Anda di halaman 1dari 19

DETERMINASI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI


BURSA EFEK INDONESIA

PROPOSAL

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan


Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana

Oleh

FAKULTAS EKONOMI
2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan era globalisasi saat ini membawa dampak sangat besar

dalam pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk salah satunya di Indonesia.

Maka perusahaan dituntut untuk menciptakan inovasi inovasi terbaru, berfikir

efektif, efesien dan kritis menyikapi segala macam ancaman dari dalam

maupun luar perusahaan. Tujuannya agar perusahaan mampu bertahan dan

bersaing dengan kompetitor perusahaan lain, berkembang pesat dari tahun

ketahun, memiliki kinerja laporan keuangaan dan nilai perusahaan yang

semakin baik dari waktu kewaktu, meningkatkan kesejahteraan semua

komponen perusahaan termasuk pemegang saham. Namun, ketidakstabilan

perekonomian negara dapat menyebabkan krisis ekonomi yang mempengaruhi

kegiatan dan hasil yang dipeoleh perusahaan diberbagai sektor Industri di

Indonesia.

Ketatnya persaingan dunia bisnis yang membuat semakin banyaknya

masalah dihadapai perusahaan salah satunya adalah kesulitan keuangan

(Financial Distress). kesulitan keuangan yang dibiarkan terus menerus dapat

menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan terdaftar di BEI sekalipun.

Kesulitan keuangan atau kebangkrutan berdampak pada perusahaan dan dunia

bisnis setiap hari (Altman, 1968). Untuk melihat kondisi perkembangan suatu

1
2

perusahaan tidak cukup hanya melihat laporan keuangan, akan tetapi perlu

dilakukan analisis laporan keuangan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai 25 Oktober 2020,

tercatat 193 perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, menunjukan

bahwa persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat dilihat dari

jumlah perusahaan dari tahun ke tahun yang semakin bertambah. Kemudian

perusahaan tersebut dibagi menajadi 3 kelompok atau sektor yang terdiri dari

industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi

(www.idx.co.id).

Kementerian Perindustrian menargetkan realisasi penanaman modal di

sektor industri manufaktur pada tahun 2021 bisa naik mencapai Rp323,56

triliun. Optimisme ini didukung dengan upaya pemerintah mengakselerasi

pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19. Investasi

diperkirakan menjadi faktor penggerak pertumbuhan sektor industri di tahun

2021. Menperin menyebutkan, beberapa sektor yang masih jadi primadona

para investor untuk menanamkan modalnya pada tahun depan, antara lain

industri makanan dan minuman, logam dasar, otomotif, dan elektronik.

Pertumbuhan Industri Manufaktur mrmiliki laju pertumbuhan yang

terus mengalami fluktuasi. Dari semula 4,33 persen pada 2015, 4,26 persen

pada 2016, 4,29 persen pada 2017, 4,27 persen pada 2018. Terakhir pada

2019, pertumbuhannya kembali turun menjadi 3,80. Lima industri yang

mencatata penurunan terbesar pada triwulan III 2019 adalah industri non
3

mesin dan peralatan (turun 22,95 persen), industri karet, produk karet dan

plastik (16,63 persen), serta industri mesin dan peralatan (12,75 persen),

industri pengolahan hasil tembakau (12,73 persen), dan industriotomotif,

trailer, dan semi trailer (12,32 persen). Namun, sebagian sektor dari

industri besar dan sedang tetap tumbuh dalam hal kapasitas. Termasuk

didalamnya adalah industri percetakan dan produksi media rekaman (naik

19,59 persen), industri garmen (15,29 persen), industri minuman (15,19

persen), industri pengolahan lain (12,52 persen), dan industri (5,13 persen).

Industri yang mengalami peningkatan atau laju produksi yang tinggi yaitu

industri petambangan bukan logam (14,15 persen) dan industri alat

transpotasi lainnya (11,25 persen). Sedangkan penurunan produksi terjadi

pada pengolahan tembakau (13 persen) dan industri mesin (6,01 persen).

(sumber: BPS Suharyanto).

Perusahaan Otomotif merupakan perusahaan andalan pemerintah dan

masih jadi primadona di Indonesia. Menurut data (Gakindo, 2018)

perkembangan sektor otomotif setiap tahun diprediksi melaju bahkan menjadi

tulang punggung pemerintah dalam mewujudkan target petumbuhan industri

di Indonesia. Terlebih lagi, industri otomotif merupakan satu dari lima sektor

manufaktur yang tengah diprioritaskan pengembangannya oleh pemerintah.

Tujuannya adalah menjadikan industri otomotif nasional sebagai salah satu

pionir penerapan revolusi industri ke empat sesuai program pemerintah yang

bertajuk “Peta Jalan Making Indonesia 4. 0”. Melalui program ini diharapkan
4

industri otomotif nasional tak hanya mampu melayani pasar domestik, namun

juga merambah pasar regional dan global. Bisa kita lihat pada gambar

dibawah ini, bahwa industri otomotif memiliki target pasar yang menjanjikan

dari tahun ke tahun. Dan inilah yang menjadi alasan bagi pemerintah menaruh

harapan besar pada perusahaan ini.

Target Pasar Industri Otomotif dalam


Negeri Tahun 2016-2020
For Domestik For Export
For Export Dan For Domestik
1.23 1.29
1.16 1.2
1.08 1.03
0.95 0.98
0.87 0.91

0.21 0.25 0.25 0.25 0.26

1 2 3 4 5
Sumber: Data diolah peneliti 2021
Gambar 1.1
Target Pasar Industri Otomotif dalam Negri Tahun 2016-2020

Gambar diatas bisa disimpulkan selama tahun 2016-2020 sub sektor

otomotif mempunyai masa depan yang bagus, karena pada sub sektor ini

mengalami kenaikan secara signifikan setiap tahunnya, oleh karna itu

penelitian ini menggunakan objek perusahaan sub sektor otomotif untuk

membuktikan masa depan perusahaan ini bisa bertahan apa tidak dalam era

dunia bisnis modern dan pandemi Covid-19. Apalagi pemerintah sangat

menaruh harapan besar pada perusahaan sub sektor otomotif sebagai salah
5

satu pionir penerapan revolusi industri ke empat sesuai program pemerintah

yang bertajuk “Peta Jalan Making Indonesia 4. 0”. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian tentang tingkat pertumbuhan, risiko bisnis, struktur aktiva,

profitabilitas dan tingkat likuitas pada struktur modal.

Industri otomotif merupakan salah satu industri bisnis yang sangat

berkembang pesat pada saat ini, karena tidak bisa dipungkiri lagi perkembangan

zaman telah memaksa masyarakat untuk menggunakan roda transportasi dalam

melakukan aktivitasnya sehari-hari ketika bepergian. Dengan adanya industri

otomotif yang menghasilkan berbagai macam merek kendaraan sehingga

memudahkan aktivitas manusia dalam bepergian menjadi lebih cepat, menghemat

waktu dan efisien. Industri otomotif sudah melekat dengan kebutuhan manusia

sehari-hari terutama di indonesia, otomotif merupakan industri yang sangat

diunggulkan. Oleh karena itu perusahaan yang bergerak di bidang industri

otomotif saling bersaing dalam mendapatkan pangsa pasar.

Setiap perusahaan tentunya ingin mendapatkan laba yang maksimal demi

mencapai tujuan bersama dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Sehingga perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan kinerja

perusahaan dan kondisi keuangannya yang tercermin dalam nilai perusahaan. Para

investor akan tertarik terhadap perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang

sehat dan memiliki nilai perusahaan yang bagus. Memaksimumkan nilai

perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan

memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran


6

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Kurniasih dan

Ruzikna 2017).

Struktur modal dapat menjadi masalah yang penting bagi setiap

perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung

terhadap posisi finansial perusahaan. Ketidakcermatan dalam penentuan struktur

modal akan mempunyai dampak yang luas. Suatu perusahaan yang mempunyai

struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar

akan memberikan beban yang berat pada perusahaan tersebut. Berbicara mengenai

struktur modal, akan sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor ataupun

determinan yang membentuk struktur modal tersebut. Dalam penelitian ini faktor

yang diujikan adalah growth, risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas, dan

tingkat likuitas.

Variabel pertama dalam penelitian ini yaitu tingkat pertumbuhan yang

menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan untuk mengembangkan

perusahaannya di masa mendatang. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang

semakin tinggi akan berdampak pada struktur modal perusahaan, dimana

perusahaan akan cenderung untuk menahan penggunaan hutang untuk

menghindari risiko akibat ketidakpastian bisnis (Brigham dan Houston,

2011:189). Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dicerminkan melalui

pertumbuhan penjualan perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki dana

internal yang lebih banyak. Pernyataan tersebut sesuai dengan pecking order
7

theory, dimana perusahaan akan menggunakan dana internal berupa laba ditahan

sebelum memutuskan untuk menggunakan pendanaan eksternal. Berdasarkan hal

tersebut, apabila tingkat pertumbuhan suatu perusahaan meningkat, maka struktur

modal dari suatu perusahaan akan menurun atau dengan kata lain, tingkat

pertumbuhan akan berpengaruh negatif terhadap struktur modal suatu perusahaan.

Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tingkat pertumbuhan,

menunjukkan hasil yang berbeda atau tidak konsisten. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Khairin dan Harto (2014), dan Yadav (2014) menunjukkan bahwa

tingkat pertumbuhan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.

Terdapat hasil yang berbeda dikemukakan oleh Alipour et al. (2015), Setyawan et

al. (2016), serta Dewi dan Dana (2017) yang menemukan bahwa tingkat

pertumbuhan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Variabel kedua dalam penelitian ini yaitu risiko bisnis merupakan risiko

aset perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat

meningkat ketika perusahaan menggunakan hutang yang tinggi untuk memenuhi

kebutuhan pendanaannya. Risiko timbul seiring dengan munculnya beban biaya

atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar beban biaya yang harus

ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaan juga semakin besar.

Joni dan Lina (2012) menyebutkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. namun hal tersebut bertentangan dengan

penelitian Indrajaya dkk., (2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal, selain itu Prabansari
8

dan Kusuma (2005) menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Selanjutnya variabel ketiga dalam penelitian ini yaitu struktur aktiva yang

menunjukkan perimbangan atau perbandingan aktiva lancar dengan aktiva tetap

(Riyanto, 2011:22). Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan akan digunakan

untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Riyanto (2011:298)

menyatakan jika sebagian besar modal yang dimiliki oleh perusahaan tertanam

dalam aktiva tetap maka perusahaan tersebut akan mengutamakan penggunaan

modal sendiri, serta modal eksternal bersifat sebagai pelengkap. Perusahaan

dengan jumlah aktiva lancar yang lebih besar akan mengutamakan penggunaan

hutang jangka pendek. Jadi, semakin tinggi struktur aktiva yang merupakan

perbandingan aktiva lancar dengan aktiva tetap, maka struktur modal perusahaan

juga akan semakin tinggi.

Liestyasih dan Yadnya (2015) mengemukakan struktur aktiva memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian tersebut juga

didukung dengan hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sheikh dan Wang

(2011), Alipour et al. (2015), dan Khairin dan Harto (2014) yang mengemukakan

hasil penelitian bahwa struktur aktiva memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap struktur modal perusahaan.

Variabel keempat dalam penelitian ini yaitu profitabilitas yang merupakan

kemampuan perusahaan dalam mencapai keuntungan serta menjadi ukuran tingkat

efektivitas manajemen perusahaan, yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan


9

oleh perusahaan dari hasil penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir,

2011:196). Brigham dan Houston (2011:189) menyatakan perusahaan dengan

tingkat profitabilitas yang tinggi ternyata menggunakan pendanaan berupa hutang

dalam jumlah yang relatif rendah. Berdasarkan pecking order theory, perusahaan

yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung untuk memanfaatkan

sumber dana internal berupa laba ditahan terlebih dahulu dan menggunakan

pendanaan eksternal yang relatif rendah. Semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusahaan maka tingkat struktur modal perusahaan akan semakin rendah, karena

pendanaan yang bersumber dari internal perusahaan memiliki risiko yang lebih

rendah. Terdapat beberapa penelitian yang mengenai pengaruh profitabilitas

perusahaan terhadap struktur modal. Hasil penelitian dari Khairin dan Harto

(2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap

struktur modal. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Setyawan et al. (2016), serta penelitian lainnya yang dilakukan

oleh Hadianto dan Tayana (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Variabel kelima pada penelitian ini yaitu tingkat likuiditas yang

merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang

bersifat jangka pendek dengan tepat waktu, yang ditunjukkan oleh besar kecilnya

aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi

kas, surat berharga, piutang usaha dan persediaan (Sartono, 2014:116).

Berdasarkan pecking order theory, suatu perusahaan yang memiliki tingkat


10

likuiditas yang tinggi akan cenderung mengurangi penggunaan hutang. Semakin

tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka struktur modal perusahaan akan

menjadi semakin rendah. Likuiditas perusahaan yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut memiliki keuangan internal yang memadai untuk memenuhi

kewajiban yang bersifat jangka pendeknya yang berdampak pada struktur modal.

Penelitian dari Sheikh dan Wang (2011) menunjukkan hasil bahwa

likuiditas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal

perusahaan. Hasil penelitian yang sama pula dengan hasil penelitian dari

Pattweekongka dan Napompech (2014), Ananto (2015) serta Juliantika dan Dewi

(2016) yang menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian ini dilakukan pada sektor industri otomotif. Industri otomotif

merupakan industri atau perusahaan yang memproduksi kendaraan bermotor baik

itu mobil, motor maupun produk otomotif lainnya. Keberadaan industri otomotif

ini sangat membantu sekali bagi kelangsungan hidup manusia karena dengan

adanya produk otomotif seperti mobil atau motor dapat mempermudah manusia

dalam melakukan bepergian agar lebih cepat dan menghemat waktu. Alasan

peneliti mengambil objek penelitian pada industri otomotif ini karena Industri

otomotif menjadi salah satu industri yang diunggulkan di Indonesia.

Perkembangan dunia otomotif dari tahun ke tahun semakin meningkat dan

bergerak sangat cepat. Hal ini didukung oleh keadaan dimana saat ini kendaraan

bukan lagi menjadi hal mewah melainkan menjadi hal wajar yang harus dimiliki
11

untuk penunjang aktivitas sehari-hari atau bahkan sudah menjadi gaya hidup

masyarakat. Oleh karena itu industri otomotif dirasa peneliti sangat penting untuk

dilakukan penelitian lebih mendalam karena industri otomotif menyangkut

kepentingan hajat orang banyak. Berdasarakan latar belakang penelitian tersebut

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Determinan

Struktur modal pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan

pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan

pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan

pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


12

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal

pada perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

2. Untuk menganalisis pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk menganalisis pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5. Untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada

perusahaan pada sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan

manfaat teoritis.

1.4.1 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi perusahaan mengenai

pengaruh tingkat pertumbuhan, risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas dan

tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Sebagai hasil karya dalam menambah wawasan pengetahuan yang mampu


13

memperluas pola pikir pembaca khususnya mengenai pengaruh tingkat

pertumbuhan, risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas dan tingkat likuiditas

terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

1.4.2 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:

1. Penulis

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis lebih menyadari dan


memahami tentang pengaruh tingkat pertumbuhan, risiko bisnis, struktur aktiva,
profitabilitas dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta dapat mengaplikasikan
secara langsung teori-teori yang didapat semasa mengikuti perkuliahan dalam
dunia usaha secara nyata.
2. Peneliti Lain

Semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

yang berguna bagi rekan-rekan yang sedang membahas masalah yang sama,

sehingga penulis berharap agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari

sekarang.

3. Pengembangan Ilmu Ekonomi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding

antara ilmu-ilmu manajemen (secara teori) dengan keadaan yang terjadi langsung

di lapangan (praktek) sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan dapat

lebih memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk diterapkan pada dunia

usaha secara nyata serta dapat menguntungkan semua.


14
15

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
No Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian
1. Erosvitha Variabel Bebas : a. Kuantitati Hasil penelitian
dan a. Profitabilitas f menunjukkan bahwa:
Wirawati b. Set Kesempatan b. Data 1. Profitabilitas
(2016) Investasi Sekunder berpengaruh
c. Pertumbuhan c. Regresi negatif dan
Penjualan Linier isignifikan pada
d. Resiko Bisnis Berganda struktur modal.
2. Set kesempatan
Variabel Terikat : investasi
Struktur Modal berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap struktur
modal
3. Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
positif dan
signifikan pada
struktur modal
4. Risiko bisnis tidak
berpengaruh pada
struktur modal.

2. Dahlena Variabel Bebas : d. Kuantitati Hasil penelitian ini


(2017) a. Likuiditas f menunjukkan bahwa:
b. Risiko Bisnis e. Data 1. Likuiditas dan
c. Profitabilitas Sekunder risiko bisnis tidak
f. Regresi berpengaruh
Variabel Terikat : Linier terhadap struktur
Struktur Modal Berganda modal perusahaan
textile dan
16

garment yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)
2. Sedangkan
profitabilitas
berpengaruh
terhadap struktur
modal perusahaan
textile dan
garment.

3. Dewiningrat Variabel Bebas : a. Kuantitatif Hasil dalam


(2018) a. Likuiditas b. Data penelitian ini adalah:
b. Profitabilitas Sekunder 1. Likuiditas,
c. Pertumbuhan c. Regresi profitabilitas, dan
Penjualan Linier pertumbuhan
d. Struktur Asset Berganda penjualan secara
parsial
berpengaruh
negatif dan tidak
Variabel Terikat : signifikan pada
Struktur Modal struktur modal
2. Variabel struktur
aset berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap struktur
modal.

4 Watiningsih Variabel Bebas : a. Kuantitatif Hasil penelitian ini


(2018) a. Profitabilitas b. Data menyimpulkan
b. Ukuran Sekunder bahwa:
Perusahaan c. Regresi 1. Profitabilitas,
c. Tangibility Linier ukuran
d. Pertumbuhan Berganda perusahaan, dan
Perusahaan tangibility
memiliki
Variabel Terikat : pengaruh yang
Struktur Modal signifikan
terhadap struktur
modal.
2. Sementara itu
pertumbuhan
17

perusahaan
terbukti tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap struktur
modal
5. Deviani dan Variabel Bebas : a. Kuantitatif Hasil dalam
Sudjani a. Tingkat b. Data penelitian ini
(2018) Pertumbuhan Sekunder menunjukkan bahwa:
b. Struktur Aktiva c. Regresi 1. Secara parsial
c. Profitabilitas Linier tingkat
d. Likuiditas Berganda pertumbuhan
memiliki
pengaruh negatif
Variabel Terikat : dan signifikan
Struktur Modal terhadap struktur
modal
2. Struktur aktiva
memiliki
pengaruh negatif
namun tidak
signifikan
terhadap struktur
modal
3. Profitabilitas dan
likuiditas
memiliki
pengaruh negatif
dan tidak
signifikan terhdap
struktur modal.
Sumber: Data diolah, 2020
18

Anda mungkin juga menyukai