Nim : 1910115009
Instrumen UCP
SOAL ESSAY/SOAL PROJEK/SOAL STUDI KASUS
Teori (60%) Pilih 3 dari 4 soal di bawah ini.
Jawaban:
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Sektor industri
diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah
perekonomian menuju kemajuan. Produk industri selalu memiliki term of trade
yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-
produk lain.
Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena
sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai
kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja
yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari
setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan
sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang
semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian
negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke
sektor industri.
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena
sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan.
Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi
bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added)
yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
Jawab:
Pendekatan konsepsi ekonomi mikro dengan ekonomi industri digunakan
dalam analisis perusahaan, pelaku pasar, dan industry. Dalam ekonomi mikro
disebutkan bahwa setiap perusahaan dalam dunia bisnis adalah bertujuan
memaksimalkan keuntungan atau profit. Sementara itu pendekatan menurut makro
ekonomi berkaitan dengan kebijakan publik pemerintah untuk mengatur jalannya
roda perekonomian disetiap sektor usaha. Sedangkan hubungannya dengan big data
adalah big data merupakan kumpulan proses yang terdiri dari volume data dalam
jumlah yang sangat besar yang terstruktur maupun tidak terstruktur dan digunakan
untuk membantu analisis kegiatan bisnis. Dengan adanya big data dapat membantu
proses pengembangan kegiatan industry/pasar/perusahaan/negara yang berada di
dalam konsepsi ekonomi industri.
Kasus(40%)
1. Meskipun masa pandemi, penjualan mobil terlihat masih cukup tinggi. Dengan
menggunakan tabel di bawah ini coba tunjukkan pangsa pasar, rasio konsentrasi
(concentration ratio) dan HHI, dari setiap brand pada masa pandemi 2020 - 2021 ?
CR 4 = S1+ S2+S3+S4
= 2,56% + 63,03%+ 13,81% + 20,39%
= 99,78%
Note: >70% konsentrasi tinggi, pasar oligopoly mengarah monopoly
Berdasarkan analisis hasil data volume penjualan mobil selama pandemic pada tahun 2020-
2021, didapati struktur pasar untuk industry mobil di Indonesia oleh 4 market share terbesar
masuk dalam kategori pasar oligopoly penuh yang ditandai oleh rasio konsentrasi pasar
sebesar 99,78%
= {0.002 +0.032+0.632+0.142+0.202+0.002}*10.000
= {0.00+ 6.55+3.972,46+190,73+415,60+0,04
= 4,585.38
NOTE: 2.501-10.000 Pasar sangat terkonsentrasi, oligopoly mengarah monopoly dimana
beberapa perusahaan memiliki kekuatan untuk melakukan kegiatan monopoly dikarenakan
pangsa pasarnya yang sangat terkonsentrasi di beberapa pemain saja.
2. Berdasarkan berita ini, buat analisis SCP terhadap perusahaan Garuda dan industri
penerbangan di Indonesia ?
Jakarta, CNBC Indo esia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
memaparkan bahwa alasan menumpuknya utang PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) hingga
mencapai Rp 70 triliun disebabkan karena biaya sewa (leasing) pesawat yang di luar batas
wajar.
Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan menyebut beberapa tipe pesawat
yang menyebabkan kenaikan biaya-biaya tersebut.
"Memang permasalahan utama Garuda di masa lalu, karena leasing-leasing [sewa pesawat]
melebihi cost yang wajar dan jenis pesawatnya terlalu banyak, contoh ada Boeing 737,
Boeing 777, Airbus A320, A330, ATR, dan Bombardier, ini efisiensinya bermasalah,
ditambah rute yang banyak diterbangi itu tidak profitable," kata Kartika dalam Rapat Kerja
(Raker) Komisi IV DPR RI, Kamis ini (3/6/2021).
Tiko menjelaskan duduk perkara utang Garuda selama ini, mulai dari beban biaya yang tak
wajar, jenis pesawat yang terlalu banyak, dan rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
Nyatanya, dari berbagai rute penerbangan yang dimiliki perusahaan, baik di dalam dan ke
luar negeri tidak semuanya memberikan keuntungan untuk perusahaan. Sebab, penerbangan
ke luar negeri ternyata masih merugi sejak sebelum pandemi.
Jawaban:
Secara umum telah kita ketahui bahwa industry penerbangan menurut sturktur
pasarnya termasuk ke dalam pasar oligopoli dimana hanya sedikit pemain dalam kegiatan
pasar seperti misalnya Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air dan Batik Air dimana
semuanya sangat bersaing ketat dan saling mempengaruhi pangsa pasar karena
konsentrasinya tinggi terkhususnya di Garuda Indonesia yang sudah sejak awal berdiri
mendominasi market share perjalanan maupun sewa leasing pesawat. Hambatan masuk
pada struktur pasar industri penerbangan untuk pesaing baru dapat terbilang tinggi. Dari
segi perilaku maskapai, beberapa maskapai memiliki perilaku masing-masing dimana
perilaku tersebut ditujukan agar menarik minat konsumen. PT GIAA Tbk. jenis pesawatnya
terlalu banyak terdifrensiasi dengan tidak baik batas muatan kargonya dan membingungkan
konsumen, contoh ada Boeing 737, Boeing 777, Airbus A320, A330, ATR, dan
Bombardier harga yang ditawarkan pun untuk leasing pesawat terbilang kategori pemimpin
yang melebihi pesaing industry penerbangan lainnya seperti Lion Air. Memang bentuk
layanan yang diberikan dan strategi rute perjalanan yang banyak di Garuda Indonesia
dibuat sebagai rangka promosi dan penarikan minat konsumen namun hal ini sebaliknya
terjadi dimana banyaknya rute perjalanan tidak profitable alias minum leasing bahkan
hingga adanya hutang Rp 70 T. Pada sisi kinerja maskapai, mulai dari beban biaya yang tak
wajar, jenis pesawat yang terlalu banyak, dan rute penerbangan yang tidak menguntungkan
menyebabkan pengurangan sinergitas pengejaran profit untuk menutupi hutang perusahaan
PT. Garuda Indonesia Tbk terlebih di kala pandemi saat industri transportasi banyak yang
ditutup menjadikan semakin buruknya kinerja dan citra perusahaan untuk bangkit dan maju
di tengah kondisi pandemic.