Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grand Theory

1.1.1 Pecking Order Theory

Pecking order theory ditemukan oleh Donaldson pada tahun 1984 kemudian

disempurnakan oleh Myers dan Majluf (1984). Teori pecking order menawarkan

alternatif pendanaan dalam keputusan pendanaan. Teori pecking order lebih

mendahulukan penggunaan sumber pendanaan yang berasal sumber internal

perusahaan sebagai pendanaan utama dalam kegiatan operasional kemudian

menggunakan pendanaan eksternal apabila pendanaan internal perusahaan tidak

mencukupi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada bagaimana

perusahaan menentukan urutan prioritas untuk mendapatkan sumber dana. Sumber

pendanaan perusahaan terdiri dari sumber pendanaan internal dan pendanaan

eksternal.

Brealey & Myres (1991) yang dijelaskan dalam Husnan (1996:324), menyatakan:

1. Suatu perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu daripada

menggunakan pendanaan eksternal.

2. Jika dibutuhkan pendanaan ekternal, maka perusahaan akan memilih menggunakan

pendanaan dari sekuritas yang memiliki tingkat risiko yang paling rendah.
3. Dalam penetapan pembayaran dividen yang akan dilakukan tidak terpengaruh oleh

keuntungan atau kerugian yang diterima oleh perusahaan. Apabila dana yang

dibutuhkan masih kurang langkah selanjutnya perusahaan akan mengurangi saldo

atau menjual sekuritas.

4. Ketika perusahaan memerlukan pendanaan ekstermal, perusahaan akan

menerbitkan obligasi terlebih dahulu dan apabila pendanaan masih diperlukan maka

perusahaan akan menerbitkan saham baru.

Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan dengan profit yang tinggi

akan menggunakan utang dalam bentuk yang lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena

perusahaan hanya memerlukan external financing yang sedikit. Sedangkan

perusahaan yang kurang menguntungkan akan memiliki hutang yang lebih besar

karena pendanaan internal yang tidak mencukupi sehinga membutuhkan pendanaan

eksternal berupa hutang.

Terdapat alasan mengapa perusahaan lebih memilih pendanaan ekternal

berupa hutang daripada menerbitkan saham baru yaitu pertimbangan biaya emisi

yang diterima perusahaan. Perusahaan akan mendapat biaya emisi yang lebih murah

dari obligasi dibandingkan dengan perusahaan yang menerbitkan saham baru.

Selain itu, penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Myers

(1984) menjelaskan bahwa dengan adanya asimetri informasi, menerbitkan ekuitas

akan menjadi berita buruk bagi para investor. Respon negatif muncul karena

anggapan investor kepada manajemen bahwa perusahaan tidak mampu membayar

bunga jika menggunakan hutang sebagai akibat dari kinerja yang kurang bagus.

Biaya pendanaan saham akan lebih tinggi dibandingkan dengan utang karena
banyak melibatkan pihak lain, seperti penjamin emisi (underwriter), notaris dan

lain-lain (Sari, 2000).

2.2 Kajian Variabel Penelitian

2.2.1 Struktur modal

Laporan keuangan perusahaan meencakup sisi asset yang memperlihatkan

sisi ekuitas dan sisi liabilitas yang mencerminkan struktur keuangan perusahaan.

Struktur modal merupakan suatu keputusan dalam pendanaan perusahaan yang

berasal dari modal internal dan modal eksternal perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan operasional perusahaan.

Struktur modal adalah faktor yang penting dalam suatu perusahaan, karena

struktur modal merupakan unsur dalam struktur keuangan perusahaan yang dikaji

sepanjang waktu dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (Ridloah,

2010). Brigham dan Houston (2006) mengemukakan bahwa struktur modal

merupakan kombinasi hutang saham, dan saham preferen yang dimanfaatkan

perusahaan untuk memperoleh modal. Struktur permodalan menunjukkan porposi

dana yang dihimpun untuk investasi dengan menggunakan sumber pendanaan

jangka panjang, sehingga manajemen harus efektif dalam menentukan jumlah

hutang agar dapat mencapai titik impas antara risiko dan pengembalian.

Dalam struktur modal selalu melibatkan pertukaran antara risiko yang akan

diterima perusahaan dengan tingkat pengembalian yang akan dilakukan

perusahaan. Ketika perusahaan menggunakan pendanaan eksternal yang berupa

hutang untuk memenuhi kegiatan operasionalnya, maka hal tersebut meningkatkan


risiko bagi pemegang saham perusahaan. Perusahaan akan berusaha keras untuk

mencapai kondisi struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang optimal adalah

struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham perusahaan, biasanya

membutuhkan rasio hutang yang lebih rendah daripada yang memaksimalkan rasio

laba per saham (Brigham dan Houston, 2006).

Komponen struktur modal antara lain modal asing atau hutang dan ekuitas

jangka panjang (Weston dan Copeland, 1996: 4). Berikut penjelasan tentang

komponen dalam struktur modal.

1. Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang merupakan hutang dengan jangka waktu pembayaran

yang panjang, biasanya lebih dari sepuluh tahun. Jenis hutang jangka panjang

meliputi:

a. Hutang obligasi

Hutang obligasi adalah hutang perusahaan dalam bentuk obligasi dimana debitur

menerbitkan surat konfirmasi hutang dengan nilai nominal tertentu.

b. Pembayaran gadai

Hutang hipotek adalah hutang jangka panjang dimana kreditur memiliki jaminan

atas harta benda yang sebenarnya, sehingga debitur tidak dapat melunasi hutang,

proyek dapat dijual dan hasil penjualan untuk membayar hutang.

Pendanaan eksternal berupa hutang dengan jangka waktu yang panjang

merupakan sumber pendanaan yang sering digunakan perusahaan untuk memenuhi

struktur modalnya. Sumber pendanaan tersebut dapat digunakan perusahaan untuk


mendanai ekspansi perusahaan. Saat memberikan pinjaman kepada debitur,

kreditur akan memberikan jangka waktu tertentu kepada debitur untuk melunasi

hutangnya, dan pada saat yang sama juga memiliki persyaratan tertentu yang harus

dipenuhi oleh debitur. Terlepas dari situasi keuangan perusahaan pada saat itu

hutang harus dibayar pada waktu yang telah dijadwalkan bersama dengan bunga

yang disepakati. Jika perusahaan tidak mampu melunasi utangnya pihak pemberi

pinjaman dapat meminta perusahaan untuk menjual aset yang sebelumnya

digunakan sebagai jaminan, dan hasil penjualan digunakan untuk melunasi

utangnya. Ketika perusahaan tidak mampu membayar hutang atau bunganya maka

akan menyebabkan perusahaan kehilangan kendali atas sebagian atau seluruh

modal yang ditanamkan di perusahaan, dan kreditor juga dapat kehilangan kendali

atas sebagian atau seluruh dana yang dipinjamkan beserta bunganya. Hal ini

dikarenakan berbagai bentuk perusahaan implantasi selalu menghadapi resiko

kerugian. Pendanaan yang efisien terjadi ketika perusahaan dapat meminimalkan

biaya penggunaan seluruh modalnya sehingga nilai perusahaan maksimal.

2. Memiliki dana atau ekuitas pemilik

Modal yang dimiliki perusahaan merupakan modal dari pemilik perusahaan

sebagai modal untuk kegiatan awal perusahaan selama jangka waktu tertentu.

Pendanaan perusahaan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pendanaan internal

dan eksternal perusahaan. Sumber internal berasal dari laba yang diperoleh

perusahaan, sedangkan sumber eksternal berasal dari simpanan pemilik.


Komponen modal sendiri merupakan pendanaan yang ada dalam

perusahaan yang menanggung semua risiko termasuk risiko usaha dan risiko

lainnya. Tidak ada jaminan dana sendiri selama periode pembayaran atau

pembayaran kembali. Perusahaan perlu menentukan modal minimum yang

dibutuhkan untuk memastikan berjalannya kegiatan perusahaan dan meminimalkan

perusahaan dari risiko kebangkrutan.

Stuktur modal dapat diketahui dengan membagi total hutang perusahaan

dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengukur

perbandingan antara total hutang dengan total aset yang dimiliki perusahaan.

Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa semakin banyak aktiva perusahaan yang

dibiayai dengan hutang, dan hal ini berisiko tinggi terhadap perusahaan.

Rasio struktur modal yang biasa digunakan antara lain: DAR (Total Debt to

Total Assets Ratio), DER (Total Debt to Equity Ratio), dan LDER (Long Term Debt

to Equity Ratio). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah DER. Alasan

menggunakan DER dalam penelitian ini karena rasio ini dicari dengan

membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dan seluruh ekuitas.

Rasio ini juga berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam

dengan pemilik perusahaan. semakin tinggi jumlah hutang yang dimiliki

perusahaan , maka semakin tinggi pula tingkat risiko kredit yang ditanggung

perusahaan sehingga terdapat kemungkinan akan menurunkan nilai perusahaan.


2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Banyak faktor-faktor yangpmempengaruhi struktur modal perusahaan.

Brigham dan Houston (2006:42) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur modal:

1. Stabilitas penjualan.

2. Struktur asset. Perusahaan yang memiliki aset dengan nilai yang tinggi akan

mendorong penggunaan lebih banyak hutang.

3. Leverage operasi. Perusahaan yang menggunakan jaminan pinjaman yang sedikit

memiliki leverage keuangan yang besar karena risiko bisnis perusahaan yang lebih

kecil.

4. Pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat

akan lebih banyak menggunakan dana eksternal.

5. Profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi

akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Alasan praktisnya adalah perusahaan

dengan laba yang tinggi seperti tidak membutuhkan banyak hutang. Tingkat

pengembalian yang tinggi memungkingkan mereka dapat memenuhi kebutuhan

perusahaan dengan pendanaan internal.

6. Perpajakan. Bunga.merupakan beban dari pengurangan pajak perusahaan dan

pengurangan pajak merupakan hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan

tarif pajak yang tinggi. Semakin tinggi tarif pajak perusahaan, semakin besar

keuntungan dari hutang yang dilakukan.

7. Kontrol. Saham dan hutamg memiliki dampak terhadap pengendalian

manajemen akan mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen memiliki suara


sebesar 50% dalam saham, tetapi perusahaan dalam posisi dimana tidak dapat lagi

menanggung hutang, maka manajemen dapat menggunakan hutang sebagai

alternatif dana baru. Jika situasi keuangan perusahaan sangat rapuh sehingga

penggunaan hutang membawa risiko gagal bayar, maka manajemen dapat

menggunakan ekuitasnya.

8. Sikap manajemen. Manajemen perusahaan yang konservatif akan menggunakan

pendanaan eksternal yang berupa hutang yang lebih sedikit daripada perusahaan

biasa dalam industri mereka. Manajer yang agresif akan menggunakan lebih banyak

hutang untuk mencari keuntungan yang tinggi.

9. Sikap dari pihak yang memberikan pinjaman dan lembaga pemeringkatan

10. Kondisi pasar. Perubahan jangka panjang atau perubahan jangka pendek di

pasar saham dan pasar obligasi dapat memberikan implikasi penting bagi penerapan

struktur modal yang baik

11. Kondisi dalam perusahaan

12. Fleksibilitas keuangan

Penelitian ini menggunakan lima faktor untuk mempelajari pengaruhnya

terhadap struktur modal perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah profitabilitas,

ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan aset, dan cost

of financial distress. Pemilihan kelima faktor tersebut didasarkan pada perbedaan

dampak hasil penelitian terhadap struktur modal.

2.5 Profitabilitas

Tujuan utama perusahaan adalah untuk mencari keuntungan dari kegiatan

operasionalnya yang nantinya akan dapat memaksimalkan kesejahteraan pemilik


saham. Brigham & Houston (2006) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan

hasil akhir dari serangkaiain kebijakan dan keputusan yang dirumuskan oleh

sekumpulam rasio yang menunjukan gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,

dan hutang hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan manajemen

seperti keuntungan dari penjualan dan investasi (Weston & Brigham, 1993: 115).

Rasio profitabilitas memberikan keuntungan bagi perusahaan yang berasal

dari pengurangan biaya dari barang yang akan dijual (Horne & Wachowicz 2005).

Profitabilitas merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam

penentuan pendanaan yang akan digunakan perusahaan karena, perusahaan yang

memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan sedikit hutang karena laba

ditahan yang dimiliki cukup untuk membiayai sebagian besar kebutuhan

perusahaan. Profitablitas memiliki peran penting dalam menekankan berapa banyak

utang yang akan digunakan perusahaan.

Atmaja (2008) menjelaskan bahwa pengukuran profitabilitas dapat

dilakukan dengan beberapa metode antara lain: ROA (Return on Assets), ROE

(Return on Equity), BEP (Basic Earning Power), dan NPM (Net Profit Margin).

Penelitian.ini menggunakan rasio profitabilitas ROA (Return on Assets). Dimana

ROA mempresentasikan kemampuan.perusahaan untuk menghasilkan laba dari

modal sendiri, sehingga besarnya ROA menentukan tingkat efisiensi perusahaan

dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROA

perusahaan maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal untuk

menghasilkan laba bersih perusahaan (Brigham dan Houston, 2014). Alasan

menggunakan ROA dalam penelitian ini karena ROA digunakan sebagai dasar
untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Tingginya

ROA dapat memperlihatkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan laba yang

tinggi, sehinggi dapat menarik investor untuk berinvestasi dan terdapat

kemungkinan akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besarnya aset yang dimiliki oleh

perusahaan (Nugrahani & Sampurno, 2012). Ukuran perusahaan terlihat dari total

aktiva perusahaan yang digunakan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Jika total aktiva perusahaan besar, maka manajemen dapat menggunakan aset yang

ada dengan lebih fleksibel. Dari perspektif manajemen, pengendalian perusahaan

terhadap aset yang mudah akan meningkatkan nilai perusahaan (Suharli, 2006).

Menurut (Yoshendy et al., 2015), ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva

perusahaan, jumlah penjualan (turnover), atau jumlah karyawan. Jadi, ukuran

perusahaan adalah kinerja terbaik perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasinya yang tercermin dari total aktiva. Ukuran perusahaan merupakan

keefektifan perusahaan dalam menjalankan aktvitas perusahaannya yang dapat

tercermin dari total aktiva.

Dari beberapa penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ukuran

perusahaan (size) berpengaruh dalam struktur modal perusahaan. Perusahaan

dengan ukuran perusahaan yang kecil belum membutuhkan banyak pendanaan

dalam kegiatan operasional yang dijalankan. Perusahaan dengan ukuran yang kecil

akan membutuhkan sumber pendanaan yang lebih banyak untuk menjalankan


kegiatan operasionalnya akan mengalami kesulitan dalam memperoleh pendanaan

eksternal yang berupa utang karena, kemungkinan gagal bayar sangat tinggi. Hal

tersebut memperkecil penggunaan utang sebagai sumber pendanaan. Sebaliknya,

perusahaan dengan ukuran yang besar membutuhkan pendanaan yang lebih besar

untuk memenuhi kegiatan operasionalnya sehingga perusahaan membuat

keputusan untuk menggunakan utang atau modal eksternal dalam struktur

modalnya apabila struktur modal sendiri tidak dapat mencukupi, sehingga hal

tersebut mendorong perusahaan untuk memperbesar struktur modalnya. Perusahaan

dengan ukuran kecil lebih tanggap dalam perubahan bisnis dibandingkan dengan

perusahaan besar karena perusahaan kecil lebih mudah dalam menerima perubahan

dibandingkan dengan perusahaan besar.

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus logaritma natural total aset

atau penjualan bersih. Pada umumnya perusahaan besar memiliki struktur aktiva

yang tinggi, aktiva dapat digunakan sebagai jaminan apabila perusahaan akan

menggunakan utang sehingga pengukuran firm size dapat dilihat dari total aktiva

perusahaan. Perhitungan rumus size yaitu:

1. Total Aset

Size = Ln (Total Aktiva)

(Milansari et al., 2020)

2. Sales

Size = Ln (Penjualan)

(Kurniawan dan Yuyetta, 2015)


Rumus yang digunakan untuk menghitung ukuran perusahaan dalam penelitian ini

dengan menggunakan natural log total aktiva. Penggunaan total aktiva akan lebih

menggambarkan yang sebenarnya dalam menilai ukuran suatu perusahaan sebagai

faktor yang mempengaruhi struktur modal. Beberapa penelitian terdahulu

menyebutkan ukuran perusahaan dapat dilihat dari keseluruhan aktiva yang dimiliki

perusahaan. Milansari et al., (2020), Riyantina & Ardiansari (2017), dan Kawiswara

et al. (2014) menggunakan logaritma natural total aset sebagai penentu ukuran

perusahaan. Mengikuti beberapa penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini

menggunakan logaritma natural total aset untuk menilai ukuran perusahaan.

2.7 Likuiditas

Perusahaan dan investor seringkali menggunakan likuiditas untuk

menentukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Kewajiban jangka pendek yang ditanggung perusahaan terdiri dari biaya tagihan

listrik, gaji karyawan, atau hutang yang jatuh tempo. Beberapa perusahaan tidak

dapat melunasi hutang pada waktu yang ditentukan karena perusahaan tidak

memiliki cukup dana untuk melunasi hutang yang seharusnya dilunasi. Kasus

semacam itu akan mempengaruhi hubungan antara perusahaan dengan pihak

kreditur, maupun dengan pihak distributor. Dalam waktu yang lama keadaan ini

dapat berdampak pada pelanggan dan kemudian perusahaan akan mengalami krisis

yang menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan.

Menurut Brigham dan Houston (2014: 134), mengatakan bahwa:

“Aset likuid merupakan aset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat
dikonversi dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku, sedangkan
posisi likuiditas suatu perusahaan berkaitan dengan pertanyaan, apakah perusahaan
mampu melunasi utangnya ketika utang tersebut jatuh tempo di tahun berikutnya.”
Rasio likuiditas terdiri dari: rasio lancar (Current Ratio), rasio cepat (Quick

Ratio), dan rasio kas (Cash Ratio). Dalam penelitian ini menggunakan current ratio

sebagai alat ukur rasio likuiditas. Alasan menggunakan Current Ratio pada

penelitian ini adalah rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya.

Ketika hutang jangka pendeknya kecil kemungkinan perusahaan dalam

memperoleh laba pada akhir tahun semakin besar. Rasio Current Ratio

menjelaskan selisih antara aset lancar dengan hutang lancar. Aset lancar terdiri dari

kas, piutang, surat berharga, piutang, persediaan serta akun lainnya. Sedangkan

hutang lancar terdiri dari hutang dengan tempo waktu kurang dari satu tahun.

Current ratio memperlihatkan tingkat keamanan perusahaan terhadap

hutang jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki current ratio yang besar tidak

menjamin bahwa perusahaan akan mampu membayar hutang pada saat jatuh tempo

karena proporsi aset lancar tidak menguntungkan. Pada penelitian ini nilai likuiditas

dapat diketahui dengan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Likuiditas memiliki pengaruh yang

signifikan baik secara positif maupun negative terhadap struktur modal. Dalam teori

pecking order perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan menerbitkan

sedikit hutang, karena saldo likuiditas akan digunakan untuk pembiayaan investasi.

Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi tidak menutup kemungkinan akan


mempunyai nilai hutang yang tinggi yang disebabkan oleh kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan hutang jangka pendek.

2.8 Struktur Aktiva

Menurut Rofiqoh (2014) struktur aktiva merupakan perbandingan antara

aset tetap dengan total aset. Aktiva lancar digunakan dalam pembiayaan perusahaan

jangka pendek dalam kurun waktu tidak lebih dari dua belas bulan atau satu tahun

sedangkan pembiayaan jangka panjang dibiayai dengan aktiva tetap sebagai

jaminan dan dalam periode waktunya lebih dari satu tahun. Semakin besar struktur

aktiva perusahaan maka semakin besar struktur modal yang dimiliki perusahaan.

Sebaliknya semakin kecil struktur aktiva maka semakin rendah kemampuan

perusahaan dalam menjamin hutang jangka panjangnya (Sriwulandari, 2009 dalam

Puspita & Kusumaningtias, 2010).

Struktur aktiva pada laporan keuangan perusahaan terdiri dari aset lancar

dan aset tidak lancar. Perusahaan yang mampu memenuhi kebutuhan dengan dana

internalnya ditandai dengan kemampuan perusahaan dalam membiayai kebutuhan

operasionalnya, sehingga penggunaan dana eksternal tidak diperlukan karena

perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dalam kegiatan operasionalnya.

Perusahaan dengan kepemilikan struktur aktiva yang besar cenderung

memiliki struktur modal yang besar yang dapat digunakan perusahaan sebagai

agungan hutang perusahaan, sebaliknya semakin kecil struktur aktiva perusahaan

semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka panjang

(Tinggi et al., 2009). Perusahaan cenderung meningkatkan aktiva tetap untuk


meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan aktiva tetap perusahaan mendorong

penggunaan utang yang lebih besar sehingga mendorong perusahaan untuk

mengambil pendanaan eksternal. Penambahan aktiva tetap perusahaan bertujuan

untuk menambah produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang produksi

yang kemudian dijual dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Pada umumnya modal perusahaan tertanam dalam aktiva tetap dan

pendanaan untuk aktiva dibiayai oleh modal sendiri. Maka untuk mencari struktur

aktiva yang relevan, yanitu sebagai berikut:

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝)


𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

2.9 Tingkat Pertumbuhan Aset

Tingkat pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan kepemilikan aset

perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi menyebabkan

perusahaan membutuhkan lebih banyak tambahan aset untuk mendukung kegiatan

operasionalnya sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan lebih banyak menggunakan utang (Heriyani, 2011 dalam Kartika &

Dana, 2015).

Menurut Brigham dan Houston (2014), rasio manajemen aset (aset

management ratios) mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya.

Rasio ini menunjukkan apakah jumlah aset terlihat wajar, terlalu rendah, atau terlalu

tinggi jika dilihat dari penjualan aset. Ketika perusahaan memperbanyak jumlah

aset yang dimilikinya maka, perusahaan membutuhkan lebih banyak modal baik
dari bank maupun dari sumber lain. Perusahaan yang memiliki jumlah aset yang

banyak akan menimbulkan biaya modal yang tinggi dan menekan jumlah laba,

sedangkan perusahaan dengan aset rendah akan berdampak pada hilangnya peluang

penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan pertumbuhan aset diukur dengan

menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan pada tahun ini dengan total aset

perusahaan pada tahun sebelumnya yang selanjutnya membandingkan antara hasil

tersebut dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan Naur & Nafi’ (2017) dan Aslah (2020), pertumbuhan aset dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕 − 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕−𝟏


Pertumbuhan aset =
𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕−𝟏

2.10 Cost of Financial Distress

Cost of financial distress dalam penelitian ini diukur dengan return saham

perusahaan. Financial Distress merupakan keadaan dimana perusahaan mengalami

kesulitan keuangan dalam kegiatan operasionalnya yang menyebabkan perusahaan

terancam mengalami kebangkrutan. Ketika perusahaan tidak dapat lagi beroperasi

maka akan timbul biaya kebangkrutan (Bankruptcy Costs) yang disebabkan oleh :

(1) keterpaksaan.menjual aktiva dibawah harga pasar, (2) biaya likuidasi

perusahaan, (3) rusaknya aktiva tetap yang dimakan waktu sebelum terjual, dan (4)

sebagainya. Bankcruptcy Costs ini termasuk “Direct Costs Of Financial Distress”,

(Muhammadinah, 2017).
Cost of Financial Distress, menggambarkan risiko bisnis (business risk),

yang merupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan return yang diterima

oleh pemegang saham. Mengacu pada penelitian dari Handayani (2011) dan

Muhammadinah (2017) variabel Cost of Financial Distress diukur dengan standar

deviasi dari return saham bulanan selama setahun.

Risk= STDnReturn Saham

Return saham dapat diformulasikan sebagai berikut:

𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒕 − 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒕−𝟏


Return Saham =
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒕−𝟏

2.11 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut adalah profitabilitas, ukuran

perusahaan, likuiditas, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, dan cost of financial

distress. Penelitian.ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dijadikan referensi pada penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi

dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.1 berikut

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

Penelitan penelitian
1 Riyantina dan The Profitabilitas, Leverage, struktur

Ardiansari Determinants Ukuran aktiva dan ukuran

(2017) Of Capital Perusahaan, perusahaan

Structure on Leverage, berpengaruh positif

Consumer Struktur Aktiva, signifikan terhadap

Goods Risiko Bisnis, struktur modal. Risiko

Company dan bisnis, tingkat

Period 2011- Pertumbuhan pertumbuhan

2014 Penjualan berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap struktur

modal perusahaan.

profitabilitas

berpengaruh negatif

terhadap struktur

modal perusahaan

2 Ahmed Determinants Ukuiran Ukuran perusahaan

Sheikh dan of capital perusahaan, berpengaruh positif

Azeem structure of profitabilitas, terhadap struktur

Qureshi Islamic and dan tangibility modal, sedangkan

(2017) conventional profitabilitas dan

commercial tangibility

banks berpengaruh negatif


Evidence from terhadap struktur

Pakistan modal

3 Yomna Capital Profitabilitas, Tangibility,

Abdulla structure in a tangibility, pertumbuhan

(2017) tax-free pertumbuhan perusahaan, dan

economy: perusahaan, dan likuiditas memiliki

evidence from likuiditas pengaruh positif

UAE terhadap struktur

modal perusahaan.

Profitabilitas

berpengaruh negatif

terhadap struktur

modal perusahaan.

4 Muhammadi Pengaruh Cost Cost of financial Cost of financial

nah of Financial distress, dan distress dan Non-debt

(2017) Distress, Non- Non-debt tax tax shield tidak

Debt Tax shield memiliki pengaruh

Shield terhadap struktur

Terhadap modal perusahaan.

Struktur Modal

Perusahaan

Sub Sektor

Otomotif yang
Terdaftar di

BEI Tahun

2014-2016

5 Ngatemin, Analisis Kepemilikan Semua variabel

Azhar Faktor-Faktor- institusional, berpengaruh secara

Maksum, faktor.yang profitabilitas, signifikan terhadap

Erlina, Mempengaruhi dan SIZE struktur modal.

Sirojuzilam Struktur Modal

(2018) (Studi empiris

pada

Perusahaan

Industri

Pariwisata

yang Terdaftar

di BEI)

6 Rahmi Analisis Ukuran Ukuran perusahaan

Rakhmawati Faktor-Faktor perusahaan berpengaruh terhadap

Rosadah, Yang (SIZE), struktur modal,

Noviansah Mempengaruhi Pertumbuhan sedangkan

Rizal, Yusuf Struktur Modal perusahaan, dan profitabilitas dan

Wibisono Pada Profitabilitas. pertumbuhan

(2018) Perusahaan perusahaan tidak

Manufaktur Di
Bursa Efek berpengaruh pada

Indonesia struktur modal.

7 Haris Faktor-faktor Ukuran Semua variabel

Maulana, yang perusahaan, memiliki pengaruh

Moh. Amin, mempengaruhi struktur.aktiva, signifikan terhadap

Junaidi struktur modal dan struktur modal

(2019) (studi pada profitabilitas perusahaan.

perusahaan

Food and

Beverage di

BEI Periode

2015-2018)

8 Andika Faktor-Faktor Pertumbuhan Pertumbuhan

Pramukti Yang Penjualan, Penjualan,

(2019) Mempengaruhi Ukuran Profitabilitas, Struktur

Struktur Modal Perusahaan, Aktiva memiliki

Perusahaan Profitabilitas, pengaruh terhadap

Struktur Aktiva. struktur modal

perusahaan. Ukuran

perusahaan tidak

memiliki.pengaruh
terhadap struktur

modal perusahaan.

9 Hendra Faktor yang Pertumbuhan Struktur Aktiva

Utama (2020) Mempengaruhi Penjualan, memiliki pengaruh

Struktur Modal Ukuran terhadap struktur

Pada Perusahaan, modal perusahaan.

Perusahaan Profitabilitas, Ukuran perusahaan

Pertambangan Struktur Aktiva. tidak

Minyak dan Pertumbuhan memiliki.pengaruh

Gas Bumi Penjualan, terhadap struktur

yang terdaftar Profitabilitas, modal perusahaan.

dI BEI

10 Suharsono, Faktor-Faktor Profitabilitas, Profitabilitas,

Iwan Setiadi yang Likuiditas, likuiditas, dan

(2020) Mempengaruhi Pertumbuhan pertumbuhan aset

Struktur Modal Aset, dan berpengaruh negatif

Ukuran pada struktur modal

Perusahaan perusahaan. Ukuran

(Size) perusahaan (size)

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal perusahaan.
11 Rizka Rizku Faktor-Faktor Ukuran Ukuran perusahaan,

Ayuningtyas, yang perusahaan, struktur aktiva dan

Suhendro, Mempengaruhi Likuiditas, profitabilitas tidak

Purnomo Struktur Modal Profitabilitas, berpengaruh pada

Siddi (2020) pada dan Struktur struktur modal

Perusahaan Aktiva perusahaan. Likuiditas

Industri berpengaruh terhadap

Barang struktur modal

Konsumsi

12 Kezia Xenna Analisis Likuiditas, Likuiditas, dan

Monic Faktor-Faktor Profitabilitas, Profitabilitas memiliki

Lisiana, yang Struktur Aktiva pengaruh negatif

Endang Tri Mempengaruhi Risiko bisnis, terhadap struktur

Widyarti Struktur Modal Ukuran modal. Struktur

(2020) Perusahaan Perusahaan aktiva, risiko bisnis,

Manufaktur dan ukuran

yang terdaftar perusahaan

di Bursa Efek berpengaruh positif

Indonesia terhadap struktur

Periode 2014- modal

2018
13 Agustin Analisis Stabilitas Stabilitas Penjualan,

Bagu, Faktor-Faktor Penjualan, Modal Teknologi

Hermari yang Modal Informasi berpengaruh

Karamoy, Mempengaruhi Teknologi positif signifikan

dan Hendrik Pemilihan Informasi, dan terhadap struktur

Gamaliel Pendanaan Risiko Bisnis modal, sedangkan

(2021) Struktur Modal risiko bisnis

Eksternal pada berpengaruh terhadap

Perusahaan struktur modal

Industri perusahaan.

Manufaktur

yang Terdaftar

di BEI

14 Anisah, Lies Faktor yang Ukuran Struktur

Hendrijaning Mempengaruhi perusahaan aktiva, dan Risiko

sih, Septi Struktur Modal (Size), Struktur bisnis berpengaruh

Mariani Tis”a Pada aktiva, terhadap struktur

Ramadhani, Perusahaan Profitabilitas, modal, sedangkan

Selvia Norma Manufaktur Risiko Bisnis ukuran perusahaan,

Puspitasari Sub Sektor profitabilitas tidak

(2021) Makanan dan berpengaruh terhadap

Minuman yang struktur modal.

Terdaftar di
BEI Periode

2014-2018

15 Siti Marlina Faktor-faktor Ukuran Ukuran Perusahaan

(2021) yang Perusahaan (Size), Risiko Bisnis,

mempengaruhi (Size), Risiko Pertumbuhan Aktiva,

struktur modal Bisnis, dan Struktur

Perusahaan Pertumbuhan Kepemilikan

Pada Aktiva, berpengaruh positif

Perusahaan Profitabilitas, terhadap struktur

Manufaktur dan Struktur modal perusahaan.

Go Public di Kepemilikan Profitabilitas

Bursa Efek berpengaruh negatif

Jakarta Tahun terhadap struktur

2017-2019 modal perusahaan

16 Della Ayu Analisis Profitabilitas, Profitabilitas, struktur

Sevira, Faktor-Faktor Pertumbuhan aktiva, pertumbuhan

Muhammad yang Penjulan, penjulan,

Azhari, SE., Mempengaruhi Struktur aktiva, pertumbuhan aset,

MBA. (2021) Struktur Modal Pertumbuhan risiko bisnis, aktivitas

Pada aset, Ukuran perusahaan tidak

Perusahaan perusahaan, berpengaruh


yang Terdaftar Risiko bisnis, signifikan terhadap

di BEI Periode Aktivitas struktur modal.

2017-2019 ( perusahaan, Ukuran perusahaan,

Studi pada Sub Likuiditas likuiditas berpengaruh

Sektor negatif terhadap

Makanan dan struktur modal

Minuman)

17 Brigitte Faktor yang Dividen, Trading Growth, dan

Angeline dan Mempengaruhi Struktur Aktiva, Corporate Risk

Thio Lie Sha Struktur Modal Corporate Size, berpengaruh positif

(2021) pada Likuiditas, terhadap struktur

Perusahaan Trading modal. Dividen,

Manufaktur Growth, dan struktur aktiva,

yang Terdaftar Corporate Risk corporate size,

di BEI likuiditas tidak

memiliki pengaruh

terhadap struktur

modal.

18 Daniel Faktor-Faktor Profitabilitas, Profitabilitas dan

Sembiring yang Struktur Aset, pertumbuhan

Pelawi dan Mempengaruhi Likuiditas, penjualan berpengaruh

Struktur Modal Pertumbuhan positif tetapi tidak


Tony Sudirgo Perusahaan Penjualan, dan signifikan terhadap

(2021) Manufaktur Ukuran struktur modal.

yang Terdaftar Perusahaan Likuiditas

di BEI (Size). berpengaruh negatif

terhadap struktur

modal. Ukuran

perusahaan

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap struktur

modal.

19 Mey Faktor-Faktor Profitabilitas, Semua faktor

Chyndiz, dan yang Ukuran mempengaruhi

Sari Rusmita Mempengaruhi Perusahaan, struktur modal

(2021) Struktur Modal Struktur Aktiva perusahaan secara

signifikan

Sumber: Data diolah tahun 2021

2.12 Kerangka Berpikir

Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel dependen

dan independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
struktur modal perusahaan yang diproksi dengan DER (Debt to Equity Ratio).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu profitabilitas,

ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, dan cost of

financial distress.

2.12.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas merupakan kapasitas produksi perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan. Penelitian (Nisak & Ardiansari, 2016) menunjukkan

bahwa profitabilitas diukur dengan ROA (Return on Assets) yang memiliki

hubungan negatif signifikan dengan struktur modal. Semakin tinggi nilai

keuntungan yang didapat perusahaan maka semakin tinggi jumlah laba yang

ditahan yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menekan jumlah hutang

didalam struktur modalnya. Adanya biaya karena perbedaan informasi dan biaya

kebangkrutan pada penggunaan dana eksternal mengakibatkan penggunaan dana

internal perusahaan lebih murah (Kusumaningrum, 2016). Oleh karena itu,

perusahaan akan memanfaatkan dana sendiri untuk investasi karena laba yang

didapatkan perusahaan tinggi. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan

mengurangi jumlah hutangnya. Tingkat pengembalian yang tinggi juga

memudahkan perusahaan untuk melunasi hutang tepat pada waktu yang ditentukan

sehingga terhindar dari risiko kebangkrutan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi

akan memberikan lebih banyak dana untuk pembayaran hutang. Pengurangan

penggunaan hutang akan menurunkan struktur modal perusahaan, sehingga


profitabilitas akan berdampak negatif pada struktur modal. Hal tersebut diperkuat

dengan penelitian Joni (2010), Riyantina & Ardiansari (2017) menunjukkan

bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan

uraian tersebut maka hipotesis pertama dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal

2.12.2 Ukuran Perusahaan terhadap struktur modal

Ukuran perusahaan adalah gambaran besar atau kecilnya suatu perusahaan

yang dapat dilihat dari jenis usaha yang dijalankan (Gómez et al., 2014). Ketika

modal sendiri tidak mencukupi perusahaan besar akan menggunakan hutang lebih

banyak sebagai sumber eksternal hal tersebut terjadi, karena perusahaan dengan

ukuran yang besar akan membutuhkan dana yang besar untuk memenuhi kebutuhan

operasionalnya. Agency theory menyatakan bahwa pemilik perusahaan

menginginkan keuntungan perusahaan yang sebesar-besarnya dan manajemen

perusahaan menginginkan perusahaan semakin besar. Kedua hal tersebut berkaitan

karena ketika perusahaan semakin besar maka kegiatan operasional perusahaan

tersebut akan semakin besar juga. Semakin besar kegiatan operasional perusahaan

diikuti dengan peningkatan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

Perusahaan yang semakin besar akan membutuhkan aset lebih banyak yang

membuat perusahaan membutuhkan dana lebih banyak dan untuk memperoleh dana

yang lebih banyak maka perusahaan akan menambah struktur modalnya dari dana

eksternal perusahaan.
Penggunaan dana eksternal perusahaan tidak bisa dilakukan terus menerus

tanpa memikirkan risiko yang akan diterima perusahaan. Diperlukan perhitungan

yang tepat agar risiko yang dihadapi dalam penggunaan dana eksternal tidak

melebihi batas kemampuan perusahaan. Pemenuhan modal perusahaan dari

pendanaan eksternal harus seimbang dengan modal internal perusahaan sehingga

tidak menimbulkan financial distress. Untuk mengembangkan perusahaan, pihak

manajemen harus menambah jumlah aset. Perusahaan yang besar cenderung berani

mengambil modal eksternal karena anggapan bahwa jumlah aset yang mereka

miliki besar dan hal tersebut akan menjaga perusahaan dari financial distress.

Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal

perusahaan sebelumnya pernah dilakukan Seftianne & Handayani (2011)

menunjukkan ukuran perusahaan (size) memiliki pengaruh positif terhadap struktur

modal. Penelitian yang dilakukan Putri (2012) juga menunjukkan hal yang sama.

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan bahwa:

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal

2.12.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal

Rasio likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset

lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya (Brigham & Houston,

2014:134). Menurut IIyas Dn Triyono (2010) dalam Widayanti et al.(2016)

perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya

dengan baik. Perhitungan tentang rasio likuiditas berguna bagi pihak luar yang
ingin mengetahui tentang nilai perusahaan tersebut. Perusahaan dan manajemen

perusahaan adalah pihak yang paling berkepentingan untuk menilai kinerja

perusahaan dalam membayar kewajibannya.

Dalam pecking order theory, perusahaan yang memiliki likuiditas yang

tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Perusahaan

yang memiliki likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga

dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya perusahaan lebih memilih

menggunakan sumber dana dari dalam terlebih dahulu sebelum menggunakan

sumber dana yang berasal dari eksternal melalui utang. Hal tersebut sesuai dengan

urutan (hirearki) dalam pemilihan sumber pendanaan dalam pecking order theory.

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini sebagai tolak ukur yaitu

Current Ratio.

Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang semakin tinggi akan

memudahkan perusahaan dalam memperoleh pendanaan ekternal yang berupa

hutang, hal tersebut terjadi karena perusahaan yang memiliki total aktiva lancar

yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya pun

lebih besar. Hal tersebut didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chadha

& Sharma (2015) dan Rika Rizky Ayuningtyas, Suhendro (2020) yang

menunjukkan likuiditas berpengaruh negatif pada struktur modal perusahaan.

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan bahwa:

H3: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal

2.12.4 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal


Seftianne & Handayani (2011), menyatakan bahwa struktur aktiva

perusahaan menunjukkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan. Aset

perusahaan bisa digunakan sebagai jaminan ketika perusahaan menggunakan modal

eksternalnya. Perusahaan dengan struktur aktiva yang besar kemungkinan besar

akan menggunkan modal eksternal, karena aktiva perusahaan dapat dijadikan

jaminan atas modal eksternal tersebut. Struktur aktiva yang digunakan sebagai

jaminan merupakan bentuk pengorbanan yang diberikan perusahaan terhadap

pemberi pinjaman.

Manfaat yang dirasakan perusahaan dari penggunaan struktur aktiva sebagai

jaminan harus sebanding dari pengorbanan yang diberikan. Apabila manfaat tidak

sebanding atau bahkan lebih kecil sebaiknya perusahaan tidak melakukan pinjaman

sebagai sumber pendanaannya.

Penelitian tentang pengaruh struktur aktiva pernah dilakukan Joni dan Lina

(2010) yang menunjukkan bahwa pengaruh struktur aktiva berpengaruh positif

terhadap struktur modal. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dewi & Dana

(2017) yang menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap

struktur modal. Berdasarkan derskripi berikut, dapat dirumuskan bahwa:

H4: Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal

2.12.5 Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal

Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan

untuk mengelola dan meningkatkan jumlah aset perusahaan untuk mendorong

pengembangan perusahaan. Apabila perusahaan ingin mengembangkan usahanya


maka perusahaan akan menambah kepemilikan aset untuk menunjang

pengembangan usaha tersebut, sehingga perusahaan membutuhkan dana eksternal

untuk mencapai tujuan tersebut(Maryanti, 2016). Tingkat pertumbuhan perusahaan

yang tinggi membuat perusahaan cenderung memerlukan dana yang lebih besar

untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Sumber internal kemungkinan besar

tidak cukup untuk membiayai maka dari itu perusahaan akan membutuhkan

pendanaan eksternal. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang stabil

Peningkatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan

struktur modal perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan yang tinggi akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang rendah. Dalam

artian, bahwa perusahaan akan membutuhkan dana eksternal yaitu hutang untuk

memenuhi kebutuhan operasionalnya dan membantu memenuhi kebutuhan

produksinya sehingga struktur modal perusahaan akan meningkat.

Penelitian tentang pengaruh tingkat pertumbuhan perusahaan pernah

dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) dan Neves et al. (2020) menunjukkan bahwa

tingkat pertumbuhan perusahaan.berpengaruh positif terhadap struktur modal

perusahaan. Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan bahwa:

H5 : Tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal

2.12.6 Pengaruh Cost of.Financial Distress Terhadap Struktur Modal


Cost of Financial Distress merupakan keadaan dimana perusahaan

mengalami krisis keuangan yang menyebabkan perusahaan terancam mengalami

kebangkrutan. Perusahaan dengan business risk yang tinggi akan sangat berisiko

jika tetap menggunakan hutang sebagai struktur modalnya. Penggunaan hutang

akan menambah risiko yang akan diterima perusahaan yaitu perusahaan akan

dihadapkan pada kemungkinan terlambat bayar, atau kemungkinan besar akan

mengalami kebangkrutan. Sementara perusahaan dengan business risk rendah

cenderung menggunakan hutang sebagai struktur modalnya.

Cost of Financial Distress dapat dijadikan sebagai ukuran risiko bisnis suatu

perusahaan. Risiko bisnis merupakan risiko yang muncul saat perusahaan tidak

dapat memenuhi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan

dan biaya (Gitman, 2009 dalam Cristie & Fuad, 2015). Utang mengikat antara

peminjam dan pemberi pinjaman, dalam hal ini peminjam memiliki tanggung jawab

untuk melakukan pemenuhan kewajiban sesuai kesepakatan yang dilakukan antara

peminjam dan pemberi pinjaman.

Menurut (Husnan, 2006 dalam Cristie & Fuad, 2015), perusahaan pasti

akan menghadapi risiko dari kegiatan operasi yang dilakukan. Perusahaan dengan

tingkat risiko yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang sebagai cara untuk

mengurangi beban risiko bisnis yang dialami. Perusahaan dengan financial distress

yang tinggi akan sulit mendapat kepercayaan dari investor. Berdasarkan deskripsi

tersebut, dapat dirumuskan bahwa:

H6: Cost of Financial Distress berpengaruh negatif terhadap struktur modal


Berikut kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model gambar 2.1

Profitabilitas

H1-
Ukuran Perusahaan
H2+

Likuiditas H3- Struktur Modal

H4+
Struktur Aktiva
H5+

Growth H6-

Cost of Financial
Distress

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.12 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka peneliti memperoleh hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal

H3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal

H4 : Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal

H5 : Growth mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal

H6 : Cost of financial distress mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur

modal.

Anda mungkin juga menyukai