Anda di halaman 1dari 31

Judul Tesis

PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT PERKEBUNAN RAKYAT


DAN PERKEBUNAN BESAR TERHADAP PENGANGGURAN DAN
KEMISKINAN DI KALIMANTAN BARAT

oleh:  YOSEPH ALAN WANDOYO


(B2052212015)

PROGRAM PASCASARJANA (S2) MAGISTER ILMU EKONOMI FAK.


EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Pengangguran dan kemiskinan adalah dua masalah atau penyakit
ekonomi yang sering terjadi dan dialami oleh setiap negara
terutama negara berkembang seperti Indonesia.
 Pengangguran adalah jumlah Angkatan Kerja (penduduk usia 15
tahun ke atas) yang tidak bekerja dengan beberapa alasan
diantaranya sedang mencari atau mempersiapkan pekerjaan/
usaha, belum mulai bekerja walau sudah mempunyai
pekerjaan/usaha, dan yang sudah tidak mencari pekerjaan lagi
karena merasa tidak mungkin untuk mendapat pekerjaan.
 Untuk melawan penyakit ekonomi tersebut maka setiap negara
melakukan pembangunan ekonomi yang didukung oleh
pembangunan bidang lainnya.
 Kondisi pengangguran di Kalimantan Barat
(Gambar 1.1) berfluktuasi setiap tahun 7.88 7.77 7.49
7.17 7.15
dengan kecenderungan meningkat dalam
5.81 5.82
lima tahun terakhir dari yang semula 4,36%
4.36 4.18 4.35
pada tahun 2017 menjadi 5,81% pada tahun
2020 dan 5,82% pada tahun 2021.
 Sementara angka kemiskinan mengalami 2017 2018 2019 2020 2021
tren yang menurun walaupun Tingkat Pengangguran Kalimantan Barat

penurunannya kecil sekali dalam lima tahun Angka Kemiskinan Kalimantan Barat

terakhir, dari 7,88% pada tahun 2017 Gambar 1.1 Angka Pengangguran dan Angka Kemiskinan
di Kalimantan Barat, Tahun 2017-20121
hingga tahun 2021 menjadi sebesar 7,15%.

 Tujuan utama pembangunan adalah untuk kesejahteraan dan pengentasan


kemiskinan, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4
yang mengandung makna bahwa negara wajib melaksanakan fungsinya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
” Pembangunan ekonomi (daerah) adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan
antar penduduk, antar daerah dan antar sektor.“ (Blakely dalam Kuncoro, 2004)
 Dengan demikian maka pembangunan daerah pada dasarnya adalah
suatu upaya bagaimana kerjasama antara pemerintah daerah dan
masyarakatnya dalam mengembangkan potensi dan sumberdaya yang
dimilikinya dikelola untuk kepentingan bersama.
 Menurut Todaro (2006) dalam Kurniasih (2012) hampir 80%
penduduk di negara-negara sedang berkembang hidup dan bekerja di
daerah pedesaan dan sebagian besar dari penduduk tersebut
merupakan golongan miskin.
 Berdasarkan data BPS (2022) luas lahan PKS di Kalimantan Barat hingga
tahun 2021 tercatat seluas 1.910.293 Ha terdiri dari PKS yang dikembangkan
perusahaan besar dan perkebunan rakyat.
Tabel 1.1 Luas Lahan Kelapa Sawit (Perkebunan Rakyat dan Perusahaan
Besar) di Kalimantan Barat, Tahun 2021 (Ha)
Perk. Rakyat Perusahaan Besar Jumlah
No Kecamatan
Ha % Ha % Ha %
1 Sambas 27.279 28,4 68.676 71,57 95.955 100
2 Bengkayang 49.433 38,5 79.065 61,53 128.498 100
3 Landak 31.301 23,1 104.407 76,94 135.708 100
4 Mempawah 5.041 23,9 16.072 76,12 21.113 100
5 Sanggau 139.859 49,8 140.821 50,17 280.680 100
6 Ketapang 263.242 40,5 386.001 59,45 649.243 100
7 Sintang 62.480 31,2 137.653 68,78 200.133 100
8 Kapuas Hulu 20.803 23,6 67.182 76,36 87.985 100
9 Sekadau 33.782 31,9 71.985 68,06 105.767 100
10 Melawi 21.677 42,5 29.370 57,54 51.047 100
11 Kayong Utara 8.236 22,3 28.660 77,68 36.896 100
12 Kubu Raya 29.040 25,9 83.219 74,13 112.259 100
13 Kota Singkawang 5.009 100 0 - 5.009 100
Jumlah 697.182 482 1.213.111 818 1.910.293 100
Persentase (%) 36,50% 63,50% 100
Gambar 1.2 Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, Pengangguran dan Kemiskinan di
Kalimantan Barat, Tahun 2017-2021

(a) (b)
 Gambar 1.2 (a) menunjukkan perkembangan luas lahan dan tingkat pengangguran di
Kalbar terjadi dengan tren yang relatif searah, dimana peningkatan luas lahan diikuti
oleh peningkatan tingkat pengangguran. Cukup ironis dan kontraproduktif dimana
meningkatnya jumlah lahan perkebunan kelapa sawit (PKS) terutama yang diusahakan
oleh perusahaan besar tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja di Kalbar.
 Gambar 1.2 (b) terjadi hal yang positif, artinya perkembangan jumlah lahan seiring
dengan penurunan jumlah penduduk miskin walaupun belum tentu sebagai akibat
dari bertambahnya jumlah luas lahan sawit.
 Keberadaan perkebunan kelapa sawit di suatu daerah menandakan bahwa
terjadi investasi dan pemanfaatan lahan. Hal tersebut merupakan bagian
dari proses pembangunan ekonomi.
 Adanya investasi di bidang perkebunan kelapa sawit (PKS) seyogyanya akan
memberikan peluang pada perluasan kesempatan kerja, sehingga tingkat
pengangguran bisa diturunkan dan kemudian akan berdampak pada
pengurangan angka kemiskinan.
 Berdasarkan kajian empiris peran sektor pertanian ternyata mampu mengurangi
jumlah orang miskin di pedesaan lebih cepat, ini dikarenakan sebagian besar
penduduk Indonesia ada di pedesaan dan sebagian besar menggantungkan diri pada
pekerjaan di sektor pertanian (perkebunan) maka peran sektor pertanian menjadi
sangat penting karena dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dan secara
langsung dapat mengurangi jumlah penduduk miskin (Syahza, 2003); Kurniasih, 2012.
 Adanya kegiatan perkebunan kelapa sawit menciptakan multiplier effect dan
meningkatkan indek pertumbuhan kesejahteraan petani walaupun ada juga dampak
negatifnya (Supriadi,2012).
1.2. Rumusan Masalah
 Luas lahan perkebunan kelapa sawit meningkat setiap tahun, namun cukup
ironis seolah-olah tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja. Kondisi kemiskinan dan pengangguran di Kalbar masih
cukup tinggi dan trennya cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir.
Tingkat kemiskinan berfluktuasi walau trennya menurun. Beberapa
penelitian menunjukkan Perkebunan kelapa sawit memberikan dampak
positif terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan serta
adanya multiflier efek di sekitarnya berupa perluasan kesempatan
kerja/berusaha.
 Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak atau pengaruh
luas lahan Perkebunan Kelapa Sawit ─baik yang dikembangkan oleh
perusahaan besar maupun perkebunan rakyat─ terhadap tingkat
pengangguran dan kemiskinan di Kalimantan Barat baik secara langsung
maupun tidak langsung ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Rakyat terhadap tingkat pengangguran di Kalimantan Barat.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Besar terhadap tingkat pengangguran di Kalimantan Barat.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh pengaruh luas lahan Kelapa Sawit
Perkebunan Rakyat terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan
Besar terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
5. Menguji dan menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Kalimantan Barat.
6. Menguji dan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung luas
lahan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat terhadap kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja (TPT) di Kalbar.
7. Menguji dan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh tidak langsung luas
lahan Kelapa Sawit Perkebunan Besar terhadap kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja (TPT) di Kalbar.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Konsep Pengangguran
Pengangguran adalah jumlah Angkatan Jenis-Jenis Pengangguran
Kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas)
1)Pengangguran Friksional, adalah
yang tidak bekerja atau menganggur pengangguran yang terjadi karena
dengan beberapa alasan diantaranya: kesulitan temporer dalam
mempertemukan pencari kerja dan
1) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan lowongaan kerja
sedang mencari pekerjaan.
2)Pengangguran Struktural, terjadi
2) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan karena adanya problema dalam
mempersiapkan pekerjaan atau usaha. struktur atau komposisi
perekonomian.
3) Mereka yang tidak punya pekerjaan dan 3)Pengangguran Musiman, adalah
tidak mencari pekerjaan karena merasa penggangguran yang terjadi pada
tidak mungkin lagi mendapatkan masa pergantian musim, biasanya
pekerjaan. pada sektor pertanian
4)Pengangguran Siklikal, Pengangguran
4) Mereka yang sudah punya yang terjadi sebagai akibat dari ketidak
(mempersiapkan) pekerjaan tetapi cukupan pada permintaan agregat
belum mulai bekerja/usaha. untuk menyediakan lapangan
pekerjaan bagi para pencari kerja.
2.1.1.2. Hubungan Pengangguran dengan Kemiskinan

 Hubungan pengangguran dengan


kemiskinan adalah sesuatu yang berkaitan
erat dan positif, artinya pengangguran
akan melahirkan kemiskinan, karena
akibat menganggur orang tidak punya
pendapatan untuk memenuhi
kebutuhannya, ketiadaan pendapatan
akan mengakibatkan kekurangan modal.
Logika berpikir ini dikemukan oleh Nurkse
(Kuncoro 2004)
2.1.4. Peranan PKS dalam Penyerapan Tenagakerja, PDRB dan
Kemiskinan
 Dapat dilihat dari peranan tenaga kerja yang terserap di
perusahaan-perusahaan sawit, mulai dari buruh kasar, tenaga
terdidik sampai tenaga ahli dilibatkan dalam pengelolaan PKS.
 PKS juga sebagai penyediaan lapangan kerja bagi penduduk yang
mengusahakannya secara mandiri dengan mengusahakan
sendiri sebagai perkebunan rakyat.
 PKS juga sangat berkontribs terhadap PDRB. Sebagaimana telah
dijelaskan pada latar belakang bahwa PDRB Kalimantan barat
didominasi oleh sektor primer (pertanian/perkebunan). Dalam
PDRB menurut Lapangan Usaha Kalimantan Barat masih
mengandalkan sektor primer sebagai penunjang PDRB yakni
hasil pertanian/perkebunan.
2.2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

 Mengacu pada uraian sebelum Luas Lahan


Perkebunan e1 e2
nya maka kerangka konseptual Rakyat (X1it) ρ Y2itX1it

penelitian dalam penelitian ρ Y1itX1it


tentang dampak perluasan Tingkat
Pengangguran
ρ Y2itY1it Tingkat
Kemiskinan
perkebunan kelapa sawit rakyat ρ Y1itX2it
Terbuka (Y1it) (Y2it)

dan perusahaan besar kelapa


ρ Y2itX2it
sawit terhadap angka kemiskin Luas Lahan
Perusahaan
an atau jumlah keluarga miskin Besar (X2it)

di Kalimantan Barat seperti


Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
pada Gambar 2.3

 Gambar 2.3 menjelaskan hubungan atau pengaruh luas lahan kelapa


sawit perkebunan rakyat (X1) dan luas lahan kelapa sawit perkebunan
Perusahaan Besar (X2) terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (Y1) di
Kalimantan Barat serta dampaknya terhadap tingkat kemiskinan atau
persentase jumlah penduduk miskin (Y2) di Kalimantan Barat.
2.2.2. Hipotesis Penelitian
1. Luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat berpengaruh langsung signifikan
dan negatif terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Barat.
2. Luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Perusahaan Besar berpengaruh langsung
signifikan dan negatif terhadap pengangguran di Kalimantan Barat.
3. Luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat berpengaruh langsung signifikan
dan negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
4. Luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Perusahaan Besar berpengaruh langsung
signifikan dan negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
5. Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh langsung signifikan dan negatif
terhadap tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat.
6. Terdapat pengaruh tidak langsung luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat
terhadap kemiskinan melalui TPT (perluasan kesempatan kerja) di Kalbar.
7. Terdapat pengaruh tidak langsung luas lahan Kelapa Sawit Perkebunan Besar
terhadap kemiskinan melalui TPT (perluasan kesempatan kerja) di Kalbar.
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
 Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yakni
menggambarkan suatu keadaan atau kondisi objektif yang terjadi di suatu tempat atau
objek pada waktu atau periode tertentu. “Metode penelitian deskriptif adalah suatu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya” (Nawawi 1998).
 Dalam analisisnya penelitian ini tergolong penelitian eksplanatory research yaitu
penelitian yang bermaksud untuk menguji dan menjelaskan hubungan atau pengaruh
antar variabel bebas (exogen variable) dan variabel terikat (endogen variable) dan
variabel antara (intervening variabel).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


 Tempat atau lokasi penelitian dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat.
Alasan pengambilan Provinsi Kalimantan Barat sebagai lokasi penelitian
adalah berdasarkan pengamatan penulis terhadap perkembangan
perkebunan kelapa sawit dan kondisi perekonomian Kalimantan Barat yang
masih banyak pengangguran dan angka kemiskinan yang masih tinggi.
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
 Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data skunder. yaitu data
3.3. DATA
yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi berupa publikasi atau 3.3.2. Teknik Pengumpulan Data
laporan yang diterbitkan atau
dipublikasi oleh sumber yang resmi,
yakni BPS Kalimantan Barat.  Dalam penelitian ini digunakan
 Sedangkan dilihat dari jenis atau metode pengumpulan data berupa
modelnya data yang digunakan adalah “Observasi yakni dengan cara
jenis data panel yaitu data gabungan mengadakan pengamatan langsung
dari data silang tempat (cross section) terhadap obyek dan lokasi
dan data runtun waktu (time series). penelitian yang akan diteliti.
 Data silang tempat yaitu data tentang  Kedua dengan cara studi pustaka
luas lahan kelapa sawit perkebunan
untuk memperoleh informasi yang
rakyat dan perkebunan perusahaan
besar, tingkat pengangguran dan diambil dari buku, jurnal, publikasi
tingkat kemiskinan pada 13 dan sebagainya yang ada
kabupaten/kota. Time series adalah hubungannya dengan masalah yang
runtun waktu dari tahun 2017 sampai diteliti dan membuat suatu konsep.
dengan 2021.
3.4. Populasi dan Sampel
3.5. Variabel Penelitian
 Populasi adalah jumlah  Variabel penelitian “...adalah
seluruh anggota dari suatu segala sesuatu yang berbentuk
obyek yang diteliti. Menurut apa saja yang ditetapkan oleh
(Sugiyono 2006) “...populasi peneliti untuk dipelajari sehingga
adalah wilayah generalisasi diperoleh informasi tentang hal
tersebut kemudian ditarik
yang terdiri atas obyek/subyek
kesimpulannya menurut
yang mempunyai kualitas dan Sugiyono (2006) .
karakteristik tertentu yang  Dalam penelitian ini terdapat 4
ditetapkan oleh peneliti untuk variabel yang akan diteliti yakni
 Luas lahan kelapa sawit
dipelajari dan kemudian
perkebunan rakyat (PR)
ditarik kesimpulan.”  Luas lahan kelapa sawit
 Populasi dalam penelitian ini perkebunan besar (PBS)
 Tingkat pengangguran dan (TPT)
adalah daerah kab/kota yang
 Tingkat kemiskinan di pada setiap
memiliki perkebunan kelapa kabupaten/kota.
sawit.
Klasifikasi Variabel Penelitian
No Nama Variabel Kedudukan Definisi
Variabel
1. Luas lahan Variabel bebas/ yaitu jumlah luas lahan tanaman sawit
kelapa sawit independen yang diusahakan oleh penduduk/rakyat
perkebunan variabel (X1it) pada setiap kabupaten/kota di Kalbar
rakyat dalam lima tahun terakhir satuan Ha.
2. Luas lahan Variabel bebas/ yaitu jumlah luas lahan tanaman sawit
kelapa sawit independen yang diusahakan oleh perusahaan besar
perkebunan variabel (X2it) baik swasta maupun BUMN pada setiap
perusahaan kabupaten/kota di Kalbar dalam lima
besar tahun terakhir satuan Ha.
3. Tingkat Variabel Antara/ adalah Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran Intervening pada 13 kabupaten/kota di Kalimantan
Terbuka Variabel (Y1it) Barat dalam satuan persen (%).
4. Tingkat Variabel terikat/ adalah banyaknya penduduk miskin atau
Kemiskinan dependen penduduk yang hidup di bawah garis
variabel (Y2it) kemiskinan di setiap kabupaten/kota di
Kalimantan Barat dalam satuan persen
(%).
3.6. Definisi Operasional Variabel 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
 Definisi menurut BPS adalah
1. Luas Lahan Perbunan Rakyat (PR) penduduk yang berusia kerja yakni 15
 Adalah jumlah areal atau lahan tahun ke atas (termasuk katagori
angkatan kerja) namun mereka tidak
perkebunan kelapa sawit yang punya pekerjaan dan sedang mencari
diusahakan oleh penduduk setempat pekerjaan, atau mereka yang tak
secara mandiri dan pengelolaannya punya pekerjaan dan mempersiapkan
masih menggunakan pola usaha. atau mereka yang tak punya
tradisional, sederhana dan pekerjaan dan tidak mencari
konvensional yang terdapat di 13 pekerjaan karena merasa tidak
kabupaten/kota mungkin mendapatkan pekerjaan,
atau mereka yang sudah punya
2. Perkebunan Perusahaan Besar (PB) pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
 Adalah jumlah areal luas lahan (BPS, 2022).
perkebunan kelapa sawit yang 4. Tingkat Kemiskinan
diusahakan atau dikelola oleh  Adalah jumlah penduduk miskin
perusahaan besar baik oleh dalam angka persentase terhadap
perusahaan swasta maupun BUMN jumlah penduduk pada 13
yang terdapat di 13 kabupaten/kota. kabupaten/kota di Kalimantan Barat.
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Regresi Data Panel
 Data panel maksudnya adalah data
 “Analisis regresi adalah alat
gabungan dari data time series dan
analisa dalam ekonometrika data cros section.
yaitu suatu metode untuk  Langkah pertama analisis regresi
membuat suatu model adalah mengelompokkan variabel
hubungan atau pengaruh dari atas variabel bebas dan terikat,
dua variabel atau lebih kemudian membuat persamaan Yi=
terhadap satu variabel lainnya” β0 + β1X1 + β2X2 ... + βkXi + εi
(Suliyanto, 2011). (Widarjono A,2009).

 Berdasarkan kaidah yang berlaku dalam regresi data panel yang


melibatkan data runtun waktu (time series) dan silang tempat (cros
section), terdapat 3 kemungkinan model regresi yang berlaku yaitu
model comon effect, model fixed effect dan model random effect
(Widarjono, 2009).
 Untuk menentukan model regresi yang tepat dari ketiga kemungkinan
model tersebut dilakukan uji kesesuaian model yaitu dengan Uji Chow,
Uji Hausman dan Uji LM (Langrange Multiplier).
3.7. Metode Analisis Data
a. Uji Chow (Chow Test)

 adalah untuk menentukan model b. Uji Hausman (Hausman Test)


estimasi yang sesuai/tepat apakah
model comon effect yakni intercet  adalah adalah untuk menguji
maupun slop sama pada setiap apakah modal yang berlaku dalam
daerah dan tahun atau fixed effect studi ini model fixed effect
(intercept yang konstan namun (intercept berbeda dan slope
slope yang bervariasi antar daerah tetap pada setiap daerah) atau
dan antar waktu). Pengujian random effect (kedua-duanya
dilakukan dengan bantuan Aplikasi intercept maupun slope berbeda).
Eviews.  Kriteria pengujian yaitu : “Jika nilai
• Kriteria pengujian: jika nilai effect tes statistik Hausman lebih besar dari
(cross section Chi-square) lebih besar nilai kritisnya (atau probabilitas lebih
dari nilai kritisnya (dapat dilihat pada kecil dari nilai alpha yang digunakan)
tabel chi-square), atau nilai maka model yang tepat adalah Fixed
probabilitas pada cross section (Prob.) Effect, sedangkan jika lebih kecil
lebih kecil dari alpha 0,05 maka model (atau probabilitas lebih besar dari
yang tepat adalah model Fixed Effect. nilai alpha yang digunakan) maka
Sebaliknya jika nilai probabilitasnya model yang tepat adalah Random
lebih besar dari alpha 0,05 maka Effect Widarjono (2009).
model yang tepat adalah model
3.7. Metode Analisis Data
c. Uji LM (Langrange Multiplier Test)

 Uji LM adalah untuk  Pengujian dalam analisis ini dilakukan


dengan metode Breush Pagan. Kriteria
menguji antara model pengujian dengan hipotesis sebagai berikut:
common dan model H0 : Common Effect Model
random, namun H1 : Random Effect Model
Kriteria Uji LM dalam metode ini didasarkan
dilakukan setelah dua uji pada distribusi chi-squares dengan degree of
sebelumnya benar-benar freedom sebesar jumlah variabel independen,
menunjuk kan hasil dua  Jika nilai LM statistik (output Eviews) lebih
besar dari nilai kritis statistik chi-
model tersebut. squares maka kita menolak hipotesis nol,
 Maka diperlukan uji LM yang artinya estimasi yang tepat adalah
sebagai tahap akhir  Random Effect dari pada metode Common
Effect.
untuk menentukan  Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil
model Common atau dari nilai statistik chi-squares sebagai nilai
Random yang terbaik. kritis, maka kita menerima hipotesis nul,
yang artinya estimasi yang digunakan dalam
regresi data panel adalah metode Common
Effect (Widarjono, 2009).
3.7. Metode Analisis Data
3.7.3. Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi disyaratkan data harus memenuhi syarat asumsi klasik, oleh karena
itu maka dalam analisis ini dilakukan uji asumsi klasik terhadap data agar hasil estimasi
tidak bias (Widarjono Agus (2007). Adapun uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. Untuk semua pengujian dalam analisis ini
penulis menggunakan aplikasi Eviews.

a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinearitas


 Regresi yang baik adalah bila
residual data berdistribusi  Multikorelasi merupakan suatu kondisi
normal atau mendekati normal. adanya hubungan linier antar variabel
Untuk menguji apakah data bebas . Regresi yang baik adalah tidak
berdistribusi normal dilakukan adanya gejala tersebut (Winarno, 2009).
uji statistik menggunakan Jarque  Dalam penelitian ini multikolinieritas akan
Bera.
dideteksi menggunakan matriks korelasi.
 Kriteria: Jika nilai Jarque-Bera
lebih kecil dari 2 dan Dimana ketika nilai koefisiensi di bawah
probabilitas lebih besar dari 0,9 maka tidak terdapat multikolinieritas,
0,05 (tidak signifikan) maka namun jika nilainya berada di atas 0,9
data berdistribusi normal maka terjadi multikolinieritas.
(Winarno, 2009).
3.7. Metode Analisis Data
3.7.3. Uji Asumsi Klasik
3.7.4. Uji Statistik (Signifikansi)
c. Uji Heteroskedastisitas
 Heteroskedastisitas adalah
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
keada an dimana terjadinya Adalah alat uji statistik untuk menguji apakah
ketidaksama an varian/nilai semua variabel yang diuji mempunyai
residual yang tidak konstan pengaruh secara bersama-sama terhadap
pada variabel bebas, regresi variabel terikat. Kriteria pengambilan
yang baik adalah data memiliki keputusan yaitu membandingkan nilai Fhitung
kesamaan varian/nilai residual dengan nilai Ftabel. Rumus mencari nilai
yang konstan (Winarno, 2009). Fhitungdalam Suliyanto (2011) adalah:
 Beberapa cara atau metode
untuk mendeteksi atau menguji
hetero diantaranya metode Bila nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel,
grafik, Uji Park, Uji Gletjser, Uji atau signifikansi lebih rendah dari α (0,05),
Korelasi Spearman, Uji maka Ho ditolak dan menerima H1.. Dalam
Goldfield-Quandt, Uji Breus– analisis ini dilakukan dengan bantuan Aplikasi
Pagan-Godfrey dan Uji White. E-Views.
Dalam analisis ini digunakan
metode Breus–Pagan-Godfrey.
3.7. Metode Analisis Data

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


1. Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (H1), sbb :
H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman,
pendapatan) anggota terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
H1 : Aada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman, pendapatan)
anggota terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
2. Menentukan nilai t hitung, dengan rumus Suliyanto (2011) adalah :

3. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel dari tabel statistik distribusi T. Untuk ini
digunakan taraf nyata/derajat keyakinan 95% (α = 5%).
4. Menentukan daerah penerimaan (Ho atau H1), dengan kriteria sbb :
Ho diterima apabila thitung ≤ ttabel, atau nilai signifikansi (sig.) > 0,05, yang artinya tidak
ada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman, pendapatan) anggota
terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
Ho ditolak (=H1 diterima) apabila thitung≥ ttabel, atau signifikansi (sig.) ≤ 0,05 artinya
Tidak ada pengaruh antara variabel bebas (simpanan, pinjaman, pendapatan)
anggota terhadap kesejahteraan anggota CUPS.
3.7. Metode Analisis Data

c. Koefisien Determinasi (Uji R2)


• Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan
atau pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai
koefisien determinasi diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien
determinasi menururt Suliyanto (2011) sebagai berikut :

∑ • Nilai koefisien determinasi berada diantara nol


R2 = 1  ──────── dan satu (0< R2< 1). Suatu model regresi yang
∑ baik adalah yang memiliki nilai R2 yang tinggi
(mendekati 1) Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan menjelaskan variabel terikat sangat
kecil/terbatas, sebaliknya nilai R2 yang besar
berarti variabel independennya memberikan
semua informasi yang sangat nyata untuk
memprediksi variabel dependennya.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis Jalur
 Selanjutnya untuk menganalisis data adalah teknik
analisis kuantitatif. Untuk membuktikan hipotesis 1
sampai 7 dengan digunakan analisis jalur (Path analysis).
 Analisis jalur merupakan pengembangan langsung
bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk
memberikan estimasi tingkat pengaruh dan signifikansi
dari suatu variabel yang ditetapkan.

Adapun tahapan di dalam path analysis adalah sebagai


berikut :
a. Tahap 1, membuat model Luas Lahan
diagram jalur berdasarkan teori Perkebunan
Rakyat (X1it)
e1 e2
ρ Y2itX1it
dan paradigma hubungan antar
variabel, terdapat dua variabel ρ Y1itX1it
Tingkat Tingkat
ρ Y2itY1it
bebas atau variabel eksogen Pengangguran
Terbuka (Y1it)
Kemiskinan
(Y2it)
yaitu Perkebunan Rakyat (X1) ρ Y1itX2it

dan Perkebunan Besar (X2), satu ρ Y2itX2it


Luas Lahan
variabel antara yaitu Tingkat Perusahaan
Besar (X2it)
Pengangguran (Y1) dan satu
variabel terikat kesejahteraan
(Y2).
b. Tahap 2: Merancang model persamaan berdasarkan diagram jalur yang
telah dibuat

 Dari model tersebut kemudian diidentifikasi pengaruh dari masing-


masing variabel dan dibuat dua model persamaan regresi berstruktur :
 Persamaan substruktur 1 : pengaruh simpanan anggota (X1), jumlah
pinjaman anggota (X2) terhadap pendapatan anggota (Y) dinyatakan
dengan persamaan : Y1 = αo+α1 X1+α2 X2 + ϵ1
c. Untuk melihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan
anggota, maka dari hasil regresi pertama (persamaan
1) dimasukan ke persamaan kedua, sehingga model
persamaan kedua adalah :
Y2 = βo + β1 X1 + β2X2+ β3Y + ϵ2
Y2 = Tingkat kemiskinan
Y1 = Tingkat Pengangguran Terbuka
βo = Konstanta ( = Y2 , jika X1,2 dan Y1 = 0)
β1,2,3 = Koefisien regresi untuk masing-masing X1, dan
X2
αo = Konstanta (= Y1 jika X1,2 = 0)
α1,2 = Koefisien regresi untuk masing-masing X1, dan
X2
X1 = Luas lahan Perkebunan Rakyat
X2 = Luas lahan perkebunan besar
c. Menghitung pengaruh yang ditunjukkan dengan besarnya koefisien jalur yang
didasarkan pada koefisien regresi untuk setiap sub struktur.
d. Menghitung dan menguji koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
dengan Uji F.
e. Menghitung dan menguji pengaruh secara parsial atau individual (uji t)
f. Menguji kesesuaian model regresi data panel (Uji chow, Uji Hausman, Uji LM
Test), karena dalam penelitian ini menggunakan data panel.
g. Mengidentifikasi pengaruh-pengaruh (koefisien regresi) pada setiap variabel.
h. Tahap akhir dalam analisis jalur adalah menghitung pengaruh langsung,
pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dan terakhir adalah interpretasi
dan memaknai dan menyimpulkan.

3.7.6. Pengujian Hipotesis


 Pengujian hipotesis tidak lain adalah ada kaitannya
dengan hasil analisis jalur, dimana hasil tersebut dapat
menjawab atas 7 hipotesis dalam penelitian ini.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai