Anda di halaman 1dari 13

Makalah

SENGKETA INTERNASIONAL BATAS WILAYAH (AMBALAT)


ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

















Andi Basrul
12571















SMAN 1 BONTOSIKUYU PARIANGAN
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
2014
i

Kata Pengantar



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.


Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.


Makalah ini bertemakan konflik antar negara yang berjudul Sengketa
Internasional Batas Wilayah (Ambalat) antara Indonesia dengan Malaysia. Walaupun
makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki
pembahasan yang cukup jelas bagi pembaca.


Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.


Tile-Tile, 24 Mei 2014
Penyusun



(Andi Basrul)
ii

Daftar Isi


Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................ 1
Bab II Permasalahan ................................................................................... 2
Bab III Pembahasan ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang Terjadinya Sengketa Internasional .................... 4
B. Upaya Pemerintah Mempertahankan Kedaulatan NKRI ............ 5
Bab IV Penutup ............................................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................... 9
Daftar Pustaka ................................................................................................ 10




1
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tak dapat disangkal, salah satu persoalan yang dapat memicu
persengketaan antar negara adalah masalah perbatasan. Indonesia juga
menghadapi masalah ini, terutama mengenai garis perbatasan di wilayah perairan
laut dengan negara-negara tetangga.
Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi
masalah yang sama. Anggapan bahwa situasi regional sekitar Indonesia dalam tiga
dekade ke depan tetap aman dan damai, mungkin ada benarnya, namun di balik itu
sebenarnya bertaburan benih konflik, yang dapat berkembang menjadi
persengketaan terbuka.
Republik Indonesia adalah Negara kepulauan berwawasan nusantara,
sehingga batas wilayah di laut harus mengacu pada UNCLOS (United Nations
Convension on the Law of the Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82 yang kemudian
diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985. Indonesia memiliki sekitar 17.506
buah pulau dan 2/3 wilayahnya berupa lautan.
Dari 17.506 pulau tersebut terdapat Pulau-pulau terluar yang menjadi batas
langsung Indonesia dengan negara tetangga. Berdasarkan hasil survei Base Point
atau Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan
batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92
pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai. Dari 92
pulau terluar ini ada 12 pulau yang harus mendapatkan perhatian serius.
Dalam makalah ini penulis ingin membahas masalah Sengketa
Internasional Batas Wilayah (Ambalat) Antara Indonesia dengan Malaysia
2
BAB II
PERMASALAHAN


Indonesia tentu patut mewaspadai perkembangan yang terjadi di
sekitarnya terutama di ka-wasan Asia Pasific. Sebab konsekuensi letak geo-grafis
Indonesia dipersilangan jalur lalulintas internasional, maka setiap pergolakan
berapa pun kadar intensitas pasti berpengaruh terhadap Indonesia. Apalagi jalur
suplai kebutuhan dasar terutama minyak beberapa negara melewati perairan
Indonesia. Jalur pasokan minyak dari Timur Tengah dan Teluk Persia ke Jepang
dan Amerika Serikat, misalnya, sekitar 70% pelayarannya melewati perairan
Indonesia. Karenanya sangat wajar bila berbagai negara berkepentingan
mengamankan jalur pasokan minyak ini, termasuk di perairan nusantara, seperti,
Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan
lain-lain.
Pasukan Beladiri Jepang secara berkala dan teratur mengadakan latihan
operasi jarak jauh untuk mengamankan area yang mereka sebut sebagai "life line,"
yakni, radius sejauh 1000 mil laut hingga menjangkau perairan Asia Tenggara.
Hal yang sama juga dilakukan Cina, Australia, India, termasuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi penutupan jalur-jalur vital tersebut oleh negara-negara di
sekitarnya (termasuk Indonesia).
Keberadaan Indonesia dipersilangan jalur pelayaran strategis, memang
selain membawa keberuntungan juga mengandung ancaman. Sebab pasti dilirik
banyak negara. Karena itu sangat beralasan bila beberapa negara memperhatikan
dengan cermat setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia. Australia misalnya,
sangat kuatir bila Indonesia mengembangkan kekuatan angkatan laut, yang pada
gilirannya dapat memperketat pengendalian efektif semua jalur pelayaran di
perairan nusantara.

3
Patut diingat, penetapan sepihak selat Sunda dan selat Lombok sebagai
perairan internasional oleh Indonesia secara bersama-sama ditolak oleh Ameri-ka
Serikat, Australia, Canada, Jerman, Jepang, Ing-gris dan Selandia Baru. Tentu
apabila dua selat ini menjadi perairan teritorial Indonesia, maka semua negara
yang melintas di wilayah perairan ini harus tunduk kepada hukum nasional
Indonesia, tanpa mengabaikan kepentingan internasional.
Hal yang patut dicermati adalah kenyataan bahwa wilayah Indonesia yang
saat ini terbelit konflik sosial berkepanjangan (manifes maupun latent) umumnya
adalah daerah yang berada dijalur pelayaran internasional, seperti, Bali, Lombok,
Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Riau, Aceh, Papua
dan lain-lain. Kenyataan ini patut diwaspadai karena tak tertutup kemungkinan
adanya pihak luar yang bermain di dalam konflik yang terjadi di beberapa daerah
ini. Selain itu sebab jika Indonesia gagal mengatasinya, dan konflik yang terjadi
berkembang menjadi ancaman bagi keselamatan pelayaran internasional, maka
berdasarkan keten-tuan internasional, negara asing diperbolehkan menu-runkan
satuan militernya di wilayah itu demi menjaga kepentingan dunia.
Dalam rangka pengamanan jalur-jalur strategis tersebut, sejumlah negara
maju secara bersama-sama telah membentuk satuan reaksi cepat yang disebut
"Stand By High Readness Brigade" (SHIRBRIG) berkekuatan 4000 personil yang
selalu siap digerakkan ke suatu target sebagai "muscular peace keeping force."
Dari uraian diatas, permasalahan yang ingin penulis bahas adalah:
1. Apa Latar belakang munculnya konflik internasional?
2. Mengapa Ambalat jadi rebutan?
3. Bagaimana upaya pemerintah mempertahankan kedaulatan NKRI?




4
BAB III
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG TERJADINYA SENGKETA INTENASIONAL
Persengketaan bisa terjadi karena:
1. Kesalahpahaman tentang suatu hal.
2. Salah satu pihak sengaja melanggar hak / kepentingan negara lain.
3. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal.
4. Pelanggaran hukum / perjanjian internasional.
Sebab timbulnya sengketa internasional yang sangat potensial terjadinya
perang terbuka :
1. Segi Politis (adanya pakta pertahanan / pakta perdamaian).
Pasca Perang Dunia II (1945) muncul dua kekuatan besar yaitu Blok Barat
(NATO pimpinan AS) dan Blok Timur (PAKTA WARSAWA pimpinan Uni
Soviet). Mereka bersaing berebut pengaruh di bidang Ideologi, Ekonomi, dan
Persenjataan. Akibatnya sering terjadi konflik di berbagai negara, missalnya
Krisis Kuba, Perang Korea (Korea Utara didukung Blok Timur dan Korea Selatan
didukung Blok Barat), Perang Vietnam dll.
2. Batas Wilayah.
Suatu Negara berbatasan dengan wilayah Negara lain. Kadang antar
Negara terjadi ketidak sepakatan tentang batas wilayah masing masing.
Misalnya Indonesia dengan Malaysia tentang Pulau Sipadan dan Ligitan
(Kalimantan). Sengketa ini diserahkan kepada Mahkamah Internasional dan pada
tahun 2003 sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia. Dengan runtuhnya Blok
Timur dengan ditandai runtuhnya Tembok Berlin .


5
B. UPAYA PEMERINTAH MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN
NKRI
Di mata Pemerintah Indonesia, Ambalat bukan wilayah sengketa, dan juga
tak ada tumpang tindih wilayah. Jika Malaysia masuk, itu artinya upaya
perampasan wilayah kedaulatan. Akan tetapi masyarakat perbatasan
membutuhkan jawaban dan kepastian. Jangan biarkan mereka hidup dalam
kebimbangan. Lantaran itu TNI bersama dengan Pemerintah Kabupaten Nunukan
dan masyarakat sudah bertekad untuk menjaga Ambalat dan Karang Unarang
sebagai wilayah teritorial Indonesia. Mereka menancapkan bendera Merah Putih
di perairan tersebut, sekaligus juga membiarkan nelayan mendirikan bagang lebih
banyak lagi.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering
terjadi. Terhitung sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat kapal
Malaysia telah sembilan kali masuk ke wilayah Indonesia.
Betapa istimewanya Ambalat, blok laut seluas 15.235 kilometer persegi
yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar itu, hingga menjadi titik
konflik antara dua negara bertetangga ini. Wilayah Ambalat merupakan wilayah
yang memiliki potensi ekonomi cukup besar karena memiliki kekayaan alam,
berupa sumber daya minyak. Oleh karena itu, wajar jika muncul berbagai
kepentingan yang mendasari munculnya masalah persengketaan ini. Bukan saja
kepentingan ekonomi, melainkan juga adanya faktor kepentingan politik di antara
dua negara. Bagi Malaysia, secara internasional akan merasa "menang" terhadap
Indonesia, jika berhasil mengklaim blok Ambalat.
Beda lagi bagi Indonesia yang secara politik ingin mempertahankan blok
Ambalat, karena dianggap sama dengan mempertahankan kedaulatan bangsa.
Agar tidak terjadi konflik berkepanjangan hendaknya pemerintah melalukan :
1. Pemetaan kembali titik-titik perbatasan Indonesia
Pemetaan kembali titik-titik perbatasan wilayah Indonesia harus
6
dilakukan. Hasil pemetaan baru tersebut harus dibandingkan dengan pemetaan
yang pernah dilakukan sebelumnya. Koordinat titik-titik perbatasan sangat penting
untuk kita inventarisir dan dimasukkan dalam sebuah undang-undang mengenai
perbatasan wilayah Indonesia. Apabila perlu, daripada konstitusi diubah-ubanh
hanya untuk keperluan rebutan kekuasaan, masukkan klausul mengenai titik-titik
perbatasan tersebut dalam UUD.
Bangun jalan di sepanjang perbatasan darat. Pandangan kita mengenai
perbatasan sebagai wilayah terpencil harus kita ubah. Mulai saat ini kita harus
memandang perbatasan sebagai wilayah strategis. Strategis untuk
mempertahankan wilayah kita. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah yang
memiliki wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga seperti Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Papua harus
memprioritaskan pembangunan prasarana jalan di sepanjang perbatasan. Jalan
tersebut dihubungkan ke pusat kota atau pusat pemukiman terdekat.
Tujuan pembangunan jalan tersebut adalah untuk merangsang pembangunan kota
atau pemukiman baru di dekat perbatasan.
2. Bangun wilayah baru di dekat perbatasan. Setelah di sepanjang
perbatasan dibangun jalan yang terhubung ke pusat kota atau pusat pemukiman
terdekat, pemerintah daerah diharuskan membangun wilayah baru di dekat
perbatasan. Pembangunan untuk perluasan kota yang sudah mapan harus
dihambat dan masyarakat dirangsang untuk mengembangkan wilayah baru. Untuk
melakukan hal tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus
menyusun konsep pengembangan wilayah perbatasan secara komprehensif agar
wilayah baru yang dibentuk dapat hidup baik secara ekonomi maupun sosial.
Selain itu, wilayah baru yang dibangun sebaiknya diarahkan untuk
memiliki spesialsisasi. Misalnya, ada blok khusus jeruk Pontianak, blok khusus
kebun aren, blok khusus sawah padi, dll. untuk merangsang masuknya investasi
bisnis pendukung di sana.

7
3. Pembangunan pangkalan militer di dekat perbatasan. Saat ini kita
melihat gelaran pasukan TNI kita kurang memadai untuk melakukan upaya
menjaga perbatasan negara. Gelaran pasukan justru diletakkan di wilayah-wilayah
padat penduduk yang sudah terbangun. Gelaran pasukan seperti ini harus diubah.
Batalyon-batalyon yang berada di wilayah aman dari gangguan luar sepantasnya
direlokasi ke wilayah perbatasan. Apalagi, urusan keamanan dan ketertiban saat
ini sudah menjadi tanggung jawab kepolisian.
4. Galakkan kembali transmigrasi. Program transmigrasi yang dulu
gencar dilaksanakan pada era Orde Baru harus digalakkan kembali. Transmigran
diarahkan untuk mendiami wilayah-wilayah baru yang dibentuk di dekat
perbatasan. Saya yakin, apabila infrastruktur transportasi dan komunikasi
disiapkan, banyak penduduk dari wilayah-wilayah padat yang bersedia
bertransmigrasi.
Pilih pemimpin yang kuat dan tegas. Pemimpin yang kuat dan tegas sangat
penting. Terlepas dari segala kekurangan yang dituduhkan, kita pernah memiliki
dua sosok pemimpin yang tegas sehingga dihormati kawan dan disegani lawan.
Kedua pemimpin yang kuat dan tegas itu adalah Soekarno dan Soeharto. Pada saat
kedua orang itu memimpin, tidak ada yang berani melecehkan negara kita. Akan
tetapi, setelah berganti pemimpin, negara kita menjadi bulan-bulanan pelecehan
terutama oleh Malaysia dan kadang-kadang Singapura.








8
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia, sebagai negara ASEAN yang memiliki wilayah paling luas
tidak memiliki ambisi teritorial untuk mencaplok wilayah negara lain. Hal tersebut
sangat berbeda dengan Malaysia yang rakus untuk memperluas wilayahnya. Kita
semua sudah tahu bahwa titik-titik perbatasan darat Indonesia Malaysia di Pulau
Kalimantan selalu digeser oleh Malaysia. Wilayah kita semakin sempit sementara
wilayah Malaysia semakin luas.
Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu
Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan
sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina,
Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya
sangat erat kaitannya dengan masalah penegakan kedaulatan dan hukum di laut,
pengelolaan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi kelautan suatu
negara.
Sengketa blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia tercatat telah sering
terjadi. Terhitung sejak Januari hingga April 2009 saja, TNI AL mencatat kapal
Malaysia telah sembilan kali masuk ke wilayah Indonesia. Blok Ambalat dengan
luas 15.235 kilometer persegi, ditengarai mengandung kandungan minyak dan gas
yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun. Bagi masyarakat perbatasan, Ambalat
adalah asset berharga karena di sana diketahui memiliki deposit minyak dan gas
yang cukup besar. Kelak, jika tiba waktunya minyak dan gas tersebut bisa
dieksploitasi, rakyat di sana juga yang mendapatkan dampaknya.



9
B. SARAN
Sebagai negara kepulauan yang berwawasan nusantara, maka Indonesia
harus menjaga keutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah
terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian Pemerintah.
Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena
berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan. Pulau-pulau ini seharusnya
mendapatkan perhatian dan pengawasan serius agar tidak menimbulkan
permasalahan yang dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia, khususnya
pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara negara yang tidak/ belum
memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia. Dari 92 pulau terluar yang
dimiliki Indonesia terdapat 12 pulau yang harus mendapat perhatian khusus,
Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Rondo, Berhala, Nipa, Sekatung, Marore,
Miangas, Fani, Fanildo, Dana, Batek, Marampit dan Pulau Bras.
Jangan takut bersikap tegas, kalau memang harus perang, rakyat Indonesia
pasti mendukung demi keutuhan NKRI. Karena NKRI adalah harga mati.












10
DAFTAR PUSTAKA


Kahar, Jounil, 2004. Penyelesaian Batas Maritim NKRI . Pikiran Rakyat 3 Januari
2004
Tim Redaksi, 2004. Pulau-pulau terluar Indonesia. Buletin DISHIDROS TNI AL
edisi 1/ III tahun 2004

http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/ekonomi/shell_ambala
t050316-redirected
http://www.scribd.com/doc/4407559/KONFLIK-RIMALAYSIA
http://geopolitikenergi.wordpress.com/2007/05/09/konflik-ambalat-hanya-
menguntungkan-penjajah
http://video.vivanews.com/read/5006konflik_ambalat_mencuat_sejak_1967
www.tempointeraktif.com

Anda mungkin juga menyukai