Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGARUH KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA BARAT

Periode 2003-2022
Ahmad Fandi
Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Andalas

E-mail:2010542007_ahmad@student.unand.ac.id
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemiskinan dan pengangguran


terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan salah satu
provinsi di Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, namun masih
menghadapi tantangan dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder BPS untuk
mengetahui pengaruh kemiskinan dan penganguran terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Modal. Hasil dari
penelitian adalah Pengaruh kemiskinan sebesar 0.469 > 0.05 sehingga kemiskinan positif
tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pengangguran berpengaruh
sebesar 0.312 > 0.05 sehingga pengangguran positif tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.

PENDAHULUAN
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi
ekonomi yang cukup besar, terutama dalam sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, provinsi ini masih menghadapi masalah
dalam mengembangkan ekonominya. Salah satu masalah utama adalah tingginya tingkat
pengangguran dan kemiskinan.

Pengangguran adalah masalah ekonomi yang umum di seluruh dunia, termasuk di


Indonesia dan Sumatera Barat. Tingkat pengangguran yang tinggi dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi secara negatif karena kurangnya konsumen yang dapat membeli
barang dan jasa yang dihasilkan. Kemiskinan juga dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan
ekonomi karena kurangnya modal dan sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk
mengembangkan usaha. Salah satu sasaran daripembangunan ekonomi adalah menurunkan
tingkat kemiskinan danpengangguran yang sering dihadapi oleh negara berkembang term
asukIndonesia. (M. Nasir, dkk 2008)

Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya barang danjasa yang dihasilkan


sehingga meningkatkan hasil produksi danpendapatan nasional yang ditunjukan oleh
besarnya Produk DomestikBruto (PDB). Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya
pertumbuhan ekonomi tidak hanya dapat dilihat melalui pertumbuhan jumlah barangyang
diproduksi, tapi juga melalui perkembangan infrastruktur, tingkatkemiskinan dan
pengangguran. Hal ini menunjukan adanya hubunganyang erat antara tingkat pengangguran,
kemiskinan, dan pertumbuhanekonomi. (Wongdesmiwati, 2009)

Penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang berfluktuasi


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut ahli ekonomi Todaro (2012) ada tiga penyebab
utama yang dapat mempengaruhipertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah, tiga penyebab
tersebutdiantaranya akulasi modal, kemajuan teknologi, dan pertumbuhan penduduk. Faktor
tersebut seharusnya dapat memperlihatkan pengaruhpositif dalam perkembangan
pembangunan setiap tahun diprovinsi Sumatera Barat, karena dengan adanya pertumbuhan
ekonomi yangmengalami peningkatan akan mempengaruhi perekonomian provinsi Sumatera
Barat. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat dari PDRB daerah tersebut.Produk
domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai tambah barang dan jasa yang
diproduksi di suatu wilayah (regional)tertentu dalam periode waktu tertentu tanpa melihat
faktor kepemilikan.Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB
atasdasar harga konstan dari satu tahun terhadap tahun sebelumnya yangmencerminkan
kenaikan produksi barang dan jasa di suatu wilayah.PDRB dapat memberikan gambaran
kemajuan dan perkembanganekonomi serta kelemahan diberbagai sektor dalam struktur
ekonomi.Tingkat kemajuan dan kelemahan diberbagai sektor dapat dilihat darihasil kegiatan
ekonomi dengan membandingkan sektor-sektor yangmemberikan konstribusi terhadap
pembentukan PDRB di kabupaten/kotaProvinsi Sumatera Barat. (BPS, 2019).

Tabel 1.I

Tingkat Kemiskinan,Pengangguran, Dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat


Pada Tahun Periode 2003-2022

Pertumbuhan
Tahun Kemiskinan Ekonomi Pengangguran
2003 6.3 5.26 10.38
2004 5.7 5.47 12.74
2005 482.8 5.73 13,34
2006 578.7 6.14 11.87
2007 529.2 6.34 10.31
2008 473.7 6.88 8.04
2009 426.1 4.28 7.97
2010 458.2 5.6 6.95
2011 441.8 6.34 8.02
2012 401.5 6.31 6.65
2013 384.1 6.08 7.02
2014 354.74 5.88 6.5
2015 379.6 5.53 6.89
2016 371.55 5.26 5.09
2017 364.51 5.29 5.58
2018 357.13 5.14 5.68
2019 348.22 5.05 5.38
2020 344.23 -1,06 6.88
2021 370.67 3.29 6.52
2022 335.21 4.36 6.28
Sumber : www.Sumbar.Bps.go.id

Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat
menunjukan bahwa persentase pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat bisa
dikatakan mengalami fluktuasi atau keadaan naik turun sejak tahun 2015-2019. Pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 5,53 persen kemuadian tahun 2016 terjadi
penurunan sebesar 5,27 persen, namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya sebesar 5,29 persendalam dua tahun berikutnya kembali mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2018 sebesar 5,16 persen dan tahun 2019 sebesar
5,05 persen. Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari beberapa indikator
perekonomian diantaranya adalah tingkat pengangguran dan 4 kemiskinan. Berdasarkan
tingkat pengangguran dapat dilihat dari kondisi suatu negara, apakah perekonomiannya
berkembang cepat atau lambat bahkan mengalami kemunduran. Selain itu dengan tingkat
pengangguran, dapat pula dilihat ketimpangan atau kesenjangan distribusi pendapatan yang
diterima masyarakat negara tersebut. Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari
tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan
pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang persentasenya cenderung
kecil, hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja
untuk menampung tenaga kerja yang siap untuk bekerja. (Moh.Arif, 2018)
Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan merupakan
isu penting. Indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran antara
lain pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan, tingkat kemiskinan, serta besaran upah yang
berlaku. Apabila disuatu negara pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan, diharapkan
akan berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran, hal ini diikuti dengan tingkat upah
yang diterima. Jika tingkat upah naik akan berpengaruh pada penurunan jumlah
pengangguran. Sedangkan tingkat kemiskinan yang tinggi akan berpengaruh pada kenaikan
jumlah pengangguran. (Sukirno, 2000)

Tabel I.II

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2015-2019 (Ribu Jiwa)

No Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019


1 Kepulauan Mentawai 13,16 13,09 12,95 12,99 13,32
2 Kab.Pesisir Selatan 38,13 35,86 35,53 34,92 36,51
3 Kab.Solok 36,42 34,06 33,33 32,89 29,74
4 Kab.Sijunjuang 17,52 17,12 16,83 16,55 16,65
5 Kab.Tanah Datar 20,05 19,63 19,27 18,84 16,20
6 Kab.Padang Pariaman 35,87 36,34 34,70 33,20 29,48
7 Kab.Agam 36,06 37,55 36,57 32,92 33,10
8 Kab.Lima Puluh Kota 28,76 28,57 26,93 26,47 26,64
9 Kab.Pasaman 21,88 20,83 20,38 20,31 20,22
10 Kab.Solok Selatan 11,95 11,91 11,89 11,85 12,49
11 Kan.Dhamasraya 15,89 16,24 15,63 15,42 15,49
12 Kab.Pasaman Barat 32,34 30,76 30,84 31,38 31,53
13 Kota Padang 44,43 42,56 43,75 44,04 42,44
14 Kota Solok 2,72 2,59 2,50 2,29 2,29
15 Kota Sawah Lunto 1,34 1,34 1,23 1,48 1,35
16 Kota Padang Panjang 3,44 3,47 3,22 3,11 3.00
17 Kota Bukittinggi 6,54 6,81 6,75 6,32 6,00
18 Kota Payakumbuh 8,51 8,35 7,72 7,69 7,68
19 Kota Pariaman 4,58 4,47 4,49 4,40 4,20
20 RATA-RATA 379,60 371,55 364,51 357,13 348,22
Sumber : www.sumbar.bps.go.id

Pada tabel II dapat dilihat jumlah penduduk miskin Provinsi Sumatera Barat sejak
tahunn 2015-2019 cenderung mengalami penurunan dimana pada tahun 2015 jumlah
kemiskinan sebanyak 379,60 jiwa kemudian pada tahun 2016 mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya sebanyak 371,55 jiwa, tahun 2017 turun kembali sebanyak 364,51 jiwa
dan pada tahun 2018 sebanyak 357,13 hingga pada tahun berikutnya yaitu 2019 turun
menjadi 348,22 jiwa.

Permasalahan kemiskinan menuntut adanya campur tangan pemerintah didalamnya.


Dengan adanya campur tangan pemerintah diharapkan permasalahan kemiskinan dapat
ditanggulangi. Campur tangan pemerintah yang kurang sudah sering masyarakat rasakan baik
dalam tingkat nasional maupun daerah. Dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 27
sudah diamanatkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Hal ini berarti pemerintah bertanggung jawab terhadap masalah
kesejahteraan masyarakat, termasuk bagi pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Upaya
penanggulangan kemiskinanan di Sumatera Barat dilaksanakan melalui lima pilar yang
disebut “Grand Strategy”. Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan
kondisi dan lingkunagan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin
dapat memperoleh kesempatan dan pemenuhan hak-hak dasar serta peningkatan taraf hidup
secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi
masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan. Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan
untuk 9 pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar
dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan
untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin baik laki-laki
maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis
ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan
pentaan ulang hubungan dan kerja sama lokal, regional, nasional, dan internasional guna
mendukung pelaksanaan strategi diatas. (Bappeda Sumbar, 2007)

Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak sektor, seperti
sektor pertanian, perkebunan, perdagangan, perikanan, pariwisata, dan lain-lain. Akan tetapi
pemerataan pembangunan masih belum merata di setiap kabupaten/kota di Sumatera Barat
dan hal ini disebabkan oleh masalah pengangguran, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi
yang lambat. Hal tersebut merupakan masalah pembanagunan yang umum dihadapi oleh
setiap daerah. Kondisi kependudukan daerah menunjukan bahwa jumlah penduduk ditiap
kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Barat bervariasi antara daerah yang satu
dengan yang lainnya. Dari kondisi tersebut kemudian perlu dianalisis tentang pengaruh
pengangguran dan kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
mengambil judul “Analisis Pengaruh Kemiskinan dan Pengangguran Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat”

METODE PENELITIAN

Kemiskinan dan Pengangguran merupakan hal yang penting dikarenakan berkaitan


dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan angka dan data yang digunakan merupakan data sekunder. Variabel dependen
menggunakan pertumbuhan Ekonomi dengan variabel Indenpenden (1) Kemiskinan (2)
Pengangguran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Error Correction Model (ECM).
Tahap melakukan metode ECM yaitu melakukan uji stasioner dengan level dan tidak
stationer maka menggunakan uji stasioner pada differenced dan ber terkointegrasi maka
lanjut menggunakan VECM. Tujuan dari metode ini adalah menghitung dan menggambarkan
hasil dari variabel dengan waktu bervariasi dan menganalisis efek dinamika faktor gangguan
pada sistem variabel. Persamaan yang digunakan adalah:

Δy t=α 0+ γΔx 1t +γ 2 Δx 2 t+ e t

Kemiskinan dan Pengangguran merupakan hal yang penting dikarenakan berkaitan


dengan pertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kualitas data

Uji kualitas data digunakan Untuk menguji kointegrasi maka menggunakan Uji Stasioner
Variabel melalui level (Io) dan first diference.
pada uji kualitas data menggunakan uji analisis regresi berganda dimana menguji
bagaimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan pengeluaran
pemerintah dengan menggunakan 20 sampel dengan hasil.

. dfuller Kemiskinan

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 19

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -1.140 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.6987

. dfuller Pertumbuhanekonomi

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 19

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -1.876 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.3433

. dfuller Pengangguran

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 19

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -2.703 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.0735

Uji Stasioner variabel menggunakan level (Io) atau augmented dickeyfuller test. Syarat uji
stasioner dengan level yaitu | t. statistik | > |critikal value| dimana secara persial yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi
| t. statistik | < |critikal value| dimana nilai statistik pertumbuhan ekonomi 1.876 kecil
dari nilai critikal value.
2. Kemiskinan
Pada kemiskinan| t. statistik | < |critikal value| dimana nilai kemiskinan 1.140 kecil
dari critikal Value.
3. pengangguran
Pada pengangguran| t. statistik | < |critikal value| dimana nilai pengangguran 2.703
kecil dari critikal Value.

Pada uji stasioner pada level menggambarkan variabel tidak stasioner karena nilai |t.
statistik| < dari critikal value. Dengan tidak stasioner pada level maka menggunakan fist
diference.
. dfuller DKemiskinan

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 18

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -5.995 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.0000

. dfuller DPertumbuhanekonomi

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 18

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -4.614 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.0001

. dfuller DPengangguran

Dickey-Fuller test for unit root Number of obs = 18

Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value

Z(t) -6.003 -3.750 -3.000 -2.630

MacKinnon approximate p-value for Z(t) = 0.0000


Uji Stasioner variabel menggunakan firs diverence (I1) atau augmented dickeyfuller test.
Syarat uji stasioner dengan firt diverence yaitu | t. statistik | > |critikal value| dimana secara
persial yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi
Pada pertumbuhan ekonomi| t. statistik | > |critikal value| dimana nilai statistik
pertumbuhan ekonomi 4.614 besar dari nilai critikal value.
2. kemiskinan
Pada jumlah kemiskinan| t. statistik | > |critikal value| dimana nilai kemiskinan 5.995
besar dari critikal Value.
3. pengangguran
Pada pengangguran| t. statistik | > |critikal value| dimana nilai pengangguran 6.003
besar dari critikal Value.
Variabel pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran stasioner pada firs
diverence dengan derjat integrasi yang sama yaitu(I1).

. egranger Pertumbuhanekonomi Kemiskinan Pengangguran, reg

Engle-Granger test for cointegration N (1st step) = 20


N (test) = 19

Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical


Statistic Value Value Value

Z(t) -3.234 -5.139 -4.217 -3.790

Critical values from MacKinnon (1990, 2010)

Engle-Granger 1st-step regression

Pertumbuha~i Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Kemiskinan .567143 .1810359 3.13 0.006 .1851906 .9490954


Pengangguran .2270956 .1810359 1.25 0.227 -.1548567 .609048
_cons 1.410494 3.19103 0.44 0.664 -5.32199 8.142978

Engle-Granger test regression

D._egresid Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

_egresid
L1. -.6738539 .2083884 -3.23 0.005 -1.111662 -.2360461

Uji regresi kointegrasi dengan syarat t. statistik < critikal value. Pada tabel diatas nilai
t.statistik sebesar -3.23 lebih besar critikal value, maka Ho diterima atau ketiga variabel
berkointegrasi.
. egranger Pertumbuhanekonomi Kemiskinan Pengangguran, ecm
Replacing variable _egresid...

Engle-Granger 2-step ECM estimation N (1st step) = 20


N (2nd step) = 19

Engle-Granger 2-step ECM

D.
Pertumbuha~i Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Kemiskinan
D1. .2372244 .3190413 0.74 0.469 -.442796 .9172449

Pengangguran
D1. .17337 .1656428 1.05 0.312 -.1796893 .5264292

_egresid
L1. -.6627472 .22588 -2.93 0.010 -1.144199 -.1812953

_cons .0150031 .9870194 0.02 0.988 -2.088779 2.118785

Pada tabel uji Error Correction Model (ECM) dilihat dari Nilai egresid yaitu sebesar -
0.662 berarti terdapat hubungan jangka pendek. Dengan model sebagai berikut:

∆yt = α0 +γ∆x1t + γ2∆x2t +et


Pengaruh kemiskinan sebesar 0.469 > 0.05 sehingga kemiskinan positif tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pengangguran berpengaruh sebesar 0.312 > 0.05
sehingga pengangguran positif tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
. vecrank Kemiskinan Pertumbuhanekonomi Pengangguran

Johansen tests for cointegration


Trend: constant Number of obs = 18
Sample: 2005 - 2022 Lags = 2

5%
maximum trace critical
rank parms LL eigenvalue statistic value
0 12 -144.30931 . 25.0361* 29.68
1 17 -134.48301 0.66439 5.3835 15.41
2 20 -132.27016 0.21798 0.9578 3.76
3 21 -131.79127 0.05182

Tabel diatas adalah menggambarkan uji kointegrasi menggunakan johansen Test.


Hasil uji johansen Test diatas menunjukkan kointegrasi pada rank 0, dimana Trace statistik
sebesar 25.0361lebih kecil dari nilai critikal value 329.68 sehingga Ho diterima (terdapat
kointegrasi).

KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui pengaruh Kemiskinan dan Prngangguran
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Dimana penelitian ini
menggunakan Error correction Model (ECM) dan tidak stasioner dan berkointegrasi dan
hasil dari penelitian ini adalah Pengaruh kemiskinan sebesar 0.469 > 0.05 sehingga
kemiskinan positif tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
berpengaruh sebesar 0.312 > 0.05 sehingga pengangguran positif tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Darma, B. (2021). Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten


Tebo Tahun 2016-2020. Citra Ekonomi, 5(1), 90–100.
Handayani, N. S., Bendesa, I. K. ., & Yuliarni, N. N. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk,
Angka Harapan Hidup, Rata-rata lama sekolah dan PDRB Per Kapita terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 5(10), 3449–3474.
Soleh, A., Ekonomi, F., & Dehasen, U. (2012). PENGARUH PENGELUARAN
PEMERINTAH. 117–127.

Anda mungkin juga menyukai