PENDAHULUAN
Dari Tabel 1.1 Bisa dilihat bahwa pada 2010 Indonesia mengalami penurunan
sebesar 6,09% dalam perdagangan ekspor n-Butanol dan penurunan tersebut terulang
kembali pada tahun 2012, 2013, dan 2015 dengan presentase 3,82%, 21,32%, dan
6,15%. Hal ini dapat menunjukan bahwa yang pertama Indonesia tidak dapat bersaing
harga dengan para Negara eksportir lainnya sehingga daya jual Indonesia lemah, atau
kemungkinan kedua bahwa Indonesia lebih membutuhkan n-Buanol tersebut sebagai
bahan baku untuk Industri dalam negeri yang mana setiap tahun meningkat. Untuk
membuktikan perdagangan ekspor ditahun tersebut menurun karena kebutuhan dalam
negeri meningkat, maka perlu dilihat dari sisi perdagangan impor yang dilakukan oleh
Indonesia. Di tahun 2009, 2011,dan 2014 perdagangan ekspor yang dilakukan
mengalami peningkatan sebesar 12,35%, 37,21%, dan 9,86% yang menunjukan bahwa
adanya peningkatan permintaan pasar Internasional.Proyeksi ekspor n-Butanol
Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat dilihat dari Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Proyeksi Ekspor n-Butanol
Ekspor
No Tahun
(Ton)
1 2018 23.368,77
2 2019 24.235,26
3 2020 25.101,75
1.2.2 Perkembangan Produksi dan Impor (Supply)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2016, Indonesia mengalami
peningkatan perdagangan Impor n-Butanol hal tersebut menunjukan bahwa produksi
dalam negeri oleh PT. Petro Oxo Nusantara tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam
negeri. Peningkatan impor yang dilakukan oleh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Dari Tabel 1.3 bisa dilihat bahwa tahun 2008 jumlah n-Butanol yang di impor
berjumlah 52.948,33 ton dimana jumlah tersebut diambil dari total keseluruhan
berbagai Negara. Perdagangan impor yang dilakukan oleh Indonesia pada tahun 2009
mengalami peningkatan sebesar 28,55% dimana data impor ini dapat menjawab bahwa
memang terjadi peningkatan permintaan n-Butanol dalam negeri pada tahun 2009,
sehingga n-Butanol yang diproduksi oleh PT.Petro Oxo Nusantara lebih mengutamakan
kebutuhan dalam negeri dibandingkan ekspor ke Internasional. Pembelian n-Butanol
dari luar negeri mengalami kenaikan rata-rata 1,48% per tahun. Proyeksi perdagangan
impor Indonesia bisa dilakukan dengan menggunakan persamaan garis linear y =
1900,79 x – 3743875,69 pada Gambar 1.1.
110000.00
100000.00
90000.00
80000.00 f(x) = 1900.79 x − 3743875.69
Proyeksi impor n-Butanol Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat
dilihat dari Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Proyeksi Impor n-Butanol
No Tahun Impor (Ton)
1 2018 91.918,53
2 2019 93.819,32
3 2020 95.720,11
Dari Tabel 1.4 terlihat bahwa hasil proyeksi perkembangan impor n-Butanol
pada tahun 2020 sebesar 95.720,11 ton per tahun dimana produsen n-Butanol satu -
satunya di Indonesia (PT. Petro Oxo Nusantara) hanya mampu memenuhi sekitar
41,79% (40.000 ton per tahun) dari kebutuhan dalam negeri yang menyebabkan
ketergantungan impor n-Butanol dari luar negeri masih besar. Hal ini menunjukkan
bahwa n-Butanol sangat diperlukan di Indonesia dan dapat menjadi peluang
perencanaan pendirian pabrik n-Butanol di Indonesia. Proyeksi tersebut dapat lebih
mudah dilihat pada Gambar 1.2.
96000.00
Pada Tabel 1.5 bisa kita lihat kebutuhan/konsumsi n-Butanol pada tahun 2008
sekitar 79.895,41 ton, angka tersebut didapat dari rumus Supply– Ekspor =
Kebutuhan/Konsumsi. Dimana pada tahun 2008 supply yang dilakukan berjumlah
92.948,33 ton dikurangi dengan jumlah ekspor yang yang dilakukan yaitu 13.052,92 ton
sehingga didapat kebutuhan/konsumsi sekitar 79.895,41 ton ditahun 2008 begitu juga
ditahun-tahun berikutnya. Dari perhitungan tersebut kita memperoleh kenaikan
konsumsi n-Butanol ditahun 2009 sebesar 19,47% dan hampir setiap tahun kebutuhan
n-Butanol di Indonesia mengalami kenaikan yang dirata-rata dari tahun 2008 hingga
2015 mencapai 0,36%. Proyeksi konsumsi n-Butanol dapat ditentukan dengan
persamaan y = 1034.3 x – 1978667,64 pada Gambar 1.3
140000.00
120000.00
80000.00
60000.00
40000.00
20000.00
0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Proyeksi konsumsi n-Butanol Indonesia pada tahun 2018 sampai 2020 dapat
dilihat dari Tabel 1.6
Tabel 1.6 Proyeksi Konsumsi n-butanol
Konsumsi
No Tahun
(Ton)
1 2018 108.549,76
2 2019 109.584,06
3 2020 110.618,36
Dari Tabel 1.6 didapatkan besar konsumsi n-Butanol pada tahun 2020 mencapai
110.618,36 ton. Perkembangan konsumsi n-Butanoldalam beberapa mendatang
diperkirakan masih akan terus meningkat. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan
produk - produk yang menggunakan n-Butanol sebagai bahan baku semakin meningkat.
Dari Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa ada beberapa Negara yang memproduksi n-
Butanol dan Negara yang paling banyak memproduksi n-Butanol ialah Texas di United
State kapasitas 625.000 ton per tahun dan Negara yang memproduksi n-Butanol terkecil
ialah Brunsbuttel di Germanydengan kapasitas4.000ton per tahun.
Dari Tabel1.7 dapat dilihat bahwa kapasitas produksi yang ada di dunia berkisar
antara 4.000 sampai 450.000 ton per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan n-Butanol
dapat dibangun pabrik dengan kapasitas 4.000 sampai 450.000 ton per tahun. Namun
produsen yang ada di Indonesia harus mempertimbangankan agar memiliki daya saing
terhadap penjualan yang lebih baik. Kebutuhan akan n-Butanol di Indonesia sebesar
110.618,36 ton pada tahun 2020. Untuk itu Pra Rancangan Pabrik n-Butanol yang akan
dibangun di Indonesia berkapasitas 70.000 ton per tahun berdasarkan kapasitas
ekonomis dan persaingan pasar antara sesama produsen n-Butanol lokal.
Dari data Tabel 1.8 dapat terlihat bahwa dengan kondisi operasi yang hampir
sama ketiga teknologi tersebut memiliki hasil konversi yang berbeda. Hasil konversi
tertinggi dimiliki oleh teknologi dari JASC (Journal of the American Chemical
Society) dengan hasil konversi sebesar 37%. Perbedaan hasil konversi ini
dipengaruhi oleh kondisi operasi (suhu dan tekanan) dan katalis yang digunakan.
JASC mempunyai kondisis operasi yang rendah dengan katalis yang mampu
mengubah ethanol menjadi butanol dengan selektivitas mencapai 99%. Hidrogen
dan airharus segera dipisahkan dari produk karena merupakan pengotor-pengotor
dalam proses Guerbet (ethanol) yang dapat menurunkan kinerja katalis dengan
merusak katalis. Rusaknya katalis dapat mengganggu jalannya reaksi sehingga
menurunkan hasil selektivitas. Selain itu untuk mendapatkan selektivitas 99% JASC
memerlukan waktu preparasi katalisselama 24 jam sedangkan untuk mendapatkan
selektivitas 99%.
Dalam prarancangan pabrik n-butanol dari Ethanol dengan kemurnian 99.9%
pengotor berupa air sebesar 0,01%. Bahan baku yang digunakan memiliki
kemurnian yang tinggi dan selektivitas yang tinggi juga, maka dipilihlah teknologi
JASC sebagai teknologi sintesa n-butanol untuk prarancangan pabrik n-butanol,
karena sama-sama memiliki sumber bahan baku ethanol dengan kemurnian tinggi.
Dalam proses pra rancangan pabrik n-butanol, pada proses destilasi akhir
didapatkan hasil ethanol dengan kemurnian sekitar 90%, Ethanol tersebut tidak di
proses kembali, melainkan dijadikan produk samping, dikarenakan selain proses
yang dilakukan lebih mudah untuk digunakan juga ethanol dengan kemurnian 90%
tersebut tidak perlu dibuang karna pasar dalam negeri pun banyak yang
menggunakan, seperti contohnya:
- Sebagai desinfektan
- Sebagai antiseptik (Toko Obat, atau Apotek)
- Untuk sterilisasi (Laboratorium mikrobiologi)
- Sebagai pelarut ( Industri minyak wangi, dll)
BAB I.PENDAHULUAN I-16
Pra Rancangan Pabrik Butanol