Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP PULOGADUNG BASECAMP KARET


Pemeliharaan PMT 20 kV
Ardika Susanto, Mujiono, Houpman Salasi
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Angkatan 2010
Massus Subekti
Dosen Universitas Negeri Jakarta Pendidikan Teknik Elektro
Riko Setio Nugroho, Muhammad Ansorudin
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Angkatan 2011
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220
ABSTRAK
Peran PT. PLN (Persero) P3B JB APP Pulogadung Basecamp Karet
sebagai unit yang bertanggung jawab untuk mengelola operasi dan
pemeliharaan sarana sistem transmisi serta mengelola aset sistem transmisi
termasuk segala fasilitas penunjang, dalam upaya memberikan pelayanan
yang memuaskan pelanggan, memiliki tugas mengoperasikan sistem
transmisi 150 kV, 20 kV sesuai standar, memelihara peralatan sistem
transmisi 150 kV,
20 kV sesuai standar, dan memberdayakan serta
mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki. Salah satu alat yang
digunakan dalam pengorerasian sistem transmisi adalah Sakelar Pemutus
Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau
Circuit Breaker adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu
sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan atau
memutuskan arus beban atau arus gangguan, termasuk arus hubung
singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal
ataupun tidak normal. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Braker
perlu dilakukan perawatan, pengujian dan pembersihan secara berkala
minimal 1 tahun sekali setiap satu buah PMT. Hal tersebut dilakukan supaya
dapat mempertahankan kinerja sebuah PMT agar bertahan cukup lama
dalam penggunaannya. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Braker
yang biasa digunakan di Indonesia di sisi tegangan 20 kV menggunakan PMT
Vakum dan di sisi tegangan 150 kV menggunakan PMT dengan media isolasi
gas SF6. GI Karet Lama mempunyai tugas untuk mengatur penyaluran
tenaga listrik ke GIS dan Gardu Distribusi.
Kata Kunci: Panel kontrol, PMT, Alat
ukur.

Penyaluran Energi Listrik Dari


GI Karet Lama

Pada
jaringan
transmisi
SUTT 150 kV yang ada pada GI
Karet Lama dengan melalui Switch
Yard
dan
tegangan
tersebut
diturunkan
kembali
dengan
menggunakan transformator daya
step down 150 kV / 20 kV dan
kemudian
tegangan
20
kV
disalurkan melalui penyulang atau
gardu distribusi untuk seterusnya
ke konsumen.

Gambar 2.1. Proses penyaluran


energi listrik dari GI Karetlama 150
kV ke 20 kV

terjadi

dengan membaca alarm yang


muncul di annunciator. Biasanya
jumlah panel kontrol sama dengan
jumlah bay yang berada di gardu
induk dan ditempatkan berderet di
depan tempat duduk operator
sehingga operator dapat selalu
memantau keadaan pengoperasian
gardu induk. Pada bagian depan
panel kontrol dilengkapi juga
dengan nama bay dan mimic
diagram yang menggambarkan
rangkaian primer dari bay yang
dikontrolnya.
Gambar
tampak
depan
panel
kontrol
yang
terpasang di gardu induk seperti
terlihat pada gambar berikut.

Panel Kontrol
Panel
kontrol terletak di
ruang kontrol yang berada satu
ruangan dengan tempat operator
bekerja.
Fungsi
panel
kontrol
adalah sebagai tempat meletakan
tombol tombol pengoperasian
PMT & PMS, alat alat ukur
besaran listrik, dan annunciator.
Sehingga
dari
panel
kontrol
tersebut,
operator
dapat
mengoperasikan buka tutup PMT
dan PMS yang berada di Switch
Yard, membaca besaran besaran
listrik seperti arus, tegangan, daya,
dan energi listrik yang disalurkan di
gardu induk tersebut, serta dapat
mengetahui kejadian kejadian
tanda bahaya / gangguan yang

Gambar 3.4. Panel Kontrol


Peralatan Instalasi Listrik Di
Switch Yard
GI Karet Lama merupakan
Gardu Induk Konvensional, yang
mana
peralatan
instalasi
teganggan tinggi 150 kV (PMT,
PMS, PT, CT, LA dan Transformator)
berada diluar.
Pemutus Tenaga / PMT

Pemutus Tenaga atau PMT


adalah peralatan untuk memutus
atau menghubung arus / daya
listrik
tegangan
tinggi
pada
keadaan
berbeda.
Tipe
PMT
digolongkan sesuai dengan media
pemadam busur api di dalam ruang
pemutusan (Interupted Chamber).
Terdapat PMT Gas SF 6 untuk
semua BAY 150 kV pada GI Karet
Lama.

keadaan
berbeban
maupun
terhubung
singkat,
tanpa
merusak
peralatan
pada
pemutus tenaga itu sendiri.
3. Saat terjadi arus hubung singkat,
PMT mampu memutuskan arus
hubung singkat tersebut dengan
kecepatan tinggi agar peralatan
sistem
tidak
mengalami
kerusakan,
membuat
sistem
kehilangan
kestabilan,
dan
merusak pemutus tenaga itu
sendiri.
Klasifikasi Pemutus Tenaga

Gambar 3.5. Pemutus Tenaga


/ PMT
Definisi Dan Fungsi Pemutus
Tenaga (PMT)
Sakelar Pemutus Tenaga
(PMT) atau Circuit Breaker adalah
suatu peralatan pemutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga
listrik.
Pemutus
tenaga
yang
terpasang
pada
Gardu
Induk
berfungsi untuk menghubungkan
atau memutuskan arus beban atau
arus gangguan, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan
ratingnya pada kondisi tegangan
yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu PMT agar
dapat melakukan fungsinya dengan
baik, antara lain:
1. PMT harus mensuplai arus
maksimum
sistem
secara
kontiniu atau terus-menerus.
2. PMT mampu membuka dan
menutup jaringan, baik dalam

Pemadaman
busur
api
listrik
saat
pemutusan
atau
penghubungan arus beban atau
arus gangguan dapat dilakukan
oleh beberapa macam bahan,
seperti gas, udara hembus, minyak
atau
dengan
hampa
udara
(vakum). Maka dari itu, jenis jenis
PMT berdasarkan media insulator
dan material dielektriknya terbagi
menjadi empat jenis, yaitu sakelar
PMT dengan gas SF6, sakelar PMT
udara
hembus,
sakelar
PMT
minyak, dan sakelar PMT vakum.
Sakelar PMT Gas SF6 (SF6
Circuit Breaker)
Sakelar PMT gas SF6 dapat
digunakan untuk memutus arus
sampai 40 kA dan dapat memutus
rangkaian bertegangan sampai 765
kV. Media gas yang digunakan
pada tipe ini adalah gas SF6
(Sulphur Hexafluoride). Sifat gas
SF6 murni adalah tidak berwarna,
tidak berbau, tidak beracun dan
tidak mudah terbakar. Pada suhu
diatas 150 C, gas SF6 mempunyai
sifat tidak merusak metal, plastik,

dan
bermacam
bahan
yang
umumnya
digunakan
dalam
pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas
SF6
mempunyai
kekuatan
dielektrik yang tinggi (2,35 kali
udara) dan kekuatan dielektrik ini
bertambah dengan pertambahan
tekanan. Sifat lain dari gas SF6
ialah
mampu
mengembalikan
kekuatan dielektrik dengan cepat,
tidak terjadi karbon selama terjadi
busur api, dan tidak menimbulkan
bunyi pada saat pemutus tenaga
menutup atau membuka. Pada
suhu 20C, tekanan atmosfer 760
mmHg.
Selama pengisian, gas SF6
akan menjadi dingin jika keluar dari
tangki penyimpanan dan akan
panas kembali jika dipompakan
untuk pengisian ke dalam bagian /
ruang
pemutus
tenaga.
Oleh
karena itu, gas SF6 memerlukan
pengaturan pada tekanannya, di
mana
pengaturan
tersebut
dilakukan beberapa jam setelah
pengisian, yaitu pada saat gas SF6
ada pada suhu lingkungan.
Pada awalnya, PMT dengan
media
pemutus
yang
menggunakan SF6 terdiri dari 2
tipe, yaitu Tipe Tekanan Ganda
(Double Pressure Type) dan Tipe
Tegangan Tunggal (Single Pressure
Type).
1. PMT Tipe Tekanan Ganda
(Double Pressure Type)
PMT tipe tekanan ganda
(double pressure type) pada saat
ini sudah tidak diproduksi lagi.
Pada PMT tipe ini, gas dari sistem
tekanan tinggi dialirkan melalui
nozzle ke gas sistem tekanan
rendah selama pemutusan busur
api. Pada sistem gas tekanan

tinggi, tekanan gas SF6 kurang


lebih 12 Kg/cm dan pada sistem
gas tekanan rendah, tekanan gas
SF6 kurang lebih 2 kg/cm. Gas
pada sistem tekanan rendah
kemudian dipompakan kembali
ke sistem tekanan tinggi.
2. PMT Tipe Tekanan Tunggal
(Single Pressure Type)
PMT SF6 tipe ini diisi dengan
gas SF6 dengan tekanan kira-kira
5 Kg/cm. Selama pemisahan
kontak-kontak, gas SF6 ditekan
ke dalam suatu tabung yang
menempel
pada
kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan
kontak terjadi, gas SF6 ditekan
melalui nozzle dan tiupan ini
yang mematikan busur api.
Sakelar PMT Udara Hembus
(Air Blast Circuit Breaker)
PMT
ini
menggunakan
udara sebagai pemutus busur api
dengan menghembuskan udara ke
ruang pemutus. PMT ini disebut
PMT udara hembus (Air Blast
Circuit Breaker). Pada PMT udara
hembus (disebut juga sebagai
compressed air circuit breaker),
udara tekanan tinggi dihembuskan
ke busur api melalui nozzle pada
kontak pemisah dan ionisasi media
di antara kontak dipadamkan oleh
hembusan udara tekanan tinggi.
Setelah pemadaman busur api
dengan udara tekanan tinggi,
udara ini juga berfungsi mencegah
restriking
voltage
(tegangan
pukul). Kontak PMT ditempatkan di
dalam
isolator
dan
juga
ditempatkan
di
dalam
katup
hembusan udara. Pada sakelar PMT
kapasitas
kecil,
isolator
ini
merupakan satu kesatuan dengan

PMT, tetapi untuk kapasitas besar


tidak demikian. Sakelar PMT ini
dapat digunakan untuk memutus
arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765
kV. PMT udara hembus dirancang
untuk mengatasi kelemahan pada
PMT
minyak,
yaitu
dengan
membuat media isolator kontak
dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tidak menghalangi
pemisahan
kontak,
sehingga
pemisahan
kontak
dapat
dilaksanakan dalam waktu yang
sangat cepat. Saat busur api
timbul,
udara
tekanan
tinggi
dihembuskan ke busur api melalui
nozzle pada kontak pemisah dan
ionisasi media di antara kontak
dipadamkan oleh hembusan udara
tekanan
tinggi
tersebut
dan
hembusan udara tekanan tinggi
tersebut
juga
menyingkirkan
partikel-partikel bermuatan dari
sela kontak. Udara pada hembusan
udara tekanan tinggi juga berfungsi
untuk mencegah restriking voltage
(tegangan pukul ulang).

Gambar 3.16. Pemadaman Busur


Api Pada PMT Udara Hembus
Sakelar PMT Minyak

Pemutus tenaga (circuit


breaker) jenis minyak adalah suatu
pemutus tenaga atau pemutus
arus menggunakan minyak sebagai
pemadam busur api listrik yang
timbul pada waktu memutus arus
listrik. Jenis pemutus minyak dapat
dibedakan menurut banyak dan
sedikit minyak yang digunakan
pada ruang pemutusan, yaitu
pemutus menggunakan banyak
minyak
(bulk
oil)
dan
menggunakan
sedikit
minyak
(small oil). Sakelar PMT minyak
dapat digunakan untuk memutus
arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500
kV. Pada saat kontak dipisahkan,
busur api akan terjadi di dalam
minyak, sehingga minyak menguap
dan menimbulkan gelembung gas
yang menyelubungi busur api,
karena panas yang ditimbulkan
busur api, minyak mengalami
dekomposisi dan menghasilkan gas
hydrogen
yang
bersifat
menghambat produksi pasangan
ion. Oleh karena itu, pemadaman
busur
api
tergantung
pada
pemanjangan
dan
pendinginan
busur api dan juga tergantung
pada jenis gas hasil dekomposisi
minyak.
Gas yang timbul karena
dekomposisi minyak menimbulkan
tekanan
terhadap
minyak,
sehingga minyak terdorong ke
bawah melalui leher bilik. Di leher
bilik, minyak ini melakukan kontak
yang intim dengan busur api. Hal
ini akan menimbulkan pendinginan
busur api, mendorong proses
rekombinasi
dan
menjauhkan
partikel bermuatan dari lintasan
busur api.

Gambar 3.17. Pemadaman Busur


Api Pada PMT Minyak
Minyak yang berada di
antara
kontak
sangat
efektif
memutuskan arus. Kelemahannya
dari PMT tipe ini adalah minyak
mudah terbakar dan kekentalan
minyak memperlambat pemisahan
kontak, sehingga tidak cocok untuk
sistem
yang
membutuhkan
pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT Vakum (Vacuum
Circuit Breaker)
Kontak-kontak pemutus dari
PMT ini terdiri dari kontak tetap
dan
kontak
bergerak
yang
ditempatkan dalam ruang hampa
udara. Ruang hampa udara ini
mempunyai kekuatan dielektrik
(dielektrik strength) yang tinggi
dan sebagai media pemadam
busur api yang baik. PMT jenis
vakum
kebanyakan
digunakan
untuk tegangan menengah dan
hingga saat ini masih dalam
pengembangan sampai tegangan
36 kV. Jarak (gap) antara kedua
katoda adalah 1 cm untuk 15 kV
dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV.
Untuk PMT vakum tegangan
tinggi, PMT jenis ini dihubungkan
secara seri. Ruang kontak utama
(breaking chambers) dibuat dari
bahan antara lain porcelain, kaca
atau plat baja yang kedap udara.

Ruang kontak utamanya tidak


dapat dipelihara dan umur kontak
utama sekitar 20 tahun. Karena
kemampuan
ketegangan
dielektrikum yang tinggi, maka
bentuk fisik PMT jenis ini relatip
kecil. Pada PMT vakum, kontak
ditempatkan pada suatu bilik
vakum. Untuk mencegah udara
masuk ke dalam bilik, maka bilik ini
harus ditutup rapat dan kontak
bergeraknya diikat ketat dengan
perapat logam.

Gambar 3.18.
Daya Vakum

Kontak

Pemutus

Jika kontak dibuka, maka


pada katoda kontak terjadi emisi
thermis dan medan tegangan yang
tinggi yang memproduksi elektronelektron bebas. Elektron hasil emisi
ini bergerak menuju anoda dan
elektron-elektron bebas ini tidak
bertemu dengan molekul udara,
sehingga tidak terjadi proses
ionisasi. Akibatnya, tidak ada
penambahan elektron bebas yang
mengawali pembentukan busur
api. Dengan kata lain, busur api
dapat dipadamkan.
Pengoperasian PMT
A. Pembukaan Jaringan
PMT dioperasikan terlebih
dahulu, baru kemudian pemisahpemisahnya. Sebelum pemisah
dikeluarkan / dioperasikan harus
diperiksa, apakah PMT sudah

terbuka sempurna. Adapun urutan


pembukaan
jaringan
adalah
sebagai berikut :
1. PMT dikeluarkan
2. PMS dikeluarkan
3. PMS tanah dimasukkan
B. Penutupan Jaringan
PMT dioperasikan setelah
pemisah-pemisahnya dimasukkan.
Setelah PMT dimasukkan, diperiksa
apakah terjadi kebocoran isolasi
(misal vacuum) pada PMT. Adapun
urutan penutupan jaringan adalah
saebagai berikut :
1. PMS tanah dikeluarkan
2. PMS dimasukkan
3. PMT dimasukkan
Pemeliharaan PMT Pada Gardu
Induk
PMT Penghantar 20 kV Pada
Gardu Induk
Pemutus
Tenaga
yang
digunakan
pada
penghantarpenghantar 20 kV di Gardu Induk
Karet Lama adalah jenis Pemutus
Tenaga
dengan Vacuum Circuit
Breaker (VCB). Pemutus tenaga ini
dengan
sistem
penggerak
menggunakan
pegas
(spring)
dengan jenis Pegas Pilin (Helical
Spring).

Gambar 3.20. PMT Vakum yang


dikeluarkan untuk pengujian
Pemeliharaan PMT
Definisi Dan Tujuan
Pemeliharaan
Pemeliharaan
peralatan
listrik tegangan tinggi adalah
serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan
kondisi dan meyakinkan bahwa
peralatan
dapat
berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga
dapat dicegah terjadinya gangguan
yang menyebabkan kerusakan.
Tujuan utama pemeliharaan
peralatan listrik tegangan tinggi
adalah untuk menjamin kontinuitas
penyaluran tenaga listrik dan
menjamin keandalan, antara lain :
1.Untuk meningkatkan reliability,
availability dan effiency.
2. Untuk memperpanjang umur
peralatan.
3. Mengurangi resiko terjadinya
kegagalan
atau
kerusakan
peralatan.
4. Meningkatkan tingkat keamanan
pada peralatan.
5. Mengurangi lama waktu padam
akibat sering gangguan.
Faktor yang paling dominan
dalam
pemeliharaan
peralatan
proteksi
adalah
memperoleh
keyakinan
bahwa
peralatan
proteksi tersebut dapat bekerja
sesuai fungsinya.
Dalam
pemeliharaan
peralatan proteksi, kita harus bisa
membedakan antara pemeriksaan /
monitoring (melihat, mencatat,
meraba serta mendengar) dalam
keadaan operasi dan memelihara

(kalibrasi / pengujian, koreksi /


resetting serta memperbaiki /
membersihkan) dalam keadaan
padam.
Klasifikasi Pemeliharaan
Pemeriksaan
atau
monitoring
dapat
dilaksanakan
oleh operator atau petugas patroli
setiap hari dengan sistem check
list atau catatan saja. Sedangkan
pemeliharaan harus dilaksanakan
oleh
regu
pemeliharaan.
Pemeliharaan pada PMT dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1.
Predictive
Maintenance
(Condicional Maintenan)
Predictive
Maintenance
(Conditional
Maintenance)
adalah
pemeliharaan
yang
dilakukan
dengan
cara
memprediksi
kondisi
suatu
peralatan listrik, apakah dan
kapan
kemungkinannya
peralatan listrik tersebut menuju
kegagalan. Dengan memprediksi
kondisi tersebut, akan dapat
diketahui
gejala
kerusakan
secara dini. Cara yang biasa
dipakai
adalah
memonitor
kondisi secara online, baik pada
saat peralatan beroperasi atau
tidak beroperasi. Untuk itu,
diperlukan
peralatan
dan
personil khusus untuk analisa.
Pemeliharaan ini disebut juga
pemeliharaan
berdasarkan
kondisi
(Condition
Base
Maintenance).
2. Preventive Maintenance (Time
Base Maintenance)
Preventive
Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah
kegiatan
pemeliharaan
yang
dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya kerusakan peralatan


secara
tiba-tiba
dan
untuk
mempertahankan unjuk kerja
peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya. Kegiatan ini
dilaksanakan
secara
berkala
dengan
berpedoman
kepada
Instruction Manual dari pabrik,
standar-standar yang ada (IEC,
CIGRE, dll), dan pengalaman
operasi
di
lapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga
dengan
pemeliharaan
berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).
3. Corrective Maintenance
Corective
Maintenance
adalah
pemeliharaan
yang
dilakukan
secara
terencana
ketika
peralatan
listrik
mengalami kelainan atau unjuk
kerja
rendah
pada
saat
menjalankan fungsinya, dengan
tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai
perbaikan dan penyempurnaan
instalasi.
Pemeliharaan
ini
disebut
juga
Curative
Maintenance, yang bisa berupa
Trouble
Shooting
atau
penggantian part / bagian yang
rusak atau kurang berfungsi
yang
dilaksanakan
dengan
terencana.
4. Breakdown Maintenance
Breakdown
Maintenance
adalah
pemeliharaan
yang
dilakukan
setelah
terjadi
kerusakan
mendadak
yang
waktunya tidak tertentu dan
sifatnya darurat.
Macam macam Alat Ukur
Pemeliharaan

1. Meter Tahanan Isolasi / Insulation


Tester
Insulation tester digunakan
untuk mengukur tahanan isolasi
instalasi tegangan menengah
maupun tegangan rendah. Untuk
instalasi tegangan menengah,
digunakan
insulation
tester
dengan batas ukur mega ohm
sampai giga ohm dan tegangan
alat ukur antara 5.000 Volt
sampai dengan 10.000 Volt arus
searah. Untuk instalasi tegangan
rendah, digunakan insulation
tester dengan batas ukur sampai
mega ohm dan tegangan alat
ukur antara 500 Volt sampai
1.000 Volt arus searah. Ketelitian
hasil ukur dari insulation tester
juga ditentukan oleh cukup
tegangan battery yang dipasang
pada alat ukur tersebut.

Gambar
Isolasi

3.21.

Meter

Tahanan

2. Meter Tahanan Pentanahan


Biasa disebut dengan
Insulation Ground Tester atau
Earth Tester, digunakan untuk
mengukur tahanan pentanahan
kerangka kubikel dan
pentanahan kabel. Terminal alat
ukur terdiri dari 3 (tiga) buah, 1
(satu) dihubungkan dgn
elektroda yang akan diukur nilai
tahanan pentanahannya dan 2
(dua) dihubungkan dgn elektroda
bantu yg merupakan bagian dari

alat ukurnya. Ketelitian hasil


tergantung dari cukupnya energi
yang ada pada battery.

Gambar 3.22. Mater Tahanan


Pentanahan
3. Meter Tahanan Kontak
Biasa disebut dengan Micro
Ohm meter dan digunakan untuk
mengukur tahanan antara
terminal masuk dan terminal
keluar pada alat hubung utama
kubikel. Nilai yang dihasilkan
adalah dalam besaran micro atau
1/1000.000 . Dua terminal alat
ukur yang dihubungkan ke
terminal masuk dan keluar akan
mengalirkan arus searah dengan
nilai minimal 200 Ampere.
Sebenarnya yang terukur pada
alat ukurnya adalah jatuh
tegangan antara 2 (dua) terminal
yang terhubung dengan alat
ukur, tetapi kemudian nilainya
dikalibrasikan menjadi satuan
micro ohm.

Gambar 3.23. Meter Tahanan


Kontak
4. Tes Keserempakan Kontak Alat
Hubung
Alat dari tes keserempakan
disebut
dengan
Breaker

Analyzer, yang berfungsi untuk


mengukur waktu pembukaan
(open) atau penutupan (close)
kontak ketiga fasa alat hubung.

(a)
(b)
Gambar 3.24. Breaker Analyzer

detik (ms). Prinsip alat ini adalah


injeksi arus sesuai Iset pada
relay tersebut.

Gambar 3.26. Tester Simulasi


Pengujian Relay OC & GF
Pengukuran Tahanan Isolasi

5.

Tes
Tegangan
Tembus
(Dielectricum Test)
Tes
tegangan
tembus
berfungsi
untuk
menguji
tegangan tembus vacuum isolasi
bagi
PMT
atau
LBS
yang
menggunakan media peredam
berupa vakum. Kemampuan alat
tes minimal sampai 10 kV
sampai 60 kV arus searah
dengan arus minimal 1 mA.

Gambar
3.25. Alat Tes Tegangan Tembus
6. Tester Simulasi Pengujian Relay
Over Current dan Ground Fault
Biasa disebut dengan Injeksi
Sekunder,
digunakan
untuk
mengukur waktu
kecepatan
relay dapat trip dalam waktu
yang cepat, yaitu dalam mili

Pengukuran tahanan isolasi


pemutus tenaga (PMT) ialah proses
pengukuran kebocoran arus yang
melalui isolasi.
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mendeteksi
adanya
kelemahan
isolasi
tahanan.
Pengujian isolasi secara rutin dapat
dilakukan dengan menggunakan
alat mega ohm meter atau sering
disebut dengan megger (insulation
tester), di mana untuk memperoleh
hasil (nilai / besaran) tahanan
isolasi pemutus tenaga antara
bagian yang diberi tegangan (fasa)
terhadap
badan
(case)
yang
ditanahkan
maupun
antara
terminal masukan (I/P terminal)
dengan terminal keluaran (O/P
terminal) pada fasa yang sama.
Salah satu contoh penggunaan dari
alat
ukur
ini
adalah
untuk
mengukur kemungkinan adanya
gangguan lain, seperti terjadinya
hubung singkat pada belitan antar
phasa, antara phasa dengan bodi
dan antar belitan pada phasa yang
sama.
Jenis insulation tester yang
digunakan adalah jenis isulation
tester dengan batas ukur mega

ohm dengan tegangan 500 5000


volt arus searah. Berikut ini
gambar insulation tester.

Gambar 3.27. Insulation Tester


Hasil pengukuran tahanan
isolasi PMT juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti kebersihan
permukaan isolator bushing, suhu,
faktor usia dan kelembaban udara
di sekitarnya. Batasan dari tahanan
isolasi sesuai Buku Pemeliharaan
Peralatan SE.032/PST/1984 adalah :
menurut standard VDE (catalouge
228/4) minimum besarnya tahanan
isolasi pada suhu operasi dihitung
1 kilo Volt = 1 M (Mega
Ohm) . Dengan catatan 1 kV =
besarnya tegangan fasa terhadap
tanah,
kebocoran
arus
yang
diijinkan setiap kV = 1 mA.
Untuk mengetahui standar
harga minimal hasil pengukuran
tahanan isolasi suatu peralatan
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus pendekatan :
R=UxQ
Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
Untuk tegangan kerja 20 kV
dan tegangan pada insulation
tester 5000 V maka didapatkan
tahanan isolasi minimal:
R = V/I

Dimana:
I = Arus Bocor (Ampere)
V = Tegangan Uji (5000 V)
R = Tahanan Isolasi (Ohm)
Dapat disimpulkan
semakin besar tahanan
maka semakin kecil arus
sehingga semakin baik
isolasi kontak.

bahwa
isolasi,
bocor,
kondisi

Pengukuran Tahanan Kontak


Pengukuran tahanan kontak
Pemutus Tenaga (PMT) dilakukan
pada saat posisi tertutup atau
close. Dengan menggunkan alat
ukur Micro Ohm Meter. Satuan
yang digunakan untuk mengukur
tahanan kontak adalah micro ohm
().
Ketentuan
arus
yang
digunkan
untuk
mengukur
besarnya tahanan kontak pemutus
tenaga (PMT), yaitu 100 A, 200A,
300A.
Rangkaian tenaga listrik
sebagian besar terdiri dari banyak
titik
sambungan.
Sambungan
adalah dua atau lebih permukaan
dari beberapa jenis konduktor
bertemu secara fisik, sehingga arus
/ energi listrik dapat disalurkan
tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan
dari
beberapa
konduktor
menyebabkan
suatu
hambatan / resistent terhadap arus
yang melaluinya, sehingga akan
terjadi panas dan menjadikan
kerugian teknis. Rugi ini sangat
signifikan,
jika
nilai
tahanan
kontaknya tinggi. Nilai tahanan
kontak yang normal disesuaikan
dengan petunjuk dari pabrikan
seperti standar G.E. 100 350
, standar ASEA 45 , standar

MG 35 atau dengan
ketentuan tahanan kontak dari unit
lain seperti P3B JB menggunakan
standar R < 100 (P3B O&M
PMT/001.01).
Pengukuran tahanan kontak
yang dilakukan di GI Karet Lama
menggunakan alat CPM 500.

Gambar 3.28. Alat Penguji Tahanan


Kontak
Jika
hasil
pengukuran
tahanan kontak melebihi standar
yang ada, yaitu sebesar R lebih
dari 100 , maka dilakukan
pengujian ulang dan pengecekan
pada PMT, untuk menganalisa
penyebab
kesalahan
dan
mengetahui
apakah
perlu
dilakukan
perbaikan.
Jika
dipaksakan
beroperasi,
maka
dikhawatirkan terjadi kerusakan
pada PMT tersebut, akibat dari
panas yang ditimbulkan oleh alat
kontak. Kejadian ini tentu akan
mengganggu sistem operasi dan
kerugian material. Namun, apabila
nilai tetap tidak memenuhi standar,
maka perlu dipertimbangkan untuk
mengganti PMT baru dengan jenis
isolasi yang lebih baik lagi.
Pengujian Keserempakan
Berdasarkan
cara
kerja
penggerak,
maka
PMT
dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu Three Pole (penggerak PMT

tiga phasa) dan Single Pole


(penggerak PMT satu phasa). Untuk
T
/
L
Bay
biasanya
PMT
menggunakan jenis single pole,
dengan maksud PMT tersebut
dapat trip satu phasa apabila
terjadi gangguan satu phasa ke
tanah dan dapat reclose satu phasa
yang disebut SPAR (Single Pole
Auto Reclose).
Namun,
apabila
terjadi
gangguan pada penghantar phasaphasa maupun tiga phasa, maka
PMT tersebut harus trip 3 phasa
secara serempak. Apabila PMT
tidak trip secara serempak, akan
menyebabkan gangguan. Maka
dari itu, terdapat suatu sistem
proteksi Pole Discrepancy relay
yang
memberikan
order
trip
kepada tiga PMT phasa R, S, T. Hal
yang sama juga diterapkan pada
proses penutupan PMT. Pada waktu
PMT trip akibat terjadi suatu
gangguan pada sistem tenaga
listrik, diharapkan PMT bekerja
dengan cepat, sehingga clearing
time yang diharapkan sesuai
standard SPLN No 52-1 1983 untuk
sistem 70 kV = 150 mili detik (ms)
dan SPLN No 52-1 1984 untuk
sistem 150 kV = 120 mili detik
(ms) dan Final Draft Grid Code
2001 untuk sistem 500 kV= 90 mili
detik (ms).
Pengukuran keserempakan
PMT adalah pengukuran dengan
tujuan untuk mengetahui waktu
kerja PMT secara individu dan
mengetahui keserempakan PMT
pada saat open atau close.
Pengujian ini menggunakan alat
Circuit Breaker Analyzer. Alat ini
berfungsi
untuk
mengukur
keserempakan buka tutup pole
pada PMT atau circuit breaker.

Apabila
rata-rata
keserempakan kurang dari 10 ms,
maka PMT atau circuit breaker
tersebut dapat melaksanakan atau
melakukan trip sesuai dengan
kinerja keserempakan yang normal
atau keandalanya masih dapat
teratasi. Tetapi apabila nilai ratarata keserempakan lebih dari 10
ms,
maka
unjuk
kerja
keserempakan
PMT
kurang
mencapai
keandalan
atau
keandalanya kurang, maka perlu
diadakan bleeding atau penyetelan
pada PMT tersebut.

3.29.
Rangkaian
Keserempakan

Gambar
Pengujian

Untuk
pengujian
waktu
keserempakan dari PMT, dapat
dilakukan pada saat PMT atau CB
tidak bertegangan, dimana PMT
diposisikan dalam keadaan local,
yaitu PMT dikontrol mekanisme
open-close dengan menggunakan
breaker analyzer. Pada pengujian
ini sumber DC dalam keadaan OFF.
Lalu memposisikan alat uji pada
PMT yang akan diuji.
Jika pada saat keadaan
close
nilai
yang
didapatkan
melebihi standar, maka dilakukan
pengujian
ulang
dan
perlu
diadakan bleeding atau penyetelan
pada PMT tersebut. Namun, apabila
nilai tetap tidak memenuhi standar,
maka perlu dipertimbangkan untuk

mengganti PMT baru dengan jenis


isolasi yang lebih baik lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan
kegiatan
praktek kerja lapangan yang telah
dilaksanakan,
maka
penulis
mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT)
atau Circuit Breaker adalah
suatu
peralatan
pemutus
rangkaian listrik pada suatu
sistem tenaga
listrik
yang
berfungsi
untuk
menghubungkan
atau
memutuskan arus beban atau
arus gangguan, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan
ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun
tidak normal.
2. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT)
atau
Circuit
Braker
perlu
dilakukan perawatan, pengujian
dan pembersihan secara berkala
minimal 1 tahun sekali setiap
satu buah PMT. Hal tersebut
dilakukan
supaya
dapat
mempertahankan
kinerja
sebuah PMT agar bertahan
cukup
lama
dalam
penggunaannya.
3. Dari hasil data pengujian PMT
20kV yang kami lakukan ratarata kondisi kelayakan operasi
masih cukup baik namun hanya
ada beberapa saja yang sudah
tidak layak operasi dan harus
diganti dengan yang baru.
4. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT)
atau Circuit Braker yang biasa
digunakan di Indonesia di sisi
tegangan 20 kV menggunakan
PMT Vakum dan di sisi tegangan

150 kV menggunakan PMT


dengan media isolasi gas SF6.
5. GI Karet Lama mempunyai tugas
untuk
mengatur
penyaluran
tenaga listrik ke GIS dan Gardu
Distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
Silaen, Kristian. 2010. Jenis
Penggerak Pemutuss Tenaga.
http://kristiansilaen.wordpress.
com/2010/07/15/hello-world/
[20 Maret 2013]

PT. PLN (Persero) P3B. 2006.


PanduanPemeliharaan
Pemutus Tenaga PT. PLN
(Persero) P3B Jakarta. Nomor :
NO. P3B/O&M PMT/001.01
Edisi Pertama.
PT. PLN (Persero). 2009. Petunjuk
Batasan Operasi Dan
Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Listrik
Pemutus Tenaga (PMT). No.
Dokumen : 7-22/HARLURPST/2009.

Anda mungkin juga menyukai