penurunannya kecil sekali dalam lima tahun Angka Kemiskinan Kalimantan Barat
terakhir, dari 7,88% pada tahun 2017 Gambar 1.1 Angka Pengangguran dan Angka Kemiskinan
di Kalimantan Barat, Tahun 2017-20121
hingga tahun 2021 menjadi sebesar 7,15%.
(a) (b)
Gambar 1.2 (a) menunjukkan perkembangan luas lahan dan tingkat pengangguran di
Kalbar terjadi dengan tren yang relatif searah, dimana peningkatan luas lahan diikuti
oleh peningkatan tingkat pengangguran. Cukup ironis dan kontraproduktif dimana
meningkatnya jumlah lahan perkebunan kelapa sawit (PKS) terutama yang diusahakan
oleh perusahaan besar tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja di Kalbar.
Gambar 1.2 (b) terjadi hal yang positif, artinya perkembangan jumlah lahan seiring
dengan penurunan jumlah penduduk miskin walaupun belum tentu sebagai akibat
dari bertambahnya jumlah luas lahan sawit.
Keberadaan perkebunan kelapa sawit di suatu daerah menandakan bahwa
terjadi investasi dan pemanfaatan lahan. Hal tersebut merupakan bagian
dari proses pembangunan ekonomi.
Adanya investasi di bidang perkebunan kelapa sawit (PKS) seyogyanya akan
memberikan peluang pada perluasan kesempatan kerja, sehingga tingkat
pengangguran bisa diturunkan dan kemudian akan berdampak pada
pengurangan angka kemiskinan.
Berdasarkan kajian empiris peran sektor pertanian ternyata mampu mengurangi
jumlah orang miskin di pedesaan lebih cepat, ini dikarenakan sebagian besar
penduduk Indonesia ada di pedesaan dan sebagian besar menggantungkan diri pada
pekerjaan di sektor pertanian (perkebunan) maka peran sektor pertanian menjadi
sangat penting karena dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dan secara
langsung dapat mengurangi jumlah penduduk miskin (Syahza, 2003); Kurniasih, 2012.
Adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit menciptakan multiplier effect dan
meningkatkan indek pertumbuhan kesejahteraan petani walaupun ada juga dampak
negatifnya (Supriadi,2012).
1.2. Rumusan Masalah
Luas lahan perkebunan kelapa sawit meningkat setiap tahun, namun cukup
ironis seolah-olah tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja. Kondisi kemiskinan dan pengangguran di Kalbar masih
cukup tinggi dan trennya cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir.
Tingkat kemiskinan berfluktuasi walau trennya menurun. Beberapa
penelitian menunjukkan Perkebunan kelapa sawit memberikan dampak
positif terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan serta
adanya multiflier efek di sekitarnya berupa perluasan kesempatan
kerja/berusaha.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak atau pengaruh
luas lahan Perkebunan Kelapa Sawit ─baik yang dikembangkan oleh
perusahaan besar maupun perkebunan rakyat─ terhadap tingkat
pengangguran dan kemiskinan di Kalimantan Barat baik secara langsung
maupun tidak langsung ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Rakyat terhadap tingkat pengangguran di Kalimantan Barat.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Besar terhadap tingkat pengangguran di Kalimantan Barat.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh pengaruh luas lahan Kelapa Sawit
Perkebunan Rakyat terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Besar terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
5. Menguji dan menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Kalimantan Barat.
6. Menguji dan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung luas
lahan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat terhadap kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja (TPT) di Kalbar.
7. Menguji dan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung luas
lahan Kelapa Sawit Perkebunan Besar terhadap kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja (TPT) di Kalbar.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Konsep Pengangguran
Pengangguran adalah jumlah Angkatan Jenis-Jenis Pengangguran
Kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas)
1)Pengangguran Friksional, adalah
yang tidak bekerja atau menganggur pengangguran yang terjadi karena
dengan beberapa alasan diantaranya: kesulitan temporer dalam
mempertemukan pencari kerja dan
1) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan lowongaan kerja
sedang mencari pekerjaan.
2)Pengangguran Struktural, terjadi
2) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan karena adanya problema dalam
mempersiapkan pekerjaan atau usaha. struktur atau komposisi
perekonomian.
3) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan 3)Pengangguran Musiman, adalah
tidak mencari pekerjaan karena merasa penggangguran yang terjadi pada
tidak mungkin lagi mendapatkan masa pergantian musim, biasanya
pekerjaan. pada sektor pertanian
4)Pengangguran Siklikal, Pengangguran
4) Mereka yang sudah punya yang terjadi sebagai akibat dari ketidak
(mempersiapkan) pekerjaan tetapi cukupan pada permintaan agregat
belum mulai bekerja/usaha. untuk menyediakan lapangan
pekerjaan bagi para pencari kerja.
2.1.1.2. Hubungan Pengangguran dengan Kemiskinan
3. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel dari tabel statistik distribusi T. Untuk ini
digunakan taraf nyata/derajat keyakinan 95% (α = 5%).
4. Menentukan daerah penerimaan (Ho atau H1), dengan kriteria sbb :
Ho diterima apabila thitung ≤ ttabel, atau nilai signifikansi (sig.) > 0,05, yang artinya tidak
ada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman, pendapatan) anggota
terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
Ho ditolak (=H1 diterima) apabila thitung≥ ttabel, atau signifikansi (sig.) ≤ 0,05 artinya
Tidak ada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman, pendapatan)
anggota terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
3.7. Metode Analisis Data