Industri alas kaki merupakan salah satu sektor strategis karewna mampu
menyerap banyak tenaga kerja, memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri, dan
menyumbang devisa ekspor non migas yang cukup signifikan. Oleh karena itu,
saingnya di pasar dalam negeri maupun internasional. Secara global industri alas kaki
mengalami tantangan akibat dampak pandemi covid19. Kinerja produksi alas kaki dunia
tahun 2020 mencapai 20,4 milyar pasang. Indonesia masih menempati 4 (empat) besar
produksi terbesar secara global. Tahun 2019, meskipun pandemi Indonesia berhasil
Tetapi diawal tahun 2020 saat dunia mengalami pandemi yang menghancurkan
semua aktifitas perekonomian. Membuat sektor Aneka Industry, terutama alas kaki
mengalami penurunan yang sangat signifikan. Akibat dari hal tersebut pada data dibawah
Dari tabel diatas terlihat bahwa adanya perubahan signifikan dari rata-rata industri
pertambangan dan komponen terjadi pada tahun 2020. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor masalah yang terjadi di tahun 2020. Tetapi dapat dilihat juga bahwa di tahun 2017-
2021 terjadinya selisih abnormal return yang sangat tinggi. Artinya abnormal return yang
diterima investor tidak sesuai dengan return yang diharapkan investor karena adanya
ketidak stabilan pada Sektor Aneka Industry terutama dalam sub sektor alas kaki. Dalam
hal ini, peristiwa yang terjadi di PT Citatah Tbk akan dijelaskan lebih detail dibagian
Untuk mengetahui kondisi Industri dapat dianalisis dengan beberapa cara antara
lain dengan Model Lima Kekuatan Porter. Porter's Five Force Model adalah model
analisis bisnis yang membantu menjelaskan mengapa industri yang berbeda mampu
mengukur intensitas persaingan, daya tarik dan profitabilitas industri atau pasar. Model
Konsumsi alas kaki secara global masih di kuasai oleh China, dengan
kontribusi 20.8% di tahun 2020. Dampak pandemi ini juga berpengaruh pada
konsumsi alas kaki domes Tahun 2020, konsumsi alas kaki Indonesia di angka
bahan dan material. China sebagai negara eksportir terbesar dunia mengalami
penurunan 2,5% ekspor alas kaki dari 9,5 milyar pasang menjadi 7,4 milyar
2. Industry Rivaltry
Terdapat fenomena menarik dengan turunnya produksi alas kaki di China,
Vietnam dan Indonesia menjadi tujuan utama alternatif produksi dunia. Tahun
2020 semester 1 nilai investasi asing (PMA) USD 90,9 milyar, naik menjadi
USD 187,5 milyar di periode yang sama tahun 2021. Dukungan iklim
investasi yang semakin baik diharapkan di tahun 2022 kapasitas produksi naik
secara signifikan.
maka peluang industri alas kaki dalam negeri masih sangat potensial terutama
pasar ekspor dan terganggunya pasokan rantai pasok bahan selama pandemi
material alas kaki bisa tumbuh lebih baik dengan memasok kebutuhan industri
alas kaki. Di sisi industri hilir (bahan baku) dengan naiknya kebutuhan
kaki baik secara kualitas dan harga sehingga daya saing industri hulu lebih
5. Threat of Substitutes
Pemberdayaan Industri. Dimana salah satu peran penting BPIPI adalah dengan
kesempatan bagi IKM, industri besar alas kaki, industri bahan dan material,
kapasitas produksi, kebutuhan dan kualitas produk dan layanan kepada pelaku
industri lainnya
Industri alas kaki memiliki 2 perusahaan yang terdaftar di sektor aneka industri.
Perusahaan yang menjadi sampel disektor ini antara lain : PT Sepatu BATA Tbk, PT
Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Dimana dari kedua perusahaan tersebut sudah
dikenal dan termukaka di Indonesia maupun luar negri. Kedua perusahaan diatas
memiliki persaingan yang ketat dalam pengembangan bisnis, hal ini dapat dilihat dari
COMPANY
2017 2018 2019 2020 2021
AVERAGE
Sepatu BATA Tbk -
ROIC 0,0627 0,0774 0,0271 -0,2292 -0,0784 -0,02808
Primarindo Asia
Infrastructure Tbk -
ROIC 0,1768 0,0239 0,0123 -0,1408 -0,0926 -0,00408
INDUSTRIAL
AVERAGE 0,11975 0,05065 0,0197 -0,185 -0,0855
Dapat dilihat ditabel bahwa besarnya rata-rata ROIC dari tahun 2017-2021
diantara kedua perusahaan tersebut memiliki selisih yang sangat jauh. ROIC adalah
perhitungan yang digunakan untuk menilai efisiensi suatu perusahaan dalam
besar ROIC berarti perusahaan semakin baik dalam menggunakan uangnya untuk
menghasilkan return. Dari rata-rata ROIC diatas terlihat jelas bahwa perusahaan yang
mengalami kerugian, dengan rata-rata ROIC sebesar -0,00408 (-0,408%). Dengan nilai
ROIC rata-rata tersebut PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk dapat dinobatkan sebagai
dibidangnya.
dalam bidang produksi sepatu olahraga yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.
Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1988 yang telah memproduksi dua
merek produk sepatu yang telah menarik minat beberapa produsen sepatu internasional
seperti Reebok, FILA, Wilson, Puma, LA Gear, Umbro, Diadora, Polo, dan beberapa
produsen lainnya untuk konsumen dalam pasar internasional. Pada tanggal 30 Agustus
Sejak tahun 2003, perusahaan ini mengembangkan produk sepatu yang kemudian
diberi label Tomkins. Ternyata produk ini mendapat perhatian yang cukup besar dari para
konsumen. Hal ini dibuktikan dengan produksi pabrik hingga mencapai 400.000 pasang
peningkatan berbagai komponen produksi mulai dari kualitas EVA (karet spon), phylon
(hasil EVA), dan karet outsole. Proses produksi juga dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli
di bidangnya sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Tak hanya itu, perusahaan juga dibantu dengan mesin-mesin berteknologi tinggi,
seperti Anzani Conveyor Stitching. Mesin ini dapat melakukan pengecekan terhadap
yang merupakan sistem pendistribusian yang berbasis komputer. Merek dagang terkenal
buatan perusahaan ini antara lain Tomkins dan Rock 'N Revolution
Pada tahun 2017-2021 dapat dilihat ditabel bahwa besarnya ROIC perusahaan
Kondisi ini pun juga buruk bagi PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk, meskipun di
tahun 2021 ada sedikit kenaikan dari tahun 2020. Berikut grafik perbandingan rata-rata
0.05 0.05065
0.0239 0.0197
0.0123
0 Industrial Average
2017 2018 2019 2020 2021
Primarindo Asia Infrastructure Tbk - ROIC
-0.05
-0.0855
-0.0926
-0.1
-0.15 -0.1408
-0.185
-0.2
-0.25
Berdasarkan grafik yang dilihat, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tbk mengakui pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja perseroan, sehingga emiten
industri sepatu itu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 219 karyawan mulai
Januari hingga tahun 2020. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk juga melakukan
penghentian operasional pada bagian produksi dan beberapa bagian akibat permintaan
anjlok lantaran penutupan pusat perbelanjaan. Perusahaan pun berupaya tetap bangkit di
tengah pandemi. Strategi yang dijalankan saat ini adalah meningkatkan penjualan melalu
online, menutup outlet dan toko-toko yang kurang bagus penjualannya serta melakukan