1. Pendahuluan
Setelah krisis ekonomi 1998, sektor energi di Indonesia mengalami dinamisasi
perubahan yang cukup signifikan yang utamanya sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan permintaan energi dan perubahan regulasi akibat tingginya hargaharga energi tak terbarukan (minyak bumi). Hal tersebut merupakan implikasi
langsung dari terus berkurangnya cadangan minyak bumi, baik itu di Indonesia
maupun dalam lingkup yang lebih luas (global). Terlebih lagi, sejak tahun 2004
Indonesia telah menjadi net importer minyak bumi. Sebagai akibatnya, sejak tahun
2008 Indonesia juga telah keluar dari OPEC.
Sektor energi listrik termasuk sektor yang cukup terpengaruh dengan dinamisasi
tersebut, sebagaimana kita tahu bahwasanya selama ini minyak bumi merupakan
sumber energi yang cukup dominan dan penting dalam unit pembangkitan kita.
Data energi mix kita menunjukkan bahwa 24% dari total raw material yang
di convert menjadi energi listrik berupa minyak bumi. Selain itu, minyak bumi
sangat berperan untuk mengatasi adanya peak powertiap harinya. Hal tesebut
dikarenakan minyak bumi sangat dibutuhkan sebagai bahan bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel, salah satu pembangkit yang flexible terhadap perubahan
permintaan daya yang cukup fluktuatif. Oleh karena itu, adanya perubahan dari
ketersediaan ataupun harga secara signifikan akan berpengaruh juga secara
signifikan pada ketersediaan dan keberlangsungan energi listrik. Terlebih
lagi, demand terhadap energi listrik saat ini terus meningkat tiap tahunnya dengan
rata-rata proyeksi pertumbuhan permintaan daya listrik per tahun sekitar 7.7%
sampai 2016. Tak boleh dilupakan juga bahwasanya perluasan jangkauan listrik juga
masih sangat dibutuhkan mengingat rasio elektifikasi kita masih cukup rendah,
sekitar 63,4%. Untuk itu penting dicarikan sebuah solusi untuk permasalahan ini
semisal dengan mencari bahan alternatif lain.
Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah sumber daya hayati atau biofuel. Bahan baku hayati untuk
biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang sangat
berlimpah di Indonesia Di tengah kondisi finansial PLN yang kurang mendukung,
pengadaan energi alternatif perlu dilakukan. Sejumlah alternatif pengadaan energi
listrik memang dapat ditempuh dengan berbagai cara. Selain mengolah bahan
bakar dari fosil, energi terbarukan seperti panas bumi cukup menarik
dikembangkan. Namun penggunaan bahan bakar fosil memerlukan sistem
transportasi yang intensif. Demikian juga pengadaan bahan bakar gas yang perlu
sistem pipa rumit dan mahal. Sementara energi panas bumi hanya untuk beberapa
tempat di sejumlah pulau saja. Itu pun masih tergolong mahal. Dari sekian banyak
alternatif, efisiensi pengadaan energi patut memperhitungkan ketersediaan sumber
energi di tempat energi itu diperlukan. Oleh karena itu, energi hidro skala kecil,
mikrohidro, energi surya, energi angin, biofuel, dan energi biomassa masuk ke
dalam daftar pilihan. Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan adalah sumber daya hayati atau biofuel. Bahan baku
hayati untuk biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang
sangat berlimpah di Indonesia. Makalah ini akan membahas mengenai biodiesel
(salah satu jenis biofuel) sebagai salah satu alternatif solusi permasalahan listrik di
Indonesia.
2. Pembahasan
Beberapa pertimbangan berikut ini dapat menjelaskan pentingnya mencari
diversifikasi raw material untuk pembangkit listrik dalam bentuk minyak bumi.
Selain itu beberapa penjelasan berikut dirasa juga bias menjelaskan mengapa
Gbr 1 Grafik
perbandingan sumber energi yang dikonfersi ke listrik
Grafik diatas menunjukan kebutuhan estimasi PLN mengenai kebutuhan sumber
energi primer yang akan dikonversikan ke energi listrik. Terlihat bahwa energi dari
sektor minyak bumi masih memegang peranan cukup penting, meskipun trennya
diproyeksikan persentasenya menurun. Tingginya dan semakin mahalnya harga
minyak membuat PLN berupaya untuk meminimalisisasi penggunaan minyak
sebagai pembangkitan untuk tahun-tahun kedepan. Meskipun kedepannya
persentase minyak sebagai energi mix kecil besarnya, perlu diketahui
bahwa demand listrik terus naik, sehingga jumlah kebutuhan akan energi dari
minyak pun diperkirakan masih cukup banyak. Selain itu penggunaan batubara
seharusnya dikurangi karena walaupun murah, batubara tidak ramah lingkungan, di
samping bahan bakar subtitusi minyak dibutuhkan untuk menanggulangi fluktuasi
beban yang fluktuatif sehingga loss energi yang hilang karena hal tersebut dapat
diminimalisasi.
2.1.2 Konsumsi Listrik di Indonesia
Gbr 2- Grafik
konsumsi listrik di Indonesia
Terlihat bahwa konsumsi listrik di Indonesia mencapai 107 TWH pada 2007 dan
terus diproyeksikan naik sebesar 7,7% hingga 2016. Dengan itu, kita dapat
menghitung seberapa besar kebutuhan listrik di masa depan. Sebagai acuan,
menurut RUKN 2006-2026, kebutuhan listrik di Indonesia pada 2016 mencapai 240
TWH dan meningkat terus mencapai 440 TWH pada 2026. Dengan ini kita dapat
menunjukkan bahwa meski proporsi energi mix untuk minyak diproyeksikan
mengecil, perlu diingat bahwa demand energi semakin naik sehingga kebutuhan
suplai listrik dari minyak nominalnya tetap besar.
2.1.3 Kondisi Umum Perminyakan di Indonesia
mengimpor dari luar negeri. Maka untuk menyelesaikan masalah defisit itu
diperlukan energi alternatif, dalam hal ini biodiesel untuk memenuhi kebutuhan
energi di Indonesia(dibahas setelah ini). Apalagi melihat produksi minyak Indonesia
yang diproyeksikan semakin menipis sampai tahun 2050.
Biodiesel adalah produk dari reaksi kimia dari minyak nabati yang memiliki sifat
(bentuk dan tingkat kekentalan) seperti solar. Biodisel diproduksi dari minyak atau
lemak menggunakan transesterifikasi. Bahasa kimianya adalah fatty acid
methyl atau ester.
2.2.1 Bahan Baku Biodiesel
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai
macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat
di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan
baku biodiesel.
Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
Tabel 1- Tabel daftar sumber biodiesel di Indonesia*
Bila 1 hektar jarak mampu menghasilkn 2000 liter biodiesel maka kita dapat
mencoba mengestimasi perkiraan jumlah energi yang bisa dihasilkan oleh 23,3 juta
hektar lahan kritis. Melalui bantuan data standard biodiesel yang sesuai dengan SNI
04-7182-2006. Dari tabel standard biodiesel sesuai dengan SNI menunjukkan massa
jenisnya adalah 850-890 kg/m3.
Maka estimasi energi yang dapat dihasilkan jika kita mencoba mengkonversikan
23,3 juta lahan kritis menjadi lahan jarak yang akan kita convert menjadi biodiesel
adalah
<![if gte msEquation 12]>Energi=volume biodiesel yang dihasilkanHektar jarak<!
[endif]>
<![if gte msEquation 12]> x luas lahan kritis x biodiesel <![endif]>
<![if gte msEquation 12]>x energi yang dihasilakan tiap kg<![endif]>
<![if gte msEquation 12]>Energi=2 m3Hektar jarak x 23,3 juta
hektar x 850 x37,8 MJ<![endif]>
Energi= 1,497258 x 1018 Joule
Atau setara dengan 4,16 X 1011 KWH = 4,16 X 102 TWH
Jadi energi yang dapat dihasilkan dari 23,3 juta hektar tanaman jarak adalah 4,16
102 TWH. Jika dianggap tanaman jarak itu seluruhnya dikonversi menjadi energi
listrik dengan efisiensi 20% maka 23,3 juta hektar lahan kritis itu dapat
menghasilkan energi 8,310 TWH.
Bila berkaca pada kebutuhan listrik tahun 2007 sebesar 107 TWH, maka, bila saat
ini kita sudah bisa mengoptimalkan 23,3 juta hektar ini maka 80% energi listrik kita
telah tersuplai dengan energi terbarukan. Dan bila kita melihat pada tahun 2026
yang mana konsumsi listrik Indonesia yang diproyeksikan sebesar 440 TWH, maka
dengan asumsi potensi perkiraan bisa dicapai, maka sekitar 20 % bahan bakar
listrik kita bisa disuplai dari energi minyak terbarukan. Dan secara keseluruhan
ketergantungan akan minyak bumi pada unit pembangkitan kita bisa sepenuhnya
hilang karena dalam proyeksi energi mixing kita setelah 2016 proporsi minyak
untuk pembangkit sekitar 5%. Oleh karena itu, hal tersebut bisa membantu
ketersediaan suplai listrik di Indonesia (dalam hal ini yang bahan bakarnya adalah
minyak) dengan cukup signifikan. Dan oleh karena itulah mengapa biodiesel bisa
dikatakan sebagai alternatif solusi permasalahan listrik (subtituen minyak) di
Indonesia.
Tabel 4 Spesifikasi biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006: