Anda di halaman 1dari 9

BAB I

#Latar Belakang
1. Apa alasan anda dalam mengambil judul prarancangan pabrik amil asetat?
Adapun alasan kami mengambil judul prarancangan pabrik amil asetat, salah satunya melihat
kondisi pasar terutama dalam industri manufaktur khususnya dalam bidang properti dan
infrastruktur yang kami kutip dari berita suara.com bahwa Asosiasi Produsen Cat Indonesia
(APCI) mencatat kebutuhan cat di Indonesia mencapai 1.100.000 mt/tahun, dengan meningkatnya
kebutuhan cat pasti akan berbanding lurus dengan kebutuhan bahan baku cat, salah satu bahan
baku cat adalah amil asetat yang berperan sebagai solvent untuk melarutkan bahan pengikat
dan pigmen dalam formulasi cat yang membantu dalam aplikasi dan pengeringan yang
merata secara cepat. Untuk saat ini amil asetat tidak di produksi di Indonesia, melainkan
di impor dari Tiongkok sebanyak 28.653,44 ton pada tahun 2022 (BPS, 2022).
Tingginya kebutuhan amil asetat di Indonesia menjadi kesempatan yang baik jika di
Indonesia memiliki pabrik amil asetat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
membantu pertumbuhan ekonomi.
2. Apakah saat ini solvent yang dipakai dalam memproduksi cat adalah amil asetat atau ada jenis
solvent lain?
Untuk saat ini produksi cat di Indonesia menggunakan timbal sebagai solvent, terdapat 88 dari
120 cat yang dianalisis untuk penggunaan di rumah dan industri (73%) cat mengandung timbal
dengan konsentrasi 90 ppm (batas peraturan untuk timbal dalam cat dekoratif di banyak negara
ex. India, Filipina dan Amerika Serikat. Selain itu 47 cat (39%) mengandung konsentrasi timbal
yang sangat tinggi diatas 10.000 ppm (Konsentrasi timbal tertinggi yang terdeteksi adalah
250.000 ppm dalam cat industri garis jalan kuning, dan 150.000 ppm dalam cat dekoratif kuning
yang dijual untuk digunakan di rumah.)
3. Mengapa menggunakan amil asetat sebagai pelarut dibandingkan menggunakan timbal?
Alasan penggunaan amil asetat sebagai pelarut dalam bahan baku penggunaan cat salah satunya
yaitu karena merupakan bahan organik yang secara langsung mendukung Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2020 tentang standar industri hijau untuk
industri cat berbasis pelarut organik (green solvent) dan mengapa timbal ini harus digantikan
dengan bahan pelarut lain? Alasan yaitu karena timbal memiliki efek yang berbahaya bagi
kesehatan karena timbal merupakan logam beracun yang menyebabkan efek buruk pada
kesehatan manusia dan lingkungan, sebagian negara besar telah melarang cat bertimbal untuk
penggunaan rumah tangga.

#Analisis Permintaan Pasar


1. Mengapa saudara tidak menampilkan data ekspor?
Sebenarnya data ekspor tersedia di website BPS. Menurut kami, hal ini cukup aneh mengingat
bahwa di Indonesia sendiri, belum ada industri yang memproduksi amil asetat sehingga data
tersebut rancu. Kami berhipotesis kalau data yang ada di BPS merupakan amil asetat yang
sebenarnya masuk melalui impor, lalu dieskpor lagi ke negara lain (bypass). Volume ekspor yang
terlampir pun jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan volume impornya, yaitu tidak lebih dari
250 ton (kecuali pada tahun 2020). Oleh karena itu, kami mengasumsikan bahwa data ekspor
tersebut tidak valid sehingga tidak dilampirkan

Volume
Tahun Tahun ke- %Pertumbuhan
Ekspor (ton)
2014 0 234,07
2015 1 96,94 -59%
2016 2 84,75 -13%
2017 3 35,76 -58%
2018 4 80,82 126%
2019 5 83,35 3%
2020 6 8.324,00 9887%
2021 7 133,83 -98%
2022 8 182,70 37%
Rata-rata %pertumbuhan 1228%

2. Mengapa pada tahun 2020 terjadi penurunan volume impor amil asetat?
Terjadi penurunan volume ekspor hingga 35,47%. Pada tahun 2020, dunia mengalami pandemi
covid-19. Di awal pandemi, negara2 di seluruh dunia membatasi segala aktivitas warganya,
termasuk aktivitas keluar-masuk, terkhusus untuk barang-barang/komoditas. Hal ini tentunya juga
berlaku di Indonesia yang termasuk negara strategis di Asia-Pasifik karena dilewati oleh kapal-
kapal Eropa jika ingin berlabuh ke Asia Timur. Data dari kemenperin dalam laporan tahunnya
(September 2020), angka impor untuk sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil mengalami
penurunan dari value USD 37,67 Miliar menjadi USD 24,53 Miliar. Ini merupakan efek dari
kebijakan pembatasan aktivitas exim di negara-negara pengekspor, termasuk indonesia sendiri.
Meskipun demikian, tahun 2021 sudah memasuki era adaptasi kebiasaan baru (New normal)
sehingga kegiatan perekonomian dunia kembali pulih. Terbukti bahwa volume impor ami asetat
perlahan meningkat walaupun belum signifikan.

3. Mengapa saudara menggunakan metode regresi untuk mengestimasi kebutuhan impor pada
tahun2 berikutnya?
Terdapat 2 metode yang umum digunakan dalam mengestimasi suatu data, yaitu regresi linear
dan compund. Untuk regresi linear, variabel X dan Y diplot seolah-olah data tersebut linear
sheingga membentuk garis lurus. Dari hasil plot data, didapat persamaan garis lurus yaitu Y = AX
+ B. dalam kasus ini, A merupakan Jumlah tahun dan Y merupakan estimasi volume impor. Data
impor yang kami gunakan dari tahun 2014 hingga 2022 memiliki tren yang meningkat (kecuali
tahun 2019 ke 2020) sehingga data tersebut secara teori layak untuk diplot dengan regresi.
Sementara itu, metode compound menggunakan konsep bunga majemuk, di mana kita perlu
mengetahui pertumbuhan rata-rata pertahunnya. Data yang fluktuatif dan memiliki slope yang
hampir tidak konstan tentunya akan menghasilkan nilai pertumbuhan rata2 yang fluktuatif pula.
Misalkan, tingkat pertumbuhan pada tahun 2015 ke 16 sebesar 18%, tingkat pertumbuhan pada
tahun 2018 ke 19 sebesar 35,47%, tetapi justru pada tahun 2020 menurun drastis, sebesar -28%.
Dalam waktu 8 tahun, rata2 tingkat pertumbuhannya sebesar 9,26%. Jika menggunakan data ini,
estimasi volume impor tahun 2028 sebesar 49 ribu ton, selisih 7 ribu ton. Akan tetapi, jika kita
estimasikan pada tahun2 setelah 2028, misal tahun 2040, nilainya mencapai 140 ribu ton. Dengan
regresi linear, hanya setengahnya yaitu 65 ribu ton. Dari contoh tersebut, disimpulkan bahwa
metode compund kurang cocok digunakan untuk data kami. Metode compound disarankan jika
memang terdapat limitasi data sehingga tidak memungkinkan untuk diplot dengan regresi,
ataupun data yang ada memiliki tren yang positif dan mendekati konstan (tidak fluktuatif). Jika
tetap memaksakan menggunakan metode compund, maka estimasi volume impor/sesuatu yang
ingin kita perkirakan akan membentuk tren yang eksponensial, bisa meroket ke atas maupun ke
bawah sehingga data yang didapat tidak logis.

#Analisis Bahan Baku


1. Apakah anda sudah menghitung perkiraan kebutuhan bahan baku untuk memproduksi 43000 ton
amil asetat? Apa plan B yang anda siapkan jika pada tahun 2028, terjadi penurunan produksi
bahan baku baik asam asetat maupun amil alkohol?
Ya, kami sudah menghitung kebutuhan bahan baku menggunakan konsep reaksi stoikiometri
dengan asumsi konversi sebesar 85% dan rasio mol asam asetat : amil yaitu 1 : 3 berdasarkan
riset pada jurnal. Didapatkan kebutuhan asam asetat sebesar 23.348 ton/tahun dan amil alkohol
sebesar 102.733 ton/tahun tanpa memperhitungkan recycle.

2. Bagaimana jika PT Indo Acidatama selaku produsen Acetic Acid tidak dapat menyuplai bahan
baku?
Dengan asumsi tidak ada pabrik serupa pada tahun 2028, kami tidak punya pilihan selain
mengimpor asam asetat dari negara lain, kemungkinan besar berasal dari Singapura atau Malaysia
karena berdasarkan data impor, kedua negara tersebut yang volume impornya paling banyak.
Selain itu, dengan melakukan aktivitas perdagangan sesama negara ASEAN, kita mendapatkan
keuntungan dari kebijakan AFTA di mana kurs harga bahan baku untuk setiap negara di ASEAN
berlaku sama.

#Kapasitas Pabrik
1. Mengapa memilih tahun 2028?
Kami memilih tahun 2028 sebagai basis pendirian pabrik dengan asumsi bahwa masa
pembangunan pabrik selama 5 tahun terhitung sejak 2023.

2. Mengapa anda hanya mempertimbangkan data impor untuk menentukan kapasitas?


Dalam menentukan kapasitas, kita membutuhkan data supply seperti impor dan produksi,
kemudian demand yaitu ekspor dan konsumsi. Seperti yang sudah disinggung, kalau tidak ada
pabrik amil asetat di indonesia sehingga produksi dalam negeri diabaikan. Lalu, hal ini mengefek
pada data ekspor di mana data ekspor yang tercatat di BPS kami anggap kurang valid sehingga
dapat diabaikan. Untuk data konsumsi dalam negeri sendiri, kami mendapatkan data dari website
international indexbox. Akan tetapi, data yang dapat diakses hanya terbatas sampai tahun 2015,
jika ingin mendapatkan data terbaru, maka kami harus berlangganan akun premium. Di samping
itu, data yang ditampilkan adalah gabungan dari beberapa ester, tidak spesifik merujuk ke amil
asetat, kami telah mencoba mencari data dari sumber lain namun kami tidak menemukannya.
Setelah kami berdiskusi dengan Pak Fadhil, diputuskan bahwa data impor diasumsikan sebagai
data konsumsi dalam negeri sehingga kapasitas pabrik hanya bergantung pada data impor dari
BPS.

INDONESIA
Tahun Tahun ke- Konsumsi (ton) %Pertumbuhan
2007 0 288.859
2008 1 301.598 4%
2009 2 337.409 12%
2010 3 334.003 -1%
2011 4 320.203 -4%
2012 5 473.741 48%
2013 6 460.464 -3%
2014 7 493.354 7%
2015 8 449.430 -9%
Rata-rata %pertumbuhan 7%
3. Mengapa anda ingin memenuhi 100% kebutuhan dalam negeri?
Alasan kami memenuhi 100% kebutuhan yaitu belum ada pabrik amil asetat yang berdiri di
Indonesia sehingga kami akan mengambil kesempatan tersebut. Kami berharap dengan
didirikannya pabrik ini dapat membantu program pemerintah soal substitusi impor sehingga
Indonesia dapat mengurangi ketergantungan supply bahan-bahan kimianya dari impor.

#Pemilihan Lokasi Pabrik


1. Apakah kalian sempat mempertimbangkan lokasi lain selain dari KITB?
Ya, kami sempat mencari kawasan industri lain, yaitu JIIPE. JIIPE merupakan kawasan industri
yang terletak di Gresik Jawa Timur. JIIPE memiliki luas sebesar 3000 ha, hanya 67% dari total
luas KITB. Sampai saat ini, kawasan JIIPE dapat dibilang sebagai kawasan yang menjanjikan
untuk membangun industri manufaktur karena lokasi yang strategis, berdampingan dengan
industri-industri lain, dan memiliki fasilitas penunjang yang lebih lengkap. JIIPE terletak di dekat
kota Surabaya, kota metropolitan terbesar kedua di Pulau Jawa. Terlepas dari keunggulan yang
dimiliki JIIPE, kami tidak memilih lokasi tersebut dengan beberapa pertimbangan:
a. Lokasi bahan baku, bahan baku asam asetat berasal dari PT Indo Acidatama yang terletak
di Surakarta. Jarak antara Surakarta dengan Gresik sejauh ~250 km, sedangkan jarak
dengan KITB di Batang sejauh ~160 km. Hal ini tentunya dapat memangkas waktu
pengiriman bahan baku dan juga cost pengiriman
b. Lokasi target pasar, amil asetat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan industri cat.
Indonesia sendiri memiliki Industri cat yang sebagian besar berada di Pulau Jawa,
tersebar dari Banten hingga Jawa Timur (paling banyak di Jawa Barat). Letak KITB di
Pantura yang berada TEPAT di tengah-tengah Pulau Jawa memberikan keuntungan dari
segi geografis karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari Jawa Bagian Barat
c. JIIPE memang memiliki fasilitas yang lebih banyak dari KITB. Akan tetapi, KITB
merupakan kawasan industri baru yang sedang dalam tahap PEMBANGUNAN dan
PENGEMBANGAN sehingga besar kemungkinan fasilitas yang ada di KITB dapat
menyamai fasilitas di JIIPE.

BAB II

#Reaksi Esterifikasi
1. Bagaimana mekanisme reaksi esterifikasi dalam membuat amil asetat dari amil alkohol?
Jawab :
● Protonisasi Asam Asetat (CH3COOH) diprotonasi oleh katalis asam, dalam kasus ini
menggunakan katalis amberlyst 15 sehingga membentuk ion oksonium (CH3COOH2+)
● Pembentukan asil oksium: Ion Oksonium bereaksi dengan amil alkohol (C5H11OH) dan air
● Proses Eliminasi: Air yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya kemudian di eliminasi, membentuk
ikatan ganda pada asil oksium dan menghasilkan amil asetat.

Fenomena pada reaksi katalitik


1. Difusi eksternal reaktan dari badan fluida menuju permukaan luar katalis
2. Difusi Internal reaktan melalui pori katalis ke permukaan katalis
3. Adsorpsi reaktan di permukaan katalis
A + S <-> A.S
B + S < -> B.S
4. Reaksi Permukaan di permukaan katalis
A.S + B.S <-> C.S + D.S

5. Desorpsi produk dari permukaan katalis


C.S <-> C + S
D.S <-> D + S

6. Difusi internal produk dari dalam menuju permukaan luar katalis


7. Difusi eksternal produk dari permukaan katalis menuju badan fluida

Difusi : TRANSFER MASSA

Katalis Amberlyst-15 digunakan dalam reaksi esterifikasi ini untuk meningkatkan laju reaksi dan
menghasilkan produk yang lebih murni. Amberlyst-15 merupakan katalis padat yang terdiri dari resin
sulfonat yang digunakan dalam reaksi esterifikasi. NOTE: data dari chiang (2002), Amberlyst 15 yang
digunakannya memiliki densitas 0,8 g/cm3 dan porositas 30%

2. Bagaimana kinetika reaksinya?


Based on Journal Chiang (2002), persamaan laju reaksi Quasi - Homogenous (Q-H)

Based on Journal Lee (2001), persamaan laju reaksi:


Quasi Homogeneous (Q-H); Eley-Rideal (E-R) cocok untuk fase gas; Langmuir - Hinshelwood (L-
H)
(nilai A, E, K ada di tabel di jurnalnya)

Jika menggunakan persamaan yang melibatkan katalis (penurunan rumus dari TRK 2) ada di kertas,
panjang malas kutulis di sini
3. Reaksi apa yang terjadi pada esterifikasi amil alkohol menjadi amil asetat? Bagaimana proses
Jawab: Reaksi esterifikasi amil alkohol menjadi amil asetat merupakan reaksi eksoterm karena sistem
(reaksi) melepas panas ke lingkungan. Akibatnya, ΔH bernilai negatif.
Gambar reaksi -> strukturnya (nanti dijelasin secara langsung aja pakai papan tulis—kalau diminta)

4. Bagaimana cara menggeser kesetimbangan reaksi reversible agar berjalan kearah produk, apakah ada
pengaruh jenis katalis dan kontroler yang digunakan?
Agar produk yang terbentuk lebih banyak, kita perlu menggeser kesetimbangan ke arah kanan
dengan cara mengatur suhu reaksi. Pada reaksi eksotermis, kenaikan suhu dapat meningkatkan
konversi. Akan tetapi, kita perlu mempertimbangan faktor lain, seperti safety dan cost. Tidak
selamanya peningkatkan suhu reaksi dapat meningkatkan selektivitas produk. Sebaliknya, suhu
yang tinggi dapat menyebabkan kemungkinan adanya reaksi samping, seperti dekomposisi
reaktan. Selain itu, jika perubahan suhu tidak berpengaruh signifikan terhadap
konversi/selektivitas produk utama, maka suhu yang lebih rendah dapat digunakan. Untuk
meningkatkan suhu, pastinya kita membutuhkan energi yang lebih besar, begitu juga dengan cost
agar material alat memiliki ketahanan yang baik.
Selain mengatur suhu, kita juga perlu mengatur komposisi reaktan, di mana salah satu reaktan
dapat dibuat berlebih (excess).
Air merupakan produk samping dari reaksi, sehingga jika terdapat sistem recycle, diusahakan
agar tidak ada air yang terikut sebagai recycle. Kehadiran air pada umpan reaktor menyebabkan
jumlah amil asetat menurun, hal ini tentunya tidak diinginkan karena untuk menjaga jumlah amil
asetat, kita membutuhkan lebih banyak bahan baku dari yang seharusnya.
Penggunaan katalis juga berpengaruh terhadap reaksi reversibel. Secara umum, katalis yang
TEPAT dapat meningkatkan konversi reaktan dan yield produk. Semakin besar konversi
reaktannya maka semakin sedikit reaktan yang tersisa, semakin besar yield produknya maka
semakin banyak produk yang terbentuk sehingga kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah
produk.
Kontroler merupakan alat untuk mengatur kondisi operasi, seperti tekanan, suhu, ketinggian, dan
flow rate. Setiap alat industri pastinya memerlukan kontroler. Misalnya untuk mengatur suhu
pada reaktor, kita dapat menggunakan thermocouple lalu memanipulasi sistem pengendalian agar
suhu realnya (value) sesuai dengan suhu pada set point.

5. Hal apa yang harus diperhatikan dalam mengendalikan reaksi reversible?


● Konsentrasi reaktan: Pada proses ini mengatur feed reaktan dengan menggunakan komposisi
excess reaktan lebih banyak (Amil alkohol) agar kesetimbangan reaksi berjalan ke arah
produk ( dengan menambah konsentrasi reaktan)
● Suhu: Suhu mempengaruhi laju reaksi dan arah reaksi. Pada reaksi esterifikasi, suhu yang
tinggi dapat meningkatkan laju reaksi namun juga dapat mempercepat reaksi balik. Oleh
karena itu, suhu harus diatur sedemikian rupa sehingga reaksi berjalan pada arah yang
diinginkan.
● Katalis: Katalis dapat meningkatkan laju reaksi dan menghasilkan produk yang lebih murni.
Adapun katalis yang digunakan pada reaksi esterifikasi amil alkohol yaitu dengan
menggunakan katalis asam padat yaitu amberlyst-15. Pada reaksi esterifikasi ini katalis tidak
terikut ke proses selanjutnya karena katalis berada di packing.
● Pemisahan produk: Produk yang dihasilkan dari reaksi reversible harus dipisahkan agar tidak
terjadi reaksi bolak balik. Pada reaksi esterifikasi, produk ester dapat dipisahkan agar tidak
terjadi reaksi balik yaitu antara ester dan produk samping berupa air dengan menggunakan
distilasi 2 (dipastikan produk dari RD minim air agar tidak terjadi reaksi bolak-balik)

6. Apa itu proses secara adiabatik? Mengapa reaksi pada kolom reaktif berlangsung adiabatis bukan
eksotermal?
Adiabatik merupakan proses termodinamika di mana tidak ada kalor/energi yang keluar maupun
dihasilkan dari sistem (Q = 0). Sebagai konsekuensinya, terjadi penurunan suhu sistem (ada profil
suhu). Perbedaan dengan isotermal ialah pada isotermal, suhu sistem dijaga konstan dengan
menambahkan pemanas/pendingin pada reaktor sehingga terdapat panas yang dilepas (jika reaksi
eksoterm) ke fluida pendingin atau panas yang diserap (jika reaksi endoterm) dari fluida
pemanas. Kolom distilasi beroperasi pada suhu yang berubah-ubah, terdapat profil suhu
sepanjang kolom. Pada kolom bagian atas (top column), suhunya semakin rendah. Pada kolom
bagian bawah (bottom column), suhunya semakin tinggi. Reaksi pada kolom distilasi reaktif
berlangsung mengikuti profil suhu sehingga reaksi dapat dikatakan berlangsung secara adiabatis
(hasil aspen plus 133-134C)

#Proses Separasi
1. Mengapa menggunakan total kondensor?
Karena top produk yg ingin diambil adalah berfase cair, kenapa cair? Karena produk yang
diambil dapat terkondensasi pada kondisi normal

#Pemilihan Proses
1. Bagaimana Prinsip kerja Distilasi Reaktif
Distilasi reaktif merupakan metode distilasi yang melibatkan reaksi kimia di dalam kolom
distilasi. Prinsip kerja RD didasarkan pada perbedaan titik didih antara komponen-komponen
dalam campuran serta terjadinya reaksi kimia yang mengubah komposisi campuran serta
terjadinya reaksi kimia yang mengubah komposisi campuran selama proses distilasi. Pada
distilasi reaktif, reaktan dimasukkan ke dalam kolom distilasi dan terjadi reaksi kimia saat
komponen-komponen tersebut menguap dan terkondensasi berulang kali di dalam kolom. Hal ini
memungkinkan pemisahan komponen-komponen yang bereaksi secara bersamaan dengan proses
distilasi.
List Azeotrop:
1. AmAc - H2O
2. AmOH - H2O
3. AmOH - AmAc
4. AmOH - HAc

#Pemilihan Katalis

#Deskripsi Proses
1. Kenapa umpan harus dipanaskan pada suhu sampai 80 C?Apakah ada pengaruh terhadap proses
reaksi?
jwb : karena suhu reaksi esterifikasi terjadi pada suhu 80C (Chiang), berdasarkan simulasi aspen
jika menggunakan suhu ambient (30C) hasil amil asetat yang terikut pada top column semakin
sedikit sehingga amil asetat di bottom kolom lebih banyak, namun pada suhu 30 C menyebabkan
beban di reboiler semakin berat karena suhu umpan yang terlalu rendah sehingga energi yang
dibutuhkan semakin banyak. Hal tersebut mempengaruhi kebutuhan steam yang semakin banyak.
2. Media pendingin dan media panas yang digunakan untuk heating dan cooling?

chapter.12 heat exchanger (buku sieder)


Media pemanas : Steam
Media pendingin: Chilled Water

3. Apa yang terjadi pada segmen rectifying, segmen reaksi dan segmen stripping?
a. Segmen rectifying/enriching
Terjadi proses peningkatan konsentrasi komponen yang lebih volatil. Uap komponen
volatil mengalir dari bawah kolom menuju ke atas kolom, bertemu dengan cairan dingin
hasil kondensasi yang berasal dari reflux, terjadi transfer massa.
Korelasi: condenser
b. Segmen reaksi
Terjadi reaksi antara reaktan menjadi produk pada fase cair (dari fresh feed dan reflux)
dan fase uap (dari boilup)
c. Segmen stripping
Terjadi proses pelucutan/pengurangan konsentrasi komponen yang lebih volatil sehingga
konsentrasi komponen yang lebih berat akan meningkat dan keluar melalui bottom
column. Cairan yang berasal dari reflux mengalir menuju ke bawah kolom, bertemu
dengan uap dari boilup yang dipanaskan menggunakan (reboiler), terjadi transfer massa.
Korelasi: reboiler

#Spek Bahan Baku dan Produk

Anda mungkin juga menyukai