Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendirian pabrik kimia adalah bagian dari usaha pembangunan ekonomi
jangka panjang yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih
kokoh dan seimbang, yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri maju yang
didukung oleh sektor-sektor lain. Dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA), kita dituntut untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN
lainnya dengan terus berkreasi dan berinovasi sehingga dapat menghasilkan
produk yang mempunyai pangsa pasar, daya saing tinggi, efektif dan efisien,
namun tetap ramah lingkungan.
Salah satu produk industri yang dibutuhkan saat ini adalah Dioctyl Phthalate
(DOP) yang merupakan suatu senyawa yang banyak digunakan sebagai bahan
pembantu dalam industri bahan-bahan plastik (plasticizer). Plasticizer juga
digunakan dalam industri kulit imitasi, kabel, sol sepatu dan lain sebagainya. DOP
mempunyai nama kimia yaitu di(2-ethylhexyl) phthalate, dan mempunyai rumus
kimia C6H4[COOCH2CH(C2H5)C4H9]2. DOP berbentuk cairan agak kental yang
berwarna jernih, mendidih pada temperatur 231 oC, serta tidak larut dalam air dan
digunakan sebagai plastisizer untuk berbagai resin dan elastomer. Seiring
bertambah banyaknya industri-industri kimia, terutama industri bahan-bahan dari
plastik (terutama yang terbuat dari PVC), kulit imitasi, kabel, sol sepatu dan lain
sebagainya, kebutuhan akan DOP sebagai salah satu bahan plasticizer akan
semakin meningkat. Sehingga penting adanya perencanaan pendirian pabrik
Dioctyl Phthalate di Indonesia, untuk membantu menyediakan bahan pembantu
dalam industri bahan-bahan plastik yang terbuat dari PVC dan pada industri-
industri lain. Diharapkan, hasil produksi DOP juga dapat menjadi komoditi
ekspor.

1
1.2. Kapasitas Rancangan
Penentuan kapasitas produksi mempengaruhi perhitungan teknis maupun
ekonomis dalam perancangan suatu pabrik. Untuk menentukan kapasitas
produksi suatu pabrik,harus diperhatikan dari segi teknis yaitu peluang pasar dan
dari segi ketersediaan bahan baku. Selain itu, penentuan kapasitas rancangan
pabrik yang didirikan harus diatas kapasitas terkecil atau sama dengan kapasitas
pabrik yang sudah berjalan. Diperkirakan pabrik Dioctyl Phthalate akan mulai
didirikan pada tahun 2019 dan mulai beroperasi pada tahun 2021. Beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam menentukan kapasitas pabrik Dioctyl Phthalate yaitu
sebagai berikut

1.2.1. Prediksi kebutuhan Dioctyl Pthalate


Meskipun DOP telah diproduksi di dalam negeri, namun hingga kini
Indonesia masih mengimpor komoditi tersebut. Selama tahun 2009 - 2018
jumlah impor terus mengalami Data impor komoditi dioctyl phthlate untuk
kebutuhan dalam negeri Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data Impor DOP tahun 2009-2018
Tahun Impor (Ton)
2010 4210
2011 4946
2012 6403
2013 5858
2014 4942
2015 7142
2016 10150
2017 17117
2018 18321
(www.bps.go.id, 2019)

2
20000

18000

16000 y = 1,582.5553x - 3,178,328.0551


R² = 0.7752
14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1.1. Kebutuhan Dioctyl Phthalate di Indonesia tahun 2009 – 2018

Berdasarkan data impor tahun 2009 – 2018 dapat diprediksi kebutuhan


Dioctyl pthalate di Indonesia dengan menggunakan persamaan linear dan
perhitungannya sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan :
Y = kebutuhan Dioctyl pthalate
X = tahun
a, b = konstanta
Dari perhitungan didapat persamaan :
Y =1.582,5553x – 3.178.328,0551
Dari perhitungan di atas diperoleh persamaan garis lurus antara data tahun
sebagai sumbu x dan data impor sebagai sumbu y yaitu : Y =1.582,5553x –
3.178.328,0551y. Dengan persamaan tersebut diperkirakan pada tahun 2021
Indonesia akan mengimpor DOP sebesar 20.016 ton. Diperkirakan kebutuhan
DOP dunia akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang berkaitan
dengan berkembangnya industri plastik yang sedang berlangsung. Kebutuhan
ekspor DOP dari beberapa negara di dunia disajikan dalam Tabel 1.2

3
Tabel 1.2 Data Kebutuhan Ekspor DOP Tahun 2017
Negara Kebutuhan (Ton/Tahun)
China 58.742
India 12.600
Brazil 9.576
Australia 3.200
Sri Lanka 1.800
Vietnam 1.392
Venezuela 1.152
USA 529
(www.exportgenius.in)

1.2.2. Ketersediaan Bahan Baku


Pada pembuatan DOP, bahan baku yang digunakan terdiri dari Phtalic
Anhydride (PAN) dan 2-Ethyl Hexanol (2-EH). Bahan baku diperoleh dari
kerjasama dengan pabrik-pabrik terkait. Kebutuhan bahan baku PAN dapat
terpenuhi dari beberapa pabrik lokal yang ada di Indonesia, yakni PT.
Petrowidada Gresik dengan kapasitas 70.000 ton per tahun, PT. Petrokimia
Nusantara Interindo Serang (Jawa Barat) dengan kapasitas 30.000 ton per tahun,
dan PT. Petrochem Industri Serang (Jawa Barat) dengan kapasitas produksi
50.000 ton per tahun. Sedangkan untuk 2-Ethyl Hexanol diperoleh dari PT Petro
Oxo Nusantara Gersik dengan produksi sebesar 135.000 ton per tahun. Dengan
mengadakan kerjasama antara perusahaan tersbut diharapkan bahan baku dapat
terpenuhi secara kontinyu.
Kebutuhan masing-masing bahan baku untuk memproduksi Dioctyl
Phthalate, yaitu Phthalic Anhydride (PAN) dan 2-Ethyl Hexanol (2-EH),
dengan kapasitas 30.000 ton per tahun dapat ditentukan melalui perhitungan
stoikiometri. Berikut adalah perhitungan kebutuhan bahan baku menurut
perhitungan stoikiometri.

4
Reaksi: C6H4(CO)2O + C8H17OH C6H4(CO2C8H17)2 + H2O
Perbandingan antara mol PAN, 2-EH, dan DOP = 1 : 2 : 1
30.000 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Mol DOP = 390,556 𝑥 10−3 𝑡𝑜𝑛/𝑘𝑚𝑜𝑙 = 76.813,544 kmol/tahun

Mol PAN = 1 x mol DOP = 76.813,544 kmol/tahun


Mol 2-EH = 2 x mol 2-EH = 155.163,36 kmol/tahun
Kebutuhan PAN = 76.813,544 x 148,12x10-3 ton/kmol = 11377,28

1.2.3. Kapasitas Industri DOP yang Sudah Beroperasi


Di Indonesia, sudah ada beberapa pabrik yang memproduksi Dioctyl
Phthalate, namun kebutuhan akan DOP setiap tahunnya semakin meningkat,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga diprediksi kebutuhan
impor akan meningkat pula. Berikut adalah beberapa produsen Dioctyl
Phthalate yang ada di Indonesia.

Tabel 1.3 Data pabrik DOP di Indonesia dan kapasitasnya


Kapasitas
Pabrik
(ton/tahun)
PETRONIKA,PT 30.000
SARIDAYA PLASINDO, PT 30.000
ETERINDO NUSA GRAHA, PT 66.000
(Kemenperin.go.id, 2018)

Beberapa industri DOP yang besar yang ada di dunia antara lain: BASF SE
(Jerman), ExxonMobil Corporation (AS), Eastman Chemical Company (AS),
Evonik Industries AG (Jerman), LG Chem Ltd. (Korea Selatan), Aekyung
Petrochemical Co. Ltd (Korea Selatan), UPC Technology Corporation
(Taiwan), dan Nan Ya Plastics Corporation (Taiwan). (PR Newswire, 2015)
Dengan mempertimbangkan data perkembangan kebutuhan impor DOP,
ketersediaan bahan baku, serta kapasitas pabrik yang sudah beroperasi, maka
dalam perancangan ini ditentukan pabrik yang akan didirikan sebesar 30.000

5
ton per tahun, dimana nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri juga ekspor.
1.3. Penentuan Lokasi Pabrik
Lokasi suatu pabrik dapat mempengaruhi kedudukan pabrik dalam
persaingan maupun penentuan kelangsungan hidupnya. Idealnya lokasi pabrik
yang dipilih harus memungkinkan untuk memperluas dan memperbesar pabrik
dan memberikan keuntungan jangka panjang, sehingga perlu dilakukan studi
kelayakan dalam mempertimbangkan faktor-faktor penunjang yang mendukung
kelangsungan pabrik.
Pemilihan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis dan menguntungkan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang dapat menjadi
pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:

1.3.1. Faktor Primer


Faktor ini secara tidak langsung mempengaruhi tujuan utama dari
pabrik yang meliputi produksi dan distribusi produk yang diatur menurut
macam dan kualitas, waktu dan tempat yang dibutuhkan konsumen pada
tingkat harga yang terjangkau sedang pabrik yang masih memperoleh
keuntungan yang wajar. Faktor primer ini meliputi:

1. Penyediaan Bahan Baku


Sumber bahan baku merupakan faktor yang paling penting dalam
pemilihan lokasi pabrik, terutama pada pabrik dengan konsumsi bahan
baku sangat besar. Dalam penyediaan bahan baku perlu diperhatikan
harga bahan baku, jarak dari sumber bahan baku/supplier, biaya
transportasi, dan ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan,
karena sangat mempengaruhi biaya produksi. Lokasi pabrik dipilih di
kawasan industry Cilegon. Lokasi ini dipilih didasarkan pada penyediaan
salah satu bahan baku yang masih import (2-ethyl hexanol) sehingga
dapat didatangkan melalui pelabuhan Merak. Selain itu bahan baku
lainnya yaitu PAN berasal dari pabrik yang berada di Cilegon.

6
2. Pemasaran Produk
Untuk pemasaran produk, perlu memperhatikan letak pabrik dengan
pasar yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya
pendistribusian produk ke lokasi pasar dan waktu pengiriman . Produk
DOP yang dihasilkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
diantaranya industri plastik dan cat, seperti industry Polyvinyl Chloride
(PVC) yang banyak terdapat didaerah Jawa Barat dan Banten, seperti PT.
Statomer Serang, PT. Eastern Polimer Cilincang dan PT. Asahimas
Subentra Chemical Serang. Serta dapat juga dijual ke luar negeri yang
pengirimannya dapat secara langsung melalui pelabuhan Merak.

3. Transportasi
Sarana transportasi diperlukan untuk mengangkut bahan baku dan
memasarkan produk. Lokasi pabrik yang dibangun sangat bagus, karena
daerah Cilegon dilengkapi dengan fasilitas jalan tol yang memudahkan
transportasi darat dan adanya pelabuhan. Kedua sarana tersebut sangat
menunjang dalam hal pengiriman bahan baku maupun produk.

4. Buruh dan Tenaga Kerja


Jumlah ketersiediaan pekerja dan buruh merupakan faktor penting karena
ini adalah bagian utama berjalannya pabrik, upah minimum daerah dan
persaingan dengan industri lain harus diperhitungkan. Keterampilan,
tingkat pendidikan, sosial masyarakat sekitar dan lain-lain harus menjadi
bahan pertimbangan.

5. Utilitas
Sarana utama utilitas yang diperlukan bagi kelancaran produksi DOP
adalah energi listrik dan ketersediaan air. Kebutuhan energi listrik tidak
dapat dibuat sendiri dikarenakan bukan pabrik yang berdasar
hidrokarbon, sehingga penyediaan listri melalui Perusahaan Listrik
Nasional (PLN) disamping tetap menggunkan generator cadangan
apabila ada keadaan darurat dimana pasokan listrik dari PLN terhambat.
Penyediaan air untuk air rumah tangga, air pendingin, air umpan steam,
7
bahan baku dalam jumlah besar harus dipenuhi dengan menggunakan air
tanah dan pengolahan air laut untuk menjadi air umpan bisa dilaksanakan
apabila pabrik terletak dekat dengan pantai, sehingga persediaan air tetap
terjaga apabila musim berubah dan air tanah terpaksa tidak dapat
diandalkan.

6. Lahan
Ketersediaan lahan yang cukup untuk pabrik dan sarana prasarana yang
lain menjadi penting diperhitungkan apabila pabrik tersebut akan
memenuhi standar kesehatan dan lingkungan, rencana untuk
pengembangan dan perluasan pabrik juga menjadi alasan lahan harus
memadai untuk ditempati.

1.3.2. Faktor Sekunder


1. Kondisi tanah dan daerah
Kondisi tanah masih luas dengan struktur tanah yang padat dan datar.
Kawasan ini memang khusus diperuntukkan untuk lingkungan industri
yang mempertimbangkan beberapa aspek seperti sumber air, pencemaran
lingkungan, kontur tanah, sumber daya manusia atau tenaga kerja, dan
aspek – aspek lainya. Kemudian didukung dengan iklim yang cenderung
stabil untuk sepanjang tahun, sehingga pemilihan lokasi ini dapat
menguntungkan.

2. Perluasan area pabrik


Apabila permintaan terus bertambah dan kapasitas pabrik harus
berkembang, maka pabrik harus meningkatkan kapasitas produksi
dengan cara menambah alat atau gedung baru. Sehingga perluasan pabrik
akan dilaksanakan. Menurut data masih banyak lahan kosong di daerah
Industri Gresik untuk diadakan perluasan.

3. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah, khususnya perhatian pemerintah daerah Jawa
Timur terhadap industri cukup baik. Hal ini ditandai dengan
8
kebijaksanaan pengembangan indutri dalam hubunganya dengan
pemerataan kesempatan kerja dan hasil – hasil pembangunan yang
berhasil menumbuhkan iklim investasi yang baik di Provinsi Jawa Timur.

4. Sarana penunjang lain


Kawasan industri Gresik telah memiliki banyak fasilitas terpadu seperti
perumahan, sarana kesehatan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan
adanya sarana penunjang tersebut pada awal pendirian pabrik,
perusahaan dapat mempergunakan fasilitas terpady tersebut untuk
karyawannya sendiri.
Beberapa lokasi ini memungkinkan dapat dijadikan sebagai salah satu
lokasi pendirian pabrik DOP, yakni Gresik, Cilegon, dan Bontang. Dari ketiga
lokasi tersebut, pemilihan terhadap lokasi terbaik dapat dilakukan dengan
pemberian nilai yang ditinjau dari berbagai kriteria, sperti dekatnya lokasi
dengan daerah pemasaran, tersedianya utilitas yang baik disekitar lokasi,
adanya jalur transportasi yang baik di dekat lokasi, serta ketersediaan tenaga
kerja disekitar lokasi pabrik. Berikut table penilaian dari tiga lokasi tersebut:

Tabel 1.4 Penilaian Lokasi Pendirian Pabrik Berdasarkan Berbagai Kriteria

Lokasi
Faktor
Kawasan Cilegon Kawasan Gresik Kawasan Bontang
Jarak Bahan Baku 7 9 5
Jarak Pemasaran 9 9 7
Utilitas 8 8 8
Transportasi 8 9 7
Tenaga Kerja 9 8 7
Lahan 6 8 9
TOTAL 47 51 43
Berdasarkan Tabel 1.4., lokasi pendirian pabrik Dioctyl Phthalate
dipilih di daerah Gresik, Provinsi Jawa Timur. Kota Gresik merupakan salah
satu wilayah industri terbesar di Indonesia. Kelebihan dari Gresik dibanding
dua wilayah industri lainnya yaitu karena lokasi ini lebih mudah untuk

9
memperoleh bahan baku Phthalic Anhydride dari PT. Petro Widada dan 2-
Ethyl Hexanol dari PT. Petro Oxo Nusantara, yang kedua perusahaan ini
berada di daerah Gresik. Selain itu, untuk memperolah bahan penunjang
seperti H2SO4 juga mudah karena dekat dengan PT. Petrokimia Gresik.
Dari segi pemasaran wilayah Gresik memiliki jumlah industri plastik
yang cukup banyak serta untuk sasaran pemasaran tidak hanya di wilayah
sekitar pabrik namun hingga mancanegara khususnya kawasan ASEAN.
Kawasan industri Gresik paling dekat dengan PT. Pelindo III yang terletak di
dekat kawasan industri Gresik, sedangkan untuk pemasaran dalam khususnya
Pulau Jawa dapat menggunakan jalur Pantura sepanjang Pulau Jawa.
Untuk penyediaan utilitas seperti pasokan listrik dari PLN dan
generator pabrik sendiri. Daerah kawasan industri Gresik menjadi tempat
tujuan pencari lowongan kerja, sebab kawasan industri tersebut sedang
berkembang dan banyak industry yang sedang dibangun disekitar lokasi
pendirian pabrik. Dengan kondisi tersebut pabrik yang akan didirikan di
kawasan industri Gresik dapat ditunjang pemenuhan kebutuhan akan tenaga
kerja.

1.4. Tinjauan Proses


Dioctyl Phthalate dihasilkan dari reaksi esterifikasi dengan katalis antara
Phthalic Anhidride dengan 2-Ethyl Hexanol dengan menggunakan katalis asam
sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 96 %.
Reaksi yang terjadi melalui dua tahap :
1. Tahap pertama

Phthalic Anhidride 2-Ethyl Hexanol Monoctyl Phthalate


Pada tahap pertama dijelaskan bahwa proses berlangsung secara cepat dan
eksotermis.
10
2. Tahap kedua

Monoctyl Phthalate 2-Ethyl hexanol DOP Air


Pada tahap ini, terbentuk Dioctyl Phthalate yang disertai dengan pelepasan air.
Reaksi pada tahap ini berjalan sangat lambat, dan memerlukan temperatur tinggi
serta katalis.

1.4.1. Macam-macam Proses Pembuatan Dicotyl Phthalate


Proses pembuatan DOP secara umum dibagi menjadi dua macam
proses yaitu proses batch dan proses kontinyu. Kedua proses tersebut dapat
dilakukan dengan atau tanpa adanya katalis, tentu dengan hasil konversi yang
berbeda. Konversi yang dihasilkan tanpa menggunakan katalis yaitu sekitar
90%, dan konversi yang dihasilkan dengan menggunakan katalis yaitu 98-
99%. Pada proses dengan menggunakan katalis memiliki kelebihan yaitu
temperatur operasi yang lebih rendah daripada tanpa menggunakan katalis.
Berikut adalah beberapa proses pembuatan DOP ditinjau dari macam-macam
katalis.
a. Proses Pembentukan DOP dengan Katalis Sulfuric Acid
Proses pembentukan DOP dapat menggunakan katalis sulfuric acid
(H2SO4) dan dapat menghasilkan konversi sekitar 98% - 99,5% dengan
waktu esterifikasi yang singkat yaitu dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Suhu yang
digunakan untuk proses esterifikasi dengan katalis sulfuric acid juga
tergolong rendah yaitu sekitar 100oC hingga 200oC. Pada proses ini jumlah
katalis yang digunakan hanya sedikit yaitu sekitar 0,1 - 3% dari berat
reaktan. Katalis H2SO4 dapat dibeli dari berbagai pabrik dan produsen bahan
kimia di Indonesia. Namun, katalis ini tidak dapat digunakan kembali.
(US Patent 4241261 and Li, et.al., 2007)

11
b. Proses Pembentukan DOP dengan Katalis Titanium atau Zirconium Ester
Proses pembentukan DOP dengan katalis Titanium akan menghasilkan
konversi sekitar 98% - 99% dan waktu esterifikasi yang dibutuhkan sekitar
1,5 jam hingga 12 jam. Suhu yang digunakan untuk proses esterifikasi
dengan katalis Titanium adalah 100oC - 200oC. Jika pembuatan DOP
menggunakan katalis Titanium maka biaya yang dikeluarkan akan lebih
tinggi karena harga katalis yang cukup tinggi dan katalis dibeli dari luar
negeri sehingga dibutuhkan biaya transportasi yang lebih besar. Ditambah
lagi, untuk pemisahan katalis dari produk akan menjadi sulit serta
membutuhkan energi yang lebih besar. Jumlah katalis yang dibutuhkan
adalah sekitar 0,04 – 0,2% berat reaktan.
(US Patent 4241261 and Li, et.al., 2007)
c. Proses Pembuatan DOP dengan Katalis Ionic Liquid
Proses esterifikasi dengan katalis Ionic Liquid menghasilkan konversi
sekitar 86% - 99%. Suhu optimum yang digunakan untuk proses esterifikasi
dengan katalis ini adalah sekitar 115oC - 125oC dan waktu yang dibutuhkan
untuk proses esterifikasi sekitar 1,5 – 12 jam. Pemakaian katalis ini lebih
banyak daripada katalis-katalis yang lain yaitu sekitar 15% - 30% dari berat
reaktan. Katalis ini dapat digunakan kembali hingga 6-8 kali.
(Li, et.al., 2007)
d. Proses Pembuatan DOP Tanpa Menggunakan Katalis
Proses pembuatan DOP dapat berjalan tanpa adanya kehadiran katalis.
Dengan suhu reaksi yang sama yaitu sekitar 115oC – 125oC, waktu yang
diperlukan untuk membuat DOP menjadi sangat lama yaitu sekitar 12 jam,
dan konversi yang dihasilkan yaitu hanya sekitar 32%. Maka dari itu
pembuatan DOP lebih baik jika menggunakan katalis agar mempersingkat
waktu operasi dan meningkatkan konversi produk.
(Li, et.al., 2007)
Berdasarkan berbagai pertimbangan seperti yang dijelaskan diatas, maka
dipilih katalis yang akan digunakan adalah katalis sulfuric acid (H2SO4).
Penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel seperti berikut.
12
Tabel 1.4 Pengaruh Katalis Terhadap Waktu Tinggal, Suhu Operasi dan Konversi
Katalis
Parameter Titanium Tanpa
Sulfuric Acid Ionic Liquid
Ester Katalis
Konversi 98-99% 98-99% 86-99% 32%
Suhu Operasi 100oC-200oC 100oC-200oC 115oC-125oC 115oC-125oC
Waktu Reaksi 1,5 jam 1,5 - 12 jam 1,5 - 12 jam 12 jam
Pemakaian
0.1%-3% 0.04%-0.2% 15%-30%
(% berat reaktan)

1.4.2. Kegunaan produk


Dioctyl Phthalate digunakan sebagai bahan plasticizer yang merupakan
bahan kimia tambahan dalam memproduksi plastik. Peran DOP dalam
produksi plastik yaitu untuk memberikan tekstur kekenyalan atau keliatan
agar barang – barang yang terbuat dari plastik menjadi kenyal atau liat, mudah
dibentuk dan tidak mudah pecah/patah.
Pengaplikasiannya dapat digunakan untuk bahan bahan pembantu pada
pembuatan barang – barang plastik seperti kulit imitasi dari jenis PVC, kabel
listrik, pipa PVC, sol sepatu, dan sebagainya.

13

Anda mungkin juga menyukai