Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada umumnya selalu dikaitkan dengan
kegiatan bisnis yang subur apalagi pada kegiatan ekonomi di masa yang sudah serba
canggih seperti sekarang ini seharusnya kegiatan bisnis di Indonesia meningkat
tajam. Kegiatan bisnis yang meningkat akan menghasilkan pertumbuhan nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) yang baik dimana PDB tersebut adalah indikator
dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dijadikan
parameter untuk melihat kondisi perekonomian apakah tingkat kesejahteraan
rakyatnya sudah cukup signifikan.

PERTUMBUHAN PDB 2019 -2021


Pertumbuhan PDB 2019-2021

8
7.07
6
5.06 5.05 5.01 4.96
4
2.97
2

0
-0.71 I Triwulan
Triwulan I Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
-2 2019 II 2019 III 2019 IV 2019 2020 II 2020 III 2020 IV-2.19
2020 2021 II 2021
-3.49
-4
-5.32
-6

Gambar 1.1. Pertumbuhan PDB Tahun 2019-2021

Sumber: https://www.bps.go.id/

Berdasarkan Gambar 1.1. terlihat grafik gerak pertumbuhan ekonomi


Indonesia yang diindikatorkan dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dapat
dilihat dari tahun 2019-2021 grafik pertumbuhan ekonominya semakin turun.
Dimana pada triwulan II mengalami peningkatan sebesar 7,07%. Tetapi dilansir
dari CNN Indonesia (2021) menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pertumbuhan
ekonomi di Indonesia tumbuh melambat lagi sebesar 3,51% pada kuartal III 2021.
Apalagi semenjak munculnya pandemi covid-19 pertumbuhan ekonomi di
Indonesia semakin terkena imbasnya. Banyak usaha yang telah dilakukan
pemerintah untuk dapat memutus rantai penularan virus covid-19 agar kegiatan
ekonominya kembali normal salah satu contohnya dengan diterapkannya PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) secara lebih ketat. Dengan
diterapkan PPKM secara lebih ketat hal ini sangat mempengaruhi kegiatan
ekonominya. Tetapi walaupun dengan dengan kondisi perekonomian yang kurang
stabil akibat virus covid-19 yang melanda perusahaan manufaktur di Indonesia
masih jadi sektor pemimpin perekonomian nasional dimana sektor manufaktur
masih mampu menyokong perekonomian nasional secara besar walaupun
pertumbuhan ekonominya masih tumbuh melambat. Walaupun dengan adanya
pandemi covid-19 semangat dari para pelaku industri harus tetap tinggi agar dapat
mendorong perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan siaran pers Kemenperin (2021) pertumbuhan ekonomi


meningkat terutama dengan tumbuhnya industri manufaktur. Tetapi hal ini tidak
jauh atas kinerja yang dihasilkan dari berbagai sektornya. Dibuktikan dengan
tumbuhnya dari sektor aneka industri dimana industri alat angkut yang tumbuh
sebesar 27,84%. Pertumbuhan tersebut adalah pertumbuhan paling tinggi
dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Penyebab industri alat angkut tumbuh
karena meningkatnya produksi kendaraan bermotor sebagai bentuk dari pemberian
insentif pajak penjualan atas barang mewah. Hal ini mendorong untuk
menggunakan objek penelitian dari perusahaan sektor aneka industri. Alasan
menggunakan objek penelitian dari perusahaan sektor aneka industri yaitu untuk
melihat apakah kinerja yang dimiliki perusahaan dari sektor aneka industri cukup
bagus sehingga pertumbuhannya mampu mengalahkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Mengingat kembali dimana perusahaan manufaktur yang sebagian besar
mendapat sumbangsih dari sektor aneka industri mampu tumbuh sebesar 3,68%
lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021. Berdasarkan
berita online oleh Fauzia (2019) mengungkapkan fakta pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tumbuh melambat salah satunya dikarenakan adanya tingkat investasi
yang masih lemah seperti pada Gambar 1.2. tentang realisasi investasi pada tahun
2017-2021.

Realisasi Investasi 2017-2021 (dalam Rp


Triliun)
250
219.7 223 216.7
205.7 208.3 210.7 209 214.7
195.1 200.5 191.9
200 179.6 185.3 176.3 173.8 185.9

150

100

50

0
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw Iv Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2017 2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021

Realisasi Investasi 2017-2021 (dalam Rp Triliun)

Gambar 1.2. Realisasi Investasi tahun 2017-2021

Sumber: https://www.bkpm.go.id/

Berdasarkan siaran pers BKPM (2021) menunjukan bahwa total realisasi


penanaman modal yang berasal dari pihak asing ditambah dengan penanaman
modal dalam negeri pada triwulan IV tahun 2017 menghasilkan angka 179,6 triliun
dimana hal ini menunjukan kenaikan dari tahun 2016. Dengan kenaikan ini
merupakan pencapaian dari target realisasi investasi. Untuk pencapaian pada tahun
2018 masih mengalami peningkatan dan penurunan dikarenakan masih
menggunakan upaya dari tahun sebelumnya. Kurangnya penyempurnaan pada
kebijakan yang lama sehingga menimbulkan efek yaitu lambatnya investasi pada
tahun 2018. Pada triwulan IV 2020 terlihat adanya peningkatan sebesar 3,1% jika
membandingkan dengan triwulan IV pada tahun 2019. Walaupun di tahun 2019
sudah mulai muncul wabah covid-19 yang pastinya sangat mempengaruhi kondisi
perekonomian nasional di Indonesia, tetapi target investasi masih bisa tercapai.
Investasi yang terealisasi ditunjukan dengan adanya peningkatan grafik yang
berlanjut menandakan bahwa kontribusi yang diberikan baik dari pihak
asing/domestik terus bertambah di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi terlihat cukup
tinggi pada triwulan II 2021 yaitu sebesar 7,07% dengan tingkat investasi yang
dicapai yaitu sebesar 223,0 triliun. Tetapi pada triwulan III 2021 mengalami
perlambatan sebesar 2,8%. Perlambatan ini bisa terjadi akibat dari virus covid-19
yang masih melanda bahkan penularan virusnya masih terjadi setiap harinya. Tetapi
pemerintah segera menanganinya dengan kebijakan PPKM yang berhasil menekan
dan memutus penyebaran virus covid-19 sehingga diharapkan hawa dan suasana
investasi kembali meningkat.

Untuk meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi, investasi diharapkan


untuk terus mengalami peningkatan karena investasi dirasa mampu memulihkan
dan menumbuhkan kembali kondisi perekonomian di Indonesia. Dengan adanya
investasi maka akan berdampak positif dalam menumbuhkan hawa dan suasana
bisnis. Jika investasi meningkat maka akan semakin banyak kegiatan bisnis
sehingga perusahaan akan semakin bersaing untuk meningkatkan nilai
perusahaannya dengan berbagai cara agar kegiatan bisnisnya terus bertahan. Untuk
mempertahankan kegiatan usahanya, perusahaan akan menggunakan berbagai
strategi agar para investor dapat menaruh kepercayaan pada perusahaannya untuk
menanamkan modalnya. Struktur modal, penerapan good corporate governance,
pengungkapan corporate social responsibility dan kinerja keuangan yang dimiliki
pada perusahaan adalah strategi yang dapat membuat investor dapat menaruh
kepercayaannya kepada perusahaan. Strategi tersebut diharapkan mampu dapat
meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai gambaran suatu perusahaan yang


akan menggambarkan tingkat kemakmuran dari pemegang sahamnya. Tujuan dari
suatu perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan agar menghasilkan
nilai yang baik. Nilai perusahaan dapat diukur dengan nilai pasar saham perusahaan
di pasar keuangan. Nilai pasar saham ini dapat dijadikan tolak ukur tentang tinggi
rendahnya saham yang juga menggambarkan tingkat kemakmuran pemegang
sahamnya (Kamaliah, 2020). Setiawan et al. (2021) juga berpendapat bahwa nilai
perusahaan dijadikan pemahaman bagi para investor untuk melihat seberapa tinggi
keberhasilan yang sudah dicapai oleh perusahaan dan keberhasilan ini berhubungan
dengan tingkat harga sahamnya. Rumus Price to Book Value (PBV) digunakan
untuk mengukur nilai pasar saham yaitu dengan membandingkan antara harga pasar
per saham dan nilai buku per saham. Hal ini sangat membantu investor untuk
menemukan saham tepat dimana investor mampu melihat saham yang tergolong
mahal atau murah. Harga saham yang mahal biasanya disebabkan oleh permintaan
investor yang tinggi. Hal ini akan memicu terjadinya kecurangan yang dapat
merugikan dimana perusahaan ingin mendapatkan investor sebanyak mungkin
sehingga dengan sengaja akan melakukan manipulasi harga saham yaitu dengan
cara menaikan harga saham secara sangat signifikan. Tetapi jika dilihat dari kinerja
yang dihasilkan oleh perusahaan secara fundamental perusahaan tersebut tidak
memiliki kinerja yang baik dan sudah di ambang bangkrut sehingga tidak layak
untuk menanamkan investasi di perusahaan tersebut. Biasanya perusahaan yang
melakukan hal tersebut hanya ingin mengangkat kembali nilai perusahaannya tetapi
dengan cara yang menyimpang. Perbuatan menyimpang tersebut sering dikenal
dengan saham gorengan. Saham gorengan maksudnya yaitu menggoreng saham
atau memanipulasi harga saham yang sebelumnya sepi transaksi atau bisa dikatakan
tidak likuid menjadi naik tajam di atas nilai wajar. Dengan ini saham perusahaan
yang telah direkayasa akan semakin naik. Contoh kasusnya seperti kasus pada PT
Asabri (Persero) dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Dilansir dari CNBC
Indonesia (2021), kasus tersebut termasuk kasus korupsi dana pengelolaan investasi
terbesar di Indonesia. Dengan adanya kasus saham goreng maka investor akan
semakin teliti memilih perusahaan dan semakin waspada lagi untuk berinvestasi
agar tidak salah dalam menaruh sahamnya pada suatu perusahaan sehingga
perusahaan harus berusaha lebih besar lagi untuk meningkatkan nilai
perusahaannya.

Investor sebelum menanamkan modalnya juga melihat terlebih dahulu


bagaimana struktur modal di suatu perusahaan dan menjadikannya indikator untuk
melihat tinggi dan rendahnya permintaan sahamnya. Nilai perusahaan dapat terlihat
baik tergantung pada jumlah investor yang menaruh modalnya pada perusahaan
tersebut. Semakin banyak investor yang menaruh modalnya maka perusahaan
tersebut dianggap memiliki nilai perusahaan yang baik karena para investor banyak
yang memberikan kepercayaannya kepada perusahaan tersebut. Struktur modal
dalam meningkatkan nilai suatu perusahaan menjadi permasalahan yang penting
dan menjadi perdebatan di dalam kegiatan usaha khususnya pada sektor keuangan
(Van Khanh et al., 2020). Perdebatan ini biasanya muncul antara pihak manajemen
dan pihak pemegang saham dikarenakan perbedaan tujuan dan kepentingan.
Perbedaan inilah yang sering disebut dengan konflik keagenan. Struktur modal
dapat diukur menggunakan rumus Debt to Equity Ratio (DER) dimana jumlah utang
yang disediakan oleh kreditur dibagi dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jika
perusahaan menggunakan utang yang telah disediakan oleh kreditur dengan jumlah
yang cukup tinggi pastinya pihak kreditur dan pemegang saham akan merasa takut
jika perusahaan tersebut gagal dalam mengelola perusahaannya sehingga mereka
meminta perusahaan tersebut untuk dapat mengelola risikonya dengan baik (Van
Khanh et al., 2020). Berdasarkan penelitian terdahulu telah banyak temuan yang
hasilnya berbeda untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Temuan yang dilakukan oleh Hasbi (2015) menghasilkan bahwa
struktur modal menghasilkan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Temuannya juga
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Utami (2019) dimana struktur
modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Dhani dan Utama (2017) dijelaskan bahwa
struktur modal berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan.

Dengan adanya konflik keagenan ini perusahaan membutuhkan penerapan


Good Corporate Governance yang diharapkan dapat menyeimbangkan
kepentingan para stakeholders. Good corporate governance merupakan sebuah aset
perusahaan tetapi tidak berwujud dan dalam penerapannya akan mampu
meningkatkan nilai perusahaan (Baroroh et al., 2017). Perusahaan membuat strategi
dengan menyusun tata kelola perusahaan yang baik tujuan utamanya adalah
kemakmuran para pemegang saham harus terlaksana dan pihak manajer dapat
dipastikan mampu mengabulkan tujuan dari tata kelola yang baik tersebut (Siagian
et al., 2013). Selain itu, konflik keagenan yang terjadi baik antara pemegang saham
dan manajemen akan terselesaikan dengan adanya sistem tata kelola yang baik pada
perusahaan karena kepentingan kedua belah pihak terpenuhi melalui kinerja yang
telah dihasilkan (Baroroh et al., 2017). Tata kelola perusahaan yang baik akan
menjadi point lebih bagi suatu perusahaan karena dapat menarik investor dimana
investor akan merasa yakin untuk menanamkan modalnya. Investor akan
menganggap jika perusahaan memiliki tata kelola yang baik maka perusahaan akan
memberikan keuntungan dan akan melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan
sebaik mungkin. Kegiatan operasional perusahaan akan berjalan secara transparan
dan bertanggungjawab untuk memastikan terjadinya peningkatan kesejahteraan
untuk menjamin kelangsungan keberadaannya kepada para stakeholders.

Harapan perusahaan dengan dibentuknya sistem tata kelola yang baik yaitu
akan semakin mampu mendorong keberhasilan kinerja keuangannya dengan
berlandasan aturan dan etika yang menjadi pedoman. Keberhasilan kinerja
keuangan ini akan memberikan pengaruh baik untuk para pemegang saham dan
peningkatan nilai perusahaannya (Kusuma & Nuswantara, 2021). Untuk lebih
meningkatkan nilai suatu perusahaan maka perlunya pengawasan terhadap
praktiknya mekanisme good corporate governance. Corporate governance
merupakan sistem pengendalian yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
komponennya meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komisaris independen dan komite audit.

Kepemilikan institusional merupakan skala kepemilikan yang dimiliki oleh


pihak institusi non-bank. Kepemilikan institusi akan mendapat pengawasan yang
lebih ketat jika saham kepemilikan institusinya tinggi hal ini akan membantu
perusahaan agar tindak kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh pihak
manajemen dapat terminimalisir (Leksono & Vhalery, 2018). Kepemilikan
institusional dapat diukur dengan membagi jumlah saham institusi dengan total
saham yang sedang beredar. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Setiawati
et al. (2021) menjelaskan bahwa hasil temuannya tentang kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil temuannya mengatakan
bahwa investor bisa menjadikan kepemilikan institusional sebagai suatu pilihan
sebelum memberikan keputusannya dalam hal berinvestasi. Tetapi hal ini berbeda
dengan temuan yang dilakukan oleh Leksono dan Vhalery (2018) dalam
penelitiannya kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.

Kepemilikan manajerial merupakan bentuk kepemilikan yang berasal dari


dalam perusahaan yaitu pihak manajemen. Pihak manajemen selain berperan
mengelola perusahaan juga ikut andil dalam mengambil keputusan hal ini
dikarenakan peran ganda yang dimiliki pihak manajemen yaitu sebagai pihak yang
mengelola perusahaan sekaligus menjadi pemegang saham yang ikut menanamkan
modalnya dalam perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan
membandingkan jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dengan jumlah
saham yang sedang beredar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Kusuma dan Nuswantara (2021) dalam temuannya menjelaskan bahwa
kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Temuan berbeda dilakukan oleh Setiawati et al. (2021) yang mengemukakan bahwa
hasil temuannya tentang kepemilikan manajerial menghasilkan pengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Komisaris independen adalah anggota yang bukan berasal dari dalam


perusahaan dimana komisaris ini akan bertindak secara independen untuk
melindungi kepentingan para investor (Kusuma & Nuswantara, 2021). Komisaris
independen dapat dihitung dengan membandingkan jumlah komisaris independen
dengan jumlah seluruh komisaris. Menurut pendapat dari Suhadak et al. (2019)
mengatakan bahwa peningkatan nilai perusahaan terjadi akibat pengaruh dari
komisaris independen. Semakin banyak komisaris independen maka akan lebih
mendorong perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaannya. Hal serupa
dengan hasil penelitian Fadrul et al. (2021) dan Hasanudin et al. (2020)
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.
Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Nuswantara
(2021) mengungkapkan bahwa ukuran komisaris independen justru tidak
berpengaruh atas peningkatan nilai perusahaan.

Komite audit yaitu suatu anggota yang mempunyai tugas untuk mengawasi
jalannya kegiatan operasional perusahaan dan mengawasi proses pelaporan
keuangan sehingga laporan yang dihasilkan akan lebih bermutu. Komite audit juga
berlaku sebagai mediator di antara komisaris dan para pemegang saham agar
kegiatan bisnisnya dapat dikendalikan dengan baik. Komite audit bisa diambil dari
komisaris independen maupun yang berasal dari luar perusahaan (Kusuma &
Nuswantara, 2021). Dengan adanya komite audit diharapkan segala bentuk
tindakan menyimpang yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam segi keuangan
dapat ditemukan dan dihindari. Jika komite audit mampu memantau agar tidak
terjadi kegiatan menyimpang maka peran komite audit berjalan dengan baik
sehingga akan membantu perusahaan dengan meningkatnya nilai perusahaan
(Fathiyah & Mufidah, 2020). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Faley
dan Muslichah (2020) komite audit yang diproksikan menggunakan jumlah komite
audit menghasilkan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan berdasarkan
penelitian Marthania dan Setiany (2022) komite audit dengan menggunakan proksi
yang sama namun hasil yang didapatkan berbeda dimana komite audit tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kedua penelitian tersebut menggunakan
proksi yang sama yaitu menggunakan jumlah anggota komite audit tetapi
menghasilkan temuan yang berbeda. Berdasarkan ketidakonsistenan hasil
penelitian terdahulu proksi komite audit diganti menggunakan proksi yang berbeda
yaitu menggunakan frekuensi pertemuan komite audit.

Untuk menambah nilai perusahaan agar semakin memiliki citra yang baik
faktor lainnya yaitu melalui pengungkapan corporate social responsibility.
Corporate social responsibility merupakan suatu kebijakan dan strategi yang dibuat
dan diusahakan perusahaan terhadap lingkungan sekitar perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab untuk mengetahui dampak yang timbul dari segi ekonomi, sosial
dan lingkungannya sesuai dengan UU No. 32 tahun 2009 yang berisi tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Alasan diterapkannya tanggung
jawab sosial pada perusahaan yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat yang
semakin tinggi sehingga menuntut akan bentuk pertanggungjawaban perusahaan
terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya (Siregar
& Deswanto, 2018).

Investasi merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak perubahan


baik dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari
investasi pastinya harus positif karena tujuannya untuk pembangunan ekonomi
berkelanjutan sehingga pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan meningkat tajam.
Pembangunan ekonomi berkelanjutan inilah yang akan membantu perusahaan
dalam memperbaiki kondisi laporan keuangan perusahaan. Corporate social
responsibility sangatlah penting karena dengan pengungkapan CSR yang dilakukan
perusahaan akan menjadi suatu penilaian bagi masyarakat dimana perusahaan
memberikan informasi tentang kebijakannya terhadap lingkungan mereka sehingga
akan mengurangi risiko ketidakpastian dan keunggulan untuk bersaing dengan
perusahaan lainnya. Penilaian inilah yang akan meningkatkan nilai perusahaan
(Siregar & Deswanto, 2018). Dengan adanya corporate social responsibility
perusahaan akan semakin terdorong untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya
secara lebih maksimal karena agar tidak menimbulkan efek yang kurang baik
terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Penerapan corporate social responsibility
di dalam perusahaan masih terdapat problem di sebagian kalangan karena CSR
dianggap ajang untuk memperoleh dana di luar kewajiban seperti kewajiban
membayar pajak.

Pengungkapan CSR akan memberikan manfaat bagi investor karena


pengungkapan tersebut sebagai bentuk sinyal dari keberhasilan kinerja perusahaan
sehingga investor akan memiliki ketertarikan untuk menanamkan modalnya (Fadrul
et al., 2021). Berdasarkan penelitian Fadrul et al. (2021) dengan pengungkapan
CSR akan semakin meningkatkan kinerja keuangan dan hal ini akan mendorong
terjadinya peningkatan potret perusahaan yang baik. Jika perusahaan memiliki
potret yang baik maka komitmen dari para konsumennya semakin tinggi. Dalam
penelitian ini pengungkapan CSR suatu perusahaan menggunakan kombinasi dari
indikator Global Reporting Initiative (GRI) versi G4 yang diterbitkan pada tahun
2013 dan indikator paling terbaru yaitu GRI standard yang diterbitkan pada tahun
2018. Pengukuran corporate social responsibility adalah dengan menggunakan
corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) mengacu pada penelitian
Patmawati (2017). Pada dasarnya tujuan diterapkannya CSR di suatu perusahaan
yaitu demi tercapainya tingkat kesejahteraan yang tinggi dan meningkatkan
produktivitas pegawainya tetapi dengan tetap memperhatikan kesadarannya
terhadap lingkungan.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu terdapat berbagai temuan yang


berbeda seperti temuan telah dilakukan oleh Kamaliah (2020) menjelaskan bahwa
corporate social responsibility yang indikatornya pengungkapan kesejahteraan
masyarakat dan kesadaran lingkungan menghasilkan bahwa CSR berpengaruh pada
nilai perusahaan. Temuan serupa dilakukan oleh Susanto dan Ardini (2016) yang
mengatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Tetapi terdapat temuan yang berbeda
dilakukan oleh Augustina et al. (2020) yang menghasilkan bahwa corporate social
responsibility tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kinerja keuangan juga salah satu bagian yang penting dari suatu perusahaan
dimana kinerja keuangan dapat dijadikan patokan oleh investor untuk dapat melihat
baik dan buruknya keadaan suatu perusahaan dan keadaan posisi keuangannya
sehingga investor akan lebih mempertimbangkan lagi sebelum menanamkan
modalnya. Penilaian investor tentang kinerja keuangan dirasa cukup penting dan
dibutuhkan karena dengan mengamati kinerja keuangan yang dihasilkan oleh
perusahaan akan melihat bagaimana pencapaian keberhasilan yang telah dicapai
oleh perusahaan (Irwanti & Ratnadi, 2021). Pencapaian keberhasilan suatu
perusahaan meliputi laba yang didapat secara maksimal dalam melaksanakan
kegiatan operasional perusahaan. Jika perusahaan tidak mempunyai kinerja yang
baik hal ini pastinya akan berbahaya bagi nilai saham dan para pemegang
sahamnya. Jika kinerja perusahaan buruk maka pemegang saham akan berpikir
kembali apakah akan menaruh atau justru menarik kepemilikan saham pada
perusahaan tersebut.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dihitung dengan analisis rasio


keuangan pada laporan keuangan yang telah dipublikasi oleh perusahaan dan
akuntan publik sudah ikut serta untuk proses pengauditan laporan keuangannya.
Rasio keuangan ini secara tidak langsung akan membantu investor tetapi investor
setidaknya akan memiliki gambaran dan penilaian tentang suatu perusahaan.
Informasi keuangan secara lengkap terdapat dalam laporan keuangan perusahaan
yang dapat membantu para investor agar dapat mengetahui kinerja dari suatu
perusahaan. Investor dapat menganalisa laporan keuangan agar dapat mengetahui
perbandingan dari perusahaan yang satu dengan perusahaan lain. Dengan adanya
laporan keuangan maka akan terlihat gambaran dari kinerja keuangan perusahaan
dalam suatu masa. Laporan keuangan tersebut berisi informasi tentang keadaan
keuangan perusahaan serta kegiatan operasional perusahaan. Dengan memiliki
laporan keuangan yang baik perusahaan akan mendapatkan sedikit keuntungan
yaitu terkait pengambilan keputusan perusahaan.
Perlunya menganalisa laporan keuangan yaitu untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan khususnya bagi
pihak investor dan kreditur (Hutabarat, 2020). Manajemen perusahaan juga
menganalisa laporan keuangan agar dapat melakukan perbaikan sebelum
pengambilan keputusan sehingga kinerja keuangan yang dihasilkan akan lebih baik
lagi. Selain dijadikan patokan oleh investor kinerja keuangan juga dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi perusahaan agar dapat memperbaiki kinerja keuangan
agar semakin baik pada periode mendatang sehingga mampu untuk meningkatkan
nilai perusahaannya.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan kinerja keuangan terbukti


memiliki pengaruh atas peningkatan nilai perusahaan seperti penelitian yang sudah
dilakukan oleh Fadrul et al. (2021), Aini dan Faisal (2021), Irwanti dan Ratnadi
(2021). Untuk itu kinerja keuangan dijadikan sebagai variabel mediasi untuk
mengetahui apakah mampu kinerja keuangan dalam memediasi variabel struktur
modal, penerapan good corporate governance, dan pengungkapan corporate social
responsibility untuk lebih meningkatkan nilai perusahaannya. Kinerja keuangan
diukur menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return on Assets (ROA). ROA
diukur dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset
yang dimiliki perusahaan hal ini akan diketahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Berdasarkan latar belakang, fenomena gap dan research gap
yang telah diuraikan penelitian ini dimodifikasi lebih lanjut untuk memperkuat
penelitian sebelumnya dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Good Corporate
Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Mediasi (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor
Aneka Industri di BEI pada tahun 2017-2020)”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan
cakupan masalah yang telah diuraikan diatas, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan?


2. Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
5. Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
6. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap kinerja
keuangan?
7. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
8. Apakah kinerja keuangan mampu memediasi pengaruh struktur modal terhadap
nilai perusahaan?
9. Apakah kinerja keuangan mampu memediasi pengaruh good corporate
governance terhadap nilai perusahaan?
10. Apakah kinerja keuangan mampu memediasi pengaruh corporate social
responsibility terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.


2. Untuk menganalisis pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan.
3. Untuk menganalisis pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai
perusahaan.
4. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan.
5. Untuk menganalisis pengaruh good corporate governance terhadap kinerja
keuangan.
6. Untuk menganalisis pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja
keuangan.
7. Untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
8. Untuk menganalisis apakah kinerja keuangan mampu memediasi struktur
modal terhadap nilai perusahaan.
9. Untuk menganalisis apakah kinerja keuangan mampu memediasi good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
10. Untuk menganalisis apakah kinerja keuangan mampu memediasi corporate
social responsibility terhadap nilai perusahaan.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah berdasarkan dengan uraian latar belakang dan cakupan
masalah yang ditinjau hanya dibatasi pada penyelesaian masalah yaitu bagaimana
pengaruh struktur modal, good corporate governance dan corporate social
responsibility terhadap nilai perusahaan serta pengaruhnya jika dimediasi dengan
kinerja keuangan. Variabel struktur modal diproksikan menggunakan DER dimana
tujuannya untuk membandingkan total utang yang wajib untuk dibayar oleh
perusahaan dengan total ekuitas. Indikator dalam penerapan GCG yaitu
berdasarkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris
independen dan komite audit. Untuk menghitung pengungkapan CSR yaitu dengan
corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) dimana dengan
membandingkan total item yang diungkapkan oleh perusahaan dengan total
keseluruhan pengungkapan CSR. Variabel kinerja keuangan dihitung
menggunakan rumus ROA sebagai variabel mediasi dan nilai perusahaan dihitung
menggunakan rumus PBV. Penelitian ini juga dibatasi pada objek penelitian yaitu
perusahaan pada sektor aneka industri selama tahun 2017-2020 dan terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yaitu diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan:

1. Manfaat Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan tinjauan dan
wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan
seperti struktur modal, penerapan GCG, CSR serta pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan serta peran mediasi dari kinerja keuangan. Untuk penelitian sejenis
selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
para investor dalam melihat nilai perusahaan untuk dapat lebih jeli melihat
kondisi perusahaan dan risiko yang akan terjadi sehingga investor akan tepat
sasaran dalam menanamkan modal di suatu perusahaan.
b. Bagi Perusahaan : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak manajemen perusahaan terkait struktur modal yang dimiliki,
penerapan GCG dan CSR di dalam perusahaan serta hasil kinerja keuangan
untuk dapat mengetahui nilai perusahaannya sehingga mampu untuk dijadikan
bahan evaluasi perusahaan.
c. Bagi Masyarakat : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
wawasan baru kepada masyarakat yang belum pernah melakukan investasi
sehingga mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi nilai perusahaan
sehingga jika nanti ingin menanamkan modal di suatu perusahaan masyarakat
tidak salah sasaran.

1.6 Keaslian Penelitian


Keaslian dalam penelitian ini yaitu fenomena yang diangkat terkait
pertumbuhan ekonomi Indonesia turun lalu tumbuh melambat. Faktor yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun salah satunya yaitu tingkat dalam
berinvestasi. Suatu perusahaan akan berlomba-lomba untuk dapat menaikan nilai
perusahaannya sehingga para investor akan lebih tertarik dan berminat pada
perusahaan tersebut. Untuk membantu investor agar tidak salah dalam berinvestasi
di suatu perusahaan penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan mulai dari struktur modal, GCG, CSR dan kinerja
keuangan perusahaan.

Selain itu objek yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu perusahaan
manufaktur dari sektor aneka industri dimana pada penelitian-penelitian
sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur dari berbagai sektor seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Natsir dan Yusbardini (2019). Alasan
menggunakan objek perusahaan manufaktur dari sektor aneka industri karena
sektor aneka industri memberikan sumbangsih paling tinggi pada tahun 2021
diantara sektor yang lainnya. Penggunaan periode penelitian tahun 2017-2020 yaitu
bertujuan untuk melihat apakah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan,
penerapan GCG dan CSR pada perusahaan serta kinerja keuangan yang dihasilkan
sudah cukup baik dan apakah mampu meningkatkan nilai perusahaannya sehingga
perusahaan sektor aneka industri memberikan sumbangsih yang tinggi pada tahun
2021. Dengan adanya informasi yang baik maka investor tingkat ketertarikan
investor dalam berinvestasi di perusahaan tersebut akan lebih tinggi dan akan
mampu mempertahankan investor yang sudah menanamkan modal sebelumnya di
perusahaan tersebut. Dengan menggunakan jenis industri dan periode yang berbeda
maka hasil temuannya pun akan berbeda.

Keaslian yang lainnya yaitu dalam menilai GCG menggunakan indikator


komite audit dengan proksi yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian ini proksi komite audit menggunakan jumlah rapat dari komite audit
dimana pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan jumlah komite audit
seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Patmawati (2017) dan Negara (2019).
Alasan menggunakan proksi frekuensi pertemuan komite audit karena komite audit
sendiri berperan penting dalam pelaporan keuangan. Selain itu peran komite audit
untuk menjaga kredibilitas dalam mengawasi penyusunan laporan keuangan
sehingga pertemuan dari komite audit sangat mempengaruhi akan laporan yang
dihasilkan nantinya dimana kehadiran dari komite audit ada kaitannya dengan
tingkat kesalahan yang dihasilkan dari laporan keuangan. Dengan menggunakan
proksi yang berbeda diharapkan hasil penelitian yang didapatkan dapat menjawab
ketidakonsistenan penelitian terdahulu. Selain itu untuk mengungkapkan corporate
social responsibility menggunakan dua standar pelaporan yaitu GRI G4 dan GRI
standard. Hal ini dikarenakan periode penelitian yang digunakan adalah tahun
2017-2020 sehingga pada tahun 2017 standar pelaporan perusahaan masih
menggunakan GRI G4 dan mulai tahun 2018 standar pelaporan sudah diterbitkan
yang terbaru yaitu GRI standard.

Anda mungkin juga menyukai