Anda di halaman 1dari 10

Biodiesel Sebagai Alternatif Solusi Permasalahan Energi Listrik di Indonesia

Fajar Budi Suryawan1,Fikri Waskito2,Moh. Isnaeni2


Ahmad Helmy Waliyullah1, Fikri Waskito2,Moh. Isnaeni2
Wiwit Purwanto1, Fikri Waskito2,Moh. Isnaeni2
Yunus Hadi Sisworo1, Fikri Waskito2,Moh. Isnaeni2
Dwi Wahyu Purnomo1, Fikri Waskito2,Moh. Isnaeni2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, FT UGM
2Dosen Jurusan Teknik Elektro, FT UGM
Abstrak
Makalah ini membahas Biodiesel sebagai Solusi Permasalahan Energi Listrik di
Indonesia. Sebagaimana kita tahu bahwa minyak bumi masih menjadi komponen
penting dalam dunia pembangkitan kita. Kini, sumberdaya minyak bumi semakin
langka dan cadangannya kian menipis. Sementara itu permintaan semakin naik
sehingga harga pun melangit. Oleh karena itu diperlukan suatu sumber energi baru
yang terbarukan yang bisa menggantikan peranan minyak bumi dalam dunia
pembangkitan kita. Biodiesel adalah salah satu energi alternatif terbarukan.
Biodiesel merupakan produk dari reaksi kimia dari minyak nabati yang memiliki sifat
seperti solar. Minyak nabati tersebut dapat didapat dari berbagai macam jenis
tumbuhan semisal jarak, randu, kelapa , dan lain-lain yang notabenenya mudah
diproduksi bahkan di lahan kritis sekalipun (jarak). Dengan luas lahan kritis yang
ada di Indonesia lebih dari 20 juta hektar, biodiesel yang dihasilkan diproyeksikan
bisa mengcover kebutuhan minyak pada sistem kelistrikan kita tanpa mengganggu
lahan produktif yang ada.
Kata kunci:pembangkitan listrik, energi alternati terbarukan, biodiesel, lahan kritis

1. Pendahuluan
Setelah krisis ekonomi 1998, sektor energi di Indonesia mengalami dinamisasi
perubahan yang cukup signifikan yang utamanya sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan permintaan energi dan perubahan regulasi akibat tingginya hargaharga energi tak terbarukan (minyak bumi). Hal tersebut merupakan implikasi
langsung dari terus berkurangnya cadangan minyak bumi, baik itu di Indonesia
maupun dalam lingkup yang lebih luas (global). Terlebih lagi, sejak tahun 2004
Indonesia telah menjadi net importer minyak bumi. Sebagai akibatnya, sejak tahun
2008 Indonesia juga telah keluar dari OPEC.

Sektor energi listrik termasuk sektor yang cukup terpengaruh dengan dinamisasi
tersebut, sebagaimana kita tahu bahwasanya selama ini minyak bumi merupakan
sumber energi yang cukup dominan dan penting dalam unit pembangkitan kita.
Data energi mix kita menunjukkan bahwa 24% dari total raw material yang
di convert menjadi energi listrik berupa minyak bumi. Selain itu, minyak bumi
sangat berperan untuk mengatasi adanya peak powertiap harinya. Hal tesebut
dikarenakan minyak bumi sangat dibutuhkan sebagai bahan bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel, salah satu pembangkit yang flexible terhadap perubahan
permintaan daya yang cukup fluktuatif. Oleh karena itu, adanya perubahan dari
ketersediaan ataupun harga secara signifikan akan berpengaruh juga secara
signifikan pada ketersediaan dan keberlangsungan energi listrik. Terlebih
lagi, demand terhadap energi listrik saat ini terus meningkat tiap tahunnya dengan
rata-rata proyeksi pertumbuhan permintaan daya listrik per tahun sekitar 7.7%
sampai 2016. Tak boleh dilupakan juga bahwasanya perluasan jangkauan listrik juga
masih sangat dibutuhkan mengingat rasio elektifikasi kita masih cukup rendah,
sekitar 63,4%. Untuk itu penting dicarikan sebuah solusi untuk permasalahan ini
semisal dengan mencari bahan alternatif lain.
Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah sumber daya hayati atau biofuel. Bahan baku hayati untuk
biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang sangat
berlimpah di Indonesia Di tengah kondisi finansial PLN yang kurang mendukung,
pengadaan energi alternatif perlu dilakukan. Sejumlah alternatif pengadaan energi
listrik memang dapat ditempuh dengan berbagai cara. Selain mengolah bahan
bakar dari fosil, energi terbarukan seperti panas bumi cukup menarik
dikembangkan. Namun penggunaan bahan bakar fosil memerlukan sistem
transportasi yang intensif. Demikian juga pengadaan bahan bakar gas yang perlu
sistem pipa rumit dan mahal. Sementara energi panas bumi hanya untuk beberapa
tempat di sejumlah pulau saja. Itu pun masih tergolong mahal. Dari sekian banyak
alternatif, efisiensi pengadaan energi patut memperhitungkan ketersediaan sumber
energi di tempat energi itu diperlukan. Oleh karena itu, energi hidro skala kecil,
mikrohidro, energi surya, energi angin, biofuel, dan energi biomassa masuk ke
dalam daftar pilihan. Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan adalah sumber daya hayati atau biofuel. Bahan baku
hayati untuk biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang
sangat berlimpah di Indonesia. Makalah ini akan membahas mengenai biodiesel
(salah satu jenis biofuel) sebagai salah satu alternatif solusi permasalahan listrik di
Indonesia.
2. Pembahasan
Beberapa pertimbangan berikut ini dapat menjelaskan pentingnya mencari
diversifikasi raw material untuk pembangkit listrik dalam bentuk minyak bumi.
Selain itu beberapa penjelasan berikut dirasa juga bias menjelaskan mengapa

biodiesel dapat kita gunakan sebagai alternatif solusi permasalahan listrik


(subtituen minyak) di Indonesia.
2.1 Pentingnya Diversifikasi Energi Minyak
Berikut ini beberapa pertimbangan pentingnya diversifikasi energi minyak di
Indonesia, utmanya dikaitkan dengan pembangkitan tenaga listrik.
2.1.1 Gambaran Energi Mix di Indonesia

Gbr 1 Grafik
perbandingan sumber energi yang dikonfersi ke listrik
Grafik diatas menunjukan kebutuhan estimasi PLN mengenai kebutuhan sumber
energi primer yang akan dikonversikan ke energi listrik. Terlihat bahwa energi dari
sektor minyak bumi masih memegang peranan cukup penting, meskipun trennya
diproyeksikan persentasenya menurun. Tingginya dan semakin mahalnya harga
minyak membuat PLN berupaya untuk meminimalisisasi penggunaan minyak
sebagai pembangkitan untuk tahun-tahun kedepan. Meskipun kedepannya
persentase minyak sebagai energi mix kecil besarnya, perlu diketahui
bahwa demand listrik terus naik, sehingga jumlah kebutuhan akan energi dari
minyak pun diperkirakan masih cukup banyak. Selain itu penggunaan batubara
seharusnya dikurangi karena walaupun murah, batubara tidak ramah lingkungan, di
samping bahan bakar subtitusi minyak dibutuhkan untuk menanggulangi fluktuasi
beban yang fluktuatif sehingga loss energi yang hilang karena hal tersebut dapat
diminimalisasi.
2.1.2 Konsumsi Listrik di Indonesia

Gbr 2- Grafik
konsumsi listrik di Indonesia
Terlihat bahwa konsumsi listrik di Indonesia mencapai 107 TWH pada 2007 dan
terus diproyeksikan naik sebesar 7,7% hingga 2016. Dengan itu, kita dapat
menghitung seberapa besar kebutuhan listrik di masa depan. Sebagai acuan,
menurut RUKN 2006-2026, kebutuhan listrik di Indonesia pada 2016 mencapai 240
TWH dan meningkat terus mencapai 440 TWH pada 2026. Dengan ini kita dapat
menunjukkan bahwa meski proporsi energi mix untuk minyak diproyeksikan
mengecil, perlu diingat bahwa demand energi semakin naik sehingga kebutuhan
suplai listrik dari minyak nominalnya tetap besar.
2.1.3 Kondisi Umum Perminyakan di Indonesia

Gbr 3 Grafik Produksi dan Kebutuhan


Minyak di Indonesia
Dari data yang dirilis PERTAMINA tersebut menunjukan jumlah produksi dan
kebutuhan minyak bumi dari tahun 1955 2000 Indonesia. Produksi minyak di
Indonesia dari tahun 1955 1998 dapat memenuhi kebutuhan/konsumsi
masyarakat Indonesia tanpa harus mengimpor dari luar negeri bahkan kita bisa
melakukan ekspor. Sekitar tahun 2000 sampai sekarang, produksi minyak di
Indonesia telah mengalami penurunan dikarenakan cadangan minyak bumi semakin
menipis padahal di sisi lain kebutuhan semakin meningkat. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, maka Indonesia terpaksa harus

mengimpor dari luar negeri. Maka untuk menyelesaikan masalah defisit itu
diperlukan energi alternatif, dalam hal ini biodiesel untuk memenuhi kebutuhan
energi di Indonesia(dibahas setelah ini). Apalagi melihat produksi minyak Indonesia
yang diproyeksikan semakin menipis sampai tahun 2050.

Gbr 4- Grafik produksi minyak dari tahun ke tahun di Indonesia


KETERSEDIAAN ENERGI DI INDONESIA

Gbr 5 Grafik Cadangan minyak dan Gas


Terbukti di Indonesia
Kemudian, grafik diatas menunjukan tentang cadangan minyak dan gas yang
terdapat di Indonesia. Cadangan minyak mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Penurunan cadangan minyak di Indonesia, dipengaruhi oleh semakin besar
kebutuhan masyarakat disertai pula meningkatnya jumlah penduduk Indonesia
yang tidak dibarengi dengan pengadaan energi yang cukup memadai. Diprediksikan
cadangan minyak akan habis sekitar tahun 2020. Oleh karena itu diperlukan energi
alternatif sebagai pengganti minyak. Dan biodiesel merupakan solusi sebagai
pengganti minyak bumi yang semakin terbatas dan mahal itu.
Walaupun kesedian cadangan gas di Indonesia masih cukup besar sampai tahun
2006 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun tetap diperlukan energi
terbarukan agar cadangan gas bumi kita tetap tinggi dan dapat dinikmati oleh anak
cucu kita.
2.2 Biodiesel Sebagai Alternatif Solusi Permasalahan Listrik (subtituen minyak) di
Indonesia

Biodiesel adalah produk dari reaksi kimia dari minyak nabati yang memiliki sifat
(bentuk dan tingkat kekentalan) seperti solar. Biodisel diproduksi dari minyak atau
lemak menggunakan transesterifikasi. Bahasa kimianya adalah fatty acid
methyl atau ester.
2.2.1 Bahan Baku Biodiesel
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai
macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat
di suatu tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan
baku biodiesel.
Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
Tabel 1- Tabel daftar sumber biodiesel di Indonesia*

* diambil dari http://www.energiterbarukan.net


2.2.2 Energi Potensial Terkandung dalam Biodiesel (jatropha) di Indonesia
Tabel 2 Konversi energi biofuel*

*diambil dari Indonesian Energi Outlook and Statistic 2006


Biodiesel sebagai pengganti diesel fosil bukanlah sekedar mimpi. Dari tabel
kesetaraan konversi energi tiap kilo gram terlihat bahwa 1 kg biodiesel mampu
menghasilkan energi 37,8 M Joule. Ini setara dengan 10,5 KWH. Cukup untuk
menyalakan sebuah lampu pijar 25 Watt selama 420 jam. Bayangkan betapa besar
penghematan listrik yang dapat kita lakukan jika kita mengunakan biodiesel ini.
Bila kita mengaitkan data lahan kritis di Indonesia yang mencapai 23,3 juta hektar
dan mencoba memanfaatkannya sebagai ladang jarak untuk dikonversi menjadi
biodiesel, maka akan didapatkan hasil yang cukup mengejutkan.
Tabel 3 Produksi berbagai sumber biofuel/ha

Bila 1 hektar jarak mampu menghasilkn 2000 liter biodiesel maka kita dapat
mencoba mengestimasi perkiraan jumlah energi yang bisa dihasilkan oleh 23,3 juta

hektar lahan kritis. Melalui bantuan data standard biodiesel yang sesuai dengan SNI
04-7182-2006. Dari tabel standard biodiesel sesuai dengan SNI menunjukkan massa
jenisnya adalah 850-890 kg/m3.
Maka estimasi energi yang dapat dihasilkan jika kita mencoba mengkonversikan
23,3 juta lahan kritis menjadi lahan jarak yang akan kita convert menjadi biodiesel
adalah
<![if gte msEquation 12]>Energi=volume biodiesel yang dihasilkanHektar jarak<!
[endif]>
<![if gte msEquation 12]> x luas lahan kritis x biodiesel <![endif]>
<![if gte msEquation 12]>x energi yang dihasilakan tiap kg<![endif]>
<![if gte msEquation 12]>Energi=2 m3Hektar jarak x 23,3 juta
hektar x 850 x37,8 MJ<![endif]>
Energi= 1,497258 x 1018 Joule
Atau setara dengan 4,16 X 1011 KWH = 4,16 X 102 TWH
Jadi energi yang dapat dihasilkan dari 23,3 juta hektar tanaman jarak adalah 4,16
102 TWH. Jika dianggap tanaman jarak itu seluruhnya dikonversi menjadi energi
listrik dengan efisiensi 20% maka 23,3 juta hektar lahan kritis itu dapat
menghasilkan energi 8,310 TWH.
Bila berkaca pada kebutuhan listrik tahun 2007 sebesar 107 TWH, maka, bila saat
ini kita sudah bisa mengoptimalkan 23,3 juta hektar ini maka 80% energi listrik kita
telah tersuplai dengan energi terbarukan. Dan bila kita melihat pada tahun 2026
yang mana konsumsi listrik Indonesia yang diproyeksikan sebesar 440 TWH, maka
dengan asumsi potensi perkiraan bisa dicapai, maka sekitar 20 % bahan bakar
listrik kita bisa disuplai dari energi minyak terbarukan. Dan secara keseluruhan
ketergantungan akan minyak bumi pada unit pembangkitan kita bisa sepenuhnya
hilang karena dalam proyeksi energi mixing kita setelah 2016 proporsi minyak
untuk pembangkit sekitar 5%. Oleh karena itu, hal tersebut bisa membantu
ketersediaan suplai listrik di Indonesia (dalam hal ini yang bahan bakarnya adalah
minyak) dengan cukup signifikan. Dan oleh karena itulah mengapa biodiesel bisa
dikatakan sebagai alternatif solusi permasalahan listrik (subtituen minyak) di
Indonesia.
Tabel 4 Spesifikasi biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006:

2.2.1 Keuntungan Pemakaian Biodiesel


Selain dapat meng-cover ketergantungan unit pembangkitan terhadap minyak
diesel, biodiesel memiliki beberapa keuntungan/nilai tambah yang lain. Diantaranya
adalah :
Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin. Sumber penyedia bahan baku biodiesel yang jelas dan dapat dikendalikan
sehingga kontinuitasnya dapat dipertahankan.
Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas
solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin).
Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada
solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
Dapat diproduksi secara lokal.
Mempunyai kandungan sulfur yang rendah.
Menurunkan tingkat opasiti ( konsentrasi ) asap.
Menurunkan emisi gas buang.
Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan
biodegradibility ( penguraian ) petroleum diesel sampai 500 %)
3. Kesimpulan

Dengan pembahasan tersebut di atas, dapat kita ketahui bersama bahwasanya


diversifikasi energi (minyak bumi) untuk keperluan pembangkitan energi listrik
sangat dibutuhkan akibat semakin menipisnya cadangan minyak bumi sebagai
energi yang tidak terbarukan. Biodiesel adalah salah satu alternatif yang
prospeknya cukup cerah untuk dikembangkan . Dengan memanfaatkan lahan kritis
yang ada, bisa didapat jumlah biodiesel yang menghasilkan energi cukup besar,
sekitar 83 TWH. Karena sifat dari biodiesel yang mirip dengan solar, maka peranan
solar sebagai bahan bakar PLTD(pembangkit dengan fleksibilitas tinggi) bisa
digantikan biodiesel sehingga biodiesel dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif solusi mengatasi permasalahan listrik di Indonesia. Sebagai nilai tambah,
biodiesel juga lebih ramah lingkungan.
4. Referensi:
[1] Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Buku Statistik Perkebunan
Indonesia. Kelapa Sawit 2001, Jakarta 2001.
[2] Pengkajian Energi Universitas Indonesia, Indonesian Energy Outlook and Statistic
2006.
[3] http://www.pln.co.id
[4] http://www.pertamina.com
[5] http://www.dephut.go.id
[6] http://www.energiterbarukan.net

Anda mungkin juga menyukai