PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini banyak industri tumbuh dan berkembang di berbagai
negara baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Terus
berkembangnya industri kosmetik di dunia dan peningkatan pengguna kosmetik
diikuti dengan pilihan produk yang semakin banyak menjadikan pasar industri
kosmetik semakin menjajikan bagi pelaku bisnis. Perkembangan pasar kosmetik
dunia juga turut memengaruhi Industri kosmetik di Indonesia. Indonesia merupakan
salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnis kosmetik sangat
menjanjikan. Potensi pasar di Indonesia dipengaruhi oleh peningkatan jumlah
populasi penduduk usia muda atau generasi millenial. Produk kosmetik sudah
menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari
industri kosmetik. Perilaku kaum wanita yang semakin menyadari akan pentingnya
kosmetik untuk memenuhi gaya hidup, kenyamanan dan menarik untuk dipandang.
1
2
Sehingga dapat diprediksi bahwa Indonesia memiliki pasar kosmetik yang semakin
besar dan populer untuk ke depannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kesepuluh rasio keuangan yang
digunakan hanya rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin
(OPM) yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang.
Selain itu, Juliana dan Sulardi juga menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan
dan ukuran perusahaan mampu memprediksi dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba perusahaan manufaktur. Selain rasio-rasio keuangan, faktor lainnya juga
diprediksi dapat mempengaruhi pertumbuhan laba yaitu Produk Domestik Bruto atau
PDB yang merupakan faktor makroekonomi atau eksternal perusahaan.
Meningkatkan PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen
sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Adanya
peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan maka akan meningkatkan pula
pertumbuhan laba perusahaan.
Namun tren pertumbuhan dan penjualan pada industri kosmetik di Indonesia tidak
diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba pada perusahaan sektor industri
komestik yang terdaftar di BEI. Pertumbuhan laba pada perusahaan sektor industri
komestik yang terdaftar di BEI berjumlah sebanyak enam perusahaan sebaliknya
mengalami fluktuatif.
NAMA
NO LABA/RUGI PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
2016 2017 2018
1 PT. AWI 55,951 38,242 52,958
2 PT. KINO 181,110,153,810 109,696,001,798 150,116,045,042
3 PT. MB 8,813,611,079 (24,690,826,118) (114,131,026,847)
4 PT. MI 162,059,596,347 179,126,382,068 173,049,442,756
5 PT. MR (5,549,465,678) 1,283,332,109 (2,256,476,497)
6 PT. UI 6,390,672 7,004,562 9,081,187
Tabel. I.1
Pertumbuhan Laba Perusahaan Disektor Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2018
Tabel 1.2
Pertumbuhan Laba Perusahaan Disektor Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2019-2021
Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 Pertumbuhan laba perusahaan Kosmetik
PT.AWI (PT.Akasha Wira International Tbk) pada tahun 2016 sampai 2021
mengalami pertumbuhan laba yang fluktuatif pada setiap tahunnya dan tertinggi di
tahun 2021 sebesar 265,758 hal ini dikarenakan PT.AWI tercatat membukukan
pertumbuhan penjualan neto sebesar 38,86% year on year (yoy) menjadi Rp 935,07
miliar sepanjang 2021.Sedangkan pada tahun sebelumnya,penjualan neto AWI hanya
mencapai Rp 673,36 miliar.Penjualan AWI juga didapatkan dari penjualan produk
kosmetik yang berhasil tumbuh 48,31% yoy dari semula Rp309,99 miliar di
2020,naik menjadi Rp 459,75 miliar di sepanjang 2021.Walhasil, perusahaan ini
mampu meraup pertumbuhan laba bersih yang cukup signifikan.(Vina Elvira,2022)
kerugian yang tertinggi pada tahun 2020 mengalami pertumbuhan laba yang menurun
hal ini dikarenaka Kinerja Keuangan PT.Martina Berto Tbk tahun 2020 relatif
tertekan dengan terjadinya penjualan yang merosot tajam dibandingkan dengan
2019.Manajemen Martina Berto menyebut adanya pandemic Covid-19 dan
pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat daya beli segmen
pasar terhadap produk-produk kosmetik cukup mengalami penurunan sehingga
ditahun 2020 perseroan membukukan angka penjualan sebesar Rp297 miliar,yang
menurun tajam dari penjualan bersih Rp537 miliar ditahun 2019
(theiconomics,2021).
dengan Rp.7,16 triliun pada 2020. Penurunan laba disebabkan turunnya penjualan
(Pradipta,2022)
Oleh karena itu, dengan potensi yang dimiliki perusahaan industri komestik di
Indonesia dan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba, juga
dengan ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Informasi Rasio Aktivitas, Likuiditas,
Solvabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2016-2021”
Berdasarkan latar belakang diatas Rumusan Masalah Peneitian ini adalah sebagai
berikut :