Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Belawa, November 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit
untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun Negara maju,
namun pada umumnya tingkat pengangguran cenderung lebih tinggi dihadapi oleh
negara-negara yang sedang berkembang. Pengangguran merupakan keadaan dimana
seseorang tidak memiliki pekerjaan, bekerja kurang dari waktu kerja, atau sedang
mencari kerja (Rafiq et al, 2010). Tingginya angka pengangguran mempunyai dampak
buruk yang dapat menimbulkan masalah social seperti tindakan kriminalitas dan
menurunkan kemakmuran, semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan
masalah lain seperti kemiskinan (Sukirno, 2000). Stober (2015) mengatakan bahwa
tidak ada negara tanpa pengangguran dan tingkat pengangguran merupakan salah satu
alat dasar untuk mengukur kinerja ekonomi setiap negara. Tingkat pengangguran juga
merupakan indikator bagi investor asing dalam menganalisis sehat atau tidaknya
perekonomian suatu Negara yang dapat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi
pada negara tersebut, karena tingkat pengangguran yang rendah dapat
menggambarkan stabilnya perekonomian sehingga investor asing tertarik untuk
berinvestasi dan begitupun sebaliknya.

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar,


yang berarti Indonesia memiliki modal tenaga kerja yang melimpah namun juga
memberikan tingkat kesempatan penduduk untuk menganggur menjadi tinggi jika tidak
diiringi dengan pertumbuhan lapangan kerja. Pada 26 tahun terakhir tingkat
pengangguran di Indonesia tercatat mengalami trend yang berfluktuatif, yang mana
pada 1990-an tingkat pengangguran relatif lebih kecil karena berada pada angka 2
persen, namun terus meningkat setiap tahunnya dan berfluktuasi setelah mencapai
tingkat tertinggi pada tahun 2005 yang mencapai 11 persen hingga pada tahun 2015
tingkat pengangguran terbuka tercatat sebanyak 5,99 persen (BPS). Jumlah penduduk
Indonesia selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya meskipun laju
pertumbuhan penduduk semakin menurun, hal ini disebabkan karena penurunan angka
kelahiran yang lebih cepat dari pada penurunan angka kematian. Peningkatan jumlah
penduduk pada setiap tahunnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur
umur penduduk sehingga jumlah penduduk usia produktif terus meningkat dan
menurunnya penduduk usia non produktif (0-14) serta kecenderungan naiknya
penduduk manula (>65) keadaan ini menggambarkan terjadinya penurunan rasio usia
ketergantungan. Jika rasio ketergantungan terus menunjukkan penurunan, maka hal
tersebut mempunyai dampak ekonomis dengan adanya bonus demografi yaitu keadaan
dimana rasio ketergantungan menunjukkan angka yang paling rendah dan tingginya
penduduk usia produktif.
BAB II
PEMBAHASAN

PENGANGGURAN DI INDONESIA

Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan


banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka
pengangguran nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga
kerja (sebagai pangsa dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri
dan jasa sementara sektor pertanian berkurang: pada tahun 1980-an sekitar 55 persen
populasi tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini
angka tersebut berkurang menjadi di bawah 40 persen.Namun,

 Krisis Keuangan Asia (Krismon) yang terjadi pada akhir tahun 1990-an merusak
pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara) dan menyebabkan angka
pengangguran di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 20 persen dan angka tenaga
kerja yang harus bekerja di bawah level kemampuannya (underemployment) juga
meningkat, sementara banyak yang ingin mempunyai pekerjaan full-time, hanya bisa
mendapatkan pekerjaan part-time.

Sementara itu, sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah
perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor informal
(terutama di bidang pertanian).

Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak
tahun 2000-an (dan Indonesia telah pulih dari Krismon), sektor informal ini - baik di
kota maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar dalam
perekonomian Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti,
diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah
pekerjaan informal. Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan informal itu
terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di sektor konstruksi dan pertanian.

Dipekerjakan di sektor informal menyiratkan risiko tertentu karena pekerja sektor


informal biasanya memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil. Lagipula
mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan dasar. Sementara itu, arus
uang di sektor informal tidak dikenakan pajak dan kegiatan informal tidak dapat
dimasukkan dalam perhitungan produk nasional bruto (PNB) atau produk domestik
bruto (PDB). Oleh karena itu, pada dasarnya, sektor informal tidak baik bagi pekerja
dan tidak baik bagi perekonomian.
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara
berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan
kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah
tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat.

Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).
Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar
setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor
tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan
tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan,
maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian
terbesar di Asia Tenggara.

Statistik Tenaga Kerja dan Pengangguran (Absolut) di Indonesia:

dalam juta orang 2016 2017 2018¹


Tenaga Kerja 127.8 128.1 133.9
- Bekerja 120.8 121.0 127.1
- Menganggur   7.0   7.0   6.9
Penduduk Usia Kerja,
 63.7  64.0  59.6
Bukan Angkatan Kerja
- Sekolah  15.9  16.5  15.6
- Mengurus Rumah Tangga  39.3  39.9  36.0
- Lainnya   8.4   7.6   8.0

  ¹ data dari Februari 2018


dalam juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tenaga Kerja 116.5 119.4 120.3 120.2 121.9 122.4
- Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8
- Menganggur   8.3   8.1   7.3   7.4   7.2   7.6
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran (relatif) di Indonesia dalam


beberapa tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan angka pengangguran
(yang terbuka) yang cepat di antara tahun 2006 dan 2012 waktu Indonesia
diuntungkan saat 2000s commodities boom. Waktu itu ekonomi Indonesia tumbuh
dengan cepat maka menghasilkan banyak pekerjaan baru di tengah aktivitas ekonomi
yang yang tumbuh. Alhasil, angka pengangguran Indonesia turun.

Tren ini terganggu oleh perlambatan ekonomi Indonesia (2011-2015) ketika boom


komoditas tahun 2000an tiba-tiba berakhir di tengah perlambatan ekonomi global. Ini
adalah tanda lain bahwa ekonomi Indonesia terlalu bergantung pada harga komoditas
(yang volatil). Oleh karena itu, upaya Presiden Joko Widodo untuk mengurangi
ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (yang mentah) dihargai dan harus
mengarah pada ekonomi yang lebih kuat secara struktural di masa depan. Seharusnya
ini juga berdampak positif pada angka pengangguran di Indonesia.

Pengangguran di Indonesia (Relatif):

  2013 2014 2015 2016 2017 2018


Pengangguran
 6.2  5.9  6.2  5.6  5.5  5.1
(% dari total tenaga kerja)

  2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012


Pengangguran
10.3  9.1  8.4  7.9  7.1  6.6  6.1
(% dari total tenaga kerja)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Kalau kita melihat pengangguran di perkotaan dan pedesaan di Indonesia, maka kita
dapat melihat bahwa pengangguran - secara signifikan - lebih tinggi di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Yang tidak kalah menariknya yaitu
kesenjangan antara pengangguran perkotaan dan pedesaan melebar selama empat
tahun terakhir karena pengangguran pedesaan telah menurun lebih cepat daripada
pengangguran di perkotaan. Penjelasan untuk tren ini adalah bahwa banyak orang
pedesaan pindah ke daerah perkotaan dalam rangka mencari peluang kerja.
Indonesia sedang mengalami proses urbanisasi yang cepat. Saat ini lebih dari setengah
jumlah penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Di satu sisi, ini adalah
perkembangan positif karena urbanisasi dan industrialisasi diperlukan untuk tumbuh
menjadi negara yang berpenghasilan menengah (middle income country). Di sisi lain,
proses ini perlu disertai dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai di kota-kota.
Oleh karena itu, investasi (baik domestik maupun asing) perlu meningkat di daerah
perkotaan yang sudah ada atau daerah urban yang baru. Dengan demikian, pemerintah
Indonesia harus membuat iklim investasi lebih menarik sehingga menghasilkan lebih
banyak investasi.

Isu-isu penting (yang merupakan tanggung jawab pemerintah) adalah penguatan


sumber daya manusia Indonesia (sumber daya manusia mengacu pada pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan seorang karyawan). Kualitas sumber daya manusia lokal
dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan.
Saat ini banyak perusahaan mengeluh bahwa sumber daya manusia Indonesia terlalu
lemah. Ini berarti bahwa investor lebih suka berinvestasi di negara lain (di mana
kualitas pekerja lebih tinggi), sehingga menyebabkan hilangnya peluang dalam hal
penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Pengangguran Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia:

  2014 2015 2016 2017


Pengangguran Nasional
 5.9  6.2  5.6  5.5
(% dari total tenaga kerja)
- Pengangguran Perkotaan
 7.1  7.3  6.6  6.8
(% dari total tenaga kerja perkotaan)
- Pengangguran Perdesaan
 4.8  4.9  4.5  4.0
(% dari total tenaga kerja perdesaan)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Sementara itu, relatif sedikit perempuan yang bekerja di Indonesia (di sektor formal).
Hanya sekitar separuh dari perempuan Indonesia yang di usia kerja yang jadi bekerja
dalam pekerjaan formal. Namun, angka ini sebenarnya sedikit lebih tinggi dari tingkat
(rata-rata) partisipasi angkatan kerja perempuan dunia sebesar 49 persen pada tahun
2017 (data dari Bank Dunia). Namun, dibandingkan dengan pria Indonesia, tingkat
partisipasi tenaga kerja wanita rendah. Sekitar 83 persen pria Indonesia (di usia kerja)
bekerja di sektor formal.

Ada dua penjelasan dasar untuk situasi ini:

(1) Tradisi/budaya; wanita Indonesia lebih cenderung (daripada pria) untuk mengurus
rumah tangga, terutama setelah melahirkan anak.
(2) Ke(tidak)setaraan gender; perempuan Indonesia cenderung bekerja di sektor
informal (dua kali lebih banyak daripada laki-laki). Ada banyak contoh pekerja
perempuan informal di pabrik (misalnya pabrik garmen) atau yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga atau yang buka usaha informal di rumah (misalnya menjual
masakan dimasak sendiri). Juga patut dicatat bahwa sebagian besar pekerja perempuan
informal ini adalah pekerja yang tidak dibayar. Dan mereka yang menerima penghasilan
biasanya mendapatkan bayaran kurang dari pria untuk pekerjaan yang sama.
Sebagaimana disebutkan di atas, bekerja di sektor informal membawa risiko karena
pekerja sektor informal biasanya memiliki pendapatan yang rendah dan tidak stabil,
apalagi mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan (kesehatan) dasar.

Penurunan yang terjadi secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka


pengangguran wanita. Pengangguran wanita berkurang secara drastis, bahkan mulai
mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender,
seperti di negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada
kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan), wanita
masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria),
mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang
melakukan pekerjaan yang sama. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai di beberapa
bidang (teritama pendidikan dan kesehatan), perempuan masih lebih mungkin bekerja
di sektor informal, dalam pekerjaan yang bayarannya rendah, dan dibayar lebih rendah
daripada laki-laki untuk pekerjaan serupa.

Sebenarnya, Bank Dunia mendeteksi penurunan cepat pengangguran perempuan di


Indonesia pada akhir tahun 2000an di tengah boom komoditas (mungkin karena
penurunan ini berasal dari low base). Bahkan, pengangguran perempuan turun jauh
lebih cepat daripada tingkat pengangguran laki-laki Indonesia pada waktu itu.
Sayangnya, Bank Dunia berhenti merilis tingkat pengangguran perempuan Indonesia
setelah tahun 2010.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Laki-Laki dan Perempuan:

  2016 2017 2018


Pengangguran Total
 5.61  5.50
(% dari angkatan kerja)
TPAK
66.34 66.67
(% dari angkatan kerja)
TPAK Laki-Laki
81.97 82.51
(% dari total angkatan kerja laki2)
TPAK Perempuan
50.77 50.89
(% dari total angkatan kerja perempuan)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang
dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka
rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas
dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan
di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia
hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin
rendah partisipasinya dalam kekuatan tenaga kerja Indonesia. Meskipun demikian
dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan tren: pangsa pemegang
ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa pemegang ijazah pendidikan dasar
semakin berkurang.

    2006   2007   2008   2009   2010   2011


Pengangguran Muda Pria
(persentase tenaga kerja pria   27.7   23.8   21.8   21.6   21.1   19.3
15-24 tahun)
Pengangguran Muda Wanita
(persentase tenaga kerja wanita   34.3   27.3   25.5   23.0   22.0   21.0
15-24 tahun)
Sumber: Bank Dunia

Sektor pertanian tetap berada di posisi teratas dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Tabel di bawah ini memperlihatkan empat sektor terpopuler yang menyerap paling
banyak tenaga kerja di tahun 2011 dan setelahnya.

Tenaga Kerja per Sektor:

dalam juta 2011 2012 2013 2014 2015 2016¹


Pertanian 42.5 39.9 39.2 39.0 37.8 38.3
Pedagang Grosir, Pedagang Ritel,
23.2 23.6 24.1 24.8 25.7 28.5
Restoran dan Hotel
Jasa masyarakat, Sosial dan Pribadi 17.0 17.4 18.5 18.4 17.9 19.8
Industri Manufaktur 13.7 15.6 15.0 15.3 15.3 16.0
¹ data dari Februari 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pekerjaan rentan (tenaga kerja yang tidak dibayar dan pengusaha) baik untuk pria
maupun wanita angkanya lebih tinggi di Indonesia daripada di negara-negara maju atau
berkembang lainnya. Dalam satu dekade terakhir ini tercatat sekitar enam puluh persen
untuk pria Indonesia dan tujuh puluh persen untuk wanita. Banyak yang merupakan
'pekerja rentan' adalah mereka yang bekerja di sektor informal.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Angka pengangguran di Indonesia yang sangat tinggi men-apai berjuta#jutamerupakan


masalah yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Dampak pengangguran
juga sangat berperan bagi masyarakat dari segi ekonomi sosial serta bidang
pembangunan ekonomi. Maka dari itulah strategi komunikasi pembangunan kebijakan-
kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis mutlak dilakukan agar angka
pengangguran dapat ditekan maupun dikurangi. dengan kebijakan yang langsung
menyentuh permasalahan pengangguran, maka penyebab dari berbagai patologi sosial
yang dialamimasyarakat saat ini dapat dikurangi. berbagai masalah sosial perkotaan
yang meresahkanmasyarakat saat ini berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan
ekonomi yang disebabkan olehketiadaan. dari pembahasan diatas maka kami dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut

1. Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya
2. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuranmasyarakat tidak men-apai potensi maksimal yaitu masalah pokok
makro ekonomi yang paling utama.
3. Pengangguran di sebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang
dengankesempatan kerja struktur lapangan kerja tidak seimbang kebutuhan
jumlah dan jenistenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
meningkatnya peranandan aspirasi angkatan kerja wanita salam seluruh struktur
angkatan kerja Indonesia penyediaan dan peman/aatan tenaga kerja antar daerah
tidak seimbang.

SARAN

Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka harus ada peran pemerintah.


Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh-
sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal. Pemerintah memberikan penyuluhan
pembinaan dan pelatihan kerja

Kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja
guna meningkatkan kemampuan produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari
pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan
jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255

https://www.academia.edu/17237042/MASALAH_PENGANGGURAN_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai