Anda di halaman 1dari 4

PENGEMBANGAN BIOFOEL DI INDONESIA

Masalah luas terkait perkembangan biofuel di Indonesia sejak 2005 adalah tidak
konsistennya pemerintah pada kebijakan dan kerangka peraturan yang ada.
SEJAK tahun 2005, pemerintah Indonesia telah membuat perencanaan untuk
mempromosikan bahan bakar nabati (biofuel). Hal ini sebenarnya lebih ditekankan pada
biodiesel dibandingkan dengan bioetanol, untuk pembangkit tenaga listrik dibandingkan
untuk kendaraan bermotor.
Peluang jangka panjang di Asia untuk biofuel juga termasuk biofuel untuk kendaraan
bermotor dibanding untuk pembangkit tenaga listrik dan begitu juga bioetanol dibanding
dengan biodiesel, akan sama seperti perkembangan di Brasil. Ketidakseimbangan ini
mungkin akan terlihat lebih jelas ketika teknologi biofuel generasi kedua berjalan dalam
proses.
Sejauh ini industri biofuel di Indonesia dan Malaysia bergantung pada minyak mentah
kelapa sawit (CPO) untuk menghasilkan biodiesel. Ini mencerminkan bahwa kedua
Negara tersebut menghasilkan 70% dari seluruh hasil CPO di dunia. Secara teori, sekitar
40 % hasil tersebut bisa dijadikan biofuel.
Dengan tingkat produksi Industri CPO seperti itu, bukan hal yang mengagetkan apabila
Indonesia berencana akan menghasilkan 2,41 juta kiloliter biodiesel di tahun 2010,
bersamaan dengan 1,48 juta kiloliter bioetanol, seperti yang diungkapkan oleh Imelda
Maidir (The Jakarta Post, 19/1/09).
Indonesia telah menandatangani perjanjian investasi senilai US$12,4 miliar dengan 59
investor asing dan lokal untuk mendorong produksi CPO untuk biodiesel. Tetapi, sinyalsinyal terhadap investor untuk tetap tertarik sedikit terganggu dengan adanya fluktuasi
yang liar pada harga CPO yang menimbulkan masalah.
Pada Bulan Januari 2008, tingginya harga CPO menjadikan harga biodiesel menjadi
teramat mahal. Pemimpin Asosiasi Penghasil Biofuel Purnadi Djojosudiro menjelaskan,
hancurnya tingkat permintaanlah yang menyebabkan 17 perusahaan biofuel menunda
investasinya. Deputi direktur marketing Pertamina Hanung Budia mengatakan, biodiesel
memerlukan subsidi yang sama halnya dengan bahan bakar diesel.
Pada akhir tahun 2008, pasar modal dan harga minyak dan harga CPO turun, dengan
rendahnya harga minyak menyebabkan CPO biodiesel dan bioetanol tidak dapat bersaing,
dan akhirnya penghasil CPO kecil terpaksa keluar/terlempar dari pasar.
Awal ketergantungan pada CPO untuk biodiesel boleh jadi merupakan langkah yang tepat
terhadap kondisi Indonesia atau bisa jadi suatu awal yang tidak tepat. Ketersediaan
pangan yang lain telah terbukti lebih dapat bertahan.
Biofuel memang menarik karena bisa berkontribusi untuk pengamanan energi,
pembangunan ekonomi dan pengurangan tingkat kemiskinan dan diharapkan bisa

membantu untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan polusi udara. Di negara-negara
berkembang mendapat efek gas rumah kaca dan mengikuti naskah perjanjian Kyoto. Di
negara-negara berkembang dapat mengurangi jumlah impor minyak.
Bagaimanapun juga percepatan pada biofuel bisa tanpa hasil jika tidak
mempertimbangkan pada tingkat keberlangsungan produksinya (Lihat Kebijakan
Perubahan Iklim di Asia -IGES -2006).
Laporan ini menyimpulkan ada kekhawatiran yang cukup besar bahwa biofuel dapat
berdampak buruk pada ketahanan pangan (Graham-Harrison 2005), dapat mengurangi
ketersediaan air (AFP 2007), polusi air yang lebih buruk ( englehaupt 2007) atau secara
nyata meningkatkan dampak gas efek rumah kaca (Searchinger 2008) dan juga
berdampak negatif pada biodiversiti (Pearce 2005). Produksi biofuel bisa jadi
memerlukan lebih banyak energi daripada energi yang dihasilkan (Lang 2005).
Masalah yang lebih luas lagi terkait perkembangan biofuel di Indonesia sejak 2005
adalah tidak konsistennya pemerintah terhadap kebijakan dan kerangka peraturan
(termasuk dampak negatif dari subsidi pada bahan bakar fosil), ketidakpastian pada harga
dan pasar-terutama pada krisis keuangan global dan fluktuasi pada harga komoditi barubaru ini.
Persaingan antara pasar ekspor dan domestik dan masalah yang terkait pada harga dan
kewajiban untuk persediaan domestik, menghadirkan isu yang serupa terhadap sumber
energi lainnya di mana ekspor sedang berkompetisi dengan pasar domestik baru (seperti
batubara dan gas).
Kemungkinan konflik-konflik terhadap penggunaan lahan dan penggunaan bahan pangan
untuk menghasilkan biofuel, berpotensi untuk membuat lebih buruk permasalahan pada
lingkungan dan kemungkinan untuk kehilangan hutan lindung, kehilangan
keanekaragaman hayati dan penurunan dataran juga menjadi penyebab dan juga harus
dicari penyelesaiannya.
Direktur Jenderal Minyak & Gas Dr Ing Evita Legowo, pada akhir 2007 menjelaskan,
pemerintah diharapkan dapat menciptakan 3,5 juta lapangan pekerjaan dari
pengembangan biofuel pada tahun 2010, yang akhirnya dapat meningkat menjadi 40 juta
lapangan pekerjaan di daerah pedalaman. Biodiesel telah dijual di 200 SPBU di Jakarta.
Lebih dari 24 pembangkit tenaga listrik sudah menggunakan biodiesel pada tahun 2007,
tetapi untuk terus sebagai penyedia bahan bakar seringkali menjadi masalah.
Usaha untuk mempromosikan perkembangan dan keberlangsungan biofuel harus
dilakukan dengan memperbaiki koordinasi dari penelitian yang berbasis pada
pengembangan biofuel melalui kerja sama antara peneliti, sektor swasta, dan pemerintah
tentunya.
Keberlangsungan biofuel di Asia sangatlah perlu untuk diperjelas sehingga proses yang
berjalan mulai dari persediaaan pangan, produksi dan distribusi ke pasar dengan harga

yang wajar, bisa direncanakan dan dipromosikan sebagai satu mata rantai, mengacu pada
hubungan yang saling terkait seperti halnya informasi yang diberikan pada keuntungan
dan kerugiannya.

sebelumnya niat memposting artikel mengenai polusi,,, alih2 setelah nonton diskusi
interaktif diMetro TV dengan bahasan Biofuel .. jadi berubah haluan niy
Pembicara MC: Tomi (klo ga salah), Pengisi: Anton Apriyantono (Mentri Pertanian)
dan Hudori (Pengamat Biofuel)
Diperkirakan cadangan energi fosil kita akan habis dalam jangka waktu 40 tahun kedepan
dan akan terjadi krisis energi didunia,,, lantas upaya apakah yang dilakukan oleh negara2
didunia untuk mengatasi krisis energi ini???
adanya kesepakatan 80:20 diantara negara2 didunia yang artinya negara tersebut harus
bisa mengurangi gas emisi buangannya sampai dengan 80% dalam kurun waktu 20
tahun
Biofuel salah satu solusi untuk permasalahan diatas
Biofuel adalah bahan bakar nabati hasil dari proses pengolahan bahan organik, yang
mampu menyerap karbondioksida sebgai penyebab tingginya efek rumah kaca bahan
bakar yang ramah lingkungan.
sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk
diolah menjadi energi Biofuel diantaranya: ganggang laut, kelapa sawit, bunga
matahari (gimana caranya?), jarak pagar, singkong, dan kedelai semua tanaman ini
dapat tumbuh dengan mudahnya diatas tanah qita yang subur

tetapi sangat disayangkan, kenyataannya saat ini posisi Indonesia masih jauh dibelakang
negara lain seperti Amerika, Jepang, dan Brazil padahal kemampuan Indonesia dalam
menghasilkan sumber daya alam Biofuel diatas mereka
ketidak konsistenan pemerintah dalam mensubsidi penelitian para ilmuwan dalam hal
energi Biofuel menyebabkan hasil penelitian tersendat-sendat (menurut pak hudori)
kemungkinannya karena harga energi fosil yang kembali turun baru2 ini
dibandingkan dengan negara Brazil contohnya, sudah jauh lebih maju karena
pemerintah Brazil telah menyiapkan dana untuk kemajuan penelitian yang ga boleh
diganggu gugat,, intinya mereka konsisten demi kemajuan perkembangan energi
biofuel
selain itu pemerintah juga membatasi pengolahan Biofuel maksimal hanya 5%, karena
dikhawatirkan terjadi krisis pangan kurangnya lahan juga menjadi salah satu penyebab
terhambatnya perkembangan energi Biofuel di Indonesia,,, karena banyak lahan pakan
yang dikonversi menjadi lahan kelapa sawit
sebenarnya masih banyak lagi potensi energi pengganti seperti air, biothermal, dan
hydrogen,,, hanya saja masih belum mencukupi kebutuhan yang ada untuk menggantikan
energi fosil
Apabila dilihat, potensi ganggang laut untuk menjadi sumber energi Biofuel sangatlah
besar, karena garis pantai yang dimiliki Indonesia merupakan yang terpanjang didunia,
dan ini menjadi tugas rumah dari Departemen perikanan dan kelautan untuk
mengembangkannya
menjaga potensi alam yang ada dan konsisten dalam mengembangkannya dapat
menjadikan Indonesia Raja Energi Biofuel di Dunia,,, selain solusi mengurangi polusi
sekaligus dapat menyerap tenaga kerja yang besar pula
Menurut saya : Sya sangat setuju dengan di adakannya biofoel di Indonesia karna selain
mengurangi polusi ,swkaligus dapat menyerap tenga kerja yang besar. Selain itu juga
garis pantai yang dimiliki Indonesia merupakan yang terpanjang didunia.

Anda mungkin juga menyukai