Anda di halaman 1dari 4

PEMBUATAN BIOETANOL DARI ALGA COKLAT (Sargassum sp.

/Padina Australis) DENGAN PRA PERLAKUAN MEGGUNAKAN Aspergillus niger

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembangan saat ini adalah

jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas sementara kebutuhan terus meningkat (Budi et al. 2009). Krisis energi merupakan persoalan utama yang sampai saat ini belum dapat dipecahkan oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu yang mendasari terjadinya kelangkaan

energi adalah pemakaian kendaraan bermotor berbahan bakar bensin yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut data Statistik Kepolisian Indonesia (2009) pada tahun 2005 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 30.706.705 kendaraan, tahun 2006 berjumlah 38.156.278 kendaraan, tahun 2007 berjumlah 45.678.990 kendaraan, tahun 2008 berjumlah 56.888.700 kendaraan dan pada tahun 2009 berjumlah 61.956.009 kendaraan. Hal ini mengakibatkan pemakaian bahan bakar minyak bumi meningkat. Menurut Umi (2009) apabila tidak ditemukan cadangan terbukti baru, minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu kurang dari 10 tahun, gas bumi 30 tahun, dan batubara akan

habis sekitar 50 tahun. Semakin berkurangnya sumber bahan bakar minyak di Indonesia sedangkan laju penggunaannya semakin meningkat mengakibatkan pemerintah

harus

memangkas subsidi BBM. Selain pemangkasan langkah-langkah penghematan energi dan

subsidi BBM, pemerintah juga melakukan sumber-sumber energi baru untuk

mencari

menggantikan minyak bumi. Karena itu pemerintah mengeluarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dimana pemanfaatan BBN (biofuel) ditargetkan 2% pada tahun 2010 dan 5% pada 2025. Untuk mengurangi konsumsi BBM jenis bensin, dapat dilakukan

dengan menambahkan 10% bioetanol atau sering disebut E-10 (Hikmiyati dan Yanie, 2010). Di sisi lain pemanasan global yang diakibatkan oleh pemakaian bahan bakar fosil semakin terasa dan mengakibatkan ancaman lingkungan (Budi et al. 2009). Hal ini semakin mendorong dikembangkannya bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan dan konservasi energi.

Ancaman lingkungan yang berpotensi untuk terjadi adalah polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak kesehatan bagi manusia, hewan bahkan lingkungan flora. Polusi berupa gas-gas berbahaya,

seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Bahkan

ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential) (Dunan 2009). Salah satu bentuk dari energi terbarukan adalah energi biomassa. Energi biomassa berasal dari bahan organik dan sangat beragam jenisnya Gusmarwani (2009). Sumber energi biomassa

dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, atau bahkan limbah, baik limbah

domestik maupun limbah pertanian. Biomassa dapat digunakan untuk sumber energi langsung maupun dikonversi menjadi bahan bakar (Gusmarwani, 2009). Penggunaan biomassa sebagai

sumber energi ini tidak akan menyebabkan terjadinya penumpukan gas CO2 karena menurut Surambo (2010) gas CO2 yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dipakai untuk pembentukan biomassa itu sendiri. Teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah dikembangkan terdiri dari pembakaran langsung dan konversi biomassa menjadi bahan bakar. Hasil konversi biomassa ini

dapat berupa biogas, bioetanol, biodiesel, arang dan sebagainya. Bioetanol dan biodiesel dalam jangka panjang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak (Megawati 2007). Bioetanol dapat dibuat dari biomassa berbasis pati atau berbasis lignoselulosa (Ibrahim 2008). Namun biomassa berbasis pati umumnya dimanfaatkan sebagai makanan atau pakan, sehingga pemanfaatannya sebagai bahan baku bioetanol dapat mengganggu penyediaan makanan atau pakan. Hal ini tentunya tidak baik untuk program ketahanan pangan dan pakan Indonesia. Oleh karena itu, pemanfaatan biomassa berbasis lignoselulosa perlu dikembangkan. Contoh biomassa berbasis lignoselulosa adalah kayu, tongkol jagung, bonggol dan rumput laut.
1.2 Rumusan Masalah Potensi Alga coklat sebagai bahan pembuatan bioetanol? Berapa jumlah kadar etanol yang dihasilkan dari fermentasi alga coklat dengan pretreatment

menggunakan kapang pelapuk putih? 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kuantitas dan kualitas etanol yang dihasilkan dari fermentasi alga coklat (Sargassum sp.) dengan pretreatment menggunakan Aspergilus niger.

Anda mungkin juga menyukai