Berdasarkan tabel dan grafik pertumbuhan ekonomi tersebut, maka dapat dilihat
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 5 tahun terakhir tergolong stabil
dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2022 sebesar 15,38%. Pada tahun 2020,
terlihat bahwa pertumbuhan PDB mengalami penurunan yang signifikan akibat
pandemi Covid-19. Namun kembali meningkat di tahun 2021 hingga 2022. Ini
menunjukkan saat ini ekonomi sedang mengalami pertumbuhan. Hasil analisis ini
memberikan kesimpulan bagi bahwa kondisi pasar saat ini memberikan peluang
investasi yang baik yang memungkinkan dapat memberikan keuntungan dalam
investasi.
b. Analsis makroekonomi juga dapat diukur dengan melihat tingkat inflasi. Inflasi
memangaruhi investasi karena mengakibatkan penurunan daya beli uang sehingga
dapat mengurangi nilai poortofolio investasi. Bank Indonesia menyatakan bahwa
inflasi September 2023 tetap terjaga kisaran 3,0±1% dan sebesar 0,19% (mtm)
berdasarkan IHK dalam BPS dimana nilai ini lebih rendah dari bulan sebelumnya. Hal
ini menggambarkan kebijakan moneter yang baik dalam pengendalian inflasi sehingga
memungkinkan peluang investasi yang menguntungkan.
c. Suku bunga juga memengaruhi keputusan investasi. Suku bunga yang meningkat
memberikan sinyal negatif bagi investasi saham dan memungkinkan investor dapat
menarik investasi. Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan pada BI 7-day
reverse repo rate sebesar 5,75% pada bulan September dimana besaran suku bunga ini
tetap dari bulan-bulan sebelumnya. Ini merupakan sinyal yang baik bagi investasi.
d. Adapun kurs rupiah juga menjadi variabel dalam analisis makroekonomi. Menguatnya
kurs rupiah menjadi sinyal positif bagi perekonomian. Menteri Keuangan, Sri Mulyani
dalam konferensi pers APBN menyatakan bahwa nilai tukar rupiah menguat sebesar
5,6% sepanjang tahun 2023 dan level Kredit Default Swap (CDS) juga stabil dimana
hal ini mengindikasikan risiko investor semakin membanik terhadap Indonesia
semakin. Dalam hal ini juga berarti membawa peluang atau sinyak positif dalam
investasi.