Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

SOAL DAN JAWABAN MATERI


MATERI, PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

KELOMPOK 3 :
ASMAUL HUSNA
FILZAH SYAFIRAH RIDWAN
GABNIEL MALLOLO
M. FADLI

KELAS : 1B
PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMNISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
1. Apa pengertian inflasi?
Jawab :
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Definisi Inflasi Menurut Para Ahli
 Ekonom Parkin dan Bade :
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini
berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya
uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
 Menurut Nopirin (1987:25) :
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama
peride tertentu.
 Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) :
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi
adalah tingkat perubahan harga secara umum.

2. Berapa persen tingkat inflasi di Indonesia setiap tahun dari tahun 2010-2018?
Jawab :
3. Apa pengertian pengangguran?
Jawab :
Pengangguran atau tunakarya (bahasa Inggris: unemployment) adalah istilah untuk
orang yang berada di usia produktif (16-64 tahun) tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Pengertian pengangguran menurut beberapa ahli :
 Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Untuk
mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prestasi membagi
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja.

 Mankiw

Pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan.
Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk
mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah.
Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah
minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.

4. Berapa banyak jiwa pengangguran di Indonesia setiap tahun dari tahun 2010-2018?
Jawab :
Tahun Jumlah (Jiwa)
2010 8,59 juta
2011 8,12 juta
2012 7,2 juta
2013 7,39 juta
2014 7,24 juta
2015 7,56 juta
2016 7,03 juta
2017 7,04 juta
2018 6,87 juta
 Februari 2010 yang sebanyak 8,59 juta orang.
 Februari 2011, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,12 juta orang. Jumlah
ini menurun 470 ribu orang dibandingkan Februari 2010
 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang menganggur
tahun 2013 di bulan Agustus bertambah menjadi 7,39 juta orang atau 6,25% dari
jumlah angkatan kerja. Sementara itu, jumlah pengangguran di bulan Februari lalu
hanya berjumlah 7,17 juta orang,
 Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah pengangguran pada Agustus 2014
sebanyak 7,24 juta jiwa, atau berkurang sebanyak 170.000 jiwa dibanding jumlah
pengangguran pada Agustus 2013. Namun, jika dibandingkan dengan data Februari
2014, jumlah pengangguran naik sebanyak 90.000 jiwa.
 Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran mencapai 7,56 juta orang atau 6,18
persen," kata Suryamin di kantor BPS, Jakarta Pusat,
 Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pengangguran pada 2016 mencapai
5,5 persen atau sekitar 7,03 juta orang
 Pada Agustus 2017 lalu, BPS mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran naik
menjadi 7,04 juta jiwa, dari yang sebelumnya hanya 7,03 juta jiwa di bulan Agustus
2016. Peningkatan ini namun diiringi dengan penurunan angka Tingkat Pengangguran
terbuka atau TPT, dari 5,61% menjadi 5,50%. TPT sendiri merupakan persentase
jumlah pengangguran yang termasuk dalam penduduk usia kerja terhadap jumlah
angkatan kerja.
 Tahun ini, tepatnya pada bulan Februari 2018, BPS melaporkan bahwa jumlah
pengangguran di Indonesia berkurang sebanyak 140.000 jiwa. Persentase TPT yang
juga turun ke angka 5,13% dari 5,33% pada Februari 2017. Total jumlah angkatan
kerja tahun 2018 naik sebanyak 2,39 juta dari Februari 2017 menjadi 133,94 juta
jiwa, dengan jumlah pengangguran sebanyak 6,87 juta dan yang bekerja sebanyak
127,07 juta jiwa.

5. Berapa % tingkat pengangguran di Indonesia setiap tahun dari tahun 2010 – 2018?
Jawab :
 Tahun 2010
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta
orang, bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang
sebesar 116,0 juta orang atau bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang
sebesar 113,8 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2
juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010
yang sebesar 107,4 juta orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan
Agustus 2009 yang sebesar 104,9 juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai
7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41
persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen.
Setahun terakhir (Agustus 2009―Agustus 2010), hampir semua sektor
mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian dan Sektor
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, masing-masing mengalami penurunan
jumlah pekerja sekitar 117 ribu orang (0,28 persen) dan 500 ribu orang (8,16 persen).
Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Industri secara
berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus
2010.
Pada Agustus 2010, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan
sebesar 32,5 juta orang (30,05 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar
21,7 juta orang (20,04 persen) dan berusaha sendiri sejumlah 21,0 juta orang (19,44
persen).
Berdasarkan jumlah jam kerja pada Agustus 2010, sebesar 74,9 juta orang
(69,25 persen) bekerja diatas 35 jam per minggu, sedangkan pekerja dengan jumlah
jam kerja kurang dari 8 jam hanya sekitar 1,2 juta orang (1,11 persen).
Pada Agustus 2010, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih
tetap mendominasi yaitu sekitar 54,5 juta orang (50,38 persen), sedangkan pekerja
dengan pendidikan Diploma sekitar 3,0 juta orang (2,79 persen) dan pekerja dengan
pendidikan Sarjana hanya sebesar 5,2 juta orang (4,85 persen).
 Tahun 2011
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2011
mencapai 6,80 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2010 sebesar
7,14 persen dan TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen.
 Tahun 2012
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012
mencapai 6,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2012 sebesar
6,32 persen dan TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 persen.
 Tahun 2014
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014
mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013 sebesar
6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Selama setahun terakhir
(Februari 2013-Februari 2014), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan
pada hampir semua sektor, terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 640
ribu orang (3,59 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 450 ribu orang (1,77 persen),
serta Sektor Industri sebanyak 390 ribu orang (2,60 persen). Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian yang mengalami penurunan jumlah
penduduk bekerja sebesar 0,68 persen.
 Tahun 2015
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen
meningkat dibanding TPT Februari 2015 (5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94
persen).
 Tahun 2016
Jumlah pengangguran di Indonesia pada 2016 dinilai mencapai titik terendah
sejak 1998. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pengangguran pada 2016
mencapai 5,5 persen atau sekitar 7,02 juta orang atau lebih rendah dibanding 2015
yakni sebesar 5,81 atau setara dengan 7,45 juta orang.
 Tingkat Pengangguran Terbuka[2017]
Sebanyak 128,06 juta penduduk Indonesia adalah angkatan kerja, jumlahnya
bertambah 2,62 juta orang dari Agustus 2016. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat 0,33 poin.
Dalam setahun terakhir, pengangguran bertambah 10 ribu orang, sementara
TPT turun sebesar 0,11 poin. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu
sebesar 11,41 persen.
Penduduk yang bekerja sebanyak 121,02 juta orang, bertambah 2,61 juta
orang dari Agustus 2016. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase
penduduk yang bekerja terutama pada Sektor Industri (0,93 poin), Sektor
Perdagangan (0,74poin),danSektor Jasa Kemasyarakatan (0,49 poin). Sementara
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian (2,21 poin), Sektor
Pertambangan (0,10 poin), dan Sektor Konstruksi (0,01 poin)
Sebanyak 69,02 juta orang (57,03 persen) penduduk bekerja di kegiatan
informal, akan tetapi persentasenya menurun sebesar 0,57 poin dibanding Agustus
2016.
Dari 121,02 juta orang yang bekerja, sebesar 7,55 persen masuk kategori
setengah menganggur dan 20,40 persen pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir,
setengah penganggur turun sebesar 0,03 poin, sementara pekerja paruh waktu naik
sebesar 0,76 poin
 Tingkat Pengangguran Terbuka[2018]
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, naik
2,95 juta orang dibanding Agustus 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partsipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat 0,59 persen poin.
Dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 40 ribu orang, sejalan
dengan TPT yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus 2018. Dilihat dari tngkat
pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi di
antara tngkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,24 persen.
Penduduk yang bekerja sebanyak 124,01 juta orang, bertambah 2,99 juta
orang dari Agustus 2017. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan
persentase penduduk yang bekerja terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum (0,47 persen poin), Industri Pengolahan (0,21 persen poin), dan Transportasi
(0,17 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan
utamanya pada Pertanian (0,89 persen poin), Jasa Lainnya (0,11 persen poin), dan
Jasa Pendidikan (0,05 persen poin).
Sebanyak 70,49 juta orang (56,84 persen) bekerja pada kegiatan informal.
Selama setahun terakhir, pekerja informal turun sebesar 0,19 persen poin dibanding
Agustus 2017
Persentase tertnggi pada Agustus 2018 adalah pekerja penuh (jam kerja
minimal 35 jam per minggu) sebesar 71,31 persen. Sementara penduduk yang bekerja
dengan jam kerja 1–7 jam memiliki persentase yang paling kecil, yaitu sebanyak 2,14
persen. Sementara itu, pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua, yaitu pekerja paruh
waktu (22,07 persen) dan pekerja setengah penganggur (6,62 persen).

6. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?


Jawab :
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebuah kondisi dimana meningkatnya pendapatan
karena terjadi peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan pendapatan tersebut
tidak dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dan dapat kita lihat dari
output yang meningkat, perkembangan teknologi, dan berbagai inovasi di bidang sosial.
Pertumbuhan Ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
perekonomian negara dalam jangka waktu tertentu untuk menuju kondisi ekonomi yang
lebih baik. Pertumbuhan ekonomi identik dengan kenaikan kapasitas produksi yang
diwujudkan melalui kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi diindikasikan dengan
kehidupan masyarakatnya yang lebih baik. Lalu apakah suatu negara yang mengalami
gejala perkembangan ekonomi berpengaruh terhadap perkembangan suatu bisnis? Tentu
saja iya, karena perubahan dari perekonomian masyarakat akan mempengaruhi
permintaan persediaan barang dan jasa suatu bisnis.
Pengertian pertumbuhan ekonomi menurut para ahli
 Prof. Simon Kuznet, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin
banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini
tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan.
 M. P. Todaro mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang
mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang
waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin besar.
 Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern
perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri),
bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self
generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan
suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode-periode selanjutnya
 Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan
tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk
mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun ke
tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi

7. Berapa banyak Produk Domestik Bruto[PDB] di Indonesia setiap tahun dari tahun
2010-2018?
Jawab :
2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDB
432.2 510.2 539.6 755.0 893.0 918.0
(dalam milyar USD)
PDB
6.3 6.0 4.6 6.2 6.2 6.0
(perubahan % tahunan)
PDB per Kapita
1,861 2,168 2,263 3,167 3,688 3,741
(dalam USD)

2013 2014 2015 2016 2017 2018


PDB
915.0 891.0 861.0 933.0
(dalam milyar USD)
PDB
5.6 5.0 4.9 5.0 5.1 5.17
(perubahan % tahunan)
PDB per Kapita
3,528 3,442 3,329 3,603
(dalam USD)

Tampak dalam tabel di atas bahwa penurunan perekonomian global yang


disebabkan oleh krisis finansial global di akhir 2000-an memiliki dampak yang relatif
kecil pada perekonomian Indonesia dibandingkan dengan dampak yang dialami negara-
negara lain. Pada tahun 2009, pertumbuhan PDB Indonesia turun menjadi 4,6 persen,
yang berarti bahwa performa pertumbuhan PDB negara ini merupakan salah satu yang
terbaik di seluruh dunia (dan memiliki peringkat tertinggi ketiga di antara negara-negara
dengan perekonomian besar yang tergabung di dalam grup G-20).
Meskipun terjadi penurunan tajam harga-harga komoditi, turunnya pasar saham,
yield obligasi domestik dan internasional yang lebih tinggi, dan melemahnya nilai tukar
rupiah, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh dengan layak. Kesuksesan ini
terutama disebabkan oleh berlanjutnya konsumsi domestik yang subur. Konsumsi
domestik di Indonesia (terutama konsumsi pribadi/konsumsi rumah tangga) berkontribusi
untuk sekitar 55-58 persent dari total pertumbuhan ekonomi negara ini. Dengan demikian
konsumsi rumah tangga pada tahun 2009 itu merupakan sebuah alas bagi perekonomian
Indonesia yang mendorong pertumbuhan ekonomi saat situasi global berubah masam.
Pada tahun 2010, Bank Dunia melaporkan bahwa karena suburnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia, setiap tahunnya sekitar 7 juta penduduk Indonesia masuk dalam kelas
menengah negara ini. Meskipun pertumbuhan penduduk kelas menengah sudah tidak
secepat itu karena perlambatan perekonomian Indonesia yang terjadi di antara tahun
2011-2015, Indonesia masih tetap memiliki kekuatan konsumen yang mendorong
perekonomian dan telah secara signifikan memicu pertumbuhan investasi domestik dan
asing sejak 2010 (yang jelas, banyak investor pasti ingin berinvestasi di sebuah negara
yang memiliki populasi 260 juta dan yang ditandai oleh kenaikan PDB per kapita yang
kuat sehingga merupakan pasar yang sangat menjanjikan untuk macam-macam produk
dan layanan).
Menentukan jumlah orang Indonesia yang masuk kelas menengah adalah soal
definisi. Pada akhir 2017 Bank Dunia mengatakan sekitar 52 juta orang Indonesia
termasuk dalam kategori kelas menengah. Namun, perusahaan riset seperti Boston
Consulting Group (BCG) dan McKinsey menetapkan bar yang rendah maka jumlah
orang kelas menengah hitungan mereka lebih tinggi ditimbang kalkulasi Bank Dunia.
Namun, semua institusi tampaknya setuju bahwa kelas menengah di Indonesia kira-kira
telah berlipat ganda pada tahun 2030. Jumlah kelas menengah yang meningkat ini
berpotensi besar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kendati begitu, setelah memuncak di 2011, pertumbuhan PDB Indonesia mulai
melambat di periode 2011-2015. Namun, pada tahun 2016 harga komoditas akhirnya
berhasil menjadi stabil, bahkan sebuah rebound terjadi dipimpin oleh harga minyak
mentah yang sebelumnya sempat jatuh di bawah USD $30 per barel pada awal tahun
2016. Jelas, rebound harga komoditas ini memiliki dampak positif terhadap ekonomi
global.
Perekonomian Indonesia pada 2017 yang diukur menurut Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13.588,8 triliun. Dengan jumlah penduduk
261,8 juta jiwa maka PDB per kapita Indonesia mencapai Rp 51,89 juta setara US$
3.876,8. Pendapatan penduduk Indonesia tahun lalu naik 8,1% dibanding tahun
sebelumnya hanya Rp 47,97 juta/tahun.
Merilis Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018 mencapai Rp 14.837,4 triliun.
Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibanding tahun 2017, yang hanya Rp 13.588.8
triliun.
Dalam data BPS, terdapat setidaknya lima lapangan usaha yang paling banyak memberi
kontribusi dalam PDB.
Dari antara lima lapangan usaha tersebut, kontribusi terbesar berasal dari industri
pengolahan yang mencapai Rp 2.947,3 triliun.

8. Berapa % tingkat inflasi pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun dari tahun
2010-2018
Jawab :
1). Tahun 2010 (Pertumbuhan Ekonomi 2010 Capai 6,1 Persen)
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar 6,1 persen
terhadap tahun 2009, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi
di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian
2,9 persen. Sementara pertumbuhan PDB tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen.
Besaran PDB Indonesia tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp6.422,9 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.310,7 triliun.
Secara triwulanan, PDB Indonesia Triwulan IV-2010 dibandingkan dengan Triwulan III-
2010 (q-to-q) menurun sebesar 1,4 persen, tapi bila dibandingkan dengan Triwulan IV-
2009 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 menurut sisi penggunaan terjadi pada komponen
ekspor sebesar 14,9 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 8,5 persen,
pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,6 persen, dan pengeluaran konsumsi pemerintah
0,3 persen. Sedangkan komponen impor sebagai faktor pengurang mengalami
pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 17,3 persen.

2). Tahun 2011 ( Ekonomi indonesia triwulan 1-2011 tumbuh 6,5 persen)
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku
pada Triwulan I-2011 mencapai Rp1.732,3 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan 2000 mencapai Rp594,0 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010,
yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,5 persen
(q-to-q). Pertumbuhan ini didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan. Pertumbuhan tertinggi
dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 18,1
persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan I-2011.
PDB Indonesia pada Triwulan I-2011 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 (y-
on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua
sektor, dimana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi sebesar 13,8 persen.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2011
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 didukung oleh kenaikan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,5 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar
7,3 persen, Komponen Ekspor naik sebesar 12,3 persen. Komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah juga mengalami peningkatan sebesar 3,0 persen, sedangkan
komponen Impor naik 15,6 persen.
Pada Triwulan I-2011 dibandingkan dengan Triwulan IV-2010, Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga secara riil meningkat sebesar 0,9 persen, sedangkan Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah turun sebesar 46,6 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
turun 3,4 persen. Ekspor Barang dan Jasa juga turun sebesar 7,0 persen dan Impor Barang
dan Jasa turun sebesar 3,4 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada Triwulan I-2011 masih didominasi
oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau
Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,9 persen,
kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,5 persen, Pulau Kalimantan 9,2 persen,
Pulau Sulawesi 4,6 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen dan sisanya (Maluku dan
Papua) 2,3 persen.

3). Tahun 2012 ( Ekonomi indonesia Triwulan 1-2012 tumbuh 6, 3 persen )


"Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku
pada Triwulan I-2012 mencapai Rp1.972,4 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan 2000 mencapai Rp632,8 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012 dibandingkan triwulan IV-2011,
yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,4 persen
(q-to-q). Pertumbuhan ini didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan sebesar 20,9 persen karena adanya musim panen tanaman padi
pada triwulan I-2012.
PDB Indonesia pada triwulan I-2012 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-
y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,3 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua
sektor, dimana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi sebesar 10,3 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 didukung oleh kenaikan Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 9,9 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah sebesar 5,9 persen, dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
sebesar 4,9 persen. Demikian halnya dengan Komponen Ekspor Barang dan Jasa juga
mengalami peningkatan sebesar 7,8 persen, sedangkan Komponen Impor Barang dan Jasa
naik 8,2 persen.
Pada triwulan I-2012 dibandingkan dengan triwulan IV-2011, hanya Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga secara riil meningkat sebesar 0,5 persen.
Sedangkan komponen-komponen lainnya mengalami penurunan, seperti Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 45,1 persen, Komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto turun sebesar 4,8 persen, Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun
sebesar 7,2 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa juga turun sebesar 6,2 persen.
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2012 masih didominasi
oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau
Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar
57,5 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 persen, Pulau Kalimantan 9,8
persen, Pulau Sulawesi 4,5 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,4 persen, dan kontribusi
terkecil berasal kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 2,2
persen."

4 )Tahun 2013 ( Pertumbuhan Ekonomi indonesia hanya 5,78 persen)


Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi
6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada
dibawah 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013
sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar
6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar
5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013.
"Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan tiga setiap
tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang
tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen,
realisasinya 1,9 persen.
Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk ekspor
dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan
pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen,
dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor
ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat
pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan
sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan
nilai Rp 195,7 triliun.
"Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling tinggi.
Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan. Konstruksi
tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dari tahun ke
tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam rangka MP3EI," jelas Suryamin.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp 9.084
triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan
(tahun 2000) adalah Rp 2.770,3 triliun.
Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK
sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB
sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.

5). Tahun 2014 (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 tumbuh 5,02 Persen,
melambat sejak lima tahun terakhir)
Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita
mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013
sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y)
tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 5,61 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan
triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman
pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen.
Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas
perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66
persen.

6). Tahun 2015 (Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2015 tumbuh 4,71 Persen)
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp2.724,7 triliun dan atas
dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.157,5 triliun.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-
y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi
sebesar 10,53 persen. Dari sisi Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga yang tumbuh 5,01 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,18
persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen.
Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan terkontraksinya kinerja investasi
(minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen).
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2015 didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,30
persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,56 persen, dan Pulau Kalimantan 8,26
persen.

7). Tahun 2016 (Ekonomi Indonesia Tahun 2016 Tumbuh 5,02 Persen Lebih Tinggi
Dibanding Capaian Tahun 2015 Sebesar 4,88 Persen)
Perekonomian Indonesia tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun dan PDB perkapita
mencapai Rp47,96 juta atau US$3.605,1.
Ekonomi Indonesia tahun 2016 tumbuh 5,02 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun
2015 sebesar 4,88 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,90 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-
Profit yang melayani Rumah tangga sebesar 6,62 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2016 bila dibandingkan triwulan IV-2015 (y-on-y)
tumbuh 4,94 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,57 persen. Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-
Profit yang melayani Rumahtangga sebesar 6,72 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2016 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q)
mengalami kontraksi sebesar 1,77 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek
musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami
kontraksi 21,24 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial Tahun 2016 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,49
persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,03 persen, dan Pulau Kalimantan 7,85
persen.

8). Tahun 2017 (Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2017 Tumbuh 5,19 Persen)
Perekonomian Indonesia tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita
mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8.
- Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian
tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09
persen.
- Ekonomi Indonesia triwulan IV-2017 bila dibandingkan triwulan IV-2016 (y-on-y)
tumbuh 5,19 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Jasa Perusahaan sebesar 9,25 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 8,50 persen.
- Ekonomi Indonesia triwulan IV-2017 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-
q) mengalami kontraksi sebesar 1,70 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh
efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mengalami kontraksi 21,60 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan
Ekspor neto.
- Struktur ekonomi Indonesia secara spasial Tahun 2017 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,49
persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen, dan Pulau Kalimantan 8,20
persen.

9). Tahun 2018 ( Ekonomi Indonesia 2018 tumbuh 5,17 persen )

Perekonomian Indonesia tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp14 837,4 triliun dan PDB Perkapita
mencapai Rp56,0 Juta atau US$3 927,0.

Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun
2017 sebesar 5,07 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan
Usaha Jasa Lainnya sebesar 8,99 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani
Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,08 persen.

Anda mungkin juga menyukai