Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PROYEK PABRIK ASAM ASETAT


MATA KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI

Disusun oleh Kelompok 4:

Eka Tarisa Putri Ayu NIM: 205061101111039


Ester Bonita Sihura NIM: 205061100111040
Amanda Sahda Qonita NIM: 205061100111044

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
2022
1. Latar Belakang
Meningkatnya pembangunan di sektor industri, khususnya sub sektor industri
kimia menyebabkan kebutuhan bahan baku meningkat. Namun hingga saat ini, Indonesia
masih banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. Untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor, diperlukan
berdirinya pabrik baru yang dapat menutupi kekurangan bahan baku sekaligus
menghemat devisa negara. Berdirinya pabrik baru juga berperan besar dalam mengurangi
angka pengangguran di Indonesia dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, salah satu bahan kimia
yang memiliki nilai impor tinggi di Indonesia adalah asam asetat, yaitu sebesar
71.278,413 ton. Industri ini berperan besar dalam industri kimia sebagai bahan dasar
maupun bahan tambahan serta memiliki pasar yang cukup luas dan prospek yang baik di
bidang perindustrian. Asam asetat biasa digunakan dalam industri etil asetat, plastik,
farmasi, cat, karet, dan lain-lain. Hingga saat ini, kebutuhan asam asetat di Indonesia
belum sepenuhnya terpenuhi oleh satu-satunya produsen asam asetat di Indonesia, yaitu
PT. Indo Acidatama Chemical Industry. Perusahaan ini hanya mampu menghasilkan
33.000 ton asam asetat setiap tahun dengan kapasitas maksimal pabrik sebesar 65.000
ton. Dimana angka tersebut masih belum bisa memenuhi kebutuhan asam asetat
domestik yang mencapai 239.156 ton/tahunnya.
Berdirinya pabrik asam asetat di Indonesia dapat memberikan banyak
keuntungan, diantaranya:
a. Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri, sehingga dapat mengurangi
impor asam asetat dari luar negeri.
b. Dapat menghasilkan prospek ekspor yang cukup baik, sehingga meningkatkan
devisa negara.
c. Meningkatkan dan mendukung perkembangan industri bahan baku asam asetat lokal.
d. Menciptakan dan membuka lapangan pekerjaan baru, sehingga dapat mengurangi
pengangguran di dalam negeri.
e. Mendorong perekonomian dalam negeri.
2. Analisis Pasar
Indonesia tergolong salah satu produsen asam asetat terendah di dunia, yaitu hanya
sekitar 33.000 ton/tahun dengan kapasitas produksi 65.000 ton/tahun. Hal ini juga
disebabkan oleh minimnya pabrik yang memproduksi asam asetat. Hingga saat ini, hanya
terdapat satu perusahaan yang memproduksi asam asetat di Indonesia, yaitu PT. Indo
Acidatama Chemical Industry (IACI) yang berlokasi di Jalan Raya Solo-Sragen KM 11,4
Jawa Tengah. Terbatasnya pabrik asam asetat berakibat pula pada terbatasnya ekspor dan
besarnya kebutuhan impor asam asetat di Indonesia.
2.1 Kebutuhan Impor Asam Asetat
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (2022), diperoleh data
kebutuhan impor asam asetat di Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1. Data Impor Asam Asetat di Indonesia
Tahun Jumlah (ton/tahun) Pertumbuhan (%)
2014 111.864,124 -
2015 83.260,998 -25,5695
2016 59.446,745 -28,6019
2017 69.372,268 16,6964
2018 70.963,87 2,2942
2019 71.599,05 0,895
2020 65.591,791 -8,3901
2021 71.278,413 8,6697

Berikut merupakan data impor asam asetat di Indonesia mulai tahun 2014-2021 jika
disajikan dalam visualisasi grafik :

Grafik Pertumbuhan Impor Asam Asetat


130000
Kapasitas (ton/tahun)

110000 y = -3980.9x + 8E+06


90000 R² = 0.3638

70000
50000
2014 2016 2018 2020
Tahun

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Impor Asam Asetat di Indonesia

2.2 Ekspor Asam Asetat


Terbatasnya produksi asam asetat di dalam negeri yang tidak sebanding dengan
besarnya kebutuhan membuat Indonesia hanya dapat mengekspor asam asetat dengan
jumlah yang sangat sedikit hingga dianggap tidak ada. Berikut ini merupakan data
ekspor asam asetat di Indonesia yang dilansir dari Badan Pusat Statistik (2022) :
Tabel 2. Data Ekspor Asam Asetat di Indonesia
Tahun Jumlah (ton/tahun) Pertumbuhan (%)
2014 0.612 -
2015 3,86554 531,6241
2016 66,7368 1626,4547
2017 5,34188 -91,9956
2018 1,27242 -76,1802
2019 2,6855 111.0545
2020 9,433 251,2567
2021 0,37373 -96,038

Data di atas menunjukkan pertumbuhan ekspor asam asetat di Indonesia yang sangat
fluktuatif. Lonjakan tertinggi ekspor asam asetat terjadi pada tahun 2016 yang dapat
dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik Pertumbuhan Ekspor Asam Asetat


80
70
Kapasitas (ton/tahun)

y = -2.0245x + 4095.6
60 R² = 0.0481
50
40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Ekspor Asam Asetat di Indonesia

2.3 Konsumsi Asam Asetat dalam Negeri


Di Indonesia, asam asetat digunakan sebagai bahan baku produksi pada beberapa
industri kimia. Berikut ini merupakan data konsumsi asam asetat di Indonesia setiap
tahunnya:
Tabel 3. Data Konsumsi Asam Asetat di Indonesia
Konsumen Konsumsi (ton/tahun)
Industri PTA 141.341
Industri Etil Asetat 23.912
Industri Benang Karet 4.232
Industri Asam Cuka 2.752
Industri Tekstil 24.367
Industri Lainnya 42.552
Total 239.156
3. Perencanaan Kapasitas Produksi
Implementasi pembuatan pabrik baru asam asetat direncanakan akan didirikan pada
tahun 2025 dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan perhitungan kapasitas
produksi yang efisien. Asam asetat yang akan diproduksi harus memenuhi kriteria atau
spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 4. Spesifikasi Asam Asetat
Parameter Produk Asam Asetat
3
Rumus Molekul CH COOH
Bentuk Cair
Warna Tidak Berwarna
Kemurnian 100%
Berat Molekul 60.05 g/mol
Titik Didih (pada 1 atm) 118℃
Titik Beku/Titik Leleh 17℃
Titik Nyala 39℃
Tekanan Uap 0.020518 atm (25℃)
Densitas Uap 2.1 (20℃)
Viskositas (Kinetik) 1.168 mm2/s
Viskositas (Dinamik) 1.056 mPa.s (25℃)
pH 2.4
Densitas 1040 kg/m3 (25℃)
Suhu Kritis 322℃
Tekanan Kritis 44.7076 atm
Kelarutan dalam Air 602.9 g/l Larut

Asam asetat akan dibuat dengan proses monsanto menggunakan bahan baku metanol dan
karbon monoksida dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 5. Spesifikasi Bahan Baku
Parameter Bahan Baku
Metanol Karbon Monoksida
Rumus Molekul CH3OH CO
Bentuk Cair Gas
Warna Tidak Berwarna Tidak Berwarna
Kemurnian 100% 100%
Berat Molekul 32.04 g/mol 28 g/mol
Titik Didih (pada 1 atm) 64.7℃ -191.5℃
Titik Beku/Titik Leleh -97.8℃ -205.1℃
Titik Nyala 9.7℃ -
Tekanan Uap 0.126326 atm (20℃) -
Densitas Uap 1.1 (20℃) 1
Viskositas (Kinetik) - -
Viskositas (Dinamik) 0.544-0.59 mPa.s -
(25℃)
pH 7-8.3 -
Densitas 791 kg/m (25℃)
3
1.2501 kg/m3 (25℃)
Suhu Kritis 240℃ -139.8℃
Tekanan Kritis 78.5068 atm 34.5324 atm
Kelarutan dalam Air 1000 g/l 41 g/l Larut
Setelah didapatkan data-data penunjang, dilakukan perhitungan kapasitas produksi
pabrik yang akan didirikan pada tahun 2025 mendatang. Perhitungan meliputi perkiraan
impor dan ekspor serta kapasitas pabrik asam asetat pada tahun 2025. Diketahui bahwa
Indonesia dapat menghasilkan 33.000 ton asam asetat setiap tahunnya dari produksi PT.
Indo Acidatama sebagai satu-satunya pabrik asam asetat di Indonesia yang memiliki
kapasitas produksi 65.000 ton/tahun. Sedangkan, konsumsi asam asetat untuk berbagai
keperluan industri di Indonesia mencapai 239.156 ton per-tahun. Sehingga didapatkan
data:
m2 = 65.000 ton/tahun
m5 = 239.156 ton/tahun

3.1 Perkiraan Konsumsi Asam Asetat pada Tahun 2025


Berdasarkan tabel 1, kenaikan impor per tahun adalah -4,858%, maka perkiraan
impor asam asetat pada tahun 2025 dapat dihitung, yakni sebesar:
𝑚1 = 𝑃 (1 + 𝑖)𝑛
5
𝑚1 = 71.278,413 (1 + (−0,0485))
𝑚1 = 55.567,3072 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

3.2 Perkiraan Jumlah Ekspor Asam Asetat pada Tahun 2025


Kenaikan ekspor per tahun adalah 322,31% maka dapat diperkirakan jumlah ekspor
pada tahun 2025 sebagai berikut :
𝑚4 = 𝑃 (1 + 𝑖)𝑛
𝑚4 = 0,37373 (1 + 3.2231)5
𝑚4 = 502,0181 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

3.3 Kapasitas Pabrik Asam Asetat pada Tahun 2025


𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 = 𝑚4 + 𝑚5
𝑚3 = (𝑚4 + 𝑚5 ) − (𝑚1 + 𝑚2 )
𝑚3 = (502,0181 + 239.156) − (55.567,3072 + 65.000)
𝑚3 = 119.090,711 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Dari perancangan kapasitas pabrik yang didapatkan, yaitu 119.090,711 ton/tahun,
dapat disimpulkan bahwa pabrik asam asetat yang direncanakan untuk tahun 2025
mendatang layak untuk didirikan. Dari hasil yang ada, pabrik asam asetat yang baru
akan membantu memenuhi kebutuhan asam asetat di dalam negeri yang mencapai
239.156 ton sehingga dapat mengurangi angka impor asam asetat di Indonesia.
3.4 Susunan Struktur Organisasi

Eka Tarisa Putri Ayu


Ketua (CEO)

Amanda Sahda Qonita Ester Bonita Sihura


Sekretaris Bendahara

Tabel 6. Perincian Tugas Susunan Struktur Organisasi


Jabatan Tugas
• Memimpin pengembangan strategi industri jangka pendek
dan jangka panjang
• Menjaga performa industri terhadap situasi pasar yang
kompetitif, peluang ekspansi, dan perkembangan industri.
• Mengambil keputusan terakhir yang berhubungan dengan
pembangunan proyek.
Ketua (CEO)
• Menandatangani Surat Perintah Keja (SPK) dan surat
perjanjian (kontrak) antara pimpro dengan kontraktor.
• Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada
kontraktor.
• Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang.
• Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
• Mengatur dan mencatat hasil rapat.
• Melakukan pencatatan administrasi dokumen.
• Membina hubungan dengan berbagai pihak.
• Memastikan persyaratan hukum.
Sekretaris • Melakukan supervisi terhadap staf dan karyawan baru.
• Mengorganisir dan menyampaikan pesan dari CEO.
• Mengatur jadwal.
• Menyambut tamu bisnis dan klien.
• Membantu bagian eksektutif mengerjakan tugas.
• Menyusun rencana anggaran.
• Melaksanakan pengelolaan keuangan dan pengadaan
kebutuhan barang.
• Memfasilitasi kebutuhan pembiayaan program kerja dan
Bendahara
roda suatu industri.
• Menyusun laporan dan pembukuan.
• Mengetahui transaksi yang ada di industri.
• Mengatur dan mengelola bukti transaksi.
3.5 Jadwal Perencanaan Proyek
Tahun ke-
No Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pembentukan Tim, Pembagian Tugas,


Penyusunan Jadwal, Pencarian lokasi,
Pembuatan desain pabrik, pengurusan
surat izin
2 Menjalin kerjasama dengan beberapa
pihak (penyuplai bahan baku,
penanaman modal, kontraktor, Investor
dan pemerintah)
3 Pembangunan pabrik asam asetat
4 Pelaksanaan (mulai beroperasi)
5 Evaluasi efisiensi produksi
6 Perluasan jangkauan pasar, peninjauan
sistem dan pengembangan SDM serta
sistem
7 Evaluasi dan pengembalian modal

3.6 Analisis SWOT Pabrik Asam Asetat


Strength Weakness
• Harga bahan baku yang terjangkau • Jauhnya bahan baku utama
dan ketersediaannya melimpah (Asetaldehid) yang di impor dari
(asetaldehid). Negara tetangga.
• Tingginya permintaan asam asetat • Tercemarnya perairan akibat limbah
dalam berbagai industri di Indonesia yang dihasilkan.
(Contoh: industri PTA, farmasi, • Kerusakan infrastruktur jalan dan
tekstil). pelabuhan karena sering dilewati oleh
• Banyaknya engineer dari universitas kendaraan berat seiring berjalannya
ternama yang mampu menjadi tenaga waktu.
ahli. • Dapat memanfaatkan utilitas dari
pabrikan lain karena berada di
kawasan Industri.
• Harga lahan relatif mahal
Opportunity Threat
• Tingginya nilai impor asam asetat • Sukarnya mempertahankan dan
karena belum terpenuhinya kebutuhan menjaga kualitas bahan baku
dalam negeri. Asetaldehid.
• Upah buruh di Indonesia yang lebih • Mutu kualitas Produk yang bersaing
rendah dari buruh luar negeri. dengan importir.
• Minimnya kompetitor produsen asam • Perlunya pengolahan air yang lebih
asetat dimana hanya ada satu maksimal sebelum di buang ke
produsen asam asetat di Indonesia, sungai.
yaitu PT. Indo Acidatama. • Persaingan rekrutmen dengan pabrik
• Pasar produk asam asetat yang cukup yang lebih mapan
luas di Indonesia

3.7 Roundmap Pabrik Asam Asetat

Tahun Pertama
Dilakukan perancangan pabrik mulai awal hingga akhir yang meliputi: penentuan
kapasitas produksi, perancangan kondisi operasi dan peralatan, penentuan peralatan
yang akan digunakan selama proses produksi beserta spesifikasinya, perancangan
utilitas, hingga estimasi biaya pembangunan dan produksi. Serta melakukan survei
lokasi pendirian pabrik.
Tahun Kedua
Penanaman modal baik dari investor maupun hasil pinjaman dari bank dan
sejenisnya. Pada tahap ini, pendiri pabrik akan berusaha mencari investor untuk
menanamkan modalnya di pabrik dengan memaparkan benefit dan prediksi
keuntungan yang akan didapatkan.
Tahun ketiga sampai kelima
Pada tahun ketiga masih tetap dilakukan pencarian investor namun bersamaan
dengan dimulainya pembangunan pabrik asam asetat. Proses pembangunan pabrik
akan diawasi langsung oleh engineer yang telah merancang pabrik pada tahun
pertama. Tujuan pengawasan ini agar tidak ada misskomunikasi antar kontraktor
dengan engineer sehingga pembangunan pabrik akan berjalan dengan lancar dan
menghindari potensi kesalahan yang dapat terjadi. Target pembangunan pabrik di
tahun kelima yakni peralatan yang akan digunakan pada proses produksi asam
asetat sudah selesai dan dapat ditempatkan pada layout masing-masing peralatan
sesuai rancangan engineer.
Tahun Keenam
Pabrik asam asetat mulai beroperasi dengan bantuan berbagai macam tingkatan
pekerja. Mulai dari process engineer, teknisi, operator, hingga buruh pabrik. Proses
produksi asam asetat juga akan diawasi sesuai dengan protokol keselamatan dan
keamanan kerja yang berlaku. Pada tahun ini, perusahaan masih melakukan
branding produk dan pemasaran produk masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan
domestik, khususnya untuk industri-industri yang lokasinya dekat dengan pabrik.
Tahun Ketujuh
Pada tahun ini dilakukan evaluasi dan analisa hasil produksi di tahun pertama
beroperasinya pabrik. Kinerja dari sistem yang dinilai bagus dipertahankan dan
sistem yang dinilai kurang optimal diperbaiki.
Tahun Kedelapan
Setelah branding perusahaan dirasa cukup stabil, dilakukan perluasan jangkauan
pasar. Pada tahun ini, produk asam asetat tidak hanya akan memenuhi kebutuhan
domestik tetapi juga diekspor meskipun dengan jumlah yang belum terlalu banyak.
Tahun Kesembilan
Pada tahun ini, sistem yang telah ditinjau di tahun-tahun sebelumnya kembali
dikembangkan dan diperbaiki. Hal ini juga didukung dengan pengembangan
Sumber Daya Manusia di dalam pabrik, terutama tenaga ahli. Misalnya dengan
melakukan training khusus untuk meningkatkan skill para pekerja dan
memunculkan awareness para pekerja terhadap keselamatan pada industri.
Tahun Kesepuluh
Pada tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya akan terus dilakukan evaluasi untuk
meninjau kinerja dan optimasi produksi asam asetat di pabrik yang telah beroperasi
tersebut. Dan pada tahun kesepuluh, pengembalian modal produksi mulai dapat
dilakukan. Misalnya membayar uang pinjaman pada bank dan sebagainya, tentunya
harus melewati perencanaan dan Analisa ekonomi yang cukup matang.
3.8 Analisis Ekonomi (Biaya)
a. Biaya Bahan Baku
Diketahui Kapasitas produksi : 119.090,711 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Konsumsi : 55.567,3072 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Harga bahan baku : Rp. 5066,25/kg
Maka biaya bahan baku : Rp. 281.517.870 juta/tahun

b. Biaya Peralatan Umum


c. Biaya Peralatan Utilitas
d. Biaya Tenaga Kerja

Anda mungkin juga menyukai