Anda di halaman 1dari 34

SENGKETA INTERNASIONAL BATAS WILAYAH (AMBALAT) ANTARA

INDONESIA DENGAN MALAYSIA

DOSEN PENGAMPU: MOHAMMAD IDRIS .P, DRS, MM

TUGAS AKHIR

disusun oleh

Regent Zakaryya Satriandhana

11.12.5609

Kelompok

NUSA

JURUSAN SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011

SENGKETA INTERNASIONAL BATAS WILAYAH (AMBALAT) ANTARA


INDONESIA DENGAN MALAYSIA

TUGAS AKHIR
untuk memenuhi dan melengkapi tugas-tugas yang telah diberikan

disusun oleh

Regent Zakaryya Satriandhana

11.12.5609

Kelompok

NUSA

JURUSAN SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
hidayahNya.
Terimakasih kepada Bapak Drs.Mohammad Idris .P,MM yang telah memberikan
ilmunya sehingga tugas akhir Sengketa Internasional Batas wilayah (Ambalat) Antara
Indonesia dengan Malaysia dapat terselesaikan dengan baik sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca.


Terimakasih

Penulis

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 2

ABSTRAK
Bila kita berbicara tentang kedaulatan (sovereignty) atas laut maka tataran berpikir kita
adalah mengenai kedaulatan dari suatu negara atas wilayah perairan tertentu suatu negara.
Namun oleh karena karakteristik laut berbeda dengan daratan, maka agak sedikit sulit
membuat batas wilayah air dari suatu negara. Kasus Ambalat dan Karang Unarang
sebenarnya merupakan kelanjutan dari kasus Pulau Sipadan-Ligitan yang sebenarnya
merupakan sengketa masa lalu yang terus tidak menemukan titik penyelesaian. Perbedaan
konsep berpikir tentang batasan pemahaman negara pantai dan negara kepulauan dengan
segala konsekuensi yang melekat padanya turut memperkeruh dan memperlambat proses
penentuan status pemilikan wilayah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
TAK dapat disangkal, salah satu persoalan yang dapat memicu persengketaan
antar negara adalah masalah perbatasan. Indonesia juga menghadapi masalah ini,
terutama mengenai garis perbatasan di wilayah perairan laut dengan negara-negara
tetangga.
Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi masalah
yang sama. Anggapan bahwa situasi regional sekitar Indonesia dalam tiga dekade ke
depan tetap aman dan damai, mungkin ada benarnya, namun di balik itu sebenarnya
bertaburan benih konflik, yang dapat berkembang menjadi persengketaan terbuka.
Republik Indonesia adalah Negara kepulauan berwawasan nusantara, sehingga
batas wilayah di laut harus mengacu pada UNCLOS (United Nations Convension on the
Law of the Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82 yang kemudian diratifikasi dengan UU
No. 17 Tahun 1985. Indonesia memiliki sekitar 17.506 buah pulau dan 2/3 wilayahnya
berupa lautan.
Dari 17.506 pulau tersebut terdapat Pulau-pulau terluar yang menjadi batas
langsung Indonesia dengan negara tetangga. Berdasarkan hasil survei Base Point atau

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 3

Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan batas wilayah
dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya
ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai. Dari 92 pulau terluar ini ada 12
pulau yang harus mendapatkan perhatian serius.
Dalam tugas ini penulis ingin membahas masalah Sengketa Internasional
Batas Wilayah (Ambalat) Antara Indonesia dengan Malaysia

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 4

BAB II
PERMASALAHAN
Indonesia tentu patut mewaspadai perkembangan yang terjadi di sekitarnya terutama
di ka-wasan Asia Pasific. Sebab konsekuensi letak geo-grafis Indonesia dipersilangan jalur
lalulintas internasional, maka setiap pergolakan berapa pun kadar intensitas pasti berpengaruh
terhadap Indonesia. Apalagi jalur suplai kebutuhan dasar terutama minyak beberapa negara
melewati perairan Indonesia. Jalur pasokan minyak dari Timur Tengah dan Teluk Persia ke
Jepang dan Amerika Serikat, misalnya, sekitar 70% pelayarannya melewati perairan
Indonesia. Karenanya sangat wajar bila berbagai negara berkepentingan mengamankan jalur
pasokan minyak ini, termasuk di perairan nusantara, seperti, Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan lain-lain.
Pasukan Beladiri Jepang secara berkala dan teratur mengadakan latihan operasi jarak
jauh untuk mengamankan area yang mereka sebut sebagai "life line," yakni, radius sejauh
1000 mil laut hingga menjangkau perairan Asia Tenggara. Hal yang sama juga dilakukan
Cina, Australia, India, termasuk mengantisipasi kemungkinan terjadi penutupan jalur-jalur
vital tersebut oleh negara-negara di sekitarnya (termasuk Indonesia.)
Keberadaan Indonesia dipersilangan jalur pelayaran strategis, memang selain
membawa keberuntungan juga mengandung ancaman. Sebab pasti dilirik banyak negara.
Karena itu sangat beralasan bila beberapa negara memperhatikan dengan cermat setiap
perkembangan yang terjadi di Indonesia. Australia misalnya, sangat kuatir bila Indonesia
mengembangkan kekuatan angkatan laut, yang pada gilirannya dapat memperketat
pengendalian efektif semua jalur pelayaran di perairan nusantara.
Patut diingat, penetapan sepihak selat Sunda dan selat Lombok sebagai perairan
internasional oleh Indonesia secara bersama-sama ditolak oleh Ameri-ka Serikat, Australia,
Canada, Jerman, Jepang, Ing-gris dan Selandia Baru. Tentu apabila dua selat ini menjadi
perairan teritorial Indonesia, maka semua negara yang melintas di wilayah perairan ini harus
tunduk kepada hukum nasional Indonesia, tanpa mengabaikan kepentingan internasional.
Hal yang patut dicermati adalah kenyataan bahwa wilayah Indonesia yang saat ini
terbelit konflik sosial berkepanjangan (manifes maupun latent) umumnya adalah daerah yang
berada dijalur pelayaran internasional, seperti, Bali, Lombok, Maluku, Maluku Utara,

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 5

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Riau, Aceh, Papua dan lain-lain. Kenyataan ini patut
diwaspadai karena tak tertutup kemungkinan adanya pihak luar yang bermain di dalam
konflik yang terjadi di beberapa daerah ini. Selain itu sebab jika Indonesia gagal
mengatasinya, dan konflik yang terjadi berkembang menjadi ancaman bagi keselamatan
pelayaran internasional, maka berdasarkan keten-tuan internasional, negara asing
diperbolehkan menu-runkan satuan militernya di wilayah itu demi menjaga kepentingan
dunia.
Dalam rangka pengamanan jalur-jalur strategis tersebut, sejumlah negara maju secara
bersama-sama telah membentuk satuan reaksi cepat yang disebut "Stand By High Readness
Brigade" (SHIRBRIG) berkekuatan 4000 personil yang selalu siap digerakkan ke suatu target
sebagai "muscular peace keeping force."
Dari uraian diatas, permasalahan yang ingin penulis bahas adalah:
1.

Apa Latar belakang munculnya konflik internasional?

2.

Mengapa Ambalat jadi rebutan?

3.

Bagaimana upaya pemerintah mempertahankan kedaulatan NKRI?

Pendekatan
a.Historis
Hari-hari ketegangan antara Indonesia-Malaysia kembali menyeruak dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia. Tiga orang anggota DKP Tanjung Balai Karimun Indonesia telah
ditangkap Marine Polisi Malaysia, karena upaya pencegahan penjarahan ikan yang dilakukan
kapal berbendera Malaysia di wilayah perairan Indonesia. Akan tetapi yang terjadi malah
sebaliknya ketiga petugas perairan laut tersebut malah ditangkap polisi perairan Malaysia di
wilayah Indonesia. Babak baru ketegangan di wilayah kawasan Asia Tenggara. Panasnya
hubungan kedua negara yang telah terjadi selama berpuluh-puluh tahun tersebut tak kunjung
usai, bahkan pemerintah Malaysia seakan tidak bergeming saat menghadapi gelombang
protes dari Indonesia. Beberapa kejadian konflik yang berkepanjangan tersebut, menjadi
catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang memiliki akar suku bangsa melayu tersebut.
Penulis hanya berusaha menggambarkan beberapa babagan penting dalam sejarah konflik
kedua negara. Babagan konflik kesejarahan yang terbaru adalah meningkatnya gelombang
nasionalisme di wilayah Indonesia dikarenakan keblingeran pemerintah Malaysia dalam
melakukan tindakan-tindakan provokatif dalam beberapa hal terkait dengan hubungan kedua

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 6

negara.
-1961
Wilayah Kalimantan, di wilayah selatan menjadi bagian dari Provinsi Indonesia, di utara
terdapat kerajaan Brunei, dan dua koloni Inggris yaitu Sarawak dan Borneo Utara (yang
kemudian dinamakan Sabah). Dalam tahapan selanjutnya pada tahun yang sama ini Inggris
mencoba menggabungkan koloninya di semenanjung Malaya dengan yang di pulau
kalimantan dengan nama Federasi Malaya.
Rencana ini secara tegas ditolak oleh Presiden RI Soekarno, karena hanya akan menambah
kontrol Inggris di kawasan tersebut dan secara jangka panjang akan mengancam kedaulatan
NKRI. Pada saat yang hampir bersamaan dengan Soekarno, Filipina pun membuat klaim atas
Sabah dengan alasan faktor kesejarahan dengan Kesultanan Sulu yang memiliki kedekatan
sejarah dengan Filipina.
-8Desember1962
Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) melakukan pemberontakan dengan mencoba
menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang-orang eropa, Sultan Lolos dan
meminta bantuan Imperialis Inggris. Sultan Brunei pada akhirnya didukung oleh pasukan
Gurkha dari Singapura. Hal ini sepenuhnya dibawah kendali Komando Timur Jauh Inggris
(British Far Eastern Command).
-20 Januari 1963
Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio telah mengambil sikap tegas menentang
pendirian Koloni Imperialisme Inggris di tanah Melayu
-12 April 1963
Sukarelawan Indonesia telah memasuki wilayah Kalimantan Utara, Sabah dan Sarawak untuk
melancarkan aksi propaganda dan aksi penyerangan berupa sabotase terhadap beberapa
fasilitas-fasilitas administratif yang dikuasai oleh imperialis Inggris.
-27 Juli 1963
Bung Karno mencanangkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidatonya yang berjudul
yang sama. Isi Pidato tersebut antara lain:
Kalau kita lapar itu biasa, Kalau kita malu juga biasa, Namun kalo kita lapar dan malu itu
karena Malaysia, itu Kurangajar!, Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk
malayang itu!, Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh
Malaysian keparat itu, Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot
bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga
dirinya. Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu melawan

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 7

kehinaan ini, kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukan bahwa kita masih memiliki
Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat. Yoo, Ayoo, Kita Ganyang Ganyang
Malaysia. Bulatkan tekad, Semangat kita badja, Peluru kita banjak, Nyawa kita banjak, Bila
perloe satoe-satoe!
-31 Agustus 1963
Kemerdekaan Malaysia Yang mana kemerdekaan Malaysia didukung oleh Inggris, hal ini
dibuktikan dengan pendirian persemakmuran Inggris Raya (Common Wealth) , pada wilayah
Sabah, Sarawak, Brunei dan Singapura bersama-sama dengan Persekutuan Tanah Malaya.
-16 September 1963
Federasi Malaysia resmi terbentuk dengan minus Brunei yang menolak bergabung dan
Singapura keluar dari federasi tersebut di kemudian hari.
-Pertengahan 1964
Australia melancarkan operasi Claret, keterlibatan dalam pembebasan kalimantan utara dari
Indonesia dengan membawa 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special
Air Service, hal ini diakui pemerintahannya pada pembukaan dokumen Claret pada 1996.
Pada bulan mei tahun yang sama dibentuk Komando Siaga oleh pemerintah Indonesia yang
bertugas mengkoordinir kegiatan perang terhadap malaysia dengan sandi Operasi Dwikora.
Pada perjalanannya berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Komando dipimpin
oleh Laksdya Udara Omar Dhani sebagai Pangkolaga.
-20 Januari 1965
Ketika PBB menerima keanggotaan tidak tetap Malaysia, Sukarno menarik diri dari PBB dan
menyatakan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging ForcesConefo)
-Pertengahan 1965
Indonesia dengan pasukan resminya menyeberangi perbatasan masuk melalui pintu timur
dikawasan Pulau Sebatik dekat Tawau Malaysia, Sabah dan berhadapan langsung dengan
Resimen Askar Melayu Diraja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.
-28 Mei 1966
Setelah tampuk kekuasaan berpindah dari tangan Soekarno ke Soeharto, secara resmi
pemerintahan kedua negara menyetujui berakhirnya konflik.
-27 oktober 1969
Perjanjian tapal batas kontinental Indonesia-Malaysia
Kedua negara melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, akan tetapi pada akhir tahun 1969
Malaysia memasukkan Pulau sipadan, Pulau Ligitan dan Batu Puteh dalam peta wilayahnya.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 8

Akan tetapi Pemerintahan Indonesia waktu itu menolak secara tegas peta wilayah tersebut.
Pada tahun yang sama terjadi kerusuhan etnis besar-besaran diwilayah Kesultanan Brunei
karena sentimen ras melayu kalimantan tentang penguasaan Federasi Malaya, hal ini dapat
diberantas oleh pasukan imperialis Inggris.
-17 Maret 1970
Persetujuan Tapal Batas Laut Indonesia dan Malaysia
Akan tetapi pada tahun 1979 Malaysia kembali melakukan pengingkaran terhadap perjanjian
ini dengan memasukkan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya dengan memajukan
koordinat 4 derajat 10 menit arah utara melewati Pulau Sebatik. Hal ini tentu menyebabkan
pemerintahan Indonesia pada waktu itu menolak peta baru Malaysia tersebut.
Melalui kedua peristiwa tersebut Malaysia, secara langsung melakukan aksi sepihak dengan
melancarkan aksi yang menyebabkan ketegangan yang tinggi dengan Indonesia.
Penangkapan Nelayan Indonesia pada wilayah-wilayah yang diakui oleh Malaysia tersebut.
Pemerintah Indonesia pun tak henti-hentinya melakukan upaya diplomasi kepada Mahkamah
Internasional, akan tetapi tak pernah didapat kesepakatan yang menguntungkan pihak
Indonesia. Puncaknya adalah 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional yang
berkedudukan di Den Haag, Belanda memutuskan dalam perkara Pulau Sipadan dan Pulau
Ligitan, Indonesia dinyatakan kalah dengan Malaysia. Dalam beberapa hal, Mahkamah
Internasional menerima argumentasi Indonesia bahwa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan tidak
pernah masuk dalam Kesultanan Sulu seperti yang diklaim Malaysia, akan tetapi Mahkamah
Internasional juga mengakui klaim-klaim Malaysia bahwa telah melakukan administrasi serta
pengelolaan konservasi alam di kedua pulau tersebut.
Pasca pemilihan presiden langsung yang pertama pada 2004, pengiriman TKI ke Malaysia
secara besar-besaran tak terbendung. Berbagai perlakuan kasar Warga Malaysia terhadap
para TKI telah memunculkan gelombang aksi dipelosok Indonesia. Pada awal tahun 2005,
Indonesia diguncang isu perebutan kawasan ambalat oleh Malaysia, konflik ambalat yang tak
kunjung selesai sampai dengan hari ini telah membawa dampak ketegangan yang cukup
tinggi.
Pada pertengahan 2009 lalu, kembali isu ketegangan antara kedua negara terjadi dikarenakan
tari pendet yang asli dari pulau dewata bali dijadikan salah satu ikon Malaysia dalam iklan
resmi pariwisata nasional Bangsa tersebut. Lagi-lagi Malaysia memancing kemarahan warga
Indonesia yang pada waktu itu beberapa seniman di bali hingga salah satu pelestari tari
pendet menyatakan menolak klaim Malaysia tersebut. Ketegangan sejak akhir 2006 hingga
awal 2010, terkait dengan seni dan budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. Menurut

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 9

catatan penulis ada beberapa bahkan terkait dengan kesejarahan nasional Indonesia. Naskah
Kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara yang diklaim bahkan
sudah berada di museum-museum Malaysia. Lalu beberapa lagu daerah asli dari Indonesia
seperti Lagu Rasa Sayang-sayange dari Maluku, Lagu Soleram dari Riau, Lagu Injit-injit
Semut, Lagu Kakak Tua dari Maluku, Lagu anak kambing saya dari Nusa Tenggara Barat
yang diklaim menjadi Lagu Daerah dari Malaysia. Dan masih banyak jenis seni dan budaya
yang diklaim oleh Malaysia.
Pada puncak ketegangan yang tinggi pada akhir-akhir ini disebabkan pemerintahan Malaysia
juga mulai melakukan serangan yang menciptakan situasi tidak kondusif pada isu keamanan
yaitu travel advisory yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia untuk mencegah bagi
warganya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Demikianlah babagan baru dari konflik
panjang Indonesia-Malaysia yang tak pernah tuntas. (dari berbagai sumber)
b. Sosiologis
Berbagai elemen masyarakat jangan reaktif tetapi pemerintah diminta aktif menjelaskan
kepada rakyat tentang perkembangan perundingan sengketa perbatasan dengan Malaysia
guna menghindari kesalahfahaman publik. "Kalau ada masalah seperti sengketa perbatasan di
daerah Kalimantan Barat, semua pihak, baik di Indonesia maupun Malaysia, harus menahan
diri," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh P Daulay di Jakarta,
Rabu (12/10), menanggapi isu batas wilayah kedua negara.
Sikap menahan diri dan kemauan mencari tahu duduk masalah yang sebenarnya di tingkat
rakyat itu harus diimbangi dengan klarifikasi dan penjelasan pemerintah tentang proses
perundingan sehingga publik menerima informasi yang lengkap. Penjelasan pemerintah itu,
menurut Daulay, juga akan membantu publik terhindar dari memberikan penafsirannya
sendiri terhadap masalah perbatasan karena berbagai pihak di Malaysia pun tidak ingin
berkonflik dengan Indonesia.
Daulay mengatakan, kalangan tertentu yang menggelar aksi demonstrasi menanggapi laporan
media tentang pemindahan patok perbatasan di daerah Camar Bulan dan Tanjung Datu,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, sebaiknya juga mencari informasi yang akurat tentang
masalah ini.
"Dengan begitu, hubungan kedua bangsa bertetangga yang memiliki ikatan sejarah, sosial dan
budaya yang dekat ini tidak terancam setiap kali ada masalah terkait dengan sengketa
wilayah," katanya.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 10

Berbagai masalah yang muncul dalam perjalanan hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia
sedapat mungkin diselesaikan melalui jalan damai dan dialog atas dasar persahabatan panjang
kedua bangsa.
Hubungan RI-Malaysia kembali diuji setelah media massa di Tanah Air menyoroti apa yang
disebut klaim Malaysia atas wilayah di Camar Bulan seluas 1.449 hektar dan Tanjung Datu
seluas 8.000 meter persegi.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin meminta Pemerintah RI bersikap tegas atas
sengketa perbatasan dengan Malaysia itu. "Pemerintah Indonesia harus mempertahankan
wilayahnya, jangan sampai dicaplok Malaysia walaupun hanya satu meter persegi," kata
Hasanuddin Senin (10/10). Puluhan mahasiswa Universitas Tanjungpura dan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Pontianak berunjuk rasa, Selasa (11/10), mendesak Pemerintah RI
segera menyelesaikan masalah batas wilayah dengan Malaysia.
Isu pemindahan patok perbatasan di daerah Camar Bulan dan Tanjung Datu, Kalimantan
Barat, ini ditanggapi Menteri Luar Negeri Malaysia Dato Sri Anifah. Menlu Anifah seperti
dikutip kantor berita Malaysia, Bernama, mengatakan, persoalan patok perbatasan itu "bukan
isu pokoknya karena koordinat batas tanah sudah disepakati sebelumnya oleh kedua negara."
"Itu bukan isu yang perlu dikhawatirkan. Hal seperti itu bisa terjadi, di mana tapal batas
dipindahkan oleh individu yang tak bertanggung jawab. Jika itu memang terjadi, kita bisa
mengatasi persoalannya dengan cara bersahabat," katanya.
Menlu RI Marty Natalegawa di sela rapat kerjanya dengan Komisi VIII DPR di Jakarta,
Selasa, juga telah mengklarifikasi wilayah perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Barat itu.
(Joko S/Ant/Feber S)
c. yuridis
Pengaturan tentang kedaulatan dan yurisdiksi negara di laut secara komprehensif mulai
dilakukan oleh empat konvensi Jenewa tahun 1958 yang mengatur tentang laut teritorial dan
zona tambahan, perikanan dan konservasi sumberdaya hayati di laut lepas, landas kontinen
dan laut lepas. Namun demikian pada kisaran tahun 1970-an konvensi tersebut mulai
dianggap tidak lagi memadai dan muncul tuntutan untuk meninjau kembali isi konvensi
tersbut.
Setelah melalui perundingan yang cukup panjang, akhirnya negara-negara peserta
Konferensi Hukum Laut PBB ke-3 menyepakati hasil konfrensi berupa Konvensi PBB
tentang Hukum Laut pada tahun 19823 (United Nations Convention Law of the
Sea/UNCLOS) yang terdiri dari 320 pasal dan 9 Annex4 dan mulai berlaku tahun 1994 sesuai
ketentuan Pasal 308 Konvensi, yaitu 12 bulan setelah tanggal deposit dari instrumen ratifiksi

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 11

ke-60 atas konvensi tersebut dan dalam hal ini baik Indonesia maupun Malaysia adalah
negara yang ikut meratifikasi Konvensi tersebut.
Dalam Konvensi 1982 ini konsep negara kepulauan mendapatkan pengakuan dengan
dicantumkannya pengaturan mengenai hal ini dalam Bab 4 Konvensi tentang Negara
Kepulauan5, dimana hal tersebut tidak terdapat dalam konvensikonvensi Geneva tentang
hukum laut tahun 1958. Pengertian yang diberikan konvensi ini tentang negara kepulauan
adalah sebagai negara-negara yang terdiri seluruhnya dari satu atau lebih kepulauan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kepulauan adalah sekumpulan pulau-pulau, perairan yang
saling bersambung (interconnecting waters) dan karakteristik alamiah lainnya dalam pertalian
yang demikian eratnya sehingga membentuk suatu kesatuan intrinsik geografis, ekonomis
dan politis atau secara historis memang dipandang sebagai demikian.6 Dalam UU No.6 tahun
1996 tentang Perairan Indonesia pada Pasal 2 menyatakan bahwa Negara RI adalah negara
kepulauan yang berarti segala perairan di sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulaupulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan RI dengan tidak memperhitungkan luas
atau lebarnya merupakan bagian integral dari wilayah RI sehingga merupakan bagian dari
perairan Indonesia yang berada di bawah kedaulatan Negara RI7.
Dengan batasan yang diberikan Konvensi Hukum Laut 1982 mengenai negara kepulauan,
maka Indonesia secara khusus dengan ini telah mendapatkan pengakuan yang sah sebagai
negara yang terdiri dari banyak pulau sebagai suatu kesatuan negara. Oleh karena itu
Indonesia kemudian meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 ini dengan mengundangkannya
dalam Undang-undang No.17 Tahun 1985 dan selanjutnya mengeluarkan Undang-Undang
No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menggantikan Undang-Undang Prp No. 4
Tahun 1960.
Negara kepulauan yang merupakan negara yang tidak seluruh wilayahnya terdiri dari satu
atau lebih kepulauan termasuk pulau-pulau lain yang erat hubungannya satu sama lainya,
memiliki kedaulatan di perairan kepulauan yaitu perairan yang terletak di sisi dalam dari
garis-garis pangkal lurus kepulauan. Garis-garis pangkal lurus kepulauan menghubungkan
titik terluar dari pulau-pulau dan karang kering terluar dari negara kepulauan tersebut8. Jadi
jika dilihat dari batasan ini maka Malaysia yang terletak di semenanjung Malaka (continental
state) tidak termasuk dalam kategori negara kepulauan tapi hanya sebagai negara pantai
(coastal state) biasa dan hal ini akan membedakan keduannya dalam hal penghitungan luas
wilayah perairan negara .
Perbedaan mendasar negara kepulauan dan negara pantai biasa adalah dalam penetapan
titik dasar untuk penarikan batas perairan teritorial, zona ekonomi eksklusif dan landas

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 12

kontinen. Indonesia sebagai negara kepulauan dibolehkan menarik titik dasar dari ujung
pulau terluar hingga 200 mil, sementara Malaysia hanya 12 mil dari daratan (Wilayah
Malaysia yang dimaksud daratan adalah Sabah yang berada di Pulau Kalimantan) dan bukan
pulau terluar (Sipadan-Ligitan). Oleh karena itu dalam penarikan batas wilayah laut
Malaysia dalam hal ini garis pangkal dan titik dasar dapat didasarkan pada pasalpasal
Konvensi 1982 antara lain: (a) Pasal 5 (garis pangkal biasa), (b) Pasal 6 (karang), (c) Pasal 7
(garis pangkal lurus), (d) Pasal 8 (mulut sungai), (e) Pasal 10 (teluk), (f) Pasal 11
(pelabuhan) dan Pasal 13 (elevasi surut). Dengan demikian penarikan garis pangkal harus
memperhatikan konfigurasi umum pantai dan tidak boleh terlalu panjang (dari Sipadan ke
Sebatik) dan dalam hal ini Sipadan dan Ligitan harus diberlakukan sebagai special
circumstances. Satu hal yang perlu diketahui bahwa selama ini Malaysia tidak pernah
mengeluarkan posisi titik dasar dan garis pangkalnya dan hanya mengklaim landas kontinen
saja.
Pengaturan klaim terhadap landas kontinen sendiri berdasarkan Konvensi Hukum Laut
1982 didasarkan pada beberapa pasal antara lain:
1. Pasal 77 (1)9 yang memberi pengertian Malaysia sebagai negara pantai (coastal state)
mempunyai hak berdaulat di landas kontinen untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasi sumber
daya

alam.
10

2. Pasal 77 ayat (3)

yang memberikan pemahaman bahwa hak negara pantai atas landas

kontinennya tidak tergantung pada pendudukan atau proklamasi .


3. Pasal 83 ayat (1)11 yang menyatakan bahwa penetapan batas landas kontinen antar negara
harus dilakukan dengan persetujuan berdasar hukum internasional.
4. Pasal 83 ayat (2)12 yang menyatakan apabila tidak ada persetujuan, negara
menyelesaikannya dengan prosedur sengketa secara damai sesuai Bab XV.
5. Pasal 83 ayat (3)13 mengatur bahwa Negara dapat membuat provisional arrangement untuk
mengelola daerah sengketa.
6. Pasal 78 ayat (1)14 mengatur bahwa pemanfaatan landas kontinen tidak mempengaruhi
status hukum perairan dan ruang udara di atasnya
Sedangkan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) berhak menarik garis
pangkal dan titik dasar berdasar pada pasal-pasal Konvensi 1982 antara lain : (a) Pasal 5
tentang garis pangkal biasa, (b) Pasal 7 tentang garis pangkal lurus, (c) Pasal 6 tentang
karang, (d) Pasal 8 tentang mulut sungai, (e) Pasal 10 tentang teluk, (f) Pasal 11 tentang
Pelabuhan, (g) Pasal 13 tentang Low Tide Elevation dan Pasal 47 tentang garis pangkal lurus
kepulauan. Dan Indonesia telah menetapkan titik dasar dan garis pangkal tersebut dalam

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 13

Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik
Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
Menurut pasal 5 ayat (3) Undang-undang No. 6 Tahun 1996 yang dimaksud garis
pangkal lurus kepulauan adalah garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada
garis air rendah pulau-pulau dan karang-karang yang terluar dari kepulauan Indonesia. Dasar
hukum penghitungan garis pangkal perairan Indonesia dapat didasarkan pada UU No. 6
tahun 1996 tentang Perairan Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal :
1. Pasal 6 ayat (1): garis pangkal kepulauan Indonesia yang ditarik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dicantumkan dalam peta dengan skala atau skala-skala yang memadai untuk
menegaskan posisinya atau dapat pula dibuat daftar titik-titik koordinat geografis yang secara
jelas memerinci datum geodetik.
2. Pasal 6 ayat (2): Peta dengan skala atau skala-skala yang memadai yang menggambarkan
wilayah perairan Indonesia atau daftar titik-titik koordinat geografis dari garis-garis pangkal
kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Pasal 6 ayat (3): Pemerintah mengumumkan sebagaimana mestinya peta dengan skala atau
skala-skala yang memadai atau daftar titik-titik koordinat geografis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) serta mendepositkan salinan daftar titik-titik koordinat geografis tersebut pada
Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Peraturan Pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 6
Tahun 1996 mengenai daftar titik-titik koordinat geografis telah disahkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal
Kepulauan Indonsia. Berkenaan dengan pendataan koordinat geografis ini dalam PP No. 38
Tahun 2002 diatur lebih jauh dalam Pasal 10: Apabila pada bagian perairan Indonesia data
koordinat geografis titik-titik terluar belum termasuk dalam lampiran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) atau apabila karena perubahan alam koordinat geografis titik-titik
terluar tersebut dianggap tidak berada pada posisi seperti yang tercantum dalam lampiran
tersebut, maka koordinat geografis titik-titik terluar yang dipergunakan adalah koordinat
geografis titik-titik terluar yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Jika selama ini yang dijadikan dasar klaim Malaysia atas Ambalat adalah putusan
Mahkamah Internasional atas status Sipadan-Ligitan hal ini pun sebenarnya kurang tepat jika
dicermati lebih jauh. Hal ini dilatabelakangi bahwa putusan Mahkamah Internasional atas

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 14

kasus Sipadan-Ligitan adalah keputusan yang menyangkut kedaulatan Sipadan-Ligitan


semata. Hakim Mahkamah Internasional juga menyatakan bahwa kedaulatan atas kedua
pulau tersebut dan batas landas kontinen adalah merupakan dua hal yang sangat berbeda.
Hakim Mahkamah Internasional berpendapat masalah delimitasi (garis batas) landas kontinen
harus dipandang dengan sudut pandang berbeda, yaitu berdasar Konvensi Hukum Laut 1982.
Dalam Konvensi Hukum Laut sendiri yang dimaksud landas kontinen (continental shelf)
adalah area miring di bawah laut yang mengelilingi suatu kontinen pada kedalaman 200
meter. Pada ujung lereng area itu, lereng kontinen menukik ke bawah secara tajam hingga
dasar laut. Dengan demikian kesimpulan atas kedaulatan Sipadan-Ligitan tidak mempunyai
direct barring terhadap delimitasi landas kontinen. Oleh karenanya tidak secara otomatis jika
Sipadan-Ligitan dinyatakan sebagai milik Malaysia dapat dijadikan dasar klaim dan
mempengaruhi jangkauan atas wilayah perairannya pula dalam hal adalah perairan Ambalat.
Dengan demikian jika Malaysia mengklaim perairan Ambalat dan Karang Unarang
dengan dasar argumentasi bahwa tiap pulau berhak mempuyai landas kontinen, laut territorial
dan zona ekonomi eksklusif yang didasarkan pada Pasal 121 UNCLOS 1982, hal ini mungkin
dapat diterima namun dalam hal penetapan landas kontinen mempunyai ketentuan khusus
(specific rule) yaitu adanya pembuktian adanya keberadaan pulau-pulau yang relatively
small, socially and economically insignificant tidak akan dianggap sebagai special
circumstances dalam penentuan garis batas landas kontinen. Doktrin ini sejalan dengan
prinsip proporsionalitas yang dikenal sebagai salah satu cara perundingan batas maritim. Dan
hal ini telah dibuktikan dalam beberapa yurisprudensi hukum internasioal.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 15

BAB III
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG TERJADINYA SENGKETA INTENASIONAL


Persengketaan bisa terjadi karena:
1.

Kesalahpahaman tentang suatu hal.

2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.


3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4. Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.
Sebab timbulnya sengketa internasional yang sangat potensial terjadinya perang terbuka :
1.

Segi Politis (adanya pakta pertahanan / pakta perdamaian).


Pasca Perang Dunia II (1945) muncul dua kekuatan besar yaitu Blok Barat (NATO

pimpinan AS) dan Blok Timur (PAKTA WARSAWA pimpinan Uni Soviet). Mereka
bersaing berebut pengaruh di bidang Ideologi, Ekonomi, dan Persenjataan. Akibatnya
sering terjadi konflik di berbagai negara, missalnya Krisis Kuba, Perang Korea (Korea
Utara didukung Blok Timur dan Korea Selatan didukung Blok Barat), Perang Vietnam dll.
2.

Batas Wilayah.
Suatu Negara berbatasan dengan wilayah Negara lain. Kadang antar Negara terjadi

ketidak sepakatan tentang batas wilayah masing masing. Misalnya Indonesia dengan
Malaysia tentang Pulau Sipadan dan Ligitan (Kalimantan). Sengketa ini diserahkan kepada
Mahkamah Internasional dan pada tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia.
Dengan runtuhnya Blok Timur dengan ditandai runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989
maka AS muncul sebagai kekuatan besar (Negara Adikuasa). Sehingga cenderung
membawa dunia dalam tatanan yang bersifat UNIPOLAR artinya AS bertindak sebagai
satu satunya kekuatan yang mengendalikan sebagian besar persoalan di dunia.
Akibatnya cenderung muncul sengketa di dunia internasional.
Selain terkait dengan kepentingan internasional (baca: negara-negara maju),
Indonesia sebenarnya menghadapi beberapa persoalan latent dengan sesama negara

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 16

anggota Asean. Penyebabnya selain karena perbedaan kepentingan masing negara yang
tak dapat dipertemukan, juga karena berbagai sebab lain yang muncul sebagai akibat
dinamika sosial politik dimasing-masing negara. Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Filipina, mungkin saja bisa bekerjasama dalam mengatasi persoalan aksi terorisme di
kawa-san ini. Namun, sikap masing-masing negara tentu akan berbeda dalam soal tenaga
kerja illegal, illegal loging, pelanggaran batas wilayah dalam penangkapan ikan, dan
sebagainya.
Hal yang sama juga bisa terjadi dengan Singa-pura dalam soal pemberantasan
korupsi, penyelundupan dan pencucian uang. Sedangkan dengan Ti-mor Leste masalah
pelanggaran hak asasi manusia dimasa lampau dan lalulintas perbatasan kerap masih jadi
ganjalan bagi harmonisasi hubungan kedua negara.
Mengenai pengendalian pelayaran di kawasan Asia Tenggara, hingga kini
Singapura tetap keras menolak usulan Indonesia untuk mengalihkan seba-gian lalu lintas
pelayaran kapal berukuran besar dari Selat Malaka ke Selat Lombok/Selat Makasar.
Padahal jalur pelayaran di selat ini tidak hanya diper-gunakan untuk armada niaga tetapi
juga bagi kapal perang. Dan Indonesia tentu ikut terganggu bila ka-pal-kapal perang dari
dua negara yang sedang bertikai berpapasan di perairan Indonesia.
Dalam satu dekade terakhir tampak adanya upaya beberapa negara Asean telah
melipatgandakan kekuatan militernya. Terutama Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Dari beberapa data tampak bahwa dalam aspek persenjataan, Thailand menunjukkan
peningkatan yang signifikan diantara negara-negara di Asia Teng-gara. Untuk memperkuat
angkatan laut, misalnya negara gajah putih ini telah memiliki kapal perang canggih, dan siap
beroperasi hingga sejauh di atas 200-300 mil demi mengamankan kepentingan negaranya.
Tentu, termasuk menjaga keselamatan nelayan Thailand yang banyak beroperasi di perairan
teritorial Indonesia.
Malaysia juga tak ketinggalan menambah armada perangnya. Angkatan Tentara Laut
Diraja Malaysia, setidaknya dengan memiliki beberapa freegat dan korvet baru. Dengan
penambahan kekuatan, kedua negara tersebut sangat berpeluang jadi mitra negara-negara
maju demi mengimbangi Indonesia dalam soal pengamanan kawasan Asia Tenggara.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 17

Dengan berbagai perkembangan itu, maka tantangan Indonesia dalam aspek


pertahanan dan

keamanan

negara jadi berat.

Indonesia

selain dituntut

mampu

mempertahankan keamanan dalam negerinya, juga mesti dapat memainkan peran yang berarti
demi terpeliharanya keamanan regional di Kawasan Asia Pasific. Padahal disisi lain,
kekuatan elemen pertahanan dan keamanan Indonesia tidak dalam kondisi prima. Baik dari
aspek kemampuan sumber daya manusianya maupun dari segi kesiapan materil dan
dukungan finansial. Inilah kondisi dilematis yang dihadapi Indonesia dewasa ini yang patut
segera dicari jalan keluarnya.
B. MENGAPA AMBALAT JADI REBUTAN?

ENTAH dari mana kata awal Ambalat. Sebab tiba-tiba muncul menjadi berita
di media massa nasional dan internasional. Ibarat artis dadakan, kawasan di
perbatasan Indonesia Malaysia tersebut langsung populer. Bahkan sinarnya melebihi
kesohoran induknya Kabupaten Nunukan.
Ada yang memahami Ambalat adalah singkatan dari Ambang Batas Laut. Tapi
ternyata dalam wikipedia bahasa Indonesia tidak disebutkan demikian. Itu berarti
Ambalat adalah kata tunggal. Lagi pula ada banyak perbatasan laut Indonesia dengan
negeri tetangga selain dengan Malaysia seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Tapi perbatasan laut itu tidak pernah disebut dengan kata Ambalat.
Di Malaysia, rakyat, pemerintah federal dan pihak kerajaan juga memakai kata
Ambalat. Malah sering dibumbui dengan kalimat daerah kontroversi yang kaya
minyak. Seolah-olah Malaysia ingin mengklaim bahwa negeri itu sudah diterima
masuk dalam kawasan sengketa.

Yang tidak kita ketahui; apakah kata Ambalat itu sudah didaftarkan sebagai
hak paten bahasa atau nama kawasan negeri Jiran? Sehingga suatu saat kelak - kalau
sengketa batas negara ini muncul di pengadilan internasional - kita akan gelagapan
lagi seperti pada sidang Pulau Sipadan dan Ligitan.
Barangkali ada yang meremehkan apa arti sebuah nama. Tapi dalam sebuah
sengketa hukum, urusan nama bahkan kesalahan satu huruf saja sudah bisa
menjadi kesalahan besar yang menentukan kalah dan menang sebuah gugatan.
Dalam perkembangannya, Ambalat malah semakin bias seolah-olah nama itu
adalah sebuah daerah yang berpenduduk dan bermasyarakat. Ada tokoh masyarakat
memberikan komentar di pemberitaan media dengan menyebut kalimat masyarakat
Ambalat, padahal sebenarnya kawasan tersebut merupakan perairan lautan Selat
Makassar atau laut Sulawesi alias sebelah Utara Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan.
Hamparan air 15.235 kilometer persegi. Tapi di sinilah dua negeri jiran ini
kerap adu nyali. Saling ngotot, saling gertak, saling klaim. Ambalat, perairan yang
terjepit antara Sulawesi dan Kalimantan itu adalah titik paling didih dalam hubungan
Indonesia dengan Malaysia beberapa tahun terakhir. Malaysia sudah mengincarnya
sejak 1979. Ketika negeri jiran itu menerbitkan peta yang memasukkan Sipadan dan
Ligitan sebagai basis untuk mengukur zona ekonomi eksklusif mereka. Di dalam peta
mereka, Ambalat masuk Malaysia.
Terang saja pemerintah Indonesia menepis klaim Malaysia. Soalnya, dari
riwayata sejarahnya saja Ambalat masuk wilayah Kesultanan Bulungan (Kalimantan
Timur)

yang

kini

menjadi

bagian

dari

Indonesia.

Membuka lembaran hukum laut internasional atau konvensi hukum laut PBB yang
telah dituangkan dalam UU No.17 tahun 1984, ternyata Ambalat juga diakui dunia
Internasional sebagai wilayah Indonesia. Anehnya, Malaysia tetap ngotot. Mereka
mengirim kapal perangnya untuk patroli di perairan ini. Ada nelayan Indonesia melaut
ditangkap dan dipukul, juga diusir.
Sesungguhnya yang mereka incar bukan hanya keinginan memperluas batas
wilayah negara, di sini ada kekayaan alam yang berlimpah di sini. Bahkan menurut

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 19

Departemen Energi dan Sumber Daya Manusia di Ambalat ada tambahan kandungan
minyak dengan produksi 30.000 - 40.000 barel per hari.
Masyarakat kawasan perbatasan sendiri seperti Nunukan, Tarakan dan
Bulungan, baru mengetahui ada Ambalat di dekat rumah mereka. Selama ini yang
mereka ketahui adalah Karang Unarang, sebuah kawasan prairan yang sering
dimasuki kapal militer Malaysia.
Para nelayan di utara Kalimantan Timur sudah hafal mana kawasan lintasan
untuk perahu motor mereka, yakni kawasan yang lebih dalam. Di sana banyak
terdapat gusung alias gundukan pasir yang ketika air surut akan membuat kandas
perahu atau kapal yang terjebak di situ.
Ketika ada kapal berbendera Malaysia dan kapal perang militer negeri Jiran itu
terlihat memasuki perairan Indonesia di Karang Unarang tersebut, para nelayan
umumnya memaklumi karena kemungkinan kapal tersebut menghindari gusung dan
terpaksa meliuk memasuki perairan Indonesia.
Nah, pada posisi itulah kemudian muncul ketegangan di Indonesia. Seolaholah terjadi pelanggaran yang disengaja oleh Tentara Diraja Malaysia. Pemberitaan
media massa sering pula meningkatkan tensi kemarahan, sehingga melontarkan katakata perang.
Dalam setiap perundingan, Malaysia tetap berkeras bahwa Blok Ambalat
merupakan bagian dari teritorinya. Bahkan mereka mengirimkan salinan nota
diplomatik yang intinya memprotes kehadiran kekuatan TNI di Blok Ambalat.
Mengapa Ambalat jadi rebutan? Blok Ambalat dengan luas 15.235 kilometer
persegi, ditengarai mengandung kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan
hingga 30 tahun. Bagi masyarakat perbatasan, Ambalat adalah asset berharga karena
di sana diketahui memiliki deposit minyak dan gas yang cukup besar. Kelak, jika tiba
waktunya minyak dan gas tersebut bisa dieksploitasi, rakyat di sana juga yang
mendapatkan dampaknya.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 20

Ambalat memang menjadi wilayah yang disengketakan oleh Malaysia dan


Indonesia. Bahkan, pada 2005 sempat terjadi ketegangan di wilayah itu karena
Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia sama-sama dalam keadaan siap tempur.
Ahli geologi memperkirakan minyak dan gas yang terkandung di Ambalat ini
mencapai Rp 4.200 triliun. Pemerintah melihat potensi ini. Dua perusahaan
perminyakan raksasa diizinkan beroperasi di perairan Ambalat yang terbagi dalam
tiga blok, yaitu East Ambalat, Ambalat, dan Bougainvillea, itu. Yaitu Eni Sp. A dan
Chevron Pacific Indonesia.
Pada 1999 Eni, perusahaan multinasional terbesar di Italia yang berdiri sejak
1953, masuk ke Ambalat (Blok Aster dan Bukat). Di level Eropa, Eni perusahaan
penyulingan nomor tiga terbesar. Nama Eni itu semula adalah akronim dari Ente
Nazionale Indrocarburi, belakangan kepanjangan itu tak pernah digunakan lagi. Jadi
tinggal bernama Eni saja.
Bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, perusahaan
Eni memiliki 76 ribu karyawan dan beroperasi di 70 negara. Sahamnya pun di
perdagangkan di Milan Stock Exchange dan juga New York Stock Exchange.
Adapun Chevron Pacific Indonesia (CPI) mendapatkan izin mengeksplorasi
Ambalat Timur pada 2004. Ini juga bukan sembarang perusahaan. CPI adalah anak
Chevron Corporation NYSE, salah satu perusahaan energi terbesar dunia. Chevron
berkantor pusat di San Ramon, California, AS dan beroperasi di 180 negara. Chevron
didirikan pada 1879 di Pico Canyon, California, dengan nama awal Standard Oil
Company of California atau Socal.
Di Indonesia, Chevron memang tak asing lagi. Beroperasi sejak 1924 dengan
nama NV. Nederlansche Pacific Petroleum Maatshappij, ini perusahaan patungan
Socal dan Texas Oil Company (Texaco). Perusahaan inilah yang pertamakali
menemukan sumur minyak terbesar di Asia Tenggara di Minas, Sumatera.
Perusahaan ini belakangan berganti nama menjadi Caltex Pacific Oil
Company, wilayah eksplorasinya banyak di Sumatera. Setelah Socal dan Texaco

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 21

membentuk Chevron pada 2001, empat tahun berselang Caltex pun menjadi CPI.
Belakangan CPI mengelola salah satu blok Ambalat.
Rupanya Malaysia juga tergiur dengan isi perut Ambalat. Dua blok penghasil
minyak di Ambalat itu mereka beri nama Blok Y dan Z. Belakangan Malaysia
menyebutnya dengan Blok ND6 dan ND7. Negara yang berupaya mengklaim
Ambalat masuk ke wilayahnya ini pun belakangan meminta Petronas Carigali Sdn
Bhd, perusahaan minyak dan gas lokal Malaysia, masuk Ambalat, pada 2002.
Dua tahun berselang Malaysia menggandeng Shell, perusahaan yang bernama
lengkap Royal Dutch Shell plc., masuk Ambalat. Bermarkas di Den Haag, Belanda,
dan London, Inggris, ini telah ada sejak 1928. Perusahaan berada pada peringkat
empat swasta minyak dan gas di dunia. Di Indonesia Shell sudah hadir sejak 2005.
Namun dua perusahaan itu belum berani masuk secara terang-terangan ke
Ambalat. Apalagi, Indonesia memang sudah lebih dulu beroperasi di sini. Kapal-kapal
perang Indonesia juga secara nyata melindungi dua perusahaan yang beroperasi di sini
dengan izin Pemerintah Indonesia. Cara lain yang dilakukan Malaysia dengan upaya
pendekatan ke pemerintah Indonesia. Malaysia meminta agar Ambalat dijadikan
wilayah operasi bersama. "Kita tolak,"
Indonesia, sebagai negara ASEAN yang memiliki wilayah paling luas tidak
memiliki ambisi teritorial untuk mencaplok wilayah negara lain. Hal tersebut sangat
berbeda dengan Malaysia yang rakus untuk memperluas wilayahnya. Kita semua
sudah tahu bahwa titik-titik perbatasan darat Indonesia Malaysia di Pulau
Kalimantan selalu digeser oleh Malaysia. Wilayah kita semakin sempit sementara
wilayah Malaysia semakin luas.
Ambisi teritorial Malaysia tidak hanya dilakukan terhadap Indonesia. Kita
tentu ingat Sipadan dan Ligitan yang lepas dari Indonesia hanya karena Malaysia
membangun kedua pulau tersebut sedangkan Indonesia yang menjunjung kejujuran
dengan tidak membangun wilayah yang dipersengketakan dikalahkan oleh hakimhakim Mahkamah Internasional. Bukan hanya Sipadan dan Ligitan yang dibangun
oleh Malaysia. Kepulauan Spratley yang menjadi sengketa banyak negara (a.l.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 22

Malaysia, China, Vietnam, Philipina) juga dibangun oleh Malaysia. Mungkin


Malaysia ingin mengulang kisah suksesnya dalam menganeksasi Sipadan dan Ligitan.
C. UPAYA PEMERINTAH MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN NKRI
Di mata Pemerintah Indonesia, Ambalat bukan wilayah sengketa, dan juga tak
ada tumpang tindih wilayah. Jika Malaysia masuk, itu artinya upaya perampasan wilayah
kedaulatan. Akan tetapi masyarakat perbatasan membutuhkan jawaban dan kepastian.
Jangan biarkan mereka hidup dalam kebimbangan. Lantaran itu TNI bersama dengan
Pemerintah Kabupaten Nunukan dan masyarakat sudah bertekad untuk menjaga Ambalat
dan Karang Unarang sebagai wilayah teritorial Indonesia. Mereka menancapkan bendera
Merah Putih di perairan tersebut, sekaligus juga membiarkan nelayan mendirikan bagang
lebih banyak lagi.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering terjadi.
Terhitung sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat kapal Malaysia telah
sembilan kali masuk ke wilayah Indonesia.
Betapa istimewanya Ambalat, blok laut seluas 15.235 kilometer persegi yang
terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar itu, hingga menjadi titik konflik antara dua
negara bertetangga ini. Wilayah Ambalat merupakan wilayah yang memiliki potensi
ekonomi cukup besar karena memiliki kekayaan alam, berupa sumber daya minyak. Oleh
karena itu, wajar jika muncul berbagai kepentingan yang mendasari munculnya masalah
persengketaan ini. Bukan saja kepentingan ekonomi, melainkan juga adanya faktor
kepentingan politik di antara dua negara. Bagi Malaysia, secara internasional akan
merasa "menang" terhadap Indonesia, jika berhasil mengklaim blok Ambalat.
Beda lagi bagi Indonesia yang secara politik ingin mempertahankan blok
Ambalat, karena dianggap sama dengan mempertahankan kedaulatan bangsa.
Diketahui, pada 25 Mei lalu kapal perang milik angkatan laut Malaysia yakni KD
Yu-3508 ditemukan oleh kapal Indonesia KRI Untung Suropati berada di wilayah
Ambalat. KD Yu mengatakan bahwa tujuannya ke Tawau, namun begitu KRI Untung
Suropati berhasil mengusirnya.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 23

Lalu pada 29 Mei belasan kapal berbendera Malaysia, berhasil terdeteksi pesawat
pengintai TNI Angkatan Udara di perairan batas terluar blok Ambalat. Salah satu
diantaranya adalah kapal perang patroli Jerong milik Tentara Diraja Malaysia.
Ci vis pacem para bellum -yang berarti jika ingin damai, bersiaplah untuk
berperang- adalah ungkapan klasik untuk menggambarkan suasana hati sebagian rakyat
Indonesia dalam melihat sengketa wilayah Ambalat, Kalimantan Timur. Seakan-akan,
tidak ada pilihan lain kecuali berperang untuk mempertahankan Blok Ambalat.
Sementara itu, diplomasi menjadi pilihan yang tidak populer. Hal itu
terbukti

dengan

maraknya

pendirian

posko-posko

sukarelawan

di

seluruh

wilayah tanah air dengan memanfaatkan retorika Bung Karno pada 1960-an
ketika menginginkan konfrontasi dengan negeri jiran, "ganyang Malaysia".
Sementara, pemimpin kedua negara masih berusaha mengedepankan dialog dan
perundingan dalam menyelesaikan sengketa perbatasan dan pemilikan wilayah Ambalat
tersebut. Hal itu bisa dilihat dari statemen kedua pemimpin, baik dari Malaysia maupun
Indonesia, tentang perlunya menyelesaikan kasus tersebut dengan cara-cara damai.
Pertanyaannya sekarang, di antara dua pilihan tersebut, mana yang lebih tepat
dilakukan oleh kedua negara? Penyelesaian melalui jalur diplomasi, tampaknya, akan
lebih elegan dalam masa sekarang ini dibandingkan dengan melaui jalur konfrontasi
bersenjata.
Mengingat zaman telah berubah dan hubungan antarbangsa telah berkembang
menuju hubungan yang lebih mengedepankan penghargaan pada martabat kemanusiaan.
Oleh karena itu, perang yang ganas dan keji tidak lagi menjadi pilihan populer sebagai
resolusi konflik antarbangsa.
Penyelesaian sengketa wilayah Ambalat melalui konfrontasi bersenjata akan
merugikan kedua belah pihak, yang tidak saja secara politik sebagai akibat langsung
konfrontasi, tetapi juga di bidang ekonomi dan sosial. Secara politik, citra kedua negara
akan

tercoreng,

paling

tidak,

di

antara

negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara termasuk pelopor berdirinya ASEAN, di

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 24

mana ASEAN didirikan sebagai sarana resolusi konflik, maka cara-cara penyelesaian
konflik yang konfrontatif dapat menjatuhkan citra mereka di ASEAN.
Dalam bidang ekonomi, kedua negara akan mengalami kerugian. Kedua belah
pihak akan meningkatkan anggarannya untuk biaya berperang, sedangkan biaya itu bisa
dialihkan kepada sektor lain. Belum lagi masalah TKI, yang kedua belah pihak sangat
berkepentingan.
Indonesia,

Bagi

TKI

adalah

remittance

yang

menjadi

sumber

devisa,

sementara

ekonomi Malaysia juga bergantung kepada keberadaan TKI. Perputaran ekonomi


masyarakat

di

wilayah

perbatasan

yang

saling

bergantung

juga

perlu

dipertimbangkan.
Aspek sosialnya juga tidak sedikit. Pengalaman berkonfrontasi dengan
Malaysia

pada

sebagian

warga

konfrontasi

tahun

'60-an

Indonesia.

tersebut.

telah

memberikan

Berapa

Tidak

banyak

adanya

pengalaman

keluarga

kompensasi

traumatis

yang

dari

terpisah

akibat

bagi
akibat

konfrontasi,

terutama pada masyarakat di perbatasan.


Tetapi, keinginan untuk menyelesaikan sengketa itu melalui jalur konfrontasi
masih bisa dipahami, paling tidak dalam tiga hal. Pertama, masyarakat Indonesia
mengalami pengalaman yang traumatis terhadap gagalnya upaya diplomasi atas
perebutan Sipadan dan Ligitan dengan Malaysia pada 2002.
Kedua, lepasnya wilayah Timor Timur dari wilayah NKRI cukup menjadikan
pengalaman yang pahit bagi Indonesia untuk tidak terulang lagi. Ketiga, penyelesaian
kasus

TKI

menyakitkan

oleh

mendorong
Perang

ilegal

terbuka
diplomasi.

sebagian

rasa

bukanlah
lebar

oleh

pemerintah

masyarakat

anti-Malaysia
satu-satunya

peluang

Penyelesain

cara

Malaysia

Indonesia.

dan

memenangkan

sengketa

perbatasan

Ketiga

keinginan

menyelesaikan

untuk

yang

sengketa

laut

itu

untuk

sengketa
di

hal

dirasa

Ambalat.

itu

sendiri

yang
perang.
Masih

melalui

jalur

sudah

diatur

melalui Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 (UN Convention on the Law of the Sea/
UNCLOS 1982). Pada prinsipnya, UNCLOS menyarankan bahwa penyelesaian sengketa
perbatasan di laut harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip equitable solution
(solusi patut).

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 25

Apalagi secara yuridis, Indonesia diuntungkan oleh adanya pasal 47 UNCLOS


bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia dapat menarik garis di pulau-pulau
terluarnya sebagai patokan untuk garis batas wilayah kedaulatannya. Paling tidak, ada
empat langkah yang dapat diambil untuk menyelesaikan sengketa wilayah Ambalat
tersebut. Pertama, melalui perundingan bilateral, yaitu memberi kesempatan kedua belah
pihak untuk menyampaikan argumentasinya tentang wilayah yang disengketakan dalam
forum bilateral.
Indonesia dan Malaysia harus secara jelas menyampaikan mana batas wilayah
yang diklaim dan apa landasan yuridisnya. Dalam hal ini, Malaysia tampaknya akan
menggunakan peta 1979 yang kontroversial itu. Sementara Indonesia mendasarkan
klaimnya pada UNCLOS 1982.
Jika gagal, maka perlu dilakukan cooling down dan selanjutnya masuk langkah
kedua dengan menetapkan wilayah sengketa sebagai status quo dalam kurun waktu
tertentu. Pada tahap ini, bisa saja dilakukan eksplorasi di Blok Ambalat sebagai sarana
untuk menumbuhkan rasa saling percaya kedua belah pihak (confidence building
measures).

Pola

ini

pernah

dijalankan

Indonesia-Australia dalam mengelola Celah Timor.


Langkah ketiga bisa memanfaatkan organisasi regional sebagai sarana resolusi
konflik, misalnya, melalui ASEAN dengan memanfaatkan High Council seperti
termaktub dalam Treaty of Amity and Cooperation yang pernah digagas dalam Deklarasi
Bali 1976.
Malaysia akan enggan menggunakan jalur ini karena takut dikeroyok
negara-negara ASEAN lainnya. Sebab, mereka memiliki persoalan perbatasan
dengan Malaysia akibat ditetapkannya klaim unilateral Malaysia berdasarkan
peta 1979, seperti Filipina, Thailand, dan Singapura. Di samping itu, kedua
negara juga bisa memanfaatkan jasa baik (good office) negara yang menjadi
ketua ARF (ASEAN Regional Forum) untuk menengahi sengketa ini.
Jika langkah ketiga tersebut tidak juga berjalan, masih ada cara lain.
Membawa

kasus

itu

ke

Mahkamah

Internasional

(MI)

sebagai

langkah

nonpolitical legal solution. Mungkin, ada keengganan Indonesia untuk membawa kasus

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 26

tersebut ke MI karena pengalaman pahit atas lepasnya Sipadan dan Ligitan. Tetapi, jika
Indonesia mampu menunjukkan bukti yuridis dan fakta-fakta lain yang kuat, peluang
untuk memenangkan sengketa itu cukup besar. Pasal-pasal yang ada pada UNCLOS
1982 cukup menguntungkan Indonesia, bukti ilmiah posisi Ambalat yang merupakan
kepanjangan alamiah wilayah Kalimantan Timur, bukti sejarah bahwa wilayah itu
merupakan bagian dari Kerajaan Bulungan, dan penempatan kapal-kapal patroli TNI-AL
adalah modal bangsa Indonesia untuk memenangkan sengketa tersebut.
Republik Indonesia adalah Negara kepulauan berwawasan nusantara, sehingga
batas wilayah di laut harus mengacu pada UNCLOS (United Nations Convension on the
Law of the Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82 yang kemudian diratifikasi dengan UU
No. 17 Tahun 1985. Indonesia memiliki sekitar 17.506 buah pulau dan 2/3 wilayahnya
berupa lautan.
Dari 17.506 pulau tersebut terdapat Pulau-pulau terluar yang menjadi batas
langsung Indonesia dengan negara tetangga. Berdasarkan hasil survei Base Point atau
Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan batas wilayah
dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya
ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai. Dari 92 pulau terluar ini ada 12
pulau yang harus mendapatkan perhatian serius.
Dalam Amandemen UUD 1945 Bab IX A tentang Wilayah Negara, Pasal 25A
tercantum Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. Di sini jelas disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah negara kepulauan berwawasan nusantara, sehingga batas wilayah di laut harus
mengacu pada UNCLOS (United Nations Convension on the Law of the Sea) 82/
HUKLA (Hukum laut) 82 yang kemudian diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985.
Dampak dari ratifikasi Unclos ini adalah keharusan Indonesia untuk menetapkan Batas
Laut Teritorial (Batas Laut Wilayah), Batas Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Batas
Landas

Kontinen.

Indonesia Adalah negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.506 buah pulau dan 2/3
wilayahnya berupa lautan. Dari 17.506 pulau tersebut terdapat pulau-pulau terluar yang
menjadi batas langsung Indonesia dengan negara tetangga.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 27

Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu


Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh
negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini,
Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya
dengan masalah penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya
alam serta pengembangan ekonomi kelautan suatu negara.
Kompleksitas permasalah di laut akan semakin memanas akibat semakin
maraknya kegiatan di laut, seperti kegiatan pengiriman barang antar negara yang 90%nya
dilakukan dari laut, ditambah lagi dengan isu-isu perbatasan, keamanan, kegiatan
ekonomi dan sebagainya. Dapat dibayangkan bahwa penentuan batas laut menjadi sangat
penting bagi Indonesia, karena sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan
negara tetangga di wilayah laut. Batas laut teritorial diukur berdasarkan garis pangkal
yang menghubungkan titik-titik dasar yang terletak di pantai terluar dari pulau-pulau
terluar wilayah NKRI. Berdasarkan hasil survei Base Point atau titik dasar untuk
menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak
di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai.
Dalam menyikapi gerak langkah Malaysia dalam memperluas wilayahnya
Indonesia harus tegas. Kita tidak boleh lagi kehilangan sejengkal pun wilayah kita, apa
pun ongkosnya. Terjaganya luas wilayah Indonesia merupakan wujud dari kedaulatan
kita sehingga kita harus mempertahankan dengan cara apa pun. Pemerintah Indonesia
dan Malaysia sepakat untuk menyelesaikan sengketa perbatasan melalui perundingan.
Penyelesaian melalui perundingan tetap dapat dilakukan. Akan tetapi, kita tidak boleh
percaya kepada Malaysia. Negara tetangga kita itu pandai mengkomunikasikan pesan
damai ke dunia internasional. Padahal, di tataran teknis mereka berbeda sama sekali.
Patok-patok perbatasan di Kalimantan selalu digeser. Kayu di hutan kita pun dicurinya.
Sayangnya, para pemimpin kita seakan-akan tidak peduli dengan hal-hal tersebut.
Upaya untuk mempertahankan wilayah Indonesia merupakan tanggung jawab
kita semua. Selama ini kita mungkin memandang bahwa penanggung jawab upaya
mempertahankan kedaulatan wilayah RI adalah TNI. Hal tersebut tidak tepat. Kita semua
bertanggung jawab untuk membantu negara dalam mempertahankan kedaulatan wilayah
RI. Kerja sama dan sinergi antar instansi pemerintah, pemerintah pusat dengan

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 28

pemerintah daerah, pemerintah dengan swasta, dan pemerintah dengan masyarakat harus
diperkuat.
Guna menginsentifkan pengamanan di perbatasan antara dua negara yakni
disekitar Blok Ambalat, yang merupakan perbatasan antara Negara Indonesia dan
Malaysia, saat ini TNI Angkatan Darat secara umum telah menurunkan dua batalion
untuk ikut mengamankan wilayah tersebut yakni, Batalion 613 /Awang Long dan
Batalion 643 /wanara Sakti.
Agar tidak terjadi konflik berkepanjangan hendaknya pemerintah melalukan :
1.

pemetaan kembali titik-titik perbatasan Indonesia


Pemetaan kembali titik-titik perbatasan wilayah Indonesia harus dilakukan. Hasil
pemetaan baru tersebut harus dibandingkan dengan pemetaan yang pernah dilakukan
sebelumnya. Koordinat titik-titik perbatasan sangat penting untuk kita inventarisir dan
dimasukkan dalam sebuah undang-undang mengenai perbatasan wilayah Indonesia.
Apabila perlu, daripada konstitusi diubah-ubanh hanya untuk keperluan rebutan
kekuasaan, masukkan klausul mengenai titik-titik perbatasan tersebut dalam UUD.
2. Bangun jalan di sepanjang perbatasan darat. Pandangan kita mengenai
perbatasan sebagai wilayah terpencil harus kita ubah. Mulai saat ini kita harus
memandang perbatasan sebagai wilayah strategis. Strategis untuk mempertahankan
wilayah kita. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah yang memiliki wilayah
perbatasan darat dengan negara tetangga seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Nusa Tenggara Timur dan Papua harus memprioritaskan pembangunan prasarana jalan di
sepanjang perbatasan. Jalan tersebut dihubungkan ke pusat kota atau pusat pemukiman
terdekat. Tujuan pembangunan jalan tersebut adalah untuk merangsang pembangunan
kota atau pemukiman baru di dekat perbatasan.
3. Bangun wilayah baru di dekat perbatasan. Setelah di sepanjang perbatasan
dibangun jalan yang terhubung ke pusat kota atau pusat pemukiman terdekat, pemerintah
daerah diharuskan membangun wilayah baru di dekat perbatasan. Pembangunan untuk
perluasan kota yang sudah mapan harus dihambat dan masyarakat dirangsang untuk
mengembangkan wilayah baru. Untuk melakukan hal tersebut, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah harus menyusun konsep pengembangan wilayah perbatasan secara

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 29

komprehensif agar wilayah baru yang dibentuk dapat hidup baik secara ekonomi maupun
sosial.Selain itu, wilayah baru yang dibangun sebaiknya diarahkan untuk memiliki
spesialsisasi. Misalnya, ada blok khusus jeruk Pontianak, blok khusus kebun aren, blok
khusus sawah padi, dll. untuk merangsang masuknya investasi bisnis pendukung di sana.
4.

Pembangunan pangkalan militer di dekat perbatasan. Saat ini kita melihat gelaran
pasukan TNI kita kurang memadai untuk melakukan upaya menjaga perbatasan negara.
Gelaran pasukan justru diletakkan di wilayah-wilayah padat penduduk yang sudah
terbangun. Gelaran pasukan seperti ini harus diubah. Batalyon-batalyon yang berada di
wilayah aman dari gangguan luar sepantasnya direlokasi ke wilayah perbatasan.
Apalagi, urusan keamanan dan ketertiban saat ini sudah menjadi tanggung jawab
kepolisian.

5.

Galakkan kembali transmigrasi. Program transmigrasi yang dulu gencar dilaksanakan


pada era Orde Baru harus digalakkan kembali. Transmigran diarahkan untuk mendiami
wilayah-wilayah baru yang dibentuk di dekat perbatasan. Saya yakin, apabila
infrastruktur transportasi dan komunikasi disiapkan, banyak penduduk dari wilayahwilayah padat yang bersedia bertransmigrasi.

6.

Pilih pemimpin yang kuat dan tegas. Pemimpin yang kuat dan tegas sangat penting.
Terlepas dari segala kekurangan yang dituduhkan, kita pernah memiliki dua sosok
pemimpin yang tegas sehingga dihormati kawan dan disegani lawan. Kedua pemimpin
yang kuat dan tegas itu adalah Soekarno dan Soeharto. Pada saat kedua orang itu
memimpin, tidak ada yang berani melecehkan negara kita. Akan tetapi, setelah berganti
pemimpin, negara kita menjadi bulan-bulanan pelecehan terutama oleh Malaysia dan
kadang-kadang Singapura.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 30

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia, sebagai negara ASEAN yang memiliki wilayah paling luas tidak memiliki
ambisi teritorial untuk mencaplok wilayah negara lain. Hal tersebut sangat berbeda dengan
Malaysia yang rakus untuk memperluas wilayahnya. Kita semua sudah tahu bahwa titik-titik
perbatasan darat Indonesia Malaysia di Pulau Kalimantan selalu digeser oleh Malaysia.
Wilayah kita semakin sempit sementara wilayah Malaysia semakin luas.
Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia,
Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,
diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India,
Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah
penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya alam serta
pengembangan ekonomi kelautan suatu negara.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering terjadi. Terhitung
sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat kapal Malaysia telah sembilan kali
masuk ke wilayah Indonesia. Blok Ambalat dengan luas 15.235 kilometer persegi, ditengarai
mengandung kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun. Bagi
masyarakat perbatasan, Ambalat adalah asset berharga karena di sana diketahui memiliki
deposit minyak dan gas yang cukup besar. Kelak, jika tiba waktunya minyak dan gas tersebut
bisa dieksploitasi, rakyat di sana juga yang mendapatkan dampaknya.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 31

B. SARAN
Sebagai negara kepulauan yang berwawasan nusantara, maka Indonesia harus
menjaga keutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin
bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian Pemerintah.
Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan
pulau inilah batas negara kita ditentukan. Pulau-pulau ini seharusnya mendapatkan perhatian
dan pengawasan serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu
keutuhan wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan
negara negara yang tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia. Dari 92
pulau terluar yang dimiliki Indonesia terdapat 12 pulau yang harus mendapat perhatian
khusus, Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Rondo, Berhala, Nipa, Sekatung, Marore,
Miangas, Fani, Fanildo, Dana, Batek, Marampit dan Pulau Bras.
Jangan takut bersikap tegas, kalau memang harus perang, rakyat Indonesia pasti
mendukung demi keutuhan NKRI. Karena NKRI adalah harga mati.

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 32

DAFTAR PUSTAKA
Kahar, Jounil, 2004. Penyelesaian Batas Maritim NKRI . Pikiran Rakyat 3 Januari 2004
Tim Redaksi, 2004. Pulau-pulau terluar Indonesia. Buletin DISHIDROS TNI AL edisi 1/ III tahun
2004

http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/ekonomi/shell_ambalat050316redirected
http://www.scribd.com/doc/4407559/KONFLIK-RIMALAYSIA
http://geopolitikenergi.wordpress.com/2007/05/09/konflik-ambalat-hanyamenguntungkan-penjajah
http://video.vivanews.com/read/5006konflik_ambalat_mencuat_sejak_1967
www.tempo interaktif.com

PENDIDIKAN PANCASILA

Page 33

Anda mungkin juga menyukai