Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT


KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA PERIODE 2015-2020
Chintia Naburju1 ; Hafiz Zikri Simangunsong2 ; Ikhwani Unsa3; Jessica Putri Br.Sembiring4 ;
Nurbariya Pane5 ; Sri Wahyuni
chintiajanuari2002@gmail.com ; zikrihafizz25@gmail.com ; ikhwaniunsa2018@gmail.com ;
jessicasembiring76@gmail.com ; nurbariapane08@gmail.com ; wahyunisri2805@gmail.com
Fakulitas Ekonomi, Prorgram Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan isu sentral sumber daya alam, dan lingkungan hidup serta
bagi setiap negara didunia, khususnya bagi rasa aman dari perlakuan atau ancaman dari
negara berkembang, pengentasan kemiskinan tindak kekerasna dan hak untuk berpartisipasi
dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi
merupakan tujuan akhir suatu negara. perempuan maupun laki-laki.
kemiskinana adalah keadaan dimana terjadi
kekeurangan hal-hal yang biasa untuk Menurut Yacoub (2012:178)
dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat kemiskinan tidak hanya berkenaandengan
berlindung dan air minum, hal ini berhubungan tingkat pendapatan tetapi juga dari aspek
erat dengan kualitas hidup. kemiskinan juga sosial, lingkungan bahkan keberdayaan dan
berarti tidak adanya akses terhadap tingkat partisipasi. kemiskinan juga dapat
pendidikan dan pekerjaan yang mampu menjadi penentu dan faktor dominan yang
mengatasi masalah kemiskinan dan mempengaruhi persoalan kemanusian seperti
mendapatkan kehormatan yang layak bagi keterbelakangan, kebodohan, ketelantaran,
warga negara. kriminalitas, kekerasan, perdagangan
manusia, buta huruf, putus sekolah, anak
Menurut Nerwati (2008:2) jalanan dan pekerjaan anak.
kemiskinanan dapat dilihat sebagai masalah
multidimensi karena berkaitan dengan ketidak Di Indonesia yang meiliki
mampuan akses secara ekonomi, sosial, permassalahan kemiskinan diprovinsi sumatra
budaya, politik, dan partisipasi dalam utara juga merupakan provinsi yang meiliki
masyarakat. kemiskinan memiliki arti lebih luas permasalahan kemiskinan yang sama. hal
dari sekedar lebih rendah tinggi pendapatan tersebut dapat dikaitkan dengan indikator-
atau konsumsi seseorang dari standar indikator yang mempengaruhi seperti
kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori pendidikan, kesehatan, inflasi dan
minuman atau garis kemiskinan, akan tetapi pengangguran Amalia (2012:159), sedangkan
kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam menurut Putra , (2007:6) salah satu indikator
karena berkaitan dengan ketidak mampuan ekonomi yang mempengaruhikemiskinan
untuk mencapai aspek diluar pendapatan adalah distribusi pendapatan.
seperti akses kebutuhan minuman, kesehatan, Distribusi pendapatan nasional
pendidikan, air bersih dan sanitasi. merupakan unsur penting untuk mengetahui
Menurut Rejekiningsih, (2011:33) tinggi rendahnya kesejahteraan atau
kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi kemakmuran suatu negara. distribusi
dimana seseorang atau sekelompok orang, pendaptan yang merata kepada masyarakat
laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak- akan mampu menciptakan perubahan dan
hak dasarnya untuk mempertahankan dan perbaikan, seperti peningkatan pertumbuhan
mengembangkan kehidupan yang ekonomi, pengentasan kemiskinan,
bermartabat. hak-hak dasar yang diakui mengurangi pengangguran, dan sebagainya.
secara umum antara lain meliputi terpenuhi sebaliknya distribusi pendapatan yang tidak
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, merata perubahan atau perbaikan suatu
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, negara tidak akan tercapai.
Dari 34 provinsi diidndonesia, pada dimana pada 2011 10,83% dan pada tahun
tahun 2011 persentase untuk penduduk miskin 2021 8,49%, turun sebesar 2,34%. namun
diindonesia cukup tinggi, karena tingkat ditahun 2015 persentase penduduk miskin
kemiskinan mencapai 10,83% distribusi naik sebesar 0,68% dari tahun sebelumnya
pendapatan 0,305% dan tingkat yaitu 9,85% menjadi 10.53%.
pengangguran mencapai 6,37%.
Berikut data mengenai analisis
dan pada tahun 2021 mengalami penurunan pengaruh tingkat pengangguran dan distribusi
yaitu persentase tingkat kemiskinan 8,49%, pendapatan terhadapn kemiskinan diprovinsi
jadi dari 2011 - 2021 mengalami penurunan. sumatra utara tahun 2011-2021.

Analisis pengaruh tingkat pengangguran dan distribusi pendapatan


terhadap kemiskinan pada provinsi sumatra utara tahun 2011-2021
tahun Tingkat Distribusi Kemiskinan (Y)
Pengangguran Pendapatan Jiwa (%)
(XI)% (X2)%
2011 6,37 0,305 10,83
2012 6,2 0,331 10,41
2013 6,53 0,328 10,39
2014 6,23 0,31 9,85
2015 6,71 0,336 10,53
2016 5,84 0,312 10,35
2017 5,6 0,335 10,22
2018 5,56 0,311 9,22
2019 5,41 0,315 8,83
2020 6,91 0,314 8,75
2021 6,32 0,313 8,49

Dapat dilihat pada tabel bahwa pada tinggi.Dampak tersebut dapat berupa
tahun 2011 tingkat kemiskinan mengalami dampak ekonomi dan dampak sosial.
peningkatan yaitu 10,83%, dan pada tahun Secara ekonomi pengangguran berdampak
2012-2014 mengalami penurunan sebesar pada turunnya jumlah produk nasional dan
0,56%. dan selanjutnya pada tahun 2015 turunnya pendapatan, sekaligus
mengalami kenaikan yaitu 10,53%. dan pada menurunkan tingkat kesejahteraan
tahun 2016-2021 terus mengalami penurunan masyarakat secara keseluruhan.
yang dapat dilihat dari persentasi dari 10,35%
menjadi 8,49, yang dimana mengalami Jenis-jenis pengangguran berdasarkan
penurunan sebesar 1,86%. cirinya adalah sebagai berikut (Sukirno,
2000):
KAJIAN TEORI

Pengganguran a. Pengangguran Terbuka


Pengangguran terbuka terjadi
Menurut Badan Pusat Statistik sebagai akibat pertumbuhan jumlah
(BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, tenaga kerja yang tidak seimbang
pengangguran adalah penduduk yang tidak dengan ketersediaan lapangan
bekerja namun sedang mencari pekerjaan pekerjaan sehingga banyak tenaga
atau sedang mempersiapkan suatu usaha kerja yang tidak memperoleh
baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan. Menurut Badan Pusat
pekerjaan karena sudah diterima bekerja Statistik (BPS), pengangguran
tetapi belum mulai bekerja.Menurut terbuka adalah penduduk yang
(Sukirno,2004),pengangguran merupakan telah masuk dalam angkatan kerja
suatu masalah yang sering melanda tetapi tidak memiliki pekerjaan dan
kegiatan perekonomian suatu negara dan sedang mencari pekerjaan,
sangat penting untuk ditanggulangi. Hal ini mempersiapkan usaha, serta sudah
akan menimbulkan dampak-dampak negatif memiliki pekerjaan tetapi belum
apabila tingkat pengangguran
mulai bekerja. timbul karena adanya perbedaan kepemilikan
b. Pengangguran tersembunyi sumber daya dan faktor produksi, terutama
Keadaan dimana suatu jenis kepemilikan barang modal (capital stock).
kegiatan ekonomi dijalankan oleh Kelompok masyarakat yang memiliki faktor
tenaga kerja yang jumlahnya produksi yang lebih banyak juga akan
melebihi dari yang diperlukan. memperoleh pendapatan yang lebih banyak.
c. Pengangguran Musiman
Menurut pandangan Neo klasik,
Pengangguran yang terjadi di masa- perbedaan pendapatan dapat dikurangi
masa tertentu dalam satu tahun. melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu
Fenomena ini bisa terjadi pada “penetapan” hasil pembangunan ke bawah
sektor pertanian dimana petani (Trickle Down) dan kemudian menyebarnya
akan mengaggur saat menunggu sehingga menimbulkan keseimbangan baru.
masa tanam dan saat jeda antara Apabila proses terotomatisasi tersebut belum
musim tanam dan musim panen. mampu menurunkan tingkat perbedaan
d. Setengah Menganggur Setengah pendapatan yang timpang, maka dapat
Menganggur adalah tenaga kerja dilakukan melalui sistem perpajakan dan
yang tidak bekerja secara secara subsidi. Penetapan pajak
optimal karena ketiadaan lapangan pendapatan/penghasilan akan mengurangi
kerja atau pekerjaan,atau pekerja pendapatan penduduk berpenghasilan
yang bekerja kurang dari 35 jam tinggi, begitu juga sebaliknya subsidi akan
seminggu. Menurut Badan Pusat membantu penduduk berpenghasilan rendah
Statistik (BPS), di Indonesia jam asalkan tidak msalah sasaran dalam
kerja normal adalah 35 jam pengalokasiannya. Pajak yang telah dipungut
seminggu. dengan menggunakan sistem tarif progresif
(semakin tinggi pendapatan semakin besar
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
persentase tarifnya) oleh pemerintah akan
Disparitas (ketimpangan) distribusi
digunakan untuk membiayai roda
pendapatan merupakan masalah besar yang
pemerintahan, subsidi, dan proyek
dihadapi negara berkembang termasuk
pembangunan. Dari sinilah proses
Indonesia. Distribusi pendapatan
redistribusi pendapatan yang akan
mencerminkan merata atau timpangnya
mengurangi ketimpangan (Amir
pembagian hasil pembangunan suatu negara
Machmud,2016).
di kalangan penduduknya. Tidak meratanya
distribusi pendapatan akan memicu Ada beberapa indikator untuk
ketimpangan pendapatan yang merupakan mengukur tingkat ketimpangan distribusi
awal dari munculnya masalah kemiskinan. pendapatan.
Masalah kesenjangan tidak hanya di alami
oleh negara berkembang, tetapi juga oleh 1. Koefisien Gini (Gini Ratio)
negara maju. Perbedaannya terletak pada
proporsi atau besar kecilnya tingkat
kesenjangan dan angka kemiskinan yang
terjadi, serta kesulitan mengatasinya yang
dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah
penduduk suatu negara. Semakin besar
angka kemiskinan, semakin tinggi tingkat
kesulitan mengatasinya. Negara maju
mengalami tingkat kesenjangan pendapatan
yang relatif lebih kecil dibandingkan negara
sedang berkembang, dan untuk Gambar 1.Kurva Lorenzo
mengatasinya tidak terlalu sulit karena GNP
dan GDP negara maju relatif tinggi. (Amir Dalam Kurva Lorenz, Garis Diagonal
OE merupakan garis kemerataan sempurna
Machmud, 2016). Perbedaan pendapatan
karena setiap titik pada garis tersebut
menunjukkan persentase penduduk yang pengeluaran ke-i
sama dengan persentase penerimaan Fi-1 = Frekuensi kumulatif dari total
pendapatan. Koefisien Gini adalah pengeluaran dalam kelas
perbandingan antara luas bidang A dan ruas pengeluaran ke-(i-1)
segitiga OPE. Semakin jauh jarak garis Kurva
Lorenz dari garis kemerataan sempurna, Koefisien Gini didasarkan pada
semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya,
kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva
dan sebaliknya. Pada kasus ekstrim, jika
pendapatan didistribusikan secara merata, pengeluaran kumulatif yang
semua titik akan terletak pada garis diagonal membandingkan distribusi dari suatu
dan daerah A akan bernilai nol. Sebaliknya variabel tertentu (misalnya pendapatan)
pada ekstrem lain, bila hanya satu pihak saja dengan distribusi uniform (seragam) yang
yang menerima seluruh pendapatan, luas A mewakili persentase kumulatif penduduk.
akan sama dengan luas segitiga sehingga Untuk membentuk koefisien Gini, grafik
angka koefisien Gininya adalah satu (1). Jadi
persentase kumulatif penduduk (dari
suatu distribusi pendapatan makin merata
jika nilai koefisien Gini mendekati nol (0). termiskin hingga terkaya) digambar pada
Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan sumbu horizontal dan persentase kumulatif
dikatakan makin tidak merata jika nilai pengeluaran (pendapatan) digambar pada
koefisien Gininya mendekati satu. Koefisien sumbu vertikal. Ini menghasilkan kurva
Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran Lorenz seperti yang ditunjukkan pada
yang paling sering digunakan untuk gambar. Garis diagonal mewakili
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
pemerataan sempurna. Koefisien Gini
secara menyeluruh. Rumus Koefisien Gini
adalah sebagai berikut: didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A
dan B seperti yang ditunjukkan pada grafik.
Jika A=0 koefisien Gini bernilai 0 yang
n
berarti pemerataan sempurna, sedangkan
GR = 1 ∑ Pi ( F i + F i−1) jika B=0 koefisien Gini akan bernilai 1 yang
i=1
berarti ketimpangan sempurna. Namun,
pengukuran dengan menggunakan
Dimana : Koefisien Gini tidak sepenuhnya
GR = Koefisien Gini (Gini Ratio) memuaskan. Tabel berikut ini
Pi = Frekuensi penduduk dalam kelas memperlihatkan patokan yang
pengeluaran ke-i mengatagorikan ketimpangan distribusi
Fi = Frekuensi kumulatif dari total berdasarkan nilai koefisien Gini.
pengeluaran dalam kelas
Tabel 1.Nilai Koefisien Gini

Nilai Koefisien Gini Distribusi Pendapatan

.... < 0,4 Tingkat ketimpangan rendah

0,4 < 0,5 Tingkat ketimpangan sedang

.... > 0,5 Tingkat ketimpangan tinggi

melihat besarnya kontribusi 40% penduduk


2.Ukuran Bank Dunia termiskin. (Sirojuzilam, 2010:102).
Kriterianya dapat dilihat pada tabel berikut :
Bank Dunia mengukur ketimpangan
distribusi pendapatan suatu negara dengan
Tabel 2.Kriteria Bank Dunia

Distribusi Pendapatan Tingkat Ketimpangan

Kelompok 40% termiskin pengeluarannya Tinggi


< 12% dari keseluruhan pengeluaran
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya Sedang
12%–17% dari keseluruhan pengeluaran
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya Rendah
> 17% dari keseluruhan pengeluaran

Kemiskinan Berdasarkan kondisi kemiskinan yang


dipandang sebagai bentukpermasalahan
Kemiskinan merupakan masalah
multidimensional, kemiskinan memiliki 4
besar yang sering terjadi terutama di
bentuk. Adapun keempat bentuk
negara berkembang. Menurut (Sen,2007)
kemiskinan tersebut adalah (Purba, 2012):
mengungkapkan pemikiran tentang
kemiskinan dengan pendekatan yang lebih 1. Kemiskinan Absolut
luas yaitu bahwa kemiskinan timbul apabila Kemiskinan absolut adalah
masyarakat tidak memiliki kemampuan- suatu konsep yang pengukurannya
kemampuan utama, tidak memiliki tidak didasarkan pada garis
pendapatan, atau mendapatkan pendidikan kemiskinan tetapi pada
yang memadai, memiliki kondisi kesehatan ketidakmampuan pendapatan untuk
yang buruk, merasa tidak aman, memiliki memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kepercayaan diri yang rendah atau suatu minimum agar bisa bertahan hidup.
perasaan tidak berdaya atau tidak memiliki Kebutuhan minimum dimaksud
hak seperti kebebasan berbicara (Haughton antara lain sandang, pangan,
dan Khandker,2009). papan, pendidikan dan kesehatan.
2. Kemiskinan Relatif
Indikator kemiskinan di kemukakan
Kemiskinan relatif adalah
oleh (BAPPENAS, 2004) dalam (Amir
suatu konsep yang mengacu pada
Machmud, 2016:286) berupa:
gartis kemiskinan (poverty line)
1. Kurangnya pangan, sandang, dan yang sebenarnya merupakan suatu
perumahan yang tidak layak; ukuran mengenai ketimpangan
2. Terbatasnya kepemilikan tanah dan dalam distribusi pendapatan.
alat-alat produktif; Kondisi ini disebabkan pengaruh
3. Kurangnya kemampuan membaca kebijakan pembangunan yang
dan menulis; belum menjangkau seluruh
4. Kurangnya jaminan dan masyarakat, sehingga
kesejahteraan hidup; menyebabkan ketimpangan dalam
5. Kerentanan dan keterpurukan dalam pendapatan.
bidang sosial dan ekonomi; 3. Kemiskinan Kultural
6. Ketidakberdayaan atau daya tawar Kemiskinan kultural adalah
yang rendah;
suatu konsep yang mengacu pada
7. Akses ke ilmu pengetahuan yang
persoalan sikap seseorang atau
terbatas.
masyarakat yang disebabkan oleh
faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat Kemiskinan ini terjadi dalam satu
kehidupan, malas, pemboros, dan sistem sosial budaya dan sosial
tidak kreatif meskipun ada bantuan politik yang tidak mendukung
dari pihak luar. pembebasan kemiskinan, tetapi
seringkali menyebabkan suburnya
4. Kemiskinan Struktural kemiskinan. Menurut sinaga dan
Kemiskinan struktural White (1987) dalam purba (2012),
adalah suatu konsep kemiskinan kemiskinan struktural terjadi karena
yang disebabkan karena rendahnya lembaga- lembaga yang ada
akses terhadap sumber daya. membuat sekelompok masyarakat
yang tidak menguasai sarana kesempatan untuk memperbaiki
ekonomi (produksi) dan fasilitas kesejahteraannya. Sehingga pada akhirnya
secara merata. Dalam kemiskinan keluarga ini akan terjebak dalam lingkaran
struktural sebagian anggota kemiskinan. Dari penjelasan di atas, dapat
masyarakat akan tetapi miskin diketahui bahwa terdapat hubungan positif
walaupun total produksi yang antara tingkat pengangguran dengan
dihasilkan masyarakat secara kemiskinan. Artinya, apabila tingkat
ratarata dapat membebaskan pengangguran naik, maka tingkat
semua anggota masyarakat dari kemiskinan juga ikut naik.
kemiskinan.
Pengaruh Ketimpangan Distribusi
Pengaruh Pengganguran (X1) Terhadap Pendapatan (X2) Terhadap Kemiskinan (Y)
Kemiskinan (Y)
Distribusi pendapatan menunjukkan
Pengangguran memiliki hubungan merata tidaknya pembagian hasil
yang sangat erat terhadap tingginya angka pembangunan suatu negara dikalangan
kemiskinan. Menurut(Sukirno,2004), efek penduduknya (Basri dalam Sasana, 2009).
buruk dari pengangguran adalah Pembagian hasil pembangunan ekonomi
mengurangi pendapatan masyarakat yang seharusnya dinikmati oleh seluruh
pada akhirnya mengurangi tingkat kalangan penduduk suatu negara secara
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. merata. Akan tetapi, ketimpangan distribusi
Semakin turunnya tingkat kesejahteraan pendapatan menghambat kelompok-
mengakibatkan seseorang jatuh dalam kelompok tertentu untuk ikut menikmati hasil
kemiskinan, sebab tidak memiliki pembangunan. Masalah ketimpangan
pendapatan karena menganggur. Sebagian distribusi pendapatan merupakan salah satu
besar masyarakat yang tidak memiliki inti masalah pembangunan, terutama bagi
pekerjaan atau hanya bekerja paruh waktu negara yang sedang berkembang.
selalu berada diantara kelompok Ketimpangan distribusi pandapatan
masyarakat yang miskin (Arsyad, 1999). menyebabkan tingkat kemiskinan tetap
Memiliki pekerjaan merupakan salah satu tinggi meskipun pertumbuhan ekonomi
jalan agar seseorang dapat memiliki meningkat. Hal ini terjadi karena manfaat
pendapatan. Pendapatan yang diterima distribusi pendapatan hanya dikuasai oleh
kemudian akan digunakan untuk memenuhi kelompok. tertentu saja. Penduduk miskin
kebutuhan hidupnya. Selain itu, dengan tidak mendapatkan penambahan
pendapatan yang dia terima, seseorang pendapatan dari pertumbuhan ekonomi
dapat mengakses pendidikan atau yang terjadi, sehingga mereka tetap
menyekolahkan anaknya, sehingga mereka berada dalam lingkaran kemiskinan.
menjadi sumber daya manusia yang
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
berkualitas yang kelak akan diterima dalam
harus disertai dengan distribusi pendapatan
suatu pekerjaan.
yang merata. Hal ini untuk menjamin agar
Bagi seorang pengangguran,
pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan
kesempatan untuk mengakses pendidikan
angka kemiskinan. Distribusi pendapatan
atau menyekolahkan anaknya cenderung
yang merata dapat memberikan efek positif
sangat kecil. Hal ini terjadi karena seorang
untuk peningkatan pendapatan penduduk
pengagguran tidak memiliki pendapatan
miskin. Penambahan pendapatan yang
yang dapat digunakan untuk membiayai
diterima dapat digunakan untuk
pendidikan tersebut. Tanpa pendidikan,
memperbaiki kualitas hidup, terutama untuk
seorang anak yang hidup dalam keluarga
memenuhi kebutuhan minimal
pengangguran akan selalu tersisih dalam
mereka.Menurut (World Bank,1990)
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan,
mendefinisikan kemiskinan sebagai
terutama pekerjaan yang mengutamakan
ketidakmampuan dalam memenuhi standar
skill. Dalam jangka panjang seorang
hidup minimal. Jadi, penduduk miskin
pengangguran akan kehilangan
adalah penduduk yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimalnya. penelitian yang mengolah dan memproses
Pemerataan distribusi pendapatan dapat data-data yang berupa angka sebagai alat
menurunkan angka kemiskinan. Namun yang digunakan untuk menganalisis dan
sebaliknya, ketimpangan distribusi melakukan kajian penelitian. Kajian yang
pendapatan dapat mengakibatkan gap dikukakan tersebut adalah terutama mengkaji
antara penduduk miskin dengan penduduk mengenai apa yang sudah di teliti (Kasiram,
kaya semakin lebar. Penduduk miskin akan 2008). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu : Variabel Dependen (Y)
semakin miskin, sedangkan penduduk kaya
ialah Tingkat Kemiskinan.Sedangkan untuk
akan semakin kaya. Penduduk kaya akan
Variabel Independen (X) ialah Tingkat
menguasai seluruh manfaat pembangunan
Pengangguran (X1) dan Distribusi Pendapatan
ekonomi, sedangkan penduduk miskin (X2).Jenis data yang digunakan dalam
semakin tidak punya kesempatan untuk ikut penelitian ini adalah data sekunder yang
terlibat dalam pembangunan ekonomi. diperoleh dalam bentuk angka dan analisisnya
Untuk itu, dalam hal pemberantasan menggunakan statistik. Sumber data diperoleh
kemiskinan distribusi pendapatan Website Badan Pusat Statistik (BPS) dan
merupakan salah satu faktor yang harus instansi terkait dijadikan sebagai sumber
diperhatikan. utama dari data yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
Kerangka Berpikir
Tempat penelitian ini adalah di
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Provinsi Sumatera Utara.Dengan
menguji pengaruh tingkat pengangguran pengambilan data melalui Badan Pusat
dan ketimpangan distribusi pendapatan Statistik (BPS) dan Instansi yang berkaitan
terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera dengan penelitan ini. Waktu penelitian adalah
Utara. Variabel - variabel yang akan diuji tahun dari 2015–2020. Teknik yang
terlihat pada kerangka berpikir dibawah ini : digunakan dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah dengan studi
dokumentasi yang dilakukan dengan
TINGKAT
mengumpulkan data-data sekunder,
PENGANGGURAN mencatat, dan mengolah data yang berkaitan
(X1) dengan penelitian ini.

TINGKAT
:
KEMISKINAN (Y)

KETIMPANGAN
METODE
DISTRIBUSI
PENDAPATAN (X2)
Metode Analisis
PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode
Data dan Sumber Data analisis Time Series, sebagai alat
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengolahan data dengan menggunakan
Kuantitatif yang menjelaskan pengaruh program Eviews 8. Time Series adalah serial
variabel terikat (dependen) terhadap variabel dari kumpulan data yang teratur oleh urutan
bebas (independen). Penelitian kuantitatif waktu. Frekuensi urutan waktu yang dimiliki
adalah suatu metode dalam oleh Time series data bisa meliputi tahunan,
bulanan, jam, atau bahkan mili-detik. Selama
data tersebut disimpan dalam urutan waktu,
data itu adalah data Time Series. Rumus
yang digunakan adalah :
Y = a + 𝑏𝑥1 + 𝑏𝑥2+ 𝑏𝑥3+ e
Keterangan :
Y = Tingkat Kemiskinan
x1 = Pengangguran
x2 = Distribusi Pendapatan
e = Error Therm

Data Sekunder

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN


DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP KEMISKINAN PADA
PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011-2021

Tingkat Distribusi
Kemiskinan (Y)
Tahun Pengangguran Pendapatan (X2)
Jiwa %
(X1) % %

2011 6.37 0.305 10.83


2012 6.2 0.331 10.41
2013 6.53 0.328 10.39
2014 6.23 0.31 9.85
2015 6.71 0.336 10.53
2016 5.84 0.312 10.35
2017 5.6 0.335 10.22
2018 5.56 0.311 9.22
2019 5.41 0.315 8.83
2020 6.91 0.314 8.75
2021 6.32 0.313 8.49

HASIL REGRESI BERGANDA

Berdasarkan hasil olah data menggunakan


program E-views diperoleh output sebagai
berikut.
UJI ASUMSI KLASIK
Dari output diatas diketahui bahwa Constanta
sebesar -0.242456 dan Koefisien regresi X1 Uji Normalitas Data
(Tingkat Pengangguran) sebesar 0.140801
dan X2 (Distribusi Pendapatan) sebesar
11.45053. Sehingga persamaan regresi
sederhana adalah sebagai berikut.

Ŷ = -0.242456+0.140801X1+11.45053X2

Makna Persamaan Regresi

a. Kontanta sebesar -0.242456, artinya


bahwa ketika tingkat pengangguran dan
distribusi pendapatan adalah 0, maka
rata-rata tingkat kemiskinan di Sumatera Pada output diatas diperoleh nilai JB
Utara sebesar -0.242456 satuan. Probability sebesar 0.828800 > 0.05. Dari hasil
b. Koefisien regresi variabel tingkat uji tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
pengangguran sebesar 0.140801. Artinya yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
setiap kenaikan tingkat pengangguran
Uji Autokorelasi
sebesar 1 satuan, maka tingkat
kemiskinan akan meningkat sebesar
0.140801 satuan.
 koefisien regresi bernilai positif
menunjukkan bahwa semakin
meningkat pengangguran, maka Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai
Obs*R-squared yaitu 0.843645 > 0.05. Artinya
kemiskinan semakin meningkat. pada data penelitian ini terbebas dari masalah
c. Koefisien regresi variabel distribusi autokorelasi.
pendapatan sebesar 11.45053. Artinya
Uji Multikoloniaritas
setiap kenaikan distibusi pendapatan
sebesar 1 satuan, maka tingkat
kemiskinan akan meningkat 11.45053
satuan.

 koefisien regresi bernilai positif


menunjukkan bahwa semakin
meningkat pengangguran, maka
kemiskinan semakin meningkat.
Pada output diatas menunjukkan bahwa nilai Utara pada tahun 2011-2021. Hal tersebut
Centered VIF X1 dan X2 adalah 1.224688, tidak sejalan dengan hasil penelitian Zahratul
dimana nilai tersebut kurang dari 10. Artinya Naim, dkk (2017) bahwa pendidikan,
penelitian ini terbebas dari masalah kesehatan, pengangguran dan ketimpangan
multikolinearitas. distribusi pendapatan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Uji Heteroskedastisitas kemiskinan di Kota Padang, yaitu 83,2%
tingkat kemiskinan di Kota Padang
dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan,
pengangguran dan ketimpangan distribusi
pendapatan sedangkan 16,2% dipengaruhi
oleh variabel lain yang ada diluar penelitian.
Pada output diatas dapat dilihat nilai Prob.
Chi-Square (2) pada OBS*r-Squared sebesar Selain itu, hasil penelitian ini juga
0.7839, yang artinya lebih besar dar 0.05, tidak sejalan dengan penelitian Nur Qolbi
maka terima H0 sehingga model regresi ini Aulia Hamzah (2019) yang berjudul
dinyatakan terbebas dari masalah “Pengaruh Tingkat Pengangguran, Distribusi
heteroskedastisitas. Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten
UJI STATISTIK
Takalar” yang mendapatkan hasil bahwa
Uji Koefisien Determinan R2 Pengangguran, Distribusi Pendapatan dan
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif
Dependent Variable : Y dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
Methode : Least Squares Kabupaten Takalar. Di peroleh nilai signifikan
R-squares 0.366660 0.001 < 0.05. hal ini menunjukkan bahwa
Adjusted R-squares 0.185706 ketiga variabel bebas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai R-squares sebesar 0.366660 yang
artinya bahwa variabel tingkat pengangguran
dan distribusi pendapatan mampu
memengaruhi kemiskinan di provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2011-2021
sebesar 36.60 % dan sisanya sebesar 63.4%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
pada penelitian ini, contohnya IPM dan
PDRB.

Uji F

Dependent Variable : Y
Methode : Least Squares
F-statistic 0.202175
Prob(Wald F- 0.064352
statistic)
Berdasarkan olah data diatas diperoleh nilai
Prob (Wald F-statistic) sebesar 0.064352 >
0.05 yang artinya secara simultan variabel
tingkat pengangguran dan distribusi
pendapatan berpengaruh positif terhadap
kemiskinan di provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2011-2021.

Hasil tersebut menunjukkan adanya


pengaruh positif tingkat pengangguran dan
distribusi pendapatan namun tidak siginifikan
terhadap kemiskinan di provinsi Sumatera
Uji t

a. Hipotesis 1 : distribusi pendapatan perkapita (Indeks


Secara parsial variabel X1 (Tingkat Gini) berpengaruh positif terhadap
pengangguran) berpengaruh positif persentase penduduk miskin. Hal
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera tersebut dilihat dari nilai probalility t-
Utara pada tahun 2011-2021 dengan nilai statistik variabel Indeks Gini (C2) =
prob. Sebesar 0.5085 > 0.05. 0.0159 < α 0.05. yang artinya variabel
Sesuai dengan penelitian Diah Retnowati independen ketimpangan distribusi
& Harsuti (2016) menyimpulkan bahwa pendapatan perkapita (Indeks Gini) secara
pengangguran bertanda positif dan parsial berpengaruh positif terhadap
berpengaruh secara signifikan terhadap persentase penduduk miskin diprovinsi
kemiskinan di Jawa Tengah. Kenaikan Banten selama periode 2000–2012.
tingkat pengangguran yang bertanda Hal tersebut juga sejalan dengan
positif akan mengakibatkan kemiskinan penelitian Ikke Indrawati (2020) yang
menguat. menyatakan bahwa ada pengaruh positif
Begitu juga dengan penelitian Siti namun tidak signifikan ketimpangan
Masrofah (2020) yang menyatakan bahwa distribusi pendapatan terhadap tingkat
adanya korelasi yang kuat antara tingkat kemiskiann di Provinsi Papua 2014-2019.
pengangguran terutama tingkat setengah Hal ini dikarenakan indeks gini di Provinsi
pengangguran yang tinggi dengan tingkat Papua tahun 2014-2019 fluktuatif namun
kemiskinan yang tinggi. Semakin banyak cenderung menurun. Penurunan
penganguran maka jumlah penduduk ketimpangan distribusi pendapatan
miskin juga akan semakin meningkat. menunjukkan semakin meratanya
b. Hipotesis 2 : distribusi pada pendapatan penduduk
Secara parsial variabel X2 (Distribusi sehingga akan menurunkan tingkat
Pendapatan) berpengaruh positif dan kemiskinan.
signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi KESIMPULAN
Sumatera Utara pada tahun 2011-2021 Di Indonesia yang meiliki
dengan nilai prob. Sebesar 0.1392 < 0.05. permassalahan kemiskinan diprovinsi
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Sri Sumatra Utara juga merupakan provinsi
Saraswati (2020) yang berjudul Pengaruh yang meiliki permasalahan kemiskinan
Ketimpangan Distribusi Pendapatan yang sama. hal tersebut dapat dikaitkan
Terhadap Persentase Penduduk Miskin di dengan indikator-indikator yang
Provinsi Banten Tahun 2000-2012 yang mempengaruhi seperti pendidikan,
menunjukkan bahwa ketimpangan
kesehatan, inflasi dan pengangguran Retnowati, D., & Harsuti. (2017). Pengaruh
Amalia (2012:159). Pengangguran Terhadap Tingkat
Secara parsial variabel X1 (Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah .
pengangguran) berpengaruh positif Journal &Proceeding Fakultas
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Ekonomi dan Bisnis Unsoed, 608-
Utara pada tahun 2011-2021 dengan nilai 618.
prob. Sebesar 0.5085 > 0.05.
Sukirno, S. (2000). Pengantar Teori
Secara parsial variabel X2 (Distribusi
Pendapatan) berpengaruh positif dan Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi
Persada. Sukirno, S. (2004).
Sumatera Utara pada tahun 2011-2021
dengan nilai prob. Sebesar 0.1392 < 0.05. Makroekonomi :Teori Pengantar.
SARAN
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1. Dilihat dari penelitian diatas
Sukirno, S. (2004). Pengantar Teori
menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran berpengaruh positif Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
signifikan terhadap kemiskinan. Jadi
Grafindo Persada.
pemerintah diharap kan harus bisa
secepatnya untuk mengatasi masalah
Hamzah, Nur Qalbi Auliah. 2019. Pengaruh
pengangguran ini agar tingkat
Tingkat Pengangguran, Distribusi
kemiskinan tidak terlalu tinggi
Pendapatan dan Pertumbuhan
2. Diliat dari penelitian diatas
Ekonomi terhadap Tingkat
menunjukkan bahwa distribui
Kemiskinan di Kabupaten Takalar.
pendapatan tidak merata, oleh karna
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
itu pemerintah harus bisa membuat
Universitas Muhammadiyah
distribusi pendapatan bisa merata .
Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, Ikke, dkk. 2020. Analisis Pengaruh
Badan Pusat Statistik. (2013). Indikator Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan
Pasar Tenaga Kerja Indonesia. Distribusi Pendapatan, Dan Indeks
Jakarta: Badan Pusat Statistik. Pembangunan Manusia Terhadap
Tingkat Kemiskinan Provinsi Papua
BAPPENAS. (2004). Indonesia Dalam
Angka. Indonesia: Situs Tahun 2014-2019. Directory Journal
www.bapennas.go.id. Of Economic, 2 (4) : 1068 – 1080.

Hanum, N. (2018). Analisis Kemiskinan


Masrofah, siti. 2020. Analisis Pengaruh
dan Ketimpangan Distribusi
Pengangguran Terhadap Tingkat
Pendapatan. Samudra Ekonomika,
Kemiskinan Di Indonesia Dalam
157-170.
Perspektif Ekonomi Islam.
OSFPrefrints.

Naim, Zahratul, dkk. 2017. Pengaruh


Pendidikan, Kesehatan,
Pengangguran dan Ketimpangan
Distribusi Pendapatan terhadap
Tingkat Kemiskinan di Kota Padang.
STKIP PGRI Sumatera Barat.

Retnowati, Diah & Harsuti. 2016. Pengaruh


Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan di Jawa Tengah. Journal
& Proceeding, 6 (1) : 608-618.

Saraswati, Sri. 2020. Pengaruh Ketimpangan


Distribusi Pendapatan terhadap
Persentase Penduduk Miskin di
Provinsi Banten Tahun 2000-2012.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, 9 (2) : 183-
191.

Badan Pusat Statistik.


(https://sumut.bps.go.id/indicator/23/133/1/
gini-rasio-per-semester-provinsi-sumatera-
utara.html diakses pada 13 April 2022)

Badan Pusat Statistik.


(https://www.bps.go.id/indicator/23/192/1/p
ersentase-penduduk-miskin-menurut-
provinsi.html diakses pada 13 April 2022)

Badan Pusat Statistik.


(https://sumut.bps.go.id/indicator/6/44/1/tin
gkat-pengangguran-terbuka-tpt-penduduk-
umur-15-tahun-keatas-manurut-kab-
kota.html diakses pada 13 April 2022

Anda mungkin juga menyukai