Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK,

DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA TERHADAP


PENGANGGURAN TERBUKA DI SUMATERA BARAT
Silvoni
Marola Aulia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bung Hatta
¹silvoni270418@gmail.com, ²marolaaulia86@gmail.com

Abstrak

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang termasuk
kedalam kategori negara sedang berkembang yang memiliki pertumbuhan penduduk
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia mempunyai potensi ketersediaan
jumlah tenaga kerja yang besar jika dilihat dari sisi jumlah penduduknya. Namun, yang
dihadapi Indonesia hingga saat ini adalah bahwa jumlah angkatan kerja dan penduduk
yang besar ternyata tidak menjadi asset potensial yang dapat dikembangkan serta
menjamin untuk menggerakkan roda perekonomian Indonesia, tetapi malah menjadi
beban negara yang permasalahannya tidak kunjung mendapatkan solusi, dimana hal
tersebut tentu menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
Sumatera Barat tercatat sebagai sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang
masih merasakan berbagai kendala dalam mengatasi tingkat pengangguran. Tingginya
angka pengangguran di Sumatera Barat secara tidak langsung sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana tingkat pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan biaya yang besar baik dari segi individu, masyarakat maupun ekonomi
secara keseluruhan. Dimana, pengangguran yang tinggi dapat meningkatkan biaya
fiscal, menyiak-nyiakan potensi sumber daya manusia, serta menimbulkan deprivasi
pribadi dan sosial, seperti rasa malu, keresahan, depresi, kriminalitas dan adanya
pembedaan kelas-kelas yang menciptakan kecemburuan sosial ditengah-tengah
masyarakat yang tentunya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan.
Badan Pusat statistik (BPS), menyebut angka pengangguran terbuka di Sumatera
Barat sebanyak 179.950 jiwa atau 6,52 persen. Jumlah penduduk yang semakin
meningkat diikuti pula dengan jumlah angkatan kerja yang meningkat tentu akan
meningkatkan jumlah pengangguran apabila tidak diimbangi dengan peningkatan
kesempatan kerja. Maka dari itu masalah pengangguran harus segera di atasi agar tidak
menimbulkan beban sosial yang semakin tinggi.
Adapun data jumlah penduduk, jumlah angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), dan Tingkat Pengangguran Terbuka yang dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1.
Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (2006-2021)
Jumlah Jumlah Tingkat
Tahun Penduduk Angkatan Kerja TPAK Pengangguran
(jiwa) (jiwa) (%) Terbuka (%)
2006 4.661.863 2.051.800 64,9 8,04
2007 4.731.560 2.106.711 65,31 10,31
2008 4.801.852 2.127.512 63,98 8,04
2009 4.869.620 2.172.002 64,19 7,97
2010 4.865.331 2.194.040 66,44 6,95
2011 4.933.112 2.230.662 65,33 8,02
2012 5.000.184 2.234.007 64,42 6,65
2013 5.066.476 2.216.687 62,92 7,02
2014 5.131.882 2.331.993 65,19 6,5
2015 5.196.289 2.346.163 64,56 6,89
2016 5.259.528 2.347.911 67,08 5,09
2017 5.321.489 2.344.972 66,29 5,58
2018 5.382.077 2.840.405 67,56 5,66
2019 5.441.197 2.540.040 67,88 5,38
2020 5.334.472 2.581.524 69,01 6,88
2021 5.580.232 2.581.444 67,72 6,52
Sumber : Sakernas,BPS, 2022

Berdasarkan data pada tabel 1, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran di


Sumatera Barat pada tahun 2021 sebanyak 6,25% dengan angkatan kerja sebanyak 2,05
juta jiwa, sedangkan tingkat partipasi kerjanya yaitu sebesar 67,72%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja turut menentukan tinggi dan rendahnya
tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja 2,05 juta jiwa setiap tahun tidak akan
terserap apabila ketersediaan lapangan kerja tidak seimbang dengan tingkat partisipasi
angkatan kerja yang tinggi setiap tahunnya. Kendala lain yaitu penawaran tenaga kerja
tidak sesuai dengan kebutuhan atau klasifikasi yang dituntut oleh pasar tenaga kerja,
sehingga menambah angka pengangguran.
Banyaknya jumlah penduduk adalah salah satu factor yang mempengaruhi
jumlah pengangguran. Secara umum penduduk adalah setiap orang yang berdomisili
atau bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara dalam waktu yang cukup lama.
Jumlah penduduk menunjukkan total manusia atau penduduk yang menempati suatu
wilayah pada jangka waktu tertentu. Malthus, berpendapat tentang hubungan antara
populasi, upah riil, dan inflasi. Ketika populasi buruh tumbuh lebih cepat dari pada
produksi makanan, maka upah riil turun, karena pertumbuhan penduduk menyebabkan
biaya hidup yaitu biaya makanan naik. Ketika upah riil di suatu wilayah tinggi maka
akan mempengaruhi adanya tingkat pengangguran karena dengan meningkatnya jumlah
pertumbuhan penduduk, maka jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja juga ikut
meningkat. Angkatan kerja membutuhkan lapangan pekerjaan dan umumnya di negara
berkembang laju pertumbuhan penduduk (termasuk angkatan kerja) lebih besar daripada
laju pertumbuhan lapangan kerja. Oleh karena itu tidak semua angkatan kerja bisa
mendapatkan pekerjaan dan akhirnya menganggur.
Berikut adalah data jumlah penduduk dan angkatan kerja di Sumatera Barat
tahun 2017-2021. Pada tahun 2017 jumlah penduduk sebesar 5.321.489 jiwa dalam 5
tahun terakhir jumlah penduduk mengalami kenaikan di tahun 2021 sebesar 5.580.232
jiwa. Selanjutnya data Angkatan kerja pada tahun 2017 sebesar 2.344.972 jiwa dalam 5
tahun terakhir angkatan kerja mengalami kenaikan pada tahun 2021 sebesar 2.581.444
jiwa. (Statistik, 2021). Dari data jumlah penduduk dan angkatan kerja diatas
mengggambarkan jumlah penduduk dan angkatan kerja, dimana jumlah penduduk naik
maka ankatan kerja ikut naik, dan apabila pemerintah tidak bisa memberikan lapangan
pekerjaan maka tingkat pengangguran juga akan naik. Selama lima tahun terakhir
jumlah penduduk paling tinggi terjadi pada tahun 2021 sebesar 5.580.232 jiwa, dan
angkatan kerja juga ikut mengalami kenaikan di Tahun 2021 sebanyak 2.581.44 jiwa.
Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran adalah
pertumbuhan ekonomi, dimana Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat
menandakan bahwa akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap lapangan kerja.
Dengan demikian semakin banyaknya tenaga kerja yang terserap akan mengakibatkan
angka pengangguran berkurang dan kemiskinan yang semakin menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : Pengaruh pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Barat, pengaruh jumlah penduduk
terhadap tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Barat, dan Pengaruh tingkat
partisipasi kerja terhadap tingkat pengangguran di Sumatera Barat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Barat?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Sumatera Barat?
3. Bagaimana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Barat?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Barat
2. Menganalisis pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Sumatera Barat.
3. Menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Barat?
KAJIAN TEORI

2.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Pengangguran terbuka adalah situasi dimana orang sama sekali tidak bekerja dan
sedang berusaha mencari pekerjaan. Fenomena tersebut dapat ditemukan dengan mudah
di lingkungan masyarakat, khususnya terjadi pada lulusan baru universitas.
Pengangguran terbuka bisa disebabkan karena lapangan kerja yang tidak tersedia,
ketidakcocokan antara kesempatan kerja dan latar belakang pendidikan dan tidak mau
bekerja. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikasi tentang
penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran.
Dalam konteks ini, seseorang bisa saja tengah mempersiapkan usaha, masih
dalam proses wawancara maupun sudah mendapatkan kontrak, namun belum secara
resmi mulai bekerja.
Adapun yang termasuk contoh pengangguran terbuka lainnya, yaitu :
1) Orang yang belum pernah bekerja dan berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan
2) Orang yang sudah pernah bekerja namun diberhentikan serta sedang dalam
proses mencari pekerjaan.

Jenis pengangguran ini banyak ditemukan di area perkotaan, khususnya yang


menjadi kawasan pusat bagi institusi perguruan tinggi.
Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka dapat digunakan
rumus berikut:
Tingkat Pengangguran Terbuka = Jumlah Pengangguran Terbuka/Angkatan Kerja x
100%.
Adapun penyebab terjadinya pengangguran terbuka diantaranya yaitu sebagai
berikut :

1. Ketidakcocokan Keterampilan
Faktor penyebab terjadinya pengangguran terbuka adalah ketidakselarasan
antara keahlian pekerja dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini sering terjadi
pada fresh graduate atau lulusan baru dari perguruan tinggi.
Selain itu, fenomena tersebut juga bisa dialami oleh pekerja yang
memiliki rencana untuk mengubah jalur karirnya di bidang lain.

2. Minimnya Pengalaman
Selanjutnya, faktor penyebab terjadinya pengangguran terbuka adalah minimnya
pengalaman dari pencari kerja. Kejadian tersebut terjadi akibat kurangnya
persiapan dan pelatihan bagi siswa atau mahasiswa saat akan memasuki dunia
kerja.
Umumnya, pada lowongan dalam jajaran entry-level atau posisi yang
membutuhkan kompetensi, kualifikasi atau kemampuan dasar juga tetap
memberlakukan persyaratan pengalaman terkait.

3. Perubahan Industri
pengangguran jenis ini juga disebabkan oleh adanya perubahan konstan dalam
sebuah industri tertentu. Adanya transformasi tersebut tidak jauh kaitannya
dengan tren pasar, minat konsumen serta kemajuan bidang digital.
Modifikasi industri ini menimbulkan permasalahan baru bagi
kelangsungan usaha mencari kerja para pengangguran karena kemampuan yang
dimiliki belum bisa memenuhi persyaratan perusahaan.

4. Rendahnya Permintaan
Masih terkait dengan revolusi industri, lowongan pekerjaan menjadi semakin
minim karena perusahaan menurunkan kebutuhan karyawan. Selain itu,
pengurangan permintaan staf tersebut juga disebabkan oleh tidak meratanya
kesempatan bekerja.

5. Kondisi Ekonomi
Pengangguran terbuka juga bisa dipicu oleh kondisi ekonomi wilayah atau
negara tertentu. Apabila kestabilan dagang berikut gagal dicapai, maka besar
kemungkinan lowongan pekerjaan akan sangat berkurang dan terjadi efisiensi
karyawan.

6. Isu Diskriminasi
Penyebab berkurangnya kesempatan mencari kerja bagi pengangguran terbuka
ini sering diabaikan karena kepentingannya dirasa tidak terlalu besar. Padahal,
faktor berikut perlu segera diatasi.
Beberapa hal yang termasuk dalam isu diskriminasi adalah membuat
batasan penerimaan pekerja berdasarkan agama, etnis, jenis kelamin, atau syarat
fisik tertentu.

Adapun dampak dari pengangguran terbuka yaitu :


1. Menyebabkan Kesenjangan Sosial
Salah satu dampak pengangguran terbuka adalah adanya kesenjangan sosial
dengan para pencari kerja sering merasa tidak diperlakukan secara adil dalam
lingkungan masyarakat.
Ketidakadilan dalam konteks ini dapat dipahami dengan dua sudut
pandang, yaitu terjadinya kecurangan penerimaan kerja melalui koneksi
perusahaan atau stereotip buruk yang ditancapkan pada pengangguran.

2. Menurunkan Daya Saing dan Kemampuan


Dampak yang kedua adalah hilangnya keahlian calon pekerja karena terlalu lama
tidak dipergunakan atau disalurkan pada bidang terkait.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan sebab untuk mendapatkan
kemampuan tertentu pasti membutuhkan proses dan waktu lama.

3. Menambah Angka Kemiskinan


Meningkatnya angka kemiskinan juga merupakan dampak buruk. Dapat dibilang
hal yang awam jika pekerjaan merupakan aspek pendukung ekonomi seseorang,
maka dari itu tidak adanya pemasukan memicu ketidakstabilan finansial.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara berkaitan erat dengan kesejahteraan
rakyatnya yang turut menjadi tolak ukur apakah suatu negara berada dalam kondisi
perekonomian yang baik atau tidak.
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah produksi
barang dan jasa yang dihitung suatu negara dalam suatu kurun waktu tertentu
berdasarkan kepada beberapa indikator misalnya saja naiknya pendapatan nasional,
pendapatan perkapita, jumlah tenaga kerja yang lebih besar dari jumlah pengangguran,
serta berkurangnya tingkat kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yang
secara berkesinambungan menuju kondisi yang lebih baik dalam kondisi perekonomian
suatu negara. Ekonomi suatu negara sendiri dapat dikatakan bertumbuh jika kegiatan
ekonomi masyarakatnya berdampak langsung kepada kenaikan produksi barang dan
jasanya.
Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah kemudian dapat
membuat perencanaan mengenai penerimaan negara dan pembangunan kedepannya.
Sementara bagi para pelaku sektor usaha, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan
sebagai dasar dalam membuat rencana pengembangan produk serta sumber dayanya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi yaitu :
1. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber Daya Alam atau sesuatu yang berasal dari alam mencakup kesuburan
tanah, letak dan susunanya, kekayaan alam, mineral, iklim, sumber air, hingga
ke sumber kelautan. Bagi pertumbuhan ekonomi ketersediaan sumber daya alam
yang melimpah sangat baik dalam menunjang pembangunan.
Sumber daya alam sendiri terbagi lagi menjadi tiga jenis diantaranya
Sumber Daya Alam Hayati (sumber daya yang berasal dari makhluk hidup baik
dari hewan maupun tumbuhan. Contoh sumber daya alam hayati diantaranya
ayam, sapi, sayur, padi, jagung, kapas, kayu, teh, kopi, hingga ikan, Sumber
Daya Alam non Hayati (sumber daya yang bukan berasal dari makhluk hidup.
Contohnya air, sinar matahari, udara, tanah, bahan tambang, minyak
bumi, dan gas alam), sumber daya alam yang dapat atau dipulihkan kembali
(Contoh sumber daya ini diantaranya hewan, tumbuhan, pepohonan, dan ikan,
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (Sumber daya yang bersifat
terbatas sebab terbentuknya oleh proses alamiah dengan jangka waktu yang lama
(Minyak bumi, batu bara, dan gas alam), Terakhir sumber daya alam yang kekal
yang tak akan habis (Contoh sumber daya ini diantaranya air, udara, sinar
matahari, angin, gelombang, pasang surut, dan panas bumi).

2. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber Daya Manusia berperan sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Sumber daya manusia atau disingkat juga sebagai SDM merupakan individu
produktif yang berperan sebagai penggerak suatu organisasi, baik dalam
perusahaan maupun institusi.
Ia berperan sebagai elemen utama organisasi dibandingkan elemen
lainnya seperti teknologi maupun modal, karena manusialah yang kemudian
akan mengendalikan faktor lainnya tersebut. Sumber Daya Manusia sendiri tidak
semata-mata dihitung berdasarkan jumlahnya namun lebih kepada efisiensinya.
Dalam mendorong Sumber Daya Manusia dapat bekerja secara efisien berikut
beberapa hal yang dapat dilakukan:
 Motivasi Sumber Daya Manusia (SDM) – Perubahan dan
perkembangan tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran dari dari
masing-masing pihak. Oleh karenanya memberikan motivasi pada
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu hal yang wajib
dilakukan.
 Sesuaikan Pekerjaan dengan Kemampuan dan Minat Sumber Daya
Manusia (SDM) – Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) akan kurang
produktif jika menerima tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Karenanya harus pintar-pintar dalam memilih dan menentukan
posisinya sesuai dengan kemampuan dan ketertarikannya terhadap
sesuatu.
 Program Pelatihan – Memberikan program pelatihan kepada para
Sumber Daya Manusia (SDM) juga akan membantu meningkatkan
skillnya. Program pelatihan harus disusun dengan baik dan harus tepat
sasaran serta sesuai dengan data yang valid. Perpedoman pada data yang
valid kemudian akan menghasilkan output yang optimal.
 Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) secara Berkala –
Dalam mengontrol kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) dalam periode
yang ditentukan, diperlukan adanya evaluasi agar mereka mawas diri dan
berusaha memperbaiki dan meningkatkan pekerjaannya untuk

3. Akumulasi Modal
Akumulasi modal sebagai persediaan faktor produksi yang dapat direproduksi.
Akumulasi modal sebagai proses penambahan stok modal fisik buatan manusia
berupa peralatan, mesin dan bangunan. Apabila stok modal naik dalam waktu
tertentu, maka disebut juga akumulasi modal atau pembentukan modal.
Kaitan antara Akumulasi Modal dan pertumbuhan ekonomi sendiri
secara agregat dapat mengukur akumulasi modal dari angka pembentukan modal
bruto (investasi bruto) dikurangi depresiasi yang keduanya berada dalam
cakupan komponen Produk Domestik Bruto (PDB).
Dalam model pertumbuhan ekonomi Harod-Domar meningkatnya
tingkat tabungan memungkinkan lebih banyak investasi yang kemudian
berpengaruh kepada tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam
jangka menengah dan pendek.

4. Tenaga Manajerial dan Organisasi Produksi


Organisasi produksi sebagai salah satu bagian penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi yang kemudian berkaitan erat dengan penggunaan faktor
produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi juga
dilaksanakan dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatan sehari-
hari.

5. Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai salah satu faktor terpenting dalam proses
pertumbuhan ekonomi, sebab Perubahan dan kemajuan teknologi erat kaitannya
dengan perubahan dalam metode produksi. Ia akan menghilangkan batas waktu
dan ruang yang kemudian memunculkan industri baru yang memanfaatkan
perkembangan teknologi.
Hal Inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya pergerakan
ekonomi, jika semula pertukaran barang dilakukan secara fisik kini pertukaran
ini juga terjadi melalui media teknologi. Pergerakan ekonomi yang terjadi
kemudian secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pada level ekonomi makro, perkembangan teknologi berfungsi dalam
memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta mendorong
pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik lagi. Perkembangan teknologi
informasi juga secara tidak langsung akan memperkuat daya saing suatu negara
dalam membangun perekonomiannya.
Perusahaan-perusahaan di dalamnya kemudian dapat meningkatkan
pendapatan nasional yang nantinya dapat digunakan sebagai menunjang
kesejahteraan para penduduknya. Karenanya Perubahan teknologi akan
menaikkan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM), modal, hingga faktor
produksi lainnya.

6. Faktor Politik dan Administrasi Pemerintah


Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi
pembangunan ekonomi suatu negara. Politik yang berada dalam kondisi yang
tidak stabil serta pemerintahan yang korup tentunya akan sangat menghambat
kemajuan ekonomi.
Selain itu Aspek sosial kehidupan masyarakat seperti tingkah laku, sikap,
motivasi kerja, pandangan masyarakat, atau kelembagaan masyarakat, Tertib
hukum dan susunan serta peraturan dan pelaksanaan hukum perundang-
undangan yang keliru juga menjadi faktor penghambat kemajuan ekonomi.
Sehingga tidak mendukung terlaksananya pertumbuhan ekonomi. Karenanya
hukum sudah seharusnya dilaksanakan secara konsekuen dan tertib.

Metode Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi


Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pendapatan riil nasional yang
dihitung dari keseluruhan output suatu jasa dan barang yang diproduksi oleh suatu
negara. Selain itu indikator lainnya adalah pendapatan riil per kapita yang menunjukkan
pendapatan masyarakat suatu negara. Jika mengalami peningkatan secara keseluruhan
dari tahun ke tahun, maka dapat dikatakan bahwa perekonomian di negara tersebut
mengalami pertumbuhan positif.
Tak hanya itu kesejahteraan penduduk juga merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi sebab terkait pendapatan riil per kapita. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan tingkat ekonomi ke arah yang lebih baik bagi seluruh
masyarakatnya. Tersedianya lapangan kerja kemudian akan mengurangi angka
pengangguran serta meningkatkan penyerapan tenaga secara otomatis, saat hal ini
terjadilah pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara terjadi. Artinya, produktivitas
meningkat.
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi dilihat dan diukur dengan cara
membandingkan komponen yang dapat mewakili keadaan ekonomi suatu negara masa
kini dan periode sebelumnya. Ada dua komponen yang kemudian dapat digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, diantaranya:
1. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto (PNB) sebagai suatu pendapatan yang diterima oleh
negara dalam satu tahun, dengan berdasarkan kepada perhitungan pendapatan
yang diterima oleh warga negaranya. Artinya pendapatan warga negara
Indonesia di luar negeri juga dihitung ke dalam Gross National Product (GNP),
sedangkan pendapatan warga negara asing yang berada di Indonesia tidak
termasuk dalam Gross National Product (GNP).
Pendapatan yang termasuk dalam Gross National Product (GNP) juga
harus merupakan produk barang jadi yang dilihat dari harga pasar yang berlaku
pada periode yang akan dihitung. Sedangkan untuk menghitung pertumbuhan
ekonomi menggunakan pendekatan PNB atau Gross National Product (GNP)
adalah dengan cara membandingkan Gross National Product (GNP) di periode
ini dengan Gross National Product (GNP) pada periode sebelumnya.
2. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Jika Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dihitung
berdasarkan pendapatan suatu negara dari penghasilan yang didapat oleh warga
negaranya dimanapun ia berada, maka Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross Domestic Product (GDP) didapat dari pendapatan negara berdasarkan
batas wilayah atau teritorialnya.
Jadi semua produksi ekonomi yang dilakukan dan terjadi pada suatu
negara, baik oleh warga negaranya atau warga negara asing, termasuk ke dalam
perhitungan Gross Domestic Product (GDP). Meski demikian pendapatan yang
dihasilkan oleh warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak
termasuk ke hitungan GDP.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang bersifat deskriptif dan
asosiatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menerangkan yang diteliti apa adanya dan data yang digunakan
berbentuk angka-angka Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian asosiatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel
bebas yaitu Pertumbuhan Ekonomi (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (X3) terhadap variabel terikat yaitu Tingkat Pengangguran
Terbuka (Y) di Sumatera Barat.
Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini melalui data
sekunder. Data yang diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan
dan tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan
Tingkat Pengangguran Terbuka. Yang terdiri dari data time series mulai tahun 2006
hingga 2021 dan data cross section yakni 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengumpulan data-data
yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier
berganda data panel, data panel adalah gabungan dari data cross section dan data time
series, data cross section diperoleh dari data 19 kabupaten/kota yang ada di Provinsi
Sumatera Barat. Sedangkan data time series diambil dari tahun 2006–2021. Rumus
regresi Data Panel
𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + β3X3 + 𝑒…............(1)

Anda mungkin juga menyukai