Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERMASALAHAN SOSIAL DI BIDANG

PENGANGGURAN

Dibuat oleh :
Ahmad Rizki Pratama
Kelas : XI.10
MATA PELAJARAN : SOSIOLOGI

SMA NEGERI 5 SAMARINDA


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah.......................................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 8

BAB II PENUTUP ................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif
antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang mampu
menyerapnya. Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup pelik, bukan hanya
menjadi masalah lokal atau regional tetapi juga telah menjadi perhatian internasional. Hal
ini terbukti dengan kepedulian ILO dalam mengatasi masalah pengangguran dengan
diterbitkannya Konvensi ILO No. 88 dan telah ditindaklanjuti pemerintah dengan
meratifikasinya melalui Keppres No. 36 Tahun 2002 tentang Pengesahan Konvensi ILO
No. 88 mengenai lembaga pelayanan penempatan tenaga kerja. Sehubungan dengan telah
diratifikasinya konvensi tersebut, pemerintah Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan
pelayanan kepada pencari kerja maupun pengguna tenaga kerja.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025 menempatkan peningkatan


kualitas SDM Indonesia sebagai salah satu fokus Pembangunan Jangka Menengah 2010 –
2014. Peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama yang berkaitan dengan aspek
pendidikan dan kompetensinya telah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003
Tentang Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menentukan bahwa yang dimaksud dengan


ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Kedua Undang-undang tersebut mengamanatkan peningkatan kualitas
SDM berbasis kompetensi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas SDM melalui
pelatihan kerja, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006 Tentang Sistem
Pelatihan Kerja Nasional. Sistem Pelatihan Kerja Nasional ini menggariskan prinsipprinsip
dasar pelatihan berbasis kompetensi. Sistem Pelatihan Kerja Nasional, disusun dan
dikembangkan sejalan dengan Rekomendasi International Labor Organization (ILO)
No.195 Tahun 2004 Tentang Human Resource Development. Rekomendasi ILO tersebut

1
juga menggariskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi
yang bersifat ”Life long learning”.

Masalah pengangguran di Indonesia merupakan bagian dari masalah administrasi


negara karena berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan lapangan kerja
untuk kesejahteraan masyarakat. Pemecahan masalah pengangguran memerlukan proses
dan waktu yang cukup panjang karena berlintas sektoral. Meskipun demikian, penanganan
masalah pengangguran bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata namun
memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat dengan upaya pemberdayaan
masyarakat.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) masih memiliki


tanggungjawab besar, yakni menekan angka pengangguran di Indonesia. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) Pusat per Februari 2013 menunjukkan jumlah pengangguran terhitung
mencapai 5,92 persen yaitu sebanyak 7,17 juta orang dari total angkatan kerja yang
mencapai 121,2 juta orang. Terdapat 360 ribu orang lulusan perguruan tinggi menjadi
pengangguran. Menakertrans Muhaimin Iskandar mempunyai target untuk menekan
persentase pengangguran hingga berkisar 5,5 persen sampai 5,8 persen di akhir 2013.
Kemenakertrans saat ini mulai menggerakkan Gerakan Penanggulangan Pengangguran
(GPP) di seluruh Indonesia. Pemerintah berupaya membuka lapangan pekerjaan baru, baik
di bidang formal maupun informal. (http://www.unio-indonesia.org/ aggregator/sources
diakses pada tanggal 17 November 2013 pukul 20.30 WIB)

Data BPS Provinsi Kalimantan Timur per Februari 2021 menunjukkan jumlah
pengangguran masih terhitung mencapai 5,57 persen yaitu sebanyak 940 ribu orang dari
total angkatan kerja yang mencapai 16,91 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja
mencapai 15,97 juta orang. Jenjang pendidikan SD ke bawah hingga Februari 2021 masih
tetap mendominasi penduduk yang bekerja di Kalimantan Timur yaitu mencapai 55,50
persen atau sekitar 8,86 juta orang dari jumlah penduduk yang bekerja. Dalam periode satu
tahun terakhir (Februari 2020-2021), penduduk bekerja dengan pendidikan rendah secara
persentase mengalami penurunan dari 55,87 persen menjadi 55,50 persen tersebut.
Perbaikan kualitas tenaga kerja ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya tenaga kerja
berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya tenaga kerja berpendidikan
tinggi (diploma dan universitas). Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

2
Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan (juta orang)
Pendidikan 2019 2020 2021
Terakhir Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke 9,27 9,14 9,15 9,01 8,86
bawah
SMP 3,09 3,05 2,92 3,06 2,90
SMA 2,81 2,81 2,88 2,98 3,01
Diploma 0,97 0,92 1,17 1,08 1,13
I/II/III dan
Universitas
Jumlah 16,14 15,92 16,12 16,13 15,97
Sumber: Data Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Februari dan Agustus 2019-
2021

Berdasarkan tabel tersebut, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia semakin membaik


terutama dalam bekal pendidikan terakhir yang ditamatkannya namun pada umumnya
belum diimbangi dengan kualitas SDM. Kualitas angkatan kerja dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pendidikan, keterampilan, kemampuan, kedisiplinan, dan
sebagainya. Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya pengangguran ialah
tidak adanya kesesuaian antara kemampuan yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan
pasar kerja.

Menurut Data BPS Provinsi Kalimantan Timur , Kabupaten Berau menduduki


peringkat kedua yang memiliki prosentase TPT tinggi dari 10 Kota/Kabupaten se-
Kalimantan Timur, untuk lima Kabupaten/Kota yang memiliki TPT teratas (per Agustus
2021) dapat dilihat pada urutan sebagai berikut:

1. Kabupaten Kartanegara dengan TPT sebesar 12,20 persen


2. Kota Samarinda dengan TPT sebesar 8,71 persen
3. Kabupaten Bontang dengan TPT sebesar 8,44 persen
4. Kabupaten Kutau Barat dengan TPT sebesar 8,20 persen
5. Kabupaten Penajam Paser Utara dengan TPT sebesar 8,49 persen

3
Demikian halnya bila dibandingkan dengan Kota-kota lainnya se-kalimantan Timur. Kota
Berau menduduki posisi pertama yang memiliki presentase TPT tinggi dari 6 Kota di Jawa
Tengah, yaitu:

1. Kabupaten Berau dengan TPT sebesar 8,71 persen

2. Kabupaten Penajam Paser Utara dengan TPT sebesar 8,49 persen

3. Kabupaten Mahakam Hulu dengan TPT sebesar 7,44 persen

4. Kota Balikpapan dengan TPT sebesar 6,69 persen

5. Kota Samarinda dengan TPT sebesar 6,07 persen

Menurut Menakertrans, Muhaimin Iskandar: “tingkat daya saing sangat dipengaruhi


kemampuan individu pekerja, baik di tingkat pemerintahan maupun swasta, khususnya
berkaitan dengan tingkat pendidikan tinggi dan keterampilan (higher education and
training)”. (http://pikiran-rakyat.com/diakses pada tanggal 16 April 2022 pukul 12.54)

Per Februari 2021, Kabupaten Berau memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
terakhir sebesar 8,71 persen dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terakhir
sebesar 69,46 persen. TPT merupakan angka yang menunjukkan banyaknya pengangguran
terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja, sedangkan TPAK dihitung
dari jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas)
dikali 100. Data untuk Kabupaten/Kota Betah tahun 2019 hingga 2021 dapat dilihat dalam
tabel berikut:

Tabel 2. TPT dan TPAK menurut Kabupaten/Kota Magelang Agustus 20192021


No. Kabupaten/Kota TPT TPAK

2010 2011 2012 2010 2011 2012


1. Kabupaten Berau 2,97 5,98 4,47 74,08 71,52 74,52

2. Kota Bontang 13,28 8,28 8,71 68,46 70,60 69,46


Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah No. 31/05/33/Th.VII, 06 Mei
2013

4
Penduduk usia kerja ialah penduduk berumur 15 tahun ke atas, baik yang memiliki
kegiatan sebagai angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja. Data yang menjelaskan
jumlah angkatan kerja, baik yang bekerja maupun pengangguran untuk Kabupaten/Kota
Berau per Agustus 2021 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut Kabupaten/Kota Magelang


per Agustus 2021

No. Kabupaten/Kota Kegiatan


1. Kabupaten Angkatan Kerja 654.887
Berau
- Bekerja 625.635
- Pengangguran 29.252
Bukan Angkatan 223.976
Kerja
Jumlah 878.863

2. Kota Bontang Angkatan Kerja 63.170


- Bekerja 57.669
- Pengangguran 5.501
Bukan Angkatan 27.775
Kerja
Jumlah 90.945

Sumber : Data Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Tahun 2012 Berdasarkan
tabel tersebut, jumlah angkatan kerja yang berstatus bekerja di Kota Berau yaitu sebanyak
57.669 orang, sehingga terhitung mencapai 91,29 persen dari total angkatan kerja. Sedangkan
jumlah angkatan kerja yang berstatus pengangguran di Kabupaten Berau yaitu sebanyak
5.501 orang, sehingga terhitung mencapai 8,71 persen dari total angkatan kerja. Berdasarkan
pengamatan bidang ketenagakerjaan, penyebab pengangguran di Kabupaten Berau ialah
karena adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi tenaga kerja yang diminta perusahaan, jenis
jabatan dan lokasi penempatan yang kurang diminati oleh para pencari kerja, serta
kompetensi tenaga kerja yang kurang sesuai dangan jabatan yang tersedia.

5
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau sebagai salah satu
instansi yang memberikan pelayanan publik bidang ketenagakerjaan diharapkan
memberikan kemudahan pelayanan informasi, penyediaan fasilitas, serta melaksanakan
program-program yang menunjang karier mereka di masa depan. Salah satu upaya yang
dilakukan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau Untuk menekan
angka pengangguran ialah melalui penyelenggaraan program pelatihan kerja. Program
pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang melibatkan
masyarakat sebagai sasaran utama yang harus diberdayakan secara maksimal karena
program tersebut mulai menunjukkan hasil yang signifikan untuk menekan angka
pengangguran di Kabupaten berau, terbukti dengan rendahnya TPT Kabupaten Berau
tahun 2021.

Program pelatihan kerja tahun 2021 terdiri dari sebelas jenis pelatihan kerja, yaitu :
bordir, menjahit, bahasa inggris, tata boga, tata rias, batik jumputan, teknisi handphone,
teknisi komputer, batik kayu, fiber cenderamata, dan montir sepeda motor. Waktu dan
tempat pelaksanaan, serta instruktur program pelatihan kerja tersebut berbeda-beda untuk
setiap jenis pelatihan kerja karena Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten
Berau belum memiliki UPTD BLK yang menyediakan instruktur dan tempat khusus untuk
kegiatan pelatihan kerja, sehingga tidak memungkinkan waktu pelatihan kerja
dilaksanakan secara serempak. Hal tersebut menunjukkan bahwa program pelatihan kerja
belum dilaksanakan secara optimal.

Sosialisasi program pelatihan kerja juga belum menjangkau keseluruhan pencari


kerja yang ada di Kabupaten Berau, menurut data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Sosial Kabupaten Berau hingga akhir Desember tahun 2021terhitung sebanyak 869
orang terdaftar sebagai pencari kerja, namun pendaftar pelatihan kerja rata-rata hanya
sebatas 400 orang setiap tahunnya. Selain itu, kuota peserta yang ditentukan untuk masing-
masing pelatihan kerja juga sangat terbatas, yaitu hanya 10 sampai 20 orang untuk satu
jenis pelatihan. Program akan berjalan baik apabila masyarakat sebagai sasaran utama
program memiliki peran aktif dalam pelaksanaan kegiatan. Sampai saat ini, sebagian
masyarakat yang hanya berorientasi pada fasilitas yang diberikan saat mengikuti pelatihan
kerja, tanpa menyadari bahwa tujuan pelatihan kerja itu sebenarnya ialah untuk membekali
pengetahuan dan keterampilan bagi pencari kerja. Kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap program pelatihan kerja menjadi salah satu permasalahan yang menghambat
penyelenggaraan program. Dengan demikian, pemerintah, masyarakat, dan swasta harus

6
bekerjasama menyeimbangkan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan program
pelatihan kerja.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai penyelenggaraan program pelatihan kerja tahun 2021 sebagai upaya
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau dalam meminimalisir
jumlah pengangguran. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah “Kebijakan Menekan
Angka Pengangguran Melalui Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau”.

B. Identifikasi Masalah
1. Daya saing tenaga kerja Kabupaten Berau masih kurang jika dibandingkan dengan
kota-kota lainnya se-kalimantan Timur.
2. Program pelatihan kerja menunjukkan hasil yang signifikan dalam menekan angka
pengangguran, namun peran pemerintah dalam penyelenggaraan belum optimal.
3. Sosialisasi program terhadap masyarakat Kabupaten Berau belum memberikan hasil
yang maksimal.
4. Penentuan kuota peserta pelatihan tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang
ada.
5. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan tujuan program pelatihan kerja.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas diperoleh beberapa hal yang dapat diteliti. Namun
karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang dimiliki, maka peneliti membatasi
masalah mengenai peran Disnakertransos Kabupaten Berau beserta penyelenggaraan
program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau
pada tahun 2021.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau terkait

penyelenggaraan program pelatihan kerja?

2. Bagaimana penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau tahun 2021?

7
3. Apa faktor penghambat yang muncul terkait program pelatihan kerja beserta upaya

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk mengatasinya?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten berau

terkait penyelenggaraan program pelatihan kerja.

2. Mengetahui penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau tahun 2021.

3. Mengetahui faktor penghambat yang muncul terkait program pelatihan kerja beserta

upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Berau untuk

mengatasinya.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan


terutama dalam bidang Ilmu Administrasi Negara, bermanfaat untuk melengkapi ragam
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti - peneliti sebelumnya, serta menjadi
bahan masukan bagi jurusan/fakultas/universitas sebagai salah satu referensi
tambahan bagi mahasiswa di masa yang akan datang

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dan memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sosial, serta untuk menambah
wawasan dan pengaplikasian berbagai ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, juga
mendapatkan pemahaman tentang strategi untuk menekan angka pengangguran
melalui Program Pelatihan Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Kota Magelang secara lengkap, mendalam serta sesuai kaidah-kaidah metodologi
penelitian yang ada.

8
b. Bagi akademisi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan bacaan tambahan untuk
disusunnya penelitian lanjutan dalam permasalahan yang serupa, juga sebagai
wahana bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuannya.

c. Bagi aparatur pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam menjalankan peran dan
fungsinya sebagai pelayan publik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanannya.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan


pentingnya Program Pelatihan Kerja untuk menambah kecakapan dan keterampilan
dalam meningkatkan kualitas SDM.

9
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka,
pendidikan, dan angka harapan hidup terhadap kemiskinan di Provinsi Kalimantan
Timur. Dari hasil regresi, dapat kita simpulkan bahwa dalam penelitian kemiskinan di
Kalimantan Timur yang diukur dengan tingkat pengangguran terbuka, rata-rata lama
sekolah, dan angka harapan hidup berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di
Kalimantan Timur.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel tingkat pengangguran


terbuka, pendidikan, dan angka harapan hidup terhadap kemiskinan di provinsi
Kalimantan Timur di tahun 2019-2021. Berdasarkan hasil analisis data yang telah
dilakukan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa variabel pengangguran mempunyai pengaruh


yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur dengan
probabilitas 0,0208. Begitu juga dengan variabel pendidikan dan angka harapan hidup
mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kemiskinan Provinsi
Kalimantan Timur .dengan nilai probabilitas pendidikan sebesar 0.0000 dan nilai
probabilitas angka harapan hidup 0.0000.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang di dapat, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Lebih menggerakkan sektor informal. Karena


pengangguran dalam penelitian ini menggunakan data pengangguran terbuka, yang
mana di dalamnya terdapat golongan masyarakat yang sedang dalam tahap
menyiapkan usaha atau mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja yang
dimasukkan dalam golongan pengangguran. Sehingga pentingnya peningkatan sektor
informal untuk menekan kemiskinan di Kalimantan Timur . Karena sektor informal
merupakan salah satu solusi masalah dalam mengatasi pengangguran di Kalimantan
Timur.

10
b. Pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong program wajib belajar 12 tahun
supaya dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.memberikan suntukan dana
kepada daerah daerah yang membutuhkan seperti sarana dan prasarana
pendidikansehingga dapat menekan kemiskinan di Kalimantan Timur

c. Diharapkan bahwa pemerintah provinsi Kalimantan Timur seharusnya meningkatkan


kualitas kesehatan dan pelayan bidang kesehatan. Dan jaminan kesehatan gratis untuk
masyarakat kurang mampu dan subsidi kesehatan sehingga kualitas kesehatan
meningkat dan dapat menekan angka kemiskinan di Kalimantan Timur.

11

Anda mungkin juga menyukai