Permasalahan yang sedang terjadi di dunia sekarang ini adalah meningkatnya
konsumsi dan kebutuhan energi. Pemenuhan energi untuk kebutuhan bahan bakar mencapai 85,7 juta barel/hari di tahun 2008 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 97,6 juta barel/hari di tahun 2020 dan 105 juta barel/hari di tahun 2030 (Conti et al, 2011). Sedangkan minyak mentah yang kita gunakan dalam pemenuhan kebutuhan energi hanya bisa bertahan selama 50 tahun lagi (British Petroleum, 2012). Selain itu, perlu disadari bahwa pemenuhan kebutuhan bahan bakar dan bahan kimia secara langsung ataupun tidak langsung diproduksi dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu, dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakar dan bahan kimia, penelitian saat ini difokuskan untuk mencari sumber bahan baku untuk dikonversi menjadi bahan bakar dan kimia yang berkelanjutan yaitu biomassa. Total biomassa yang ada di dunia adalah 1.800 miliar ton di darat, dan 4 miliar ton di lautan (Yokoyama, 2008). Total energi dari biomassa yang terkandung di daratan adalah 33.000 EJ, yang sama dengan 80 kali atau lebih dari konsumsi energi dunia selama 1 tahun. (Yokoyama, 2008). Sebagian besar biomassa ini digunakan untuk makanan oleh makhluk hidup, termasuk manusia. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memperkirakan kuantitas sumber daya biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Kelapa sawit merupakan komoditas ekspor pertanian terbesar. Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia, dengan produksi lebih dari 18 juta ton minyak sawit per tahun (World Growth, 2011). Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi minyak sawit di Indonesia, maka meningkat pula jumlah limbah kelapa sawit yang dihasilkan. Salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu sekitar 22-23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah. Industri minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah TKKS sebesar 1,1 ton untuk setiap 1 ton CPO yang diproduksi (Karina et al, 2008). Sehingga limbah TKKS yang dihasilkan pada tahun 2014 sekitar 36,85 ton untuk 33,5 ton CPO yang diproduksi. (USDOA, 2014). Tandan kosong kelapa sawit merupakan polisakarida yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa dapat dihidrolisis dan dikonversi menjadi berbagai senyawa kimia. Hasil uji komposisi TKKS adalah kadar lignin sebesar 24,58%, kadar selulosa alfa sebesar 37,53% dan kadar hemiselulosa sebesar 24,84% (Gozan, 2014). Biorefinery adalah sebuah fasilitas yang mengintegrasikan bahan baku biomassa dan peralatan untuk memproduksi bahan bakar, listrik, dan berbagai bahan kimia. Konsep biorefinery dianalogikan dengan kilang minyak mentah saat ini, yang menghasilkan beberapa bahan bakar dan produk dari minyak bumi untuk mencapai suatu proses yang ekonomis. Istilah biorefinery mengacu pada konversi bahan baku biomassa ke sejumlah bahan kimia yang berharga dan energi dengan menghasilkan limbah dan emisi yang minimum (Demirbas, 2009). Furfural banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri pengolahan minyak bumi, dan pembuatan pelumas, juga pada pembuatan nilon. Selain itu furfural juga berfungsi sebagai senyawa antara untuk pembuatan furfuril alkohol, tetrahidrofuran, industri farmasi herbisida, dan aplikasi pada pewangi (Hidayat, 2005). Jumlah industri yang memproduksi furfural di dalam negeri masih sedikit jumlahnya. Disamping itu, kebutuhan furfural meningkat terus menerus tiap tahunnya. Kebutuhan furfural dunia saat ini mencapai 200 ribu – 250 ribu ton. Sementara di Indonesia pada tahun 2010 kebutuhan furfural mencapai 790 ton dan diprediksikan akan terus meningkat. Selama ini, kebutuhan furfural di Indonesia dipenuhi melalui impor, terutama dari China yang merupakan produsen furfural terbesar di dunia yaitu sekitar 72% dari produksi furfural dunia (Wijanarko et al, 2006). Asam levulinat merupakan salah satu senyawa yang dapat dijadikan platform chemical pada produksi energi alternatif, yaitu biodiesel (Farone et al, 2000). Di dalam produksi biodiesel, turunan dari senyawa asam levulinat berperan sebagai zat aditif yang dapat membuat kerja mesin / unit poduksi menjadi lebih efisien. Senyawa dengan nama lain asam 4-oksopentanoik ini juga berperan sebagai zat pembangun dalam memproduksi senyawa lainnya, seperti asam 5-bromolevulinat, asam valerik, MTHF, metil pirolidon, dan lain – lain (Girisuta et al, 2006). Perkembangan industri asam levulinat pada awalnya masih tergolong sangat rendah karena bahan baku sintetis yang mahal dan kecilnya yield asam levulinat yang dihasilkan. Konsumsi global asam levulinat dunia pada tahun 2013 mencapai 2.606,2 ton dan diperkirakan mencapai 3.820 ton pada tahun 2020 dengan indeks kenaikan sebesar 5,7% dari tahun 2014 hingga 2020 (Grandview Research, 2014). Untuk mengatasi permasalahan ini, maka mulailah digunakan bahan organik (biomassa) sebagai pengganti bahan baku sintetis dalam pembuatan asam levulinat. Bioetanol merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol adalah pada cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme tertentu (Teresa et al, 2010). Bioetanol yang digunakan pada campuran bahan bakar untuk kendaraan harus bersifat anhydrous agar tidak menyebabkan korosi pada mesin, sehingga bioetanol harus mempunyai grade kemurnian sebesar 99% - 100% (Khairani, 2007). Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia menargetkan program bioetanol sebagai bagian dari biofuel agar mencapai konsumsi 1,355% dari total konsumsi energy mix nasional pada tahun 2025. Target tersebut tinggi dibandingkan dengan sumber energy alternatif lainnya seperti energy solar (0,020%) dan energy angin (0,028%) (Indahsari and Wibowo, 2013). Pengembangan industri pembuatan furfural, asam levulinat dan bioetanol dari limbah tandan kosong kelapa sawit masih sangat potensial di Indonesia. Pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku industri dapat mengurangi limbah tandan kosong kelapa sawit yang ada untuk menghasilkan berbagai produk komersil yang menjanjikan. Pada riset ini akan dilakukan perancangan pabrik pembuatan furfural, asam levulinat dan bioetanol dari limbah tandan kosong kelapa sawit di Indonesia yang nantinya akan disimulasi dengan software SuperPro Designer dan dianalisis kelayakan ekonominya.