Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Butanol

Perkembangan industri sebagai bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka


panjang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang
yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri maju yang didukung oleh sektor – sektor
lain yang tangguh. Seiring dengan perkembangan industri tersebut, terjadi pula peningkatan
pada kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu.

Dengan berkembangnya peradapan manusia, dunia industri dituntut untuk dapat


lebih meningkatkan teknologi tersebut, baik dengan penemuan –penemuan baru maupun
pengembangan teknologi sebelumnya. Perkembangan industri di Indonesia, khususnya
industri kimia terus meningkat baik industri yang menghasilkan bahan jadi maupun bahan
baku untuk industri lain.
Salah satu jenis produk kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat
adalah industri n -butanol. Dengan rumus molekul C4H10O, n-butanol merupakan senyawa
organik alkohol yang banyak diperlukan oleh berebagai industri digunakan sebagai solven
dan sintesis organik. Produksi n-butanol sebagian besar digunakan pada pembuatan resin
urea formaldehid dan plasticizer dibuthil ftalat. Karena sifat fisiknya mendekati gasoline
atau bensin premium, n-butanol belum luas dipromosikan sebagai gasohol atau bio-gasoline,
artinya 100% n-butanol menggantikan biogasolin untuk mesin pembakaran dalam. Karena
titik nyalanya yang tinggi 37ºC sehingga aman dalam pemakaian.n-Butanol bersifat non-
polar karena memiliki rantai hidrokarbon panjang, sehingga kecil penyerapannya terhadap
air (kelarutan dalam air hanya 7,7 %) menyerupai gasoline hal ini yang dapat memudahkan
n-butanol dicampur dengan gasoline. (Admowisastro,2007).
Kebutuhan n-Butanol didalam negeri dan luar negeri terus meningkat setiap
tahunnya, sedangkan penyediaan untuk kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi dengan
cara impor. Oleh karena itu pabrik n-Butanol perlu didirikan di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa Negara
dan membuka lapangan kerja baru pada penduduk di sekitar wilayah industri yang akan
didirikan juga dapat mendorong berdirinya pabrik-pabrik baru yang menggunakan bahan
baku n-Butanol.
Banyaknya industri yang memerlukan n-Butanol membuktikan bahwa adanya kesempatan
pasar yang cukup besar dalam produksi n-Butanol. n-Butanol telah banyak digunakan dalam
industri diantaranya
yaitu :
a. Solvent dalam pembuatan cat
Pada pembutan cat, T-Butyl Alcohol berperan melarutkan atau mendispersi
komponen-komponen pembentuk film. T-Butyl Alcohol dipakai sebagai latent
solvent pada cat jenis Nitro Cellulose. Pabrik cat yang meproduksicat jenis Nitro
Cellulose yaitu PT. Propane Raya (Tangerang), PT. GajahMaju Jaya (Tangerang)
(Susyanto, Hery, 2014).
b. Penghilang cat (thinner)
n-Butanol merupakan salah satu campuran pada thinner yang dipakai untuk
melarutkan resin dalam cat atau mengencerkan cat (Susyanto, Hery, 2014).
c. Denaturan untuk etanol
d. Pelarut non reaktif untuk reaksi kimia
e. Digunakan dalam pembuatan parfum untuk menghilangkan air
f. Penggerak oktan pada bensin tanpa timbal

1.2 Analisis Pasar


1.2.1 Perkembangan Ekspor dan Konsumsi (Demand)
Pesatnya perkembangan industri yang ada di Indonesia sangat dirasakan oleh
begitu banyak perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional dimana
permintaan pasar n-Butanol terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia adalah salah
satu Negara produsen n-Butanol. PT. Petra Oxo Nusantara dengan kapasitas produksi
sekitar 40.000 ton per tahun adalah satu-satunya perusahaan nasional yang
memproduksi n-Butanol.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, Indonesia mampu melakukan eksporn-
Butanol seperti pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor n-Butanol
Ekspor Perkembangan
No Tahun
(Ton) (%)
1 2008 13.052,92 -
2 2009 14.892,90 12,35
3 2010 14.038,16 -6,09
4 2011 22.356,16 37,21
5 2012 21.533,10 -3,82
6 2013 17.748,77 -21,32
7 2014 19.691,06 9,86
8 2015 18.550,84 -6,15
Rata-rata perkembangan per tahun 3,15
Sources: ITC calculations based on BPS-Statistics Indonesia statistics

Dari Tabel 1.1 Bisa dilihat bahwa pada 2010 Indonesia mengalami penurunan
sebesar 6,09% dalam perdagangan ekspor n-Butanol dan penurunan tersebut terulang
kembali pada tahun 2012, 2013, dan 2015 dengan presentase 3,82%, 21,32%, dan
6,15%. Hal ini dapat menunjukan bahwa yang pertama Indonesia tidak dapat bersaing
harga dengan para Negara eksportir lainnya sehingga daya jual Indonesia lemah, atau
kemungkinan kedua bahwa Indonesia lebih membutuhkan n-Buanol tersebut sebagai
bahan baku untuk Industri dalam negeri yang mana setiap tahun meningkat. Untuk
membuktikan perdagangan ekspor ditahun tersebut menurun karena kebutuhan dalam
negeri meningkat, maka perlu dilihat dari sisi perdagangan impor yang dilakukan oleh
Indonesia. Di tahun 2009, 2011,dan 2014 perdagangan ekspor yang dilakukan
mengalami peningkatan sebesar 12,35%, 37,21%, dan 9,86% yang menunjukan bahwa
adanya peningkatan permintaan pasar Internasional.Proyeksi ekspor n-Butanol
Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat dilihat dari Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Proyeksi Ekspor n-Butanol
Ekspor
No Tahun
(Ton)
1 2018 23.368,77
2 2019 24.235,26
3 2020 25.101,75
1.2.2 Perkembangan Produksi dan Impor (Supply)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2016, Indonesia mengalami
peningkatan perdagangan Impor n-Butanol hal tersebut menunjukan bahwa produksi
dalam negeri oleh PT. Petro Oxo Nusantara tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam
negeri. Peningkatan impor yang dilakukan oleh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Perkembangan Impor n-Butanol


Perkembangan
No Tahun Impor (Ton)
(%)
1 2008 52.948,33 -
2 2009 74.110,53 28,55
3 2010 85.584,53 13,41
4 2011 93.312,46 8,28
5 2012 85.061,40 -9,70
6 2013 96.926,89 12,24
7 2014 82.583,98 -17,37
8 2015 66.023,09 -25,08
Rata-rata perkembangan per tahun 1,48
Sources: ITC calculations based on BPS-Statistics Indonesia statistics

Dari Tabel 1.3 bisa dilihat bahwa tahun 2008 jumlah n-Butanol yang di impor
berjumlah 52.948,33 ton dimana jumlah tersebut diambil dari total keseluruhan
berbagai Negara. Perdagangan impor yang dilakukan oleh Indonesia pada tahun 2009
mengalami peningkatan sebesar 28,55% dimana data impor ini dapat menjawab bahwa
memang terjadi peningkatan permintaan n-Butanol dalam negeri pada tahun 2009,
sehingga n-Butanol yang diproduksi oleh PT.Petro Oxo Nusantara lebih mengutamakan
kebutuhan dalam negeri dibandingkan ekspor ke Internasional. Pembelian n-Butanol
dari luar negeri mengalami kenaikan rata-rata 1,48% per tahun. Proyeksi perdagangan
impor Indonesia bisa dilakukan dengan menggunakan persamaan garis linear y =
1900,79 x – 3743875,69 pada Gambar 1.1.
110000.00
100000.00
90000.00
80000.00 f(x) = 1900.79 x − 3743875.69

Kapasitas Impor (Ton)


70000.00
60000.00
50000.00
40000.00
30000.00
20000.00
10000.00
0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun Impor

Gambar 1.1 Grafik Impor n-Butanol

Proyeksi impor n-Butanol Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat
dilihat dari Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Proyeksi Impor n-Butanol
No Tahun Impor (Ton)
1 2018 91.918,53
2 2019 93.819,32
3 2020 95.720,11

Dari Tabel 1.4 terlihat bahwa hasil proyeksi perkembangan impor n-Butanol
pada tahun 2020 sebesar 95.720,11 ton per tahun dimana produsen n-Butanol satu -
satunya di Indonesia (PT. Petro Oxo Nusantara) hanya mampu memenuhi sekitar
41,79% (40.000 ton per tahun) dari kebutuhan dalam negeri yang menyebabkan
ketergantungan impor n-Butanol dari luar negeri masih besar. Hal ini menunjukkan
bahwa n-Butanol sangat diperlukan di Indonesia dan dapat menjadi peluang
perencanaan pendirian pabrik n-Butanol di Indonesia. Proyeksi tersebut dapat lebih
mudah dilihat pada Gambar 1.2.
96000.00

Kapasitas Impor (Ton)


95000.00
94000.00
93000.00
92000.00
91000.00
90000.00
2018 2019 2020
Tahun Impor

Gambar 1.2 Proyeksi Impor n-Butanol

Untuk melihat perkembangan kebutuhan n-Butanol yang ada di Indonesia


kita dapat menggunkan rumus Supply – Ekspor = Kebutuhan/Konsumsi. Dimana
Supply didapat dari (Impor + Produksi )sehingga rumus yang digunakan ialah
(Impor + Produksi ) – Ekspor = Kebutuhan/Konsumsi. Perkembangan
kebutuhan/konsumsi tersebut dapat kita lihat pada Tabel 1.5 dibawah ini.

Tabel 1.5 Perkembangan Konsumsi n-Butanol


Supply Ekspor Konsumsi Perkembangan
No Tahun Impor (Ton) (Ton) (Ton) (%)
1 2008 52.948,33 13.052,92 79.895,41 -
2 2009 74.110,53 14.892,90 99.217,63 19.47
3 2010 85.584,53 14.038,16 11.154,37 11.05
4 2011 93.312,46 22.356,16 110.956,30 -0.53
5 2012 85.061,40 21.533,10 103.528,30 -7.17
6 2013 96.926,89 17.748,77 119.178,12 13.13
7 2014 82.583,98 19.691,06 102.892,92 -15.83
8 2015 66.023,09 18.550,84 87.472,25 -17.63
Rata-rata perkembangan per tahun 0.36
Sources: ITC calculations based on BPS-Statistics Indonesia statistics

Pada Tabel 1.5 bisa kita lihat kebutuhan/konsumsi n-Butanol pada tahun 2008
sekitar 79.895,41 ton, angka tersebut didapat dari rumus Supply– Ekspor =
Kebutuhan/Konsumsi. Dimana pada tahun 2008 supply yang dilakukan berjumlah
92.948,33 ton dikurangi dengan jumlah ekspor yang yang dilakukan yaitu 13.052,92 ton
sehingga didapat kebutuhan/konsumsi sekitar 79.895,41 ton ditahun 2008 begitu juga
ditahun-tahun berikutnya. Dari perhitungan tersebut kita memperoleh kenaikan
konsumsi n-Butanol ditahun 2009 sebesar 19,47% dan hampir setiap tahun kebutuhan
n-Butanol di Indonesia mengalami kenaikan yang dirata-rata dari tahun 2008 hingga
2015 mencapai 0,36%. Proyeksi konsumsi n-Butanol dapat ditentukan dengan
persamaan y = 1034.3 x – 1978667,64 pada Gambar 1.3

140000.00

120000.00

100000.00 f(x) = 1034.3 x − 1978667.64


Konsumsi (Ton)

80000.00

60000.00

40000.00

20000.00

0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Gambar 1.3 Konsumsi n-Butanol

Proyeksi konsumsi n-Butanol Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat
dilihat dari Tabel 1.6
Tabel 1.6 Proyeksi Konsumsi n-butanol
Konsumsi
No Tahun
(Ton)
1 2018 108.549,76
2 2019 109.584,06
3 2020 110.618,36

Dari Tabel 1.6 didapatkan besar konsumsi n-Butanol pada tahun 2020 mencapai
110.618,36 ton. Perkembangan konsumsi n-Butanoldalam beberapa mendatang
diperkirakan masih akan terus meningkat. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan
produk - produk yang menggunakan n-Butanol sebagai bahan baku semakin meningkat.

1.2.3 Prospek Pasar


Setelah menganalis proses perdagangan ekspor maupun impor n-Butanol di
Indonesiadapat disimpulkan bahwa kenaikan akan kebutuhan bahan baku berupa n-
Butanol akan terus meningkat setiap tahun. Kenaikan kebutuhan n-Butanol dapat dilihat
pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.3 dari pengolahan data yang dilakukan menunjukan
proyeksi perdagangan impor meningkat sangat signifikan pada tahun 2020 yang
menunjukan kebutuhan n-Butanol mengalami peningkatan seperti yang dilihat pada
Tabel 1.6 Selain itu untuk mendapatkan angka kebutuhan n-Butanol dengan
menggunkan rumus Supply – Ekspor = Kebutuhan/Konsumsi pada Tabel 1.5
menunjukan hasil yang positif untuk dilakukan Pra Rancangan n-Butanol di Indonesia.

1.2.4 Kapasitas Ekonomis


Kapasitas produksi dapat ditentukan dengan melihat dari kapasitas industri yang
telah berdiri. Adapun Produsen n-Butanol internasional yang telah berdiri dapat dilihat
pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7 Produsen n-Butanol di Dunia.
Produsen Kapasitas Lokasi
240.000 Ton/Year Texas, United State
BASF
450.000 Ton/Year Ludwigshafen, Germany
270.000 Ton/ Year Taft, United State
Dow Chemical
255.000 Ton/Year Texas, United State
Eastman 130.000 Ton/Year Texas, United State
230.000 Ton/Year Bay City, United State
Oxea
130.000 Ton/Year Oberhausen, Germany
Perstorp Oxo 100.000 Ton/Year Stenungsund, Swedia
Oxochimie 150.000 Ton/Year Lavera, France
4.000 Ton/Year Brunsbuttel, Germany
Sasol
10.000 Ton/Year Lake Charles, Louisiana
Texmark
10.000 Ton/Year Houston. United State
Chemicals
(sumber :http://icis.com/pricing/comodity/butanol.htm)

Dari Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa ada beberapa Negara yang memproduksi n-
Butanol dan Negara yang paling banyak memproduksi n-Butanol ialah Texas di United
State kapasitas 625.000 ton per tahun dan Negara yang memproduksi n-Butanol terkecil
ialah Brunsbuttel di Germanydengan kapasitas4.000ton per tahun.
Dari Tabel1.7 dapat dilihat bahwa kapasitas produksi yang ada di dunia berkisar
antara 4.000 sampai 450.000 ton per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan n-Butanol
dapat dibangun pabrik dengan kapasitas 4.000 sampai 450.000 ton per tahun. Namun
produsen yang ada di Indonesia harus mempertimbangankan agar memiliki daya saing
terhadap penjualan yang lebih baik. Kebutuhan akan n-Butanol di Indonesia sebesar
110.618,36 ton pada tahun 2020. Untuk itu Pra Rancangan Pabrik n-Butanol yang akan
dibangun di Indonesia berkapasitas 70.000 ton per tahun berdasarkan kapasitas
ekonomis dan persaingan pasar antara sesama produsen n-Butanol lokal.

1.3 Penentuan Kapasitas Produksi


Dari data kapasitas ekonomis, maka kapasitas produksi yang akan didirikan
sebesar 70.000ton per tahun. Kapasitas produksi dipilih berdasarkan kapasitas pabrik
yang sudah ada, dengan memenuhi kapasitas ekonomis serta persaingan pasar antara
sesama produsen n-Butanol lokal. Kapasitas produksi tersebut diharapkan dapat
mengurangi jumlah impor n-Butanol atau ketergantungan oleh Negara lain. Pabrik n-
Butanol ini direncanakan dibangun pada tahun 2019 dan sudah dapat berproduksi pada
tahun 2020. Pabrik n-Butanol ini perlu didirikan di Indonesia antara lain karena :
1. Sampai sat ini di Indonesia hanya ada satu pabrik yang memproduksi butanol yaitu
PT Petro OXO Nusantara, sementara nilai impor semakin bertambah setiap tahun.
2. Tersedia bahan baku Ethanol di dalam negri dalam jumlah yang banyak.
3. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru guna mengurangi angka
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1.4 Penentuan Lokasi


Lokasi pabrik merupakan faktor penting dalam pendirian suatu pabrik untuk
kelangsungan operasi pabrik. Banyak yang menjadi pertimbangan dalam yang menjadi
dasar dalam pemilihan lokasi pabrik, yaitu letak pabrik yang dekat dengan sumber bahan
baku, pasar penunjang, transportasi, tenaga kerja, kondisi sosial politik dan kemungkinan
perluasan pabrik di masa yang akan datang.Pabrik n-Butanol akan didirikan di Kelurahan
Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang.
Gambar 1.4Peta lokasi pabrik n-Butanol yang akan didirikan.

Adapun faktor – faktor yang harus diperhatikan yaitu :


 Keberadaan bahan baku
Kriteria penilaian dititik beratkan pada kemudahan memperoleh bahan baku. Bahan
baku utama yaitu Ethanol yang diperoleh dari PT Molindo Jaya Industrial yang
berlokasi di Jl. Sumberwaras No. 255, Lawang, Kalirejo, Malang, Jawa Timur 65216
 Pemasaran produk dan sarana transportasi
Faktor yang perlu diperhatikan adalah letak wilayah pabrik yang membutuhkan n-
butanol. Lokasi pabrik diKelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandangsangat
strategis dengan adanya jalan – jalan darat dan Pelabuhan Surabaya sehingga daerah
pemasaran produksi dapat dijangkau.
 Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk menjalankan mesin-
mesin produksi. Malang, khususnyadi Kelurahan Tlogowaru Kecamatan
Kedungkandang merupakan kawasan industri yang sudah mapan. Tempat kerja
terutama untuk tenaga kerja disetiap lokasi memiliki potensial yang hampir sama,
karena dimanapun ada lapangan pekerjaan akan selalu ada tenaga kerja yang akan
mengisi.
 Kebijakan pemerintah
Pendirian pabrik juga perlu memperhatikan faktor yang terkait didalamnya, kebijakan
pengembangan industri dan hubungannya dengan pemerataan kesempatan kerja yang
akan mengisi.
 Perluasan pabrik
diKelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang memiliki kemungkinan untuk
perluasan pabrik yang merupakan parameter cukup memungkinkan. Dengan
meningkatnya permintaan produk akan menuntut adanya peningkatan kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.
 Penyedia Utilitas.
Perlu diperhatikan sarana – sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik, dan sarana
lainnya, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Selain itu, sebagai suatu
kawasan industri yang telah di rencanakan dengan baik dan tempat industri berskala
besar, Kebakkramat telah mempunyai sarana – sarana pendukung yang memadai.

1.5 Proses Pembuatan n-Butanol


Secara Komersial n-Butanol dapat diperoleh dari berbagai macam proses, seperti:
1.5.1 Guerbert Process (chakrabouty et al, 2015)
Guerbert Process (chakrabouty et al, 2015) memproduksi Butanol dengan bahan
baku ethanol menjadi n-Butanol. Proses ini terdiri dari tiga tahapan reaksi:
a. Dehidrogenasi alkohol primer
b. Reaksi penggabungan aldol yang dikatalisis oleh katalis, dan
c. Hidrogenasi aldehida tak terhingga

Tandem digunakan sebagai katalis dalam proses ini karena mempunyai


selektivitas tinggi (>99%) dengan hasil konversi ethanol menjadi butanol sampai
37%. Selain itu tandem juga bisa dikombinasikan dengan iridium bifungsional
yang digabungkan dengan nikel atau tembaga hidroksida besar. Nikel dan tembaga
hidroksida padat akan mengkatalisis reaksi aldol dengan asetaldehida yang
menghasilkan produk dengan C4, crotonaldehyde. Proses mengubah ethanolke n-
butanol terjadi pada suhu yang lebih rendah.
1.5.2 Guerbert Process (Swati B Jadhav et al, 2014)
Butanol dapat diproduksi dari asetaldehida melalui kondensasi aldol,
dilanjutkan lagi dengan hidrogenasi. Butanol juga dapat diproduksi dari Ethanol melalui
serangkaian langkah yang secara kolektif dikenal sebagai reaksi Guerbet. Proses ini
melibatkan konversi alkohol alifatik primer ke dalam alkohol primer yang alkoholnya
teralkilasi dengan hilangnya satu ekuivalen air melalui dari kondensasi dan hidrogenasi
aldol yang ditunjukkan pada Gambar 1.7

Gambar 1.7 Reaksi Guerbet

Dehidrogenasi Ethanol menjadi asetamida, diikuti oleh kondensasi aldol


asetaldehida untuk membentuk crotonaldehyde. Akhirnya Butanol terbentuk melalui
hidrogenasi crotonaldehyde.
Dalam proses pembuatan Butanol dari Ethanol Cu digunakan sebagai katalis
dalam reaksi Guerbet. Dalam proses dehidrogenasi, katalis Cu akan mengubah Ethanol
menjadi asetaldehida yang tergantung pada kondisi reaksi. Dalam sistem ini, katalis Cu
menunjukkan stabilitas dan aktivitas yang baik pada suhu di atas 400 °C. Cu juga telah
terbukti berhasil mengkatalisis hidrogenasi crotonaldehyde. Sebagai upaya untuk
mensintesis Butanol. Sebagai tambahan CO2 superkritis (scCO2) dapat digunakan
sebagai media reaksi karena dapat meningkatkan selektivitas dan aktivitas dalam
beberapa reaksi yang dikatalisis secara heterogen, terutama dalam proses produksi
butanol yang terdiri dari : dehidrogenasi, kondensasi aldol dan hidrogenasi.
1.5.3 Proses Catalysts (toni et al, 2012)
Pada Proses Catalyst menggunakanTeknologi dua fase dimana uap ethanol
dilewatkan melalui katalis padat yang dikemas dalam Reaktor Fixed Bed. Suhu reaksi
bervariasi dari 200°C sampai 450°C, dengan konversi yang relatif rendah (10-20%)
danSelektivitas 70%. Dalam literatur terbaru, sebuah proses katalitik baru
memanfaatkan Hidroksiapatit non-stoikiometri ditemukan sangat menjanjikan. Selain
itubeberapa zeolit dan logam pendukung (misalnya, Ni, Co) telah dilaporkan dapat
mengkonversiEthanol menjadi 1-butanol. Konversi ethanol menjadi 1-butanol dapat
dilakukan dengan cara reaksi tunggal yang dapat menghasilkan Selektivitas dan
konversi yang tinggi. Al2O3 adalah katalis yang dapat memberikan konversi ethanol
25%dan selektivitas 80% (antara produk karbon cair) menjadi 1-butanol.Untuk
konversi katalis ethanol cair ke 1-butanol beberapa alumina didukung heterogenKatalis
disaring kemudian secara langsung direaksikan dengan bahan baku ethanol, katalis dan
pemanasan

1.6 Seleksi Proses Pembuatan n-Butanol


Proses pembuatan n-butanol dihasilkan dengan proses Guerbet. Perkembangan
dalam pembuatan n-Butanol yang ada saat ini hanya diperuntukkan dalam proses
persiapan bahan bakunya, seperti pembuatan acetaldehyde dari reaksi dehydrogenation
ethanoldilanjutkan dengan reaksi aldol condensation yang menghasilkan
crotonoaldehyde yang kemudian di-hydrogenation menjadi n-butanol. Pengembangan
dalam segi teknologi proses untuk mendapatkan konversi amoniak semakin tinggi
dengan mengembangkan reaktor dan katalis untuk proses reaksinya. Tabel 1.8
menampilkan data kondisi operasi dari beberapa teknologi sintesis n-butanol yang ada
di dunia saat ini. Data proses tersebut menjadi acuan dalam pemilihan teknologi proses
yang nantinya akan digunakan dalam prarancangan pabrik n-butanol ini.
Tabel 1.8 Perbandingan Sumber Sintesa n-Butanol
SumberSintesa n-Butanol
Guerbert Process Guerbert Process Proses Catalysts
Parameter (toni et al, 2012)
(chakrabouty et (Swati B Jadhav et
al, 2015) al, 2014)
Jurnal JASC Green Chemistry Catalysts
Reaksi Proses Guerbet Proses Guerbet Dimerisation
Bahan Baku Ethanol Ethanol Ethanol
Katalis Tandem C2 / CeO2 Ni/Al2O3
Konversi 37% 20% 25%
Selektivitas 99% 70% 80%
T Operasi 150oC 400oC 250 oC
P Operasi 1 atm 100 bar 70 bar

Dari data Tabel 1.8 dapat terlihat bahwa dengan kondisi operasi yang hampir
sama ketiga teknologi tersebut memiliki hasil konversi yang berbeda. Hasil konversi
tertinggi dimiliki oleh teknologi dari JASC (Journal of the American Chemical
Society) dengan hasil konversi sebesar 37%. Perbedaan hasil konversi ini
dipengaruhi oleh kondisi operasi (suhu dan tekanan) dan katalis yang digunakan.
JASC mempunyai kondisis operasi yang rendah dengan katalis yang mampu
mengubah ethanol menjadi butanol dengan selektivitas mencapai 99%. Hidrogen
dan airharus segera dipisahkan dari produk karena merupakan pengotor-pengotor
dalam proses Guerbet (ethanol) yang dapat menurunkan kinerja katalis dengan
merusak katalis. Rusaknya katalis dapat mengganggu jalannya reaksi sehingga
menurunkan hasil selektivitas. Selain itu untuk mendapatkan selektivitas 99% JASC
memerlukan waktu preparasi katalisselama 24 jam sedangkan untuk mendapatkan
selektivitas 99%.
Dalam prarancangan pabrik n-butanol dari Ethanol dengan kemurnian 99.9%
pengotor berupa air sebesar 0,01%. Bahan baku yang digunakan memiliki
kemurnian yang tinggi dan selektivitas yang tinggi juga, maka dipilihlah teknologi
JASC sebagai teknologi sintesa n-butanol untuk prarancangan pabrik n-butanol,
karena sama-sama memiliki sumber bahan baku ethanol dengan kemurnian tinggi.
Dalam proses pra rancangan pabrik n-butanol, pada proses destilasi akhir
didapatkan hasil ethanol dengan kemurnian sekitar 90%, Ethanol tersebut tidak di
proses kembali, melainkan dijadikan produk samping, dikarenakan selain proses
yang dilakukan lebih mudah untuk digunakan juga ethanol dengan kemurnian 90%
tersebut tidak perlu dibuang karna pasar dalam negeri pun banyak yang
menggunakan, seperti contohnya:
- Sebagai desinfektan
- Sebagai antiseptik (Toko Obat, atau Apotek)
- Untuk sterilisasi (Laboratorium mikrobiologi)
- Sebagai pelarut ( Industri minyak wangi, dll)
BAB I.PENDAHULUAN I-16
Pra Rancangan Pabrik Butanol

Prodi Teknik Kimia


Institut Teknologi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai