Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit
untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun Negara maju,
namun pada umumnya tingkat pengangguran cenderung lebih tinggi dihadapi oleh
negara-negara yang sedang berkembang. Pengangguran merupakan keadaan dimana
seseorang tidak memiliki pekerjaan, bekerja kurang dari waktu kerja, atau sedang
mencari kerja (Rafiq et al, 2010). Tingginya angka pengangguran mempunyai dampak
buruk yang dapat menimbulkan masalah social seperti tindakan kriminalitas dan
menurunkan kemakmuran, semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan
masalah lain seperti kemiskinan (Sukirno, 2000). Stober (2015) mengatakan bahwa
tidak ada negara tanpa pengangguran dan tingkat pengangguran merupakan salah satu
alat dasar untuk mengukur kinerja ekonomi setiap negara. Tingkat pengangguran juga
merupakan indikator bagi investor asing dalam menganalisis sehat atau tidaknya
perekonomian suatu Negara yang dapat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi
pada negara tersebut, karena tingkat pengangguran yang rendah dapat
menggambarkan stabilnya perekonomian sehingga investor asing tertarik untuk
berinvestasi dan begitupun sebaliknya.
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir tahun 1990-an merusak
pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan menyebabkan angka
pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen dan angka tenaga
kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya (underemployment) juga
meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai pekerjaan full-time, hanya bisa
mendapatkan pekerjaan part-time.
Sementara itu, sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah
perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor informal
(terutama di bidang pertanian).
Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak
tahun 2000-an (dan Indonesia telah pulih dari Krismon), sektor informal ini - baik di
kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar dalam
perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti,
diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah
pekerjaan informal. Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan informal itu
terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di sektor konstruksi dan pertanian.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).
Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar
setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor
tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan
tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan,
maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian
terbesar di Asia Tenggara.
Kalau kita melihat pengangguran di perkotaan dan pedesaan di Indonesia, maka kita
dapat melihat bahwa pengangguran - secara signifikan - lebih tinggi di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Yang tidak kalah menariknya yaitu
kesenjangan antara pengangguran perkotaan dan pedesaan melebar selama empat
tahun terakhir karena pengangguran pedesaan telah menurun lebih cepat daripada
pengangguran di perkotaan. Penjelasan untuk tren ini adalah bahwa banyak orang
pedesaan pindah ke daerah perkotaan dalam rangka mencari peluang kerja.
Indonesia sedang mengalami proses urbanisasi yang cepat. Saat ini lebih dari setengah
jumlah penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Di satu sisi, ini adalah
perkembangan positif karena urbanisasi dan industrialisasi diperlukan untuk tumbuh
menjadi negara yang berpenghasilan menengah (middle income country). Di sisi lain,
proses ini perlu disertai dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai di kota-kota.
Oleh karena itu, investasi (baik domestik maupun asing) perlu meningkat di daerah
perkotaan yang sudah ada atau daerah urban yang baru. Dengan demikian, pemerintah
Indonesia harus membuat iklim investasi lebih menarik sehingga menghasilkan lebih
banyak investasi.
Sementara itu, relatif sedikit perempuan yang bekerja di Indonesia (di sektor formal).
Hanya sekitar separuh dari perempuan Indonesia yang di usia kerja yang jadi bekerja
dalam pekerjaan formal. Namun, angka ini sebenarnya sedikit lebih tinggi dari tingkat
(rata-rata) partisipasi angkatan kerja perempuan dunia sebesar 49 persen pada tahun
2017 (data dari Bank Dunia). Namun, dibandingkan dengan pria Indonesia, tingkat
partisipasi tenaga kerja wanita rendah. Sekitar 83 persen pria Indonesia (di usia kerja)
bekerja di sektor formal.
(1) Tradisi/budaya; wanita Indonesia lebih cenderung (daripada pria) untuk mengurus
rumah tangga, terutama setelah melahirkan anak.
(2) Ke(tidak)setaraan gender; perempuan Indonesia cenderung bekerja di sektor
informal (dua kali lebih banyak daripada laki-laki). Ada banyak contoh pekerja
perempuan informal di pabrik (misalnya pabrik garmen) atau yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga atau yang buka usaha informal di rumah (misalnya menjual
masakan dimasak sendiri). Juga patut dicatat bahwa sebagian besar pekerja perempuan
informal ini adalah pekerja yang tidak dibayar. Dan mereka yang menerima penghasilan
biasanya mendapatkan bayaran kurang dari pria untuk pekerjaan yang sama.
Sebagaimana disebutkan di atas, bekerja di sektor informal membawa risiko karena
pekerja sektor informal biasanya memiliki pendapatan yang rendah dan tidak stabil,
apalagi mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan (kesehatan) dasar.
Sektor pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Tabel di bawah ini memperlihatkan empat sektor terpopuler yang menyerap paling
banyak tenaga kerja di tahun 2011 dan setelahnya.
Pekerjaan rentan (tenaga kerja yang tidak dibayar dan pengusaha) baik untuk pria
maupun wanita angkanya lebih tinggi di Indonesia daripada di negara-negara maju atau
berkembang lainnya. Dalam satu dekade terakhir ini tercatat sekitar enam puluh persen
untuk pria Indonesia dan tujuh puluh persen untuk wanita. Banyak yang merupakan
'pekerja rentan' adalah mereka yang bekerja di sektor informal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya
2. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuranmasyarakat tidak men-apai potensi maksimal yaitu masalah pokok
makro ekonomi yang paling utama.
3. Pengangguran di sebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang
dengankesempatan kerja struktur lapangan kerja tidak seimbang kebutuhan
jumlah dan jenistenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
meningkatnya peranandan aspirasi angkatan kerja wanita salam seluruh struktur
angkatan kerja Indonesia penyediaan dan peman/aatan tenaga kerja antar daerah
tidak seimbang.
SARAN
Kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja
guna meningkatkan kemampuan produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari
pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan
jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255
https://www.academia.edu/17237042/MASALAH_PENGANGGURAN_DI_INDONESIA