Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP

AKTIVITAS PEREKONOMIAN

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) dalam mata kuliah Metode
Penelitian

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Tulus Suryanto, S.E., M.M., Akt., C.A.

Disusun Oleh :

NELLY NOVIYANA
NPM : 2051010258

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

T.A. 2022 M/1443 H

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi setiap
negara. Jika berbicara tentang masalah pengangguran, berarti tidak hanya berbicara
tentang masalah sosial tetapi juga berbicara tentang masalah ekonomi, karena
pengangguran selain menyebabkan masalah sosial juga memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara khususnya negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia.
Menurut Kwik Kian Gie, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Ketua Bappenas)
mengemukakan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh Pemerintah adalah terus
membesarnya jumlah pengangguran.1
Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya.
Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat
pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin meningkat. Pengangguran
merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi. Pengangguran mengakibatkan orang tidak memiliki
pendapatan dan mendorong mereka jatuh ke jurang kemiskinan. Secara umum
pemerintah mengatasi pengangguran dengan mengupayakan memperluas kesempatan
kerja, baik di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.
Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan
disetiap negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap
tahunnya, akan menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring
itu tenaga kerja juga akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam
lapangan pekerjaan maka mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.
Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam
kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia
1
Dikemukakan Kwik pada seminar “Pasar Kerja yang Ramah Pasar” di Hotel Borobudur Jakarta,
9 September 2003

2
angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Namun, tidak semua orang yang berusia 15-64
tahun dihitung sebagai angkatan kerja, yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15-64 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja, sedangkan
yang tidak mencari kerja, entah karna harus mengurus keluarga atau sekolah, tidak
masuk angkatan kerja. Tingkat pengangguran adalah presentase angkatan kerja yang
tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Lebih jelasnya anda dapat melihat Gambar 20.8.

Total Penduduk

Usia Kerja (15-64 tahun) Bukan Usia Kerja (0-14 tahun) +


≥65 tahun

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja


(Bukan Pengangguran)

Bekerja Tidak Bekerja

Gambar 20.8 Struktur Penduduk Berdasarkan Usia

Pada Gambar 20.8 terlihat bahwa jumlah penduduk suatu Negara dapat dibedakan
menjadi penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan bukan usia kerja. Termasuk dalam
kelompok bukan usia kerja (usia non-produktif) adalah anak-anak (0-14 tahun) dan
manusia lanjut usia (manula) yang berusia ≥65 tahun. Dari jumlah penduduk usia kerja,
yang termasuk angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja. Sebagian
yang tidak bekerja (dengan berbagai alasan) tidak termasuk angkatan kerja (bukan
angkatan kerja). Lebih lanjut lagi terlihat, ternyata tidak semua angkatan kerja
memperoleh lapangan kerja. Mereka inilah yang disebut penganggur.

3
 Tabel 20.8 Jumlah Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000,
2010, 2018 Berdasarkan Usia (Dalam Juta Jiwa)

Struktur Penduduk Tahun


2000 2010 2018
Penduduk 201,2 237,6 265,0
A. Bukan Usia Kerja 70,4 80,6 85,1
A.1. 0-14 Tahun 61,3 68,6 70,5
A.2. ≥65 Tahun 9,1 12,0 14,6
B. Usia Kerja (15-64 Tahun) 130,8 157,0 179,9
B.1. Bukan Angkatan Kerja 35,1 40,5 48,8
B.2. Angkatan Kerja 95,7 116,5 131,1
B.2.1. Bekerja 89,8 108,2 124,0
B.2.2. Menganggur 5,8 8,3 7,0
Tingkat Pengangguran (%/Tahun) 6,08 7,14 5,34

Tabel 20.8 memberikan data-data komposisi penduduk Indonesia tahun 2000, 2010,
dan 2018 dengan menggunakan klasifikasi seperti pada Gambar 20.8.

Angka/tingkat pengangguran dalam tabel 20.8 menunjukkan bahwa jumlah angkatan


kerja yang tidak bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan dalam periode 2000, 2010,
dan 2018 masing-masing adalah 6,08%, 7,14%, dan 5,34% dari angkatan kerja. Angka-
angka tersebut didapat dengan cara membagi jumlah orang yang menganggur dengan
jumlah angkatan kerja (bukan penduduk usia kerja) dikalikan 100%.

Tingkat Pengangguran = Jumlah yang menganggur x 100%


Jumlah Angkatan Kerja

Tabel 20.8 menunjukkan bahwa dalam dua decade terakhir ini, proporsi penduduk
menganggur selalu berada dalam kisaran 5% hingga 7%. Tingkat pengangguran terbuka
ini masih tergolong sebagai tingkat pengangguran yang wajar bila dibandingkan dengan
Negara-negara lain. Akan tetapi, perlu dicermati bahwa terdapat kemungkinan bahwa

4
angka pengangguran yang tertera tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi
sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dikarenakan oleh definisi
pengangguran yang digunakan oleh BPS. Seperti yang tercantum dalam situs web
(website ) BPS tentang pengangguran, BPS mendefinisikan seseorang dalam kategori
bekerja bila setidaknya selama seminggu terakhir orang tersebut menghabiskan waktu 1
jam (secara tidak terputus) untuk melakukan kegiatan ekonomi dalam usaha mendapatkan
penghasilan atau keuntungan. Menariknya, kegiatan ekonomi seperti bekerja sebagai
buruh yang tidak dibayarpun juga turut diperhitungkan sebagai status bekerja. Akibatnya,
angka pengangguran yang rendah tidak akan selalu mencerminkan tingakat kesejahteraan
masyarakat.

Akan tetapi, besar kecilnya angka pengangguran memang sangat tergantung dari
definisi atau pengklasifikasian pengangguran. Setidak-tidaknya ada dua dasar utama
klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja (labour force approach) dan
pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour untilization approach)2.

Pengangguran menurut Keynes dianggap selalu wujud dalam perekonomian karena


permintaan efektif yang wujud dalam masyarakat (pengeluaran agregat) adalah lebih
rendah dari kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.3

Dalam menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap dalam


pemecahan masalah pengangguran. Masalah Pengangguran memang tidak mudah,
Pemerintah harus mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan tingkat
pengangguran.Sebuah Negara yang ingin berubah harus meningkatkan tingkat
pendidikannya.Pendidikan berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia
yang berkompeten. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang kompeten maka akan
mampu mengurangi angka pengangguran.

2
Rahardja, Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta : Salemba Empat, 2019

3
Sadono Sukirno.Pengantar Teori Makro Ekonomi. (Jakrta: Lembaga Penerbitan Universitas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1981).Hal. 169

5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Penyebab banyaknya pengangguran didesa maupun kota-kota besar saat ini
2. Kualitas pendidikan yang kurang membuat sulitnya mendapat pekerjaan
3. Pentingnya pengasahan skill sebelum terjun ke dunia kerja

C. Fokus Penelitian
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti, serta masalah yang
terkandung dalam judul skripsi diatas amatlah luas, maka penulis memberikan fokus
penelitian dalam skripsi ini. Peneliti memfokuskan diantaranya sebagai berikut:
1. Cara atau metode untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia
khususnya dikota-kota besar
2. Upaya pengasahan skill terhadap para masyarakat yang akan terjun ke dunia
kerja

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja dampak dari pengangguran?
2. Bagaimana cara mengatasi pengangguran?

E. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan penulisan dari
laporan ini yaitu :
1. Mengetahui apa saja dampak-dampak dari pengangguran yang memengaruhi
aktivitas perekonomian

6
2. Mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi pengangguran yang ada

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua yakni secara teoritis dan
secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mempertimbangkan dan
menambah informasi bagi penelitian selanjutnya terkaita dengan upaya
mengurangi tingkat pengangguran dan analisis dampak dari
pengangguran tersebut
b. Dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah mengenai analisis dampak
dari pengangguran dan upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan mengenai jenis-jenis pengangguran, dampaknya
serta cara menanggulangani pengangguran tersebut, untuk selanjutnya
dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya
b. Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam upaya
penyelesaian permasalahan pengangguran
c. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Kata metodologi yakni berasal dari kata Yunani methodologia yang berarti teknik
atau prosedur. Metodologi merujuk kepada alur pemikiran umum atau
menyeluruh (general logic) dan gagasan teoritis (theoretic perspectives) suatu
penelitian. Sedangkan kata metode menunjuk pada teknik yang digunakan dalam
penelitian seperti survey, wawancara dan observasi. Suatu penelitian yang baik
senantiasa memperhatikan kesesuaian antara teknik yang digunakan dengan alur
pemikiran umum serta gagasan teoritis. Jadi kata metode kualitatif, berarti ganda

7
yaitu teknik atau prosedur dan gagasan teoritis. Peneliti yakin bahwa baik metode
maupun metodologi, dalam konteks penelitian kualitatif,saling mengandaikan satu
sama lain. Seperti misalnya, dalam uraian-uraian ke depan akan dijelaskan bahwa
tujuan penggunaan metode kualitatif adalah mencari pengertian Pengertian,
Tujuan, dan Latar Belakang Penelitian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta
atau realita. Fakta,realita, rnasalah, gejala serta peristiwa hanya dapat dipaharni
bila peneliti rnenelusurinya secara mendalarn dan tidak hanya terbatas pada
pandangan di permukaan saja. Metode kualitatif ini merupakan penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme,yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah,sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan yang
dilakukan secara purposive dan snowbaal,teknik pengumpulan dengan triangulasi,
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.4

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif biasanya meliputi: peristiwa,
tempat, narasumber, teks (lisan ataupun tulis), dan artefak. Peneliti perlu
menjelaskan sumber-sumber data tersebut, secara rinci. Peristiwa mengacu pada
serangkaian aktivitas yang berlangsung di dalam setting, tempat mengacu pada
benda-benda yang digunakan dalam peristiwa yang terkait dengan masalah yang
sedang diteliti. Narasumber, mengacu pada pemberi bahan atau informasi yang
terkait dengan masalah yang diteliti. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:
Pertama, Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data tersebut. Kedua, Sumber data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,misalnya
dari orang lain ataupun dokumen. Data penelitian pada dasarnya terdiri dari
semua informasi atau bahan yang disediakan alam (dalam arti luas) yang harus
dicari, dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data penelitian juga dapat dicari

4
J.R. Raco, „Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya „,(Jakarta:
Grasindo,2010), hlm.1-2

8
dan dikumpulkan melalui berbagai sumber data, antara lain: dokumen,
narasumber, peristiwa atau aktivitas, lokasi, dan benda.5
Sumber data primer diperoleh melalui observasi pembelajaran dan wawancara
terhadap para fresh graduate dan masyarakat yang hanya lulus sekolah menengah.
Sumber data sekunder diperoleh dari informasi,literature dan data-data lainya
yaitu dokumen-dokumen.

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.
Metode ini yang lazim digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif diantaranya sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Pengamatan dilakukan dengan beragam jenis pengamatan yakni
pengamatan biasa dan berjarak,pengamatan terlibat atau partisipatif terbatas,
dan pengamatan terlibat atau partisipatif penuh. Dalam hal ini peneliti akan
menentukan aktivitas,peristiwa atau kejadian apa saja yang harus diamati.
Metode observasi terdiri dari dari tiga macam yaitu sebagai berikut: Pertama,
metode observasi Partisipatif yakni peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Kedua, metode observasi terus terang atau tersamar yakni
peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu
saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
dirahasiakan. Ketiga, metode observasi tidak berstruktur yakni observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.6

b. Metode Interview

5
Farida Nugrahani, „Metode Penelitian Kualitatif‟, (Solo: Cakra Books,2014), hlm. 212
6
Ibid, hlm. 295

9
Metode ini dilakukan untuk menggali lebih mendalam masalah-masalah
yang ingin diteliti. Interview mendalam dilakukan secara informal dalam
bentuk perbincangan sehari-hari terhadap semua partisipaan. Tujuannya yakni
menggali focus penelitian secara mendalam, karena itu dilakukan secara
berkelanjutan,dan pada partisipan tertentu mungkin dilakukan berulang-ulang.
Ada tiga macam metode interview yaitu sebagai berikut: Pertama, interview
terstruktur yakni metode ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Kedua, interview semi terstruktur yaitu dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan interview
terstruktur, tujuannya untuk menemukan permasalahan secara terbuka yang
mana pihak diajak interview diminta pendapat dan ide-idenya. Ketiga,
interview tidak berstruktur yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman interview yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.7

H. Landasan Teori
a. Pengertian Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatukeadaan di mana
seseorang yangtergolong dalam angkatan kerja inginmendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang
ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka
penggangguran makin meningkat Pengangguran.

b. Jenis-jenis Pengangguran
Dalam studi makroekonomi yang lebih lanjut, pembahasan masalah
pengangguran akan dilakukan lebih spesifik dan cermat. Misalnya, akan dibahas
apakah pengangguran yang terjadi merupakan pengangguran sukarela (voluntary
unemployment) atau pengangguran pe dukalara (involuntary unemployment).

7
Nusa Putra, „Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan „, (Jakarta:Rajawali Pers:2012), hlm. 225

10
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena
seseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok.
Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa diterima oleh
seseorang, walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja. Pengangguran sukarela
dan dukalara erat kaitannya dengan eng jenis-jenis pengangguran berikut ini.
1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus-menerus
mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan
menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), m yaitu apabila
pengangguran tidak melebihi 4%. Pengangguran ini dinamakan pengangguran
friksional (frictional unemployment). Segolongan ahli ekonomi menggunakan
istilah pengangguran normal atau pengangguran mencari (search
unemployment). Pengangguran te jenis ini bersifat sementara dan terjadi
karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja.
Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi, ataupun karena
kondisi geografis/jarak antara pencari kerja dan kesempatan (lowongan) kerja.
Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran sementara umumnya rela
menganggur (voluntary unemployment) untuk mendapat pekerjaan.
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari
ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari
keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja
yang lebih baik itu adakalanya mereka harus menganggur. Namun,
pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.

2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)


Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar.
Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk
lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal i terjadi dalam perekonomian yang
berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau
teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang

11
makin tinggi. Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industri kimia
menuntut persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan minimal program D-
3, mampu menguasai komputer, dan menguasai minimal bahasa Inggris.
Dengan makin besarnya peranan mekanisme pasar yang semakin
mengglobal, maka toleransi terhadap kekurangan persyaratan tidak ada lagi. dua
atau tiga dekade lalu, seseorang yang tidak memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan masih dapat ditoleransi, selama kekurangannya hanya sedikit. Sebab
penawaran tenaga kerja yang berkualitas baik relatif sedikit dibanding kebutuhan.
Namun, sekarang yang terjadi adalah kelebihan tenaga kerja berkualitas. Jika
tetap terjadi kekurangan, dapat diatasi dengan mendatangkan tenaga kerja asing.
Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding
pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu
yang lama. Bahkan untuk Indonesia, pengangguran struktural merupakan masalah
besar di masa mendatang, jika tidak ada perbaikan kualitas SDM.

3. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)


Pengangguran siklis (cyclical unemployment) atau pengangguran
konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan
dalam tingkat kegiatan perekonomian. Ketika kegiatan ekonomi mengalami
kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan
memproduksi. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi, sebagian
mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan.
Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat
pengangguran.
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat pertambahan penduduk.
Apabila kemunduran ekonomi terus berlangsung sehingga tidak dapat
menyerap tambahan tenaga kerja, maka pengangguran konjungtur akan
menjadi bertambah serius. Ini berarti diperlukan kebijakan-kebijakan ekonomi
guna meningkatkan kegiatan ekonomi, dan harus diusahakan menambah
penyediaan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru memasuki pasar
tenaga kerja (sebagai akibat bertambahnya penduduk). Pengangguran

12
konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila
pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi cukup besar
juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari
pertambahan tenaga kerja yang terjadi.

4. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)


Pengangguran musiman berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi
jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim
tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim
tanam dan panen berikutnya.8

c. Penyebab Pengangguran
Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun suatu
penyakit yang terus menjalar di beberapa Negara, dikarenakan banyak faktor –
faktor yang mempengaruhinya. Mengurangi jumlah angka pengangguran harus
adanya kerjasama lembaga pendidikan ,masyarakat, dan lain – lain. Berikut
adalah beberapa faktor peyebab pengangguran :
1. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja.
Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan
yang dimiliki oleh Negara Indonesia.
2. Kurangnya keahliah yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah
Sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu
penyembab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.
3. Kurangnya informasi , dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk
mencari tau informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga
pekerja.
4. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota,
dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

8
Rahardja, Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta : Salemba Empat, 2019

13
5. Masih belum maksimal nya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan
untuk meningkatkan softskill .
6. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para
pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.
Indonesia sedang mengalami perubahan perekonomian, dimana Indonesia
sedang melakukan perubahan perekonomian dari sector pertanian ke sector
industry.Dengan meningatnya perekonomian kearah industry diharapkan
perekonomian Indonesiaik, jauh lebih baik. Dalam banyaknya tingkat
pengangguran sangat berdampak ke berbagai sector.

d. Dampak Pengangguran
Dampak dari pengangguran berimbas pada menurunnya tingkat
perekenomian Negara, berdampak pada ketidakstabilan politik, berdampak
pada para investor, dan pada social dan mental. Banyak sekali dampak yang
ditimbulkan dari pengangguran. Beberapa dampak yang timbul oleh
pengangguran :
1. Ditinjau dari segi Ekonomi Pengangguran akan meningkatkan jumlah
kemiskinan. Karena banyaknya yang menganggur berdampak rendahnya
pendapata ekonomi mereka. sementara biaya hidup terus berjalan. Ini akan
membuat mereka tidak dapat meandiri dalam menghasilkan finansial
untuk kebutuhan hidup para pengangguran.
2. Ditinjau dari segi social, dengan banyaknya pengangguran yang terjadi
maka akan meningkatnya jumlah kemiskinan, dan banyaknya pengemis,
gelandangan, serta pengamen. Yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat
kriminal, karena sulitnya mencari pekerjaan, maka banyak orang
melakukan tindak kejahatan seperti mencuri,merampok, dan lain – lain
untuk memenuhi kehidupan mereka.
3. Ditinjau dari segi mental, dengan banyaknya penganguran maka
rendahnya kepercayaan diri , keputusan asa, dan akan menimbulkan
depresi.

14
4. Ditinjau dari segi politik maka akan banyaknya demonstrasi yang terjadi.
Yang akan membuat dunia politik menjadi tidak stabil, banyaknya
demosntrasi para serikat kerja karena banyaknya pengangguran yang
terjadi.
5. Ditinjau dari segi keamanan, banyaknya pengangguran membuat para
pengangur melakukan tindak kejahatan demi menghidupi
perekonomiannya, seperti merampok, mencuri, menjual narkoba, tindakan
penipuan.
6. Banyaknya pengangguran juga dapat meningkatkan Pekerja Seks
komersial dikalangan muda, karena demi menghidupi ekonominya.
7. Banyaknya dampak pengangguran yang timbul, menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat untuk segera menanggulangi jumlah
pengangguran yang terjadi. Pemerintah harus meningkatkan kegiatan
ekonomi di Indonesia. Setiap daerah harus mampu mandiri dalam
meningkat laju perekonomiannya.9
Menurut Muhadir Pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian:10 Untuk mengetahui dampak pengganguran
terhadap perekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh
pengganguran terhadap dua aspek ekonomi, yaitu: Pertama, dampak
pengangguran terhadap perekonomian suatu Negara.
Kedua, dampak pengangguran terhadap individu yang
mengalaminya dan masyarakat. Berikut ini merupakan dampak negatif
pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap
masyarakat pada umumnya: (a) Pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian; (b) Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan; (c)
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik

9
Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) Volume 2 Desember 2019
10
Muhadir, Potret ketenagakerjaan, pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, Jurnal Al-Buhuts,
Volume 11 Nomor 1 Juni 2015

15
e. Kebijakan Terhadap Pengangguran
Untuk menghindari efek pengangguran, pemerintah terus secara terus
menerus mengatasi masalah pengangguran.Sukirno (2006) dalam bukunya
menyebutkan ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi
penganguran. Tujuan tersebut dibedakan menjadi tujuan bersifat ekonomi dan
tujuan bersifat sosial dan politik, tujuan bersifat ekonomi terdiri dari: (1)
menyedikan lowongan perkerjaan, (2) Menyedikan tarap kemakmuran
masyarakat, (3) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan tujuan bersifat
sosial dan politik adalah: (1) meningkatkan kemakmuran keluarga dan kesetabilan
keluarga, (2) menghindari masalah kejahatan, (3) mewujudkan kestabilan
politik.11
Dalam menangani masalah pengangguran, pemerintah dapat menempuh
beberapa macam kebijakan sebagai mana telah diungkapkan di landasan teori.
Tujuan harus dikombinasikan antara tujuan ekonomi, sosial, dan juga politik agar
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berikut disajikan uraian mengenai
kebijakan yang secara normative harus dilaksanakan oleh pemerintah, sebagai
mana disampaikan oleh Sadono sukirno (2006) sesusai dengan undang-undang
nomor 17 tahun 2003 kebijakan makro merupakan wewenang pemerintah dalam
hal ini menteri keuangan.12
Hal ini terkait dengan fungsi alokasi atas anggaran yang mengundang arti
bahwa anggran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efensiensi dan efektifitas
perekonomian (penjelaskan keuangan Negara). Menurut Puput Haryanto
Kebijakan yang secara normatif hartus dilakukan pemerintah terkait mengatasi
pengangguran antara lain:13
a) Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran negara. Atau kebijakan pemerintah yang

11
Sandono Sukirno, 2006, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
12
Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
13
Puput Haryanto, Kebijakan Makro Pemerintah Memberantas Pengangguran

16
membuat perubahan dalam bidang perpajakan, dan pengeluaran
pemerintahdengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran/ permintaan
agregat dalam perekonomian kebijakan ini diambil untuk menstabilkan
ekonomi, memperlaus kesempatan kerja, mempertinggi pertumbuhan
ekonomi, dan keadilan dalam pemerataan pendapatan.
b) Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
masyarakat di atur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua yaitu (1)
Kebijakan moneter expansife/ monetary expansive policy. Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.(2) Kebijakan
moneter ontrative/monatery contrative. Adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar.Disebut juga dengan uang ketat (tigh
money policy).
c) Kebijakan Pendapatan
Kebijakan pendapatan (income policy) atau juga kebijakan harga dan upah
(price and wage policy) adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mempengaruhi atau mengendalikan tingkat kenaikan harga-harga,
upah nominal, dan bentuk-bentuk pendapatan lainnya.contohnya: kebijakan
upah minimum (UMR), kebijakan harga tertinggi (ceiling price policy) dan
lain-lain.
d) Kebijakan ekonomi Internasional/Perdagangan luar negeri
Kebijakan ekonomi internasional (International economic policy) adalah
kebijakan yang ditunjukkan untuk mempengaruhi posisi keuangan dan
moneter suatu negara. Di dalam kelompok ini termasuk kebijakan
perdagangan seperti tarif, kuato dan lain-lain.

I. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan


1. Riska Franita, Andes Fuady (2019) : “Analisa Pengangguran di Indonesia”.

17
Hasil penelitian ini adalah dampak negative dari pengangguran terhadap
pertumbuhan ekonomi dan penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia.
2. Khodijah Ishak : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Dan
Inflikasinyaterhadap Indek Pembangunan Di Indonesia”.
Hasil penelitian yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengangguran
di Indonesia dan kebijakan pemerintah terhadap pengangguran, serta
keterlibatannya dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

18
OUTLINE SEMENTARA

COVER…………………………………………………………………………………...

ABSTRAK………………………………………………………………………………..

PENDAHULUAN………………………………………………………………………..

PENGESAHAN…………………………………………………………………………..

MOTTO…………………………………………………………………………………..

PERSEMBAHAN………………………………………………………………………..

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………...


B. Identifikasi Masalah…………………………………………………………….
C. Fokus Penelitian………………………………………………………………...
D. Rumusan Masalah………………………………………………………………
E. Tujuan Penelitian……………………………………………………………….
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………………
G. Metode Penelitian……………………………………………………………….
H. Landasan Teori………………………………………………………………….
I. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan…………………………………….

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………………

A. Konformitas…………………………………………………………………….

19
B. Orientasi Fashion………………………………………………………………..
C. Konsep Diri……………………………………………………………………...
D. Kontrol Diri……………………………………………………………………..
E. Pembelian Kompulsif……………………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………………...

A. Jenis dan Sumber Penelitian…………………………………………………….


B. Sumber Data Penelitian…………………………………………………………
C. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………..

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..

A. Hasil Penelitian…………………………………………………………………
B. Pembahasan…………………………………………………………………….

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Rekomendasi…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

20
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta : Salemba Empat, 2019.

Sukidjo ,(2005), Peran Kewirausahaan dalam mengatasi pengangguran di Indonesia.


Jurnal Ekonomia ,Volume 1.No 1 Agustus 2005.

Riska Franita, Andes Fuady. Analisa Pengangguran di Indonesia. Nusantara (Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial), Volume 2 Desember 2019.

Farida Nugrahani. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Solo: Cakra Books.

Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif . Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Alghofari, Farid.2010. Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia, Tahun 1980-


2007.Undip

Muhadir, Potret ketenagakerjaan, pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, Jurnal Al-


Buhuts, Volume 11 Nomor 1 Juni 2015.

Nanga Muana, Makro Ekonomi: teori, masalah dan kebijakan. Edisi Revisi.(Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005).

Riska Franita 2016, Analisis Pembanguan Ekonomi Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial, volume 1 Desember 2005.

Totok Harjanto, Pengangguran Dan Pembangunan Nasional, Jurnal Ekonomi, Vol. 2


No.2 Januari 2014.

Nusa Putra. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta. 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai