat baik, dimana jika investasi yang terjadi di dalam negeri
mengalami peningkatan maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bagi
Indonesia, di samping investasi domestik, FDI memiliki peranan yang besar dalam
melengkapi kebutuhan investasi dalam negeri. FDI meningkatkan kemampuan produksi
dan menjadi media transfer teknologi dari luar negeri ke dalam negeri. Dalam hal
produksi, FDI bisa meningkatkan produktivitas perusahaan dalam negeri dengan transfer
teknologi yang dibawa bersamaan dengan masuknya FDI. Kehadiran investasi asing
dalam bentuk FDI juga bisa meningkatkan daya saing dan keunggulan produk domestik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentkan rumusan masalah dalam
makalah ini meliputi:

1. Bagaimana penjelasan tentang Investasi itu sendiri?


2. Bagaimana permasalahan Investasi di Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia mengenai Investasi?
4. Bagiamana Investasi berkembang dan seperti apa pro dan kontra nya?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka diketahui tujuan pembuatan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa itu Investasi


2. Untuk mengetahui permasalahan Investasi di Indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja kebijakan pemerintah tentang Investasi
4. Untuk mengetahui bagaimana pro dan kontra yang timbul akibat Investasi.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Investasi

Investasi atau penanaman modal atau pembentukan modal adalah pengeluaran


perusahaan atau pemerintah dengan tujuan untuk menambah kemampuan memproduksi barang
dan jasa dalam suatu perekonomian.

Investasi meliputi :

1. Pembelian barang-barang modal, yaitu mesin, bahan baku, dan peralatan produksi.
2. Pengeluaran untuk membangun sarana dan prasarana, tempat tinggal, kantor, pabrik.
3. Pertambahan stok barang, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses
produksi.

Kegiatan investasi secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi


nasional. Kehadirannya mampu berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan (engine of
growth) dan sekaligus menjadi pendorong akselerasi pembangunan secara luas. Kegiatan
investasi telah terbukti dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian baik
regional maupun nasional.

2.2 Tujuan Investasi

Investasi dalam arti luas memiliki banyak tujuan. Adapun tujuan investasi bagi
perekonomian pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi.


2. Menciptakan lapangan kerja dan mengatasi pengangguran
3. Menciptakan nilai tambah barang dan jasa
4. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
5. Meningkatkan kemampuan daya saing dunis usaha nasional
6. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

6
7. Memeratakan distribusi pendapatan dan pembangunan
8. Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan
9. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

2.3 Perkembangan Investasi

Setidaknya ada 3 (tiga) cara untuk melihat perkembangan investasi, yakni dari sisi
permintaan agregat, swasta, dan dunia perbankan (Dumairy,1997):

1. Dengan menyoroti konteks permintaan agregat (invetasi pemerintah dan swasta)


dalam kesamaan agregat Keynesian Y= C + I + G + (X-M). Datanya telah disajikan
oleh BPS secara kuartalan dan tahunan melalui seri publikasi Pendapatan Nasional
Indonesia.
2. Dengan mengamati data PMDN dan PMA (investasi swasta).
Pada awalnya, PMA merosot drastis dibandingkan dengan PMDN, namun seiring
dengan meningkatnya stabilitas sosial, politik, dan ekonomi di dalam negeri, PMA
justru meningkat lebih besardibandingkan PMDN
3. Dengan menelaah jumlah investasi yang disalurkan oleh dunia perbankan.
Cara ini relatif lebih terbatas, karena belum memperhitungkan modal sendiri yang
ditanamkan oleh investor tetapi sah digunakan.

2.4 Determinan Investasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut:

1. Faktor Subjektif-Internal
a. Situasi ekonomi, sosial dan politik di dalam negeri (iklim investasi).
Misalnya: adanya ketidakstabilan sosial, politik dan ekonomi yang
mengakibatkan kerusuhan, unjuk rasa, pertentangan elit politik, fluktuasi kurs
valuta asing dan IHSG, tingkat bunga domestik yang tidak realistis, serta gejala
ekonomi biaya tinggi (high-cost economy) karena prosedur perizinan investasi
yang tidak efisien

7
b. Keadaan calon investor (kapasitas atau kemampuan investor).
Misalnya: rendahnya kapasitas (kemampuan modal) calon investor, sehingga
kalau modalnya sendiri tidak mencukupi maka investasi akan ditutup dengan
modal pinjaman, akibatnya pendapatan investasi yang diharapkan (return on
investment) lebih kecil daripada biaya investasi (cost of capital) maka investasi
tidak jadi dilakukan.
2. Faktor Objektif-Eksternal
Faktor yang bersifat objektif-eksternal, yaitu yang berkaitan dengan situasi atau daya
tarik perekonomian di luar negeri. Situasi atau daya tarik dari perekonomian di luar
negeri (persaingan antar negara) dilihat terutama dari aspek pertimbangan ekonomi,
kepastian hukum dan keamanan dalam melakukan investasi (country risk).
Misalnya situasi investasi suatu negara di luar negeri lebih menarik karena:
 Memberikan pendapatan investasi yang lebih besar
 Fasilitas atau kemudahan investasi yang lebih baik
 Sumber daya yang lebih mudah dan murah, terutama bahan baku dan tenaga
kerja.

Apabila calon investor dihadapkan pada situasi yang seperti itu, maka calon
investor akan cenderung mengalihkan rencan investasinya ke negara tersebut.

Pada dasarnya, investasi di suatu negara akan tumbuh apabila terdapat 4 (empat)
faktor yang mendukungnya, yaitu:

1. Tingkat perputaran uang yang tinggi atau cepat


2. Suku bunga pinjaman yang rendah
3. Jaminan keamanan dan kepastian hukum
4. Daya tarik daerah yang cukup baik

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Investasi di Indonesia

Penanaman modal asing di Indonesia pada umumnya terbagi menjadi beberapa


sektor. Secara garis besar, investasi asing di Indonesia banyak berfokus pada sektor
pembangunan, pariwisata, tambang, transportasi, dan produk. Sektor tersebut
ditentukan sesuai dengan potensi masing-masing daerah di Indonesia. Misalnya saja,
pulau seperti Bali dan Lombok bisa menarik minat investor asing di sektor pariwisata
karena infrastrukturnya yang sudah cukup memadai. Investor asing bisa menanam
modal dengan cara membangun hotel dan tempat wisata. Ada pula penanaman modal
di sektor produk olahan kelapa sawit. Di pulau seperti Sumatra dan Kalimantan,
kelapa sawit bisa tumbuh dengan subur. Para investor asing bisa membangun pabrik
pengolahan kelapa sawit untuk memajukan perekonomian lokal. Selain itu, bidang
yang banyak menjadi sorotan oleh investor asing adalah pertambangan dan sumber
daya alam seperti mineral, gas alam cair, batu bara, dan minyak bumi. Banyaknya
potensi tersebut menjadikan investor asing berlomba untuk menanam modal dengan
cara mendirikan perusahaan dan pabrik di Indonesia. Walaupun begitu, investasi
asing di Indonesia harus dilakukan dengan tertib dan sesuai dengan undang-undang
penanaman modal. Jangan sampai, investasi asing malah merugikan bagi tanah dan
bangsa Indonesia di kemudian hari.

Permasalahan atau hambatan investasi di Indonesia dapat dikelompokan menjadi 9


(sembilan) sebagai berikut:
1. Sistem Birokrasi
Birokrasi yang berbelit dan memakan waktu lama merupakan hambatan investasi.
Menurut penelitian The Asia Foundation (2006), pengusaha di Indonesia harus
melalui rata-rata 7 11 prosedur yang memakan waktu 128 hari untuk
mendapatkan surat izin usaha. Kalau dibandingkan dengan negara-negara

9
tetangga seperti Singapura (8 hari), Malaysia (30 hari), Thailand (33 hari),
Filipina (50 hari), dan Vietnam (56 hari), tentu Indonesia masih jauh tertinggal
2. Suku Bunga Industri Perbankan
Krisis keuangan yang terjadi mengakibatkan intermediasi perbankan tidak
berjalan normal sehingga mendorong adanya fenomena credit crunch, membatasi
pembiayaan investasi dan suku bunga yang tinggi menyebabkan pangsa investasi
turun.
3. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan suatu faktor penunjang investasi yang penting, misalnya
sistem pasokan energi (BBM dan listrik)< sistem komunikasi dan sistem
transportasi. Tanpa tersedianya infrastruktur yang memadai akan mengakibatkan
membengkaknya biaya investasi dan tidak tertariknya para investor asing untuk
menanamkan modalnya.
4. Ketenagakerjaan
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia berkisar pada sumber daya manusia yang
tidak terlatih dan sistem pengupahan yang belum sempurna yang menghambat
investasi karena:
a. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) disamaratakan untuk semua sektor
tanpa mempertimbangkan karakterisrik masing-masing sektor tersebut.
b. Kenaikan UMK setiap tahun lebih tinggi daripada angka inflasi.
c. Sistem pengupahan tidak dikaitkan dengan produktivitas dan efisiensi.
d. Keharusan menggunakan Jamsostek untuk jaminan asuransi pekerja baik
lokal maupun asing.
5. Jaminan Keamanan
Syarat utama dalam melakukan investasi adalah terpenuhinya kondisi yang aman,
oleh karena itu pemerintah harus menjamin adanya keamanan investasi.
Terjadinya unjuk rasa (demonstrasi), pemogokan, dan lain-lain yang dilakukan
sebagai akibat provokasi dari beberapa aktivis sosial pekerja terkadang berbuntut
pengrusakan terhadap fasilitas-fasilitas perusahaan. Kalau hal ini belum bisa
dikendalikan sepenuhnya tentu akan menjadi hambatan bagi para investor untuk
melakukan investasi.

10
6. Kepastian Hukum
Pertimbangan penting lainnya untuk investor dalam melakukan investasi adalah
kepastian hukum. Banyak kasus terjadi yang mengakibatkan kerugian bagi para
investor karena ketidakjelasan aturan atau lemahnya penegakan hukum oleh
aparat sehingga para investor menjadi enggan untuk menanamkan modalnya.
Dengan tidak adanya kepastian hukum menyebabkan investasi menjadi lebih
berisiko.
7. Stabilitas Politik
Perkembangan situasi politik dapat mempengaruhi investasi. Situasi politik yang
semakin memanas tentu akan menghambat investasi. Apalagi setiap menjelang
Pemilu, ada kemungkinan stabilitas politik menjadi terganggu dan tidak
terkendali sehingga terjadi kerusuhan atau kekacauan politik. Hal inilah yang
membuat khawatir para investor untuk menanamkan modalnya di daerah-daerah
yang memiliki kondisi politik yang rawan atau tidak stabil.
8. Otonomi Daerah
Berlakunya otonomi daerah dapat memberika hambatan baru bagi pertumbuhan
investasi di daerah. Proses pemberian izin usaha bisa menjadi lebih rumit dengan
adanya kewenangan daerah untuk menerbitkan sendiri berbagai macam peraturan
daerah (Perda) baik di tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi yang
seringkali tidak bersinergi atau bahkan berbenturan kepentingan dengan
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Dengan
adanya Perda-Perda tersebut akan mendorong bertambahnya pajak, retribusi, dan
pungutan-pungutan daerah lainnya yang sudah barang tentu menyebabkan
semakin tingginya biaya investasi di daerah. Menurut survei Komisi Pemantauan
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), dari sekitar seribu Perda, sekitar 32%
dinilai telah melanggar prinsip-prinsip ekonomi dan ada benturan kepentingan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
9. Permasalahan Sensitif
Permasalahan yang bersifat sensitif biasanya berhubungan dengan tanah adat,
budaya warga setempat (budaya lokal), dan usaha-usaha yang memerlukan
analisis dampak lingkungan. Misalnya tidak jarang para investor atau pemerintah

11
harus berhadapan langsung dengan warga masyarakat berkaitan dengan
pembebasan tanah. Karena tanah memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi,
maka maslah pertanahan dapat menimbulkan benturan kepentingan, sehingga
muncul berbagai sengketa tanah. Masalah yang selama ini terjadi memang
merupakan akibat dari ketidakpastian mengenai subjek dan objek suatu bidang
tanah sehingga menyebabkan timbulnya masalah-masalah pertanahan, baik itu
terjadi pada tanah ulayat dari masyarakat hukum adat maupun terhadap tanah
yang telah melekat suatu hak.
Secara umum, Badan Koordiasi Penanaman Modal (BKPM) telah merinci
dan mengelompokkan kendala-kendala dalam investasi, yakni kendala internal
dan kendala eksternal. Kendala internal adalah kesulitan dalam mendapatkan
lahan atau lokasi proyek yang sesuai, kesulitan memperoleh bahan baku,
kesulitan pendanaan atau pembiayaan, kesulitan pemasaran, dan adanya sengketa
atau perselisihan di antara pemegang saham.
Adapun kendala eksternal adalah faktor lingkungan bisnis, baik nasional,
regional, dan global yang tidak mendukung, serta kurang menariknya insentif
atau fasilitas investasi yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu, banyak pula
hambatan investasi diluar kewenangan BKPM, seperti masalah hukum,
keamanan, dan stabilitas politik yang menjadi faktor penting bagi investor untuk
menanamkan modal di Indonesia.
3.2 Kebijakan Investasi di Indonesia
Kebijakan investasi pada umumnya tertuang dalam undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berupa keputusan atau instruksi presiden dan menteri-menteri yang
terkait. Undang-undang mengenai investasi yang pertama dikeluarkan adalah UU
No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No.6 Tahun 1968
Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Kebijakan investasi yang terakhir dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
diundangkan pada tanggal 26 April 2007 melalui Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 67 Tahun 2007.

12
2. Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
3. Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007, penanaman modal adalah segala
bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia. Penanaman modal di Indonesia diselenggarakan menurut UU No. 25
Tahun 2007 berdasarkan asas:
1. Kepastian Hukum
Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan
dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
2. Keterbukaan
Asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan
penanaman modal.
3. Akuntabilitas
Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara
Asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dari satu
negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.
5. Kebersamaan

13
Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-
sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
6. Efisiensi berkeadilan
Asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan
mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan
iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
7. Berkelanjutan
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin
kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk
masa kini maupun yang akan datang.
8. Berwawasan Lingkungan
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan
dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
9. Kemandirian
Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan
potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya
modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional


Asas yang berupa menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah
dalam kesatuan ekonomi nasional.

Lembaga pemerintah yang bertugas mengatur dan menangani perihal


investasi adalah :

a. Keputusan Presidium Kabinet No. 17/EK/I/1967 tanggal 19 Januari


1967: Badan Pertimbangan Penanaman Modal (BPPM).
b. Keputusan Presiden No. 285 Tahun 1968: Tim Teknis Penanaman
Modal (TTPM).

14
c. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 1973 tanggal 26 Mei 1973: Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)>

Berdasarkan Keputusan Pemerintah tanggal 3 Oktober 1977,


pemerintah memberikan wewenang penuh dan tunggal kepada BKPM
untuk mengurusi penanaman modal di Indonesia. Dengan keputusan itu
BKPM bertanggung jawab penuh menangani investasi yang
kedudukannya langsung di bawah Presiden, tidak lagi sebagai lembaga
yang sekedar melayani departemen atau instansi pemerintah lain.
Selanjutnya, di tiap-tiap daerah dibentuk Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD) yang bertugas menangani investasi untuk
mendorong percepatan pembangunan ekonomi di daerah.

Dalam rangka lebih meningkatkan daya tarik investasi dan mengatasi


hambatan birokrasi, telah diperkenalkan model “pelayanan terpadu satu
pintu” (one-stop integrated service). Pelayanan terpadu satu pintu adalah
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang
mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau
instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang
proses proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Dalam Lampiran Perpres No. 77 Tahun 2007 tercantum Daftar Negatif


Investasi (DNI) yang terdiri atas 7 (tujuh) sektor sebagai berikut:

1. Kebudayaan dan Pariwisata: perjudian/kasino, peninggalan sejarah


dan purbakala, objek ziarah, museum, monumen,
pemukiman/lingkungan adat.
2. Kehutanan: pemanfaatan atau pengambilan koral alam.
3. Perhubungan: penyediaan dan penyelenggaraan terminal, jembatan
timbang, perlengkapan jalan, pengujian kendaraan bermotor,
pemanduan lalulintas udara (ATS), telekomunikasi/sarana bantu
navigasi pelayaran,Vessel Traffic Information System (VTIS).

15
4. Komunikasi dan Informatika: Lembaga Penyiaran Publik (LPP)
radio dan televisis, stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio
dan Orbit Satelit.
5. Kelautan dan Perikanan: penangkapan spesies ikan yang tercantum
dalam Appendix 1 CITES.
6. Perindustrian: industri bahan kimia yang merusak lingkungan
(DDT,CFC,dan lain-lain), industri yang mengandung alkohol,
merkuri, siklamat dan sakarin, industri Skedul 1 konvensi senjata
kimia, industri logam dasar bukan besi (timah hitam).
7. Pertanian: budidaya ganja.

Peningkatan investasi diyakini memiliki konstribusi sebagai pengungkit


terhadap bergeraknya pembangunan ekonomi suatu bangsa. Dalam ekonomi
makro, investasi juga berperan sebagai salah satu komponen dari pendapatan
nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).
Secara sederhana pengaruh investasi terhadap perekonomian suatu negara
tercermin dari pendapatan nasional negara tersebut, investasi berkorelasi positif
dengan GDP, secara umum dapat dikatakan, jika investasi naik, maka GDP
cenderung naik. Atau sebaliknya, jika investasi turun, maka GDP cenderung
turun.

Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik telah menimbulkan


harapan baru. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih banyak ditopang oleh
tingginya konsumsi. Kontribusi konsumsi terhadap GDP cukup besar dalam
kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sekitar 67 %. Sebaliknya, peran investasi
dalam pembentukan GDP sangat kecil yaitu rata-rata 22% pada tahun 2003-
2007.

16
Hal tersebut cukup memprihatinkan mengingat investasi seharusnya
menjadi faktor pendorong perekonomian. Investasi baik berupa investasi
domestik maupun luar negeri (FDI) dapat berdampak pada peningkatan kinerja
sektoral. Rendahnya investasi di Indonesia disebabkan iklim investasi yang
kurang kondusif seperti kurangnya faktor kepastian hukum, birokrasi yang rumit
dan sebagainya.

Harapan bagi Indonesia atas peran inveatasi yang masuk ke negaranya


sebagaimana yang ditulis Mudrajat (1997) yaitu : pertama, sumber dana
eksternal dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang sebagai dasar untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi, kedua pertumbuhan ekonomi yang
meningkat perlu diikuti dengan struktur ekonomi dan perdagangan, ketiga,
modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi
struktural; keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun setelah
perubahan struktural benar-benar terjadi.

Pemerintah di lain pihak harus manyediakan lapangan pekerjaan. Untuk


dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja pemerintah menambah investasi
melalui pengeluaran pembangunan. Berdasarkan penjelasan dari menteri tenaga
kerja setiap kenaikan investasi satu persen maka akan terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebanyak 100.000 orang (Kompas, 2005).

17
Gambar 2

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor perindustrian


merupakan contributor tertinggi terhadap PDB yaitu sebesar 23,37%. Namun
sektor ini hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 14,88% yang merupakan
tingkat terendah dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor
pertanian (38,07%) dan sektor perdagangan (23,74%).
3.3 Pro dan Kontra Penanaman Modal Asing (PMA).
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan semakin lancar jika
tingkat tabungan masyarakat mampu mengimbangi kebutuhan investasi yang akan
dilakukan. Jika yang terjadi adalah tabungan masyarakat lebih sedikit, maka
diperlukan peran sektor swasta luar negeri atau asing untuk menutup celah atau
kekurangan antara tabungan dengan investasi tersebut (saving-investment gap).
Namun masuknya modal asing ke dalam negeri kadang-kadang menimbulkan pro
dan kontra.
Beberapa alasan yang bersifat ekonomi yang menentang masuknya PMA
antara lain:

18
1. Di dalam kenyataannya sangat jarang ada perusahaan multinasional
yang bersedia menanamkan kembali keuntungan yang diperolehnya ke
negara-negara berkembang.
2. Dilihat dari kepentingan neraca pembayaran, perusahaan multinasional
dapat menyebabkan berkurangnya penerimaan devisa negara, baik
melalui neraca berjalan maupun melalui neraca lalu lintas modal.
3. Meskipun perusahaan multinasional turut menyetor pajak kepada
negara, namun mereka juga sering mendapatkan keringanan pajakdari
pemerintah, serta berbagai perlindungan lainnya.
4. Tidak jarang tujuan transfer teknologi tidak dapat berjalan dengan
lancar, disamping kesempatan tenaga kerja pribumi yang masih sulit
untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam perusahaan.

Pendapat atau alasan yang bersifat nonekonomi antara lain adalah:

1. Perusahaan multinasional sering memilki kedudukan sebagai


perusahaan monopoli
2. Perusahaan multinasional tidak jarang hanya memproduksi komoditas
untuk kalangan tertentu saja.
3. Perusahaan multinasional dapat menggunakan kekuatan ekonomi
untuk menekan pemerintah.
4. Perusahaan multinasional dapat menekan pajak lokal dengan
membebankan sebagian pajak pada harga jual (transfer pricing).

Terlepas dari pandangan yang kontra tersebut, Indonesia sudah barang tentu
masih membutuhkan PMA. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya adalah
sebagai berikut:

1. Kemampuan menabung masyarakat Indonesia yang masih belum memadai,


sehingga kebutuhan modal dalam negeri masih kurang.
2. Masih banyak sektor yang belum dapat dikelola sendiri oleh tenaga maupun
manajemen dalam negeri.

19
3. Belum efisiensinya produksi untuk jenis-jenis komoditas tertentu, sehingga
lebih menguntungkan jika diserahkan pengelolaannya pada investor asing.
4. Dapat belajar dan mencoba proses transfer teknologi (kemampuan) dari para
pengelola peusahaan multinasional meskipun masih sedikit, di samping itu
perusahaan multinasional tersebut turut membantu pemerintah dalam
membuka pusat bisnis baru di tempat-tempat yang selama ini jauh dari
kegiatan ekonomi.
Ditengah kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu,
kinerja investasi di Indonesia menunjukkan sinyal yang cukup
menggembirakan,  dan perlu terus dipeliharan dan ditingkatkan agar dapat
menjadi katalisator dalam tetap menjamin pertumbuhan ekonomi.
Gambar 3

20
Gambar 4

FDI (USD Miliar) Tahun 2015

Tabel diatas menggambarkan investasi asing langsung (foreign direct


investment/FDI) ke Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, 
tumbuh 20% menjadi 23 miliar dollar AS. Angka ini jauh lebih tinggi
ketimbang arus masuk investasi asing ke Asia Tenggara yang hanya
meningkat 5%, atau hanya mencapai 133 miliar dollar AS.

3.5 Pengaruh Investasi Asing Terhadap Perekonomian Indonesia

Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan semua upaya positif untuk bisa
mempercepat laju pembangunan. Dapat dipastikan, kematangan perekonomian
Indonesia akan berkembang seiring dengan pesatnya pembangunan.

Secara garis besar, berikut adalah pengaruh investasi asing terhadap


perekonomian Indonesia:

• Menciptakan perusahaan baru, mendukung penelitian teknologi, dan


memperluas pasar

• Meningkatkan industri ekspor, daya saing pasar, dan merangsang


pertumbuhan ekonomi pada sektor keuangan dan jasa

• Meningkatkan pendapatan negara dari pajak penghasilan perusahaan asing

• Menambah devisa negara

21
• Besarnya kemungkinan penyerapan bahan baku lokal untuk diolah

• Meningkatkan taraf ekonomi melalui penyerapan tenaga kerja

• Memacu pembangunan dengan adanya ketersediaan modal dari investor


asing

• Meningkatkan peran Indonesia di pasar ekonomi dunia

• Memajukan teknologi yang ada dalam negeri dengan edukasi teknologi


maju dari perusahaan asing

Selain hal-hal di atas, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia juga


diharapkan bisa memberikan perlindungan politik jika terjadi konflik
internasional. Dengan kata lain, para investor asing akan berusaha untuk
melindungi Indonesia sebagai tempat operasional bisnis perusahaannya.

3.6 Perkembangan Realisasi Investasi 2014 – Maret 2019: Per Triwulan

Terjadi peningkatan realisasi investasi PMDN pada periode Triwulan I Tahun


2019 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 sebesar
14,1%, yaitu dari nilai realisasi investasi Rp 76,4 triliun menjadi Rp 87,2 triliun.

22
Realisasi investasi PMA pada periode Triwulan I Tahun 2019 jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun 2018 mengalami perlambatan sebesar
0,9%, yaitu dari nilai realisasi investasi Rp 108,9 triliun menjadi Rp 107,9 triliun.
Berikut hal penting dari capaian realisasi investasi PMDN dan PMA pada
Triwulan I Tahun 2019:

1. Realisasi Investasi PMDN

Lima besar realisasi investasi PMDN berdasarkan sektor usaha adalah: Konstruksi
(Rp. 19,2 triliun), Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi (Rp. 12,7 triliun),
Listrik Gas, dan Air (Rp. 10,3 triliun), Industri Makanan (Rp. 8,9 triliun), dan
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan (Rp. 8,8 triliun). Apabila seluruh
sektor industri digabung, maka terlihat sektor industri memberikan kontribusi
sebesar Rp 16,1 triliun atau 18,5% dari total PMDN.Sedangkan, lima realisasi
investasi PMDN berdasarkan lokasi proyek adalah: Jawa Barat (Rp 11,6 triliun);
DKI Jakarta (Rp. 10,4 triliun); Jawa Timur (Rp 10,0 triliun), Jawa Tengah (Rp 9,8
triliun); dan Riau (Rp. 8,2 triliun).

2. Realisasi Investasi PMA

Realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Transportasi,


Gudang dan Telekomunikasi (US$ 1,6 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 1,5
miliar); Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran (US$ 1,0 miliar);
Pertambangan (US$ 0,6 miliar); dan Industri Logam Dasar, Barang Logam,
Bukan Mesin dan Peralatannya (US$ 0,6 miliar). Apabila seluruh sektor industri
digabung, maka terlihat sektor industri memberikan kontribusi terbesar sebesar
US$ 1,9 miliar atau 26,0% dari total PMA. Realisasi investasi PMA berdasarkan
lokasi proyek (5 besar) adalah: Jawa Barat (US$ 1,7 miliar); DKI Jakarta (US$ 1,0
miliar); Jawa Tengah (US$ 0,8 miliar); Banten (US$ 0,5 miliar); dan Kepulauan
Riau (US$ 0,5 miliar);Realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar)
adalah: Singapura (US$ 1,7 miliar); R.R. Tiongkok (US$ 1,2 miliar); Jepang (US$
1,1 miliar); Malaysia (US$ 0,7 miliar) dan Hongkong, RRT (US$ 0,6 miliar)

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kegiatan investasi secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Kehadirannya mampu berperan sebagai motor penggerak
pertumbuhan (engine of growth) dan sekaligus menjadi pendorong akselerasi
pembangunan secara luas. Kegiatan investasi telah terbukti dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi perekonomian baik regional maupun nasional.
Sejarah ekonomi modern telah memposisikan investasi sebagai sektor yang
paling berpengaruh dalam setiap perekonomian suatu negara. Hal ini
mengindikasikan bahwa dengan merujuk pada besaran investasi maka kita dapat
memperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai negara yang
bersangkutan. Kesulitan Indonesia dalam proses recovery ekonominya adalah
permasalahan yang tidak terselesaikan dalam proses investasi. Indonesia dalam
membangkitkan lagi peluang bisnis di daerah dewasa ini sangatlah berat oleh
karena adanya beberapa tantangan atau hambatan yaitu diantaranya, sistem
birokrasi, suku bunga industri perbankan, infrastruktur, ketenagakerjaan, jaminan
keamanan, kepastian hukum, stabilitas politik, otonomi daerah, dan permasalahan
sensitif.

24
LAMPIRAN

Realisasi Investasi PMDN menurut Sektor Q2 (April – Juni) 2019

25
Realisasi Investasi PMDN menurut Lokasi Q2 (April – Juni) 2019

26
Realisasi Investasi PMA menurut Sektor Q2 (April – Juni) 2019

27
Realisasi Investasi PMA menurut Lokasi Q2 (April – Juni) 2019

28
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Achma Hendra.2011.Perekonomian Indonesia.Semarang:Universitas Diponegoro

Kurniati, Yati, Donni Fajar Anugrah dan Tevy Chawwa. 2008. Peran Investasi Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi. Working Paper Nomor 06. Bank Indonesia.

World investment report 2014

www.bkpm.go.id

29

Anda mungkin juga menyukai