Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN

“ Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Perputaran Modal Kerja Dan

Perputaran Persediaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub

Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2020 “

OLEH :

RISKA AMELIA PUTRI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2023

A. Latar Belakang

Persaingan bisnis yang sangat ketat seperti saat ini, aset perusahaan yang tinggi

saja tidak cukup menjamin sebuah perusahaan untuk tetap bertahan. Pada era

globalisasi ini, menjadi sesuatu yang harus dihadapi perusahaan apabila ingin

tetap bertahan dan harus memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat bersaing

di pasar global. Berdasarkan kenyataan tersebut untuk mengantisipasi

persaingan, perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kinerja

sebagai upaya menjaga kelangsungan usahanya.Informasi keuangan

1
mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban

manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator

keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan. Perkembangan pasar modal yang semakin marak akan memberikan

peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang menganggap

bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian

dana yang produktif untuk jangka Panjang.

Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh terhadap peningkatan maupun

penurunan terhadap laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Pada penelitian

ini parameter tingkat suku bunga yang dinilai adalah tingkat suku bunga yang

menjadi basis penetapan suku bunga yakni BI-Rate. Dilain pihak inflasi juga

berhubungan sejalan dengan suku bunga. Apabila tingkat inflasi naik akan

diikuti dengan kenaikan suku bunga.

Modal kerja merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi

manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan dalam perusahaan. Karena

setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk menjalankan

kegiatan operasi perusahaannya, misalnya untuk memberikan persekot bahan

mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. Dana yang dikeluarkan

untuk kegiatan tersebut diharapkan dapat kembali masuk melalui penjualan

produk.

Penggunaan modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan perusahaan, dapat

menyebabkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya jika modal kerja

terlalu besar dari yang dibutuhkan perusahaan maka akan mengakibatkan

2
banyak modal atau dana-dana yang menganggur. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perusahaan tidak efisien dalam penggunaan dananya.

Selain modal kerja, volume penjualan juga mempengaruhi keuntungan yang

diperoleh oleh setiap perusahaan. Kegagalan atau keberhasilan manajemen.

perusahaan dalam mengolah modal kerja sangat berpengaruh terhadap laba

perusahaan. Keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengolah modal kerja

dapat dilihat antara lain berdasarkan peningkatan volume penjualan, yang

menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam menggunakan modal

kerjanya.

Pada penelitian ini, objek penelitian yang disoroti adalah industri farmasi yang

tedaftar pada Bursa Efek Indonesia. Mengingat bahwa Indonesia merupakan

negara berkembang, maka selain faktor ekonomi dan lingkungan, faktor

kesehatan juga mengambil peran penting dalam tahap pembangunan nasional.

Kesehatan merupakan hal terpenting dalam proses pengembangan,

kemakmuran dan pemberdayaan sumber daya manusia seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dunia. Industri farmasi merupakan industri

yang menyumbang lebih kurang 10,05% bagi Produk Domestik Bruto (PDB)

untuk sektor non migas pada tahun 2019 kuartal ke IV.

Populasi industri farmasi pada yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada 10

(sepuluh) emiten, yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah

(sembilan) 9 emiten yakni; KLBF (PT Kalbe Farma Tbk), INAF (PT

Indofarma,Tbk), KAEF (Industri Farmasi), DVLA (PT Darya Varia

Laboratoria,Tbk) ,KLBF (Industri Farmasi), MERK (PT Merck Indonesia,Tbk),

3
PYFA, (PT Pyridam Farma,Tbk), TSPC (PT Tempo Scan Pacific,Tbk). SIDO

(PT Industri dan Farmasi Sido Muncul, Tbk) PEHA (PT Phapros, Tbk)

Sedangkan 1 (satu) lain tidak bisa dijadikan sampel dikarenakan perusahaan

tersebut baru listing. Satu emiten tersebut yakni: SCPI (PT Merck Sharp Dohme

Pharma,Tbk).

Pada penelitian ini data yang dapat diolah peneliti terhadap perusahaan sub

sektor farmasi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2017-2020 yang

akan diteliti, menggunakan Inflasi, tingkat suku bunga, perputaran modal kerja

dan perputaran persediaan, dengan sampel sebanyak 9 perusahaan yang akan di

teliti dengan data yang di peroleh adalah sebagai berikut ini:

Tabel 1.1 Perkembangan Tingkat Inflasi

Tahun 2017-2020

Tahun Inflasi (%) Perkembangan (%)

2017 3,61 -

2018 3,13 (13,29)

2019 2,72 (13,1)

2020 1,68 (38,28)

Rerata 2,79 (21,56)

Sumber : Bank Indonesia, 2021

4
Dari tabel 1.1 diatas terlihat tingkat inflasi selama tahun 2017-2020 menunjukkan

angka yang menurun. Rata-rata perkembangan tingkat inflasi selama tahun 2017-

2020 menurun sebesar 2,79%. Inflasi terendah terjadi pada tahun 2020 sebesar 1,68

sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 3,61. Perkembangan

Tingkat Suku Bunga dapat dilihat pada tabel/1dibawah ini:

Tabel 1.2 Perkembangan Tingkat Bi Rate

Tahun 2017-2020

Tahun Bi Rate (%) Perkembangan (%)

2017 4,56 -

2018 5,10 11,84

2019 5,63 10,39

2020 4,25 (24,51)

Rerata 5,13 (0,76)

Sumber: Bank Indonesia, 2021

Berdasarkan tabel 1.2 suku bunga terendah terjadi pada tahun 2020 yakni sebesar

4,25%. Rata-rata perkembangan suku bunga selama tahun 2017-2020 menurun

sebesar 5,13%. Oleh karenanya Bank Indonesia membuat kebijakan menaikkan

tingkat suku bunga untuk mengimbangi kenaikan inflasi, agar jumlah uang yang

beredar dapat dipantau dan dikendalikan oleh pemerintah. Dilain sisi Bank

Indonesia juga menjalankan fungsi sebagai pengambil keputusan untuk target pada

5
frame work of inflation. Berikut ini pada tabel 1.3 perkembangan perputaran modal

kerja pada perusahaan sub sektor farmasi sebagai berikut :

Tabel 1.3

Perkembangan Perputaran Modal Kerja Sub Sektor Farmasi Tahun 2017 –

2020

No Emiten 2017 2018 2019 2020 Rata-rata

1 DVLA 2,15 2,16 2,16 2,17 2,16

2 KAEF 2,40 2,28 1,27 1,41 1,84

3 KLBF 2,58 2,52 2,62 2,33 2,51

4 MERK 3,00 2,32 1,83 1,59 2,19

5 PYFA 2,05 2,11 1,98 1,76 1,98

6 TSPC 3,14 3,26 3,16 2,79 3,09

7 INAF 4,40 3,98 3,50 5,76 4,41

8 SIDO 0,89 0,95 1,01 1,03 0,97

9 PEHA 1,42 1,29 1,35 1,32 1,35

Rata-rata 2,45 2,32 2,10 2,24 2,28

Perkembangan (%) (5,31) (9,48) 6,67 (2,71)

Sumber : www.idx.co.id

Berdasarkan tabel 1.3 diatas perkembangan perputaran modal kerja sub sektor

farmasi menunjukkan kenaikan yang signifikan dimana rata-rata perkembangan sub

sektor farmasi selama 4 (empat) tahun sebesar 2,71. Sedangkan rata-rata perputaran

modal kerja industri farmasi tertinggi pada tahun 2020 yakni sebesar 6,69 kali.

6
Sedangkan pada tahun 2019 rata-rata perputaran modal kerja terendah pada sub

sektor farmasi sebesar (9,48) kali. Ini dapat memaknakan bahwa peningkatan

perputaran modal kerja dapat akan memberikan kenaikan pada laba perusahaan.

Sedangkan penurunan perkembangan modal kerja dapat menurunkan laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah

rupiah penjulan neto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja.

Berikut ini pada table 1.4 perkembangan perputaran persediaan pada sub sektor

farmasi sebagai berikut :

Tabel 1.4

Perkembangan perputaran persediaan pada sub sektor farmasi periode

2017-2020

Perputaran Persediaan

No Nama Perusahaan Periode Penelitian

2017 2018 2019 2020 Rata-Rata

1 DVLA 3,27 2,32 2,73 2,54 2,72

2 KAEF 3,64 3,07 2,37 2,39 2,87

3 KLBF 3,00 3,19 3,43 3,51 3,28

4 MERK 1,47 1,43 1,66 1,31 1,47

5 PYFA 2,28 2,53 2,49 2,38 2,42

6 TSPC 4,16 4,18 4,62 4,86 4,46

7 INAF 5,37 5,57 6,09 8,98 6,50

8 SIDO 4,75 4,62 4,54 4,92 4,71

9 PEHA 2,51 1,84 1,45 1,22 1,76

7
Rata-rata 3,83 3,19 3,26 3,57 3,35

Perkembangan (%) (16,71) 2,19 9,51 (1,68)

Sumber : www.idx.co.id

Berdasarkan pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa besarnya nilai perputaran

persediaan tertinggi untuk tahun 2017-2020 dimiliki oleh INAF yaitu untuk tahun

2017 sebesar 5,37 kali, untuk tahun 2018 naik sebesar 5,57 kali, untuk tahun 2019

naik sebesar 6,09 kali dan untuk tahun 2020 naik sebesar 8,98 kali, sedangkan

terendah dimiliki oleh PEHA yaitu untuk tahun 2017 sebesar 2,51 kali, untuk tahun

2018 sebesar 1,84 kali, untuk tahun 2019 turun sebesar 1,45 kali dan untuk tahun

2020 turun sebesar 1,22 kali.

Berikut ini pada tabel 1.5 perkembangan harga saham pada sub sektor farmasi

sebagai berikut:

Tabel 1.5

Perkembangan Harga saham Perusahan Sub Sektor Farmasi Periode 2017-

2020

Harga Saham (dalam rupiah)

No Emiten 2017 2018 2019 2020 Rata-Rata

1 DVLA 1.960 2.180 2.183 2.305 2.076,60

2 KAEF 1.310 1.120 2.770 2.393 1.900,80

3 KLBF 1.200 1.460 1.569 1.423 1.440,60

4 MERK 1.740 2.750 2.910 2.986 2.647,20

8
5 PYFA 181 610 815 911 543,00

6 TSPC 965 1.390 1.280 1.211 1.248,20

7 INAF 5.900 4.680 5.500 5.525 5.257,00

8 SIDO 272 420 638 805 479,00

9 PEHA 1.150 2.810 1.695 1.075 1.597,00

Rata-rata 1.893,71 1.935,56 2.151,11 2.074,44 1.962,49

Perkembangan (%) 2,21 11,14 (3,75) 3,2

Sumber : www.idx.co.id

Pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa harga saham perusahaan sub sektor farmasi di

Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya mengalami perubahan dari tahun 2017

sampai tahun 2020. Perusahaan dengan emiten DVLA, KAEF, KLBF, MERK,

PYFA, TSPC, SIDO mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan selama tahun

2017 sampai tahun 2020. Pada perusahaan dengan emiten DVLA, KLBF, MERK,

PYFA, PEHA pada tahun 2017 harga saham mengalami penurunan, sedangkan

pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 harga saham mengalami kenaikan

selama 4 periode.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Harga saham diantaranya:

Herdiyana (2021), Jatisuryaputra (2020), mengungkapkan bahwa inflasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sementara pada penelitian

yang dilakukan oleh Maronrong dan Nugroho (2020), menyatakan bahwa suku

bunga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham

9
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hamdi (2020) menyatakan bahwa

perputaran modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap/1harga saham,

sementara pada penelitian lain yang dilakukan oleh Jatisuryaputra (2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka dikemukakan

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga, perputaran modal kerja

dan perputaran persediaan secara simultan terhadap harga saham pada

perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia

periode 2017-2020?. 2. Bagaimana pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga,

perputaran modal kerja dan perputaran persediaan secara parsial terhadap

harga saham pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di bursa efek

Indonesia periode 2017-2020?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah terdahulu dapat diformulasikan tujuan daripada

penelitian, yakni :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga,

perputaran modal kerja dan perputaran persediaan secara simultan terhadap

Harga saham pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di bursa

efek Indonesia periode 2017-2020.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga,

perputaran modal kerja dan perputaran persediaan secara parsial terhadap

Harga saham pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di bursa

10
efek Indonesia periode 2017-2020.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat di bagi atas beberapa manfaat, sebagai

berikut :

1. Manfaat Akademik Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi

untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dampak pengaruh

Inflasi, tingkat suku bunga, perputaran modal kerja dan perputaran

persediaan terhadap Harga saham. Bagi penelitian selanjutnya ini

diharapkan dapat menjadi sumber referensi perpustakaan dan sebagai bahan

acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang meneliti variabel yang sama

2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengambilan keputusan mengenai internal perusahaan. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor

dalam mengambil keputusan investasi dengan efektif dan efisien.

E. Tinjauan Pustaka

1. Inflasi

Inflasi menurut Tandelilin (2013:324) merupakan kecenderungan

terjadinya peningkatan harga produk-produk keseluruhan terjadi

penurunan daya beli uang. Inflasi merupakan faktor fundamental makro

dari indikator makro ekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi

yang kurang sehat, karena harga-harga barang secara umum meningkat

sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi di hitung

11
menggunakan pendekatan indeks harga konsumen (IHK). IHK

merupakan indikator yang digunakan oleh pemerintah untuk mengukur

inflasi di Indonesia. Inflasi yang tinggi mengurangi tingkat pendapatan

riil yang diperoleh investor dari investasi. Secara umum inflasi berarti

kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan

jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai

fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan

moneter terhadap suatu komoditas.

2. Tingkat Suku Bunga

Pendapat Tandelilin (2014:48) perubahan suku bunga bisa

mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga

akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Jika

suku bunga naik maka harga investasi yang terkait dengan suku bunga,

misalnya suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat

menarik minat investor saham untuk memindahkan dana ke Sertifikat.

Bank Indonesia, sehingga banyak yang akan menjual saham dan harga

saham akan turun oleh karena itu perubahan suku bunga akan

mempengaruhi variabelitas return suatu investasi. Tingkat Suku Bunga

dapat diperoleh melalui data BI Rate yang ada di BI.

3. Perputaran Modal Kerja

Keefektifan penggunaan modal kerja dapat diukur atau dinilai dengan

rasio perputaran modal kerja (working capital turnover). Menurut

Riyanto (2016:78) bahwa perputaran modal kerja adalah rasio yang

12
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan

banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah

modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya

kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran

persediaan, piutang, atau saldo kas yang terlalu besar.

perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara penjulan neto

dengan modal kerja yang digunakan untuk menilai keefektifan modal

kerja suatu perusahaan dalam menghasilkan penerimaan atau penjualan.

Perputaran modal kerja dapat dirumuskan sebagai berikut : (Kasmir,

2010: 141)
Penjualan Bersih
Perputaran Modal = Modal Kerja Bersih

Semakin tinggi perputaran modal kerja maka tingkat penggunaan modal

kerja semakin efektif dan efisien. Hasil akhir dari penghitungan dapat

diintepretasikan bahwa setiap Rp 1 modal kerja dapat menghasilkan

hasil hitungan (penjualan/modal kerja rata-rata) penjualan netto

(Martono, 2014:80)

4. Perputaran Persediaan

Kasmir (2015:114) menyatakan bahwa: “perputaran persediaan

(inventory turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar

dalam suatu periode”. Sujaweni (2017:63) menyatakan bahwa :

“Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu

periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan terdensi untuk adanya

13
“overstock”.

Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran

persediaan (inventory turnover) adalah rasio untuk mengukur dana yang

berputar dalam suatu periode tertentu. Menurut Fahmi (2014:162)

rumus untuk menghitung perputaran persediaan adalah sebagai berikut

:
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan = Rata Rata Penjualan

5. Harga Saham

Harga Saham menurut Azis (2015:80) didefinisikan sebagai berikut:

“Harga pada pasar ril, dan merupakan harga yang paling mudah

ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang

sedang berlangsung atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah

harga penutupannya”.

Indikator harga saham dapat dinilai dari nilai Harga saham, beberapa

nilai harga saham menurut Azis, dkk (2015:85) ada beberapa nilai yang

berhubungan dengan harga saham yaitu:

1. Nilai buku (Book Value) adalah nilai saham menurut pembukuan

perusahaan emiten. Nilai buku perlembar saham adalah aktiva

bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki sat

lembar saham.

2. Nilai Pasar (Market Value) adalah harga saham yang terjadi

dipasar bursa pada saat yang ditentukan oleh permintaan dan

penawaran harga saham pelaku pasar.

14
3. Nilai intrinsik (Instrinsic Value) adalah sebenarnya/seharusnya

dari suatu saham. Nilai instrinsik suatu asset adalah penjumlahan

nilai sekarang dari cash flow yang dihasilkan oleh asset yang

bersangkutan.

6. Operasional Penelitian

Operasional variabel merupakan defenisi atau uraian-uraian yang

menjelaskan dari suatu variabel-variabel yang akan diteliti dan

mencakup indikator-indikator yang ada pada masing-masing variabel.

Penjabaran operasional variabel dalam penelitian ini secara singkat

sebagai berikut :

Tabel Operasional Penelitian

No Variabel Defenisi Indikator Satuan Skala


1 Inflasi Kecenderungan terjadinya Persen Rasio
(X1) peningkatan harga produk-
produk keseluruhan terjadi IHK Periode Terbaru - IHK
penurunan daya beli uang. Periode Sebelumnya
Tandelilin (2013:324) IHK Periode Sebelumnya
X100
2 Tingkat Risiko yang timbul akibat Persen Rasio
Suku tingkat bunga yang berlaku
Bunga di pasar. Bi Rate
(X2) Halim (2014:75)

3 Perputaran Rasio perputaran modal Kali Rasio


Modal berfungsi untuk mengukur
Kerja tingkat kecukupan modal Penjualan bersih
(X3) kerja perusahaan yang Modal Kerja bersih
dituhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai
penjualan .
Kasmir (2010: 141)
4 Perputaran Rasio untuk mengukur Kali Rasio
Persediaan dana yang berputar dalam Harga Pokok Penjualan
(X4) suatu periode tertentu.
Fahmi (2014:162) Rata-Rata Persediaan

15
5 Harga Harga yang terjadi di pasar Rp Rasio
Saham bursa pada saat tertentu dan Closing Price
(Y) harga saham tersebut
ditentukan oleh pelaku
pasar. Tinggi rendahnya
harga saham ini ditentukan
oleh permintaan dan
penawaran saham tersebut
di pasar modal.
Jogiyanto (2014 : 143)

F. Variabel Penelitian

a. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Inflasi Terhadap Harga saham

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, atau Inflasi dapat

dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan

harga makin turun nilai uang (Sukirno,2013:14). Sehingga menurunnya

daya beli atas barang dan jasa akan mengakibatkan penurunan penjualan

atau pendapatan dari perusahaan sehingga secara langsung juga dapat

menurunkan laba dari perusahaan. Berdasarkan penelitan terdahulu

yang telah dilakukan oleh: Herdiyana (2021), bahwa inflasi

mempengaruhi perolehan Harga saham dari perusahaan dan mempunyai

hubungan yang negatif, dimana peningkatan inflasi dapat

mengakibatkan penurunan harga saham suatu perusahaan.

2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu

tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat

ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang

(Dendawijaya,2013:102). Panjaitan (2021) berpendapat bahwa suku

16
bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham dan mempunyai

hubungan yang negatif. Apabila nilai tingkat suku bunga tinggi maka

harga saham akan semakin rendah karena para investor akan lebih

memilih untuk menyimpan uang nya di bank karena akan mendapatkan

bunga yang tinggi.

3. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham

Dalam pendirian perusahaan, modal kerja merupakan unsur yang paling

utama untuk kegiatan usaha. Perputaran modal kerja digunakan untuk

operasional perusahaan dalam rangka untuk menghasilkan laba. Laba

merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi biaya-biaya yang

dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

tersebut. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat laba

yang diperoleh perusahaan. Faktor yang menentukan untuk memperoleh

laba yang optimal, yaitu tersedianya dana atau modal kerja yang

berfungsi untuk membiayai kegiatan perusahaan. Menurut Munawir

(2014:109) sehingga dapat meningkatkan value perusahaan dan secara

langsung dapat meningkatkan harga saham pada perusahaan. Penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Hamdi (2020) berpendapat bahwa

perputaran modal kerja berpengaruh atas kenaikan harga saham dan

mempunyai hubungan yang positif. Maka dari itu setiap perusahaan

seharusnya memprediksi perputaran modal kerja yang akan di targetkan

pada setiap periodenya dengan penuh pertimbangan sehingga

pencapaian harga saham perusahaan menjadi maksimal.

17
4. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Harga Saham

Pengaruh perputaran persediaan adalah pekerjaan yang paling berat dan

rumit, yang dimana jika ada suatu kesalahan baik kecil ataupun besar

maka, akan berdampak pada keseluruhan. Semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan atau semakin cepat perputaran persediaan berarti

semakin pendek tingkat dana dalam persediaan. Hal ini menjelaskan

bahwa perputaran persediaan mempengaruhi kegiatan dalam penentuan

harga saham perusahaan. Hal berbeda dikemukakan oleh Jatisuryaputra

(2020) yang menjelaskan tentang perputaran persediaan tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu merupakan hasil pendapat-pendapat

dari peneliti yang telah dipublikasikan, dimana penelitian terdahulu dapat

merupakan referensi-referensi yang dapat dijadikan dasar berpijak secara

kualitatif pada penelitian ini antara lain.

No Peneliti Judul Hasil Penelitian


1. Anna Wulandari, Pengaruh Inflasi Dan Hasil penelitian inflasi dan
Meli Andriani (Jurnal Suku Bunga Terhadap suku bungan secara simultan
Manejemen Harga Saham berpengaruh positif dan
Kewirausahaan Vol. Perusahaan Sektor signifikan terhadap harga
13 No. 2, 2016) Properti & Real Estate saham, secara parsial inflasi
Di Bursa Efek dan suku bunga berpengaruh
Indonesia negatif dan signifikan
terhadap harga saham
2. Rachmawati (Jurnal Pengaruh Inflasi dan Hasil penelitian inflasi dan
Media Akuntansi Suku Bunga Terhadap suku bunga secara simultan
Vol. 1 No. 1, 2018) Harga Saham Pada berpengaruh positif dan
Perusahaan Perbankan signifikan terhadap harga
Yang Terdaftar Di saham, secara parsial inflasi
LQ45 Bursa Efek dan suku bunga berpengaruh
Indonesia negatif dan signifikan
terhadap harga saham

18
3. Dea Lirista Pengaruh Inflasi Dan Hasil penelitian
Anggraeni, Titing Suku Bunga Terhadap menunjukkan bahwa inflasi
Suharti, Diah Harga Saham Pada dan suku bunga secara
Yudhawat (Jurnal Perusahaan Sektor bersama-sama (simultan)
Ilmu Manajemen Perbankan ataupun secara parsial
Vol. 2 No. 3, 2019) menunjukkan bahwa tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
Ali Hamdi Pengaruh Perputaran Hasil penelitian perputaran
4. (Journal of Modal dan Likuiditas modal dan likuiditas secara
Manajemen and Terhadap Profitabilitas simultan berpengaruh positif
Bisiness, Vol 3 No 1, dan Harga Saham dan signifikan terhadap Harga
2020) Saham, secara parsial
perputaran modal
berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap harga
saham

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan praduga sementara yang harus dicantumkan pada

penelitian (Sugiyono,2013:45). Maka penulis dapat merumuskan hipotesis :

1. Diduga Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Perputaran Modal Kerja dan

Perputaran Persediaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Harga saham.

2. Diduga Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Perputaran Modal Kerja dan

Perputaran Persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Harga saham.

I. Paradigma Penelitian

Dari penjelasan diatas mengenai pengaruh inflasi, tingkat suku bunga,

perputaran modal kerja dan perputaran persediaan terhadap harga saham, maka

apa yang diteliti dan dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur

pemikiran penelitian. Kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

19
Inflasi (X1)

Tingkat Suku
Bunga (X2)
Harga Saham
(Y)
Perputaran Modal
Kerja (X3)

Perputaran
Persediaan (X4)

Bagan Kerangka Pemikiran

J. Metode Penelitian

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia yaitu pada

Perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di di Bursa Efek Indonesia.

Data perusahan didapatkan dari website www.idx.co.id pada periode 2017-

2020

2. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono 2013:65).

Dalam hal ini data penelitian yang tersedia di Bursa Efek Indonesia pada

Industri Farmasi Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

20
data yang diambil berupa laporan keuangan perusahaan dalam Industri

Farmasi.

3. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono,2013:80). Populasi penelitian adalah keseluruhan objek

penelitian yang akan diteliti pada penelitian ini. Dalam penelitian ini

yang dijadikan populasi adalah seluruh perusahaan yang tergabung

dalam industri farmasi selama 2017-2020 yang terdiri dari 10

(sepuluh) emiten yang terlihat pada tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel
Populasi Emiten Industri Farmasi
No Kode Emiten Emiten
1 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
2 INAF PT Indofarma (Persero), Tbk
3 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
4 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
5 MERK PT Merck Tbk.
6 PEHA PT Phapros Tbk.
7 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.
8 SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma,Tbk.
9 SIDO PT Industri dan Farmasi Sido Muncul,Tbk.
10 TSPC PT Tempo Scan Pacific,Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2021

2) Sampel

21
Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang memiliki

karakteristik yang sama dengan populasinya (Sugiyono, 2013:82).

Metode yang digunakan adalah porpusive sampling yakni:

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Hanya elemen

populasi yang mempunyai kriteria tertentu dari peneliti saja yang

bisa dijadikan sampel dalam penelitian. Kriteria pengambilan

sampel yang ditetapkan oleh peneliti pada tabel berikut :

Tabel/1Kriteria Sampel

No Keteranga Jumla
n h
Perusahaan Sektor farmasi yang terdaftar Bursa Efek
1 Indonesia (BEI) Periode 2016-2020 10
Perusahaan Sektor farmasi yang memilik data laporan
2 keuangan yang lengkap selama 5 (lima) tahun. 10
Perusahaan yang baru listing (PT Merck Sharp Dohme
3 Pharma,Tbk.) 1
4 Sampel 9

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, akhirnya

diperoleh 9 (sembilan) emiten pada industri farmasi selama 2017-

2020 sebagai sampel penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel Sampel Penelitian


No Kode Emiten Emiten
1 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
2 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
3 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
4 MERK PT Merck Tbk.
5 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.
6 TSPC PT Tempo Scan Pacific,Tbk
7 INAF PT Indofarma (Persero), Tbk
8 SIDO PT Industri dan Farmasi Sido Muncul,Tbk.
9 PEHA PT Phapros Tbk.

22
4. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif, yakni metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel

yang telah ditetapkan sebagaimana adanya (Sugiyono 2013:63)

5. Metode Analisa Data

1) Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan data yang digunakan adalah data

panel. Menurut Suliyanto (2015:115) data panel merupakan data

gabungan antara data cross section dan data time series, dimana unit

cross section yang sama diukur pada waktu yang berbeda. Setelah

penentusn data, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan alat analisis regresi linear berganda yaitu untuk

mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, perputaran modal

kerja dan perputaran persediaan terhadap harga saham digunakan

analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut :

Yit = α + β 1 X1it + β 2 X2it + β 3 X3it + β 4 X4it + e

Keterangan :

Yit = Harga saham

X1it = Tingkat Inflasi

X2it = Tingkat Suku Bunga

X3it = Perputaran Modal Kerja

23
X4it = Perputaran Persediaan

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

e = error

Sehubungan dengan perbedaan satuan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Maka data tersebut harus

ditransformasikan dalam bentuk persamaan lain sebelum diolah

dengan memakai software SPSS 25, yakni sebagai berikut :

LogYit = α + β 1 LogX1it + β 2 LogX2it + β 3 LogX3it + β 4

LogX4it + e

2) Uji Kualitas Intrumen

a) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk dapat mengetahui bahwa

data yang ada terdistribusi normal dan independen (Ghozali,

2011).Walaupun Normalitas suatu data tidak terlalu penting,

tetapi sebaiknya data yang ada berkontribusi normal. Uji

Normalitas menjadi penting dikarenakan dengan normalnya

suatu data maka data tersebut dapat dianggap mewakili

populasi. Uji Normalitas dapat dilakukan dengan

menggunakan grafik maupun menggunakan Uji Statistik.

Dalam Uji Normalitas ini, data akan diuji dengan Statistik

Kolmogorov-Sminov dengan kriteria pengujian : 1) Angka

signifikansi (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal. 2)

24
Angka signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak

berdistribusi normal.

b) Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan data yang digunakan adalah data

sekunder, maka untuk menentukan ketepatan suatu model

perlu dilakukan pengujian atas beberapa kriteria pada uji

asumsi klasik (Sunyoto,2013:58). Adapun uji asumsi klasik

yang harus dipenuhi dalam suatu model adalah sebagai

berikut :

1) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritass bertujun untuk menguji ada

atau tidaknya korelasi yang tinggi atau sempurna

diantara variabel bebas yang terdapat pada model

regresi (Ghozali, 2011:115). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi multikolinieritas.

Dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi

yang erat antar variabel bebas yang akan

digunakan dalam suatu regresi. Regresi yang baik

adalah suatu regresi yang tidak memiliki

multikolinieritas didalamnya sehingga tidak ada

gangguan yang diharapkan akan terjadi pada

regresi tersebut. Variabel yang menyebabkan

multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance

25
dan tidak terjadi multikolinieritas yang dapat

dilihat lebih besar dari pada 0,1 atau nilai VIF

yang lebih kecil dari pada nilai 10. 1) Jika nilai

tolerance > dari 0,1 dan nilai VIF lebih < dari 10,

maka data tersebut terbebas dari gejala

multikolinieritas. 2) Jika nilai tolerance < dari 0,1

dan nilai VIF lebih > dari 10, maka data tersebut

terdapat gejala multikolinieritas.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terdapat perbedaan

varian pengamatan residual terhadap yang lain

(Ghozali, 2011:139). Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

adalah dengan melihat grafik scatterplot antara

nilai prediksi variabel dependen. Dasar analisis

untuk menentukan ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang

ada membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit),

26
maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi linaer terdapat

korelasi antara kesalahan pengganggu antara

periode t dengan periode t-1 (Ghozali, 2011:110).

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi, yaitu :

(1) Uji Durbin– Watson,

(2) Uji Lagrange Multiplier,

(3) Uji Statistik Q. Dalam penelitian ini, untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka

dilakukan pengujian Durbin–Watson (DW)

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) -2 < Dw < 2, berarti tidak ada autokorelasi

2) Angka DW dibawah -2, berarti ada

autokorelasi positif.

27
3) Angka DW diatas +2, berarti ada autokorelasi

negatif.

c) Uji Hipotesis

1) Uji F

Uji F digunakan untuk menganalisis apakah semua

variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen secara simultan (Kuncoro, 2011:239).

Uji F dilakukan dengan langka-langkah sebagai berikut :

1. Membuat rumusan hipotesis Ho : β1 = β2 = β3 = β4 =

0 artinya tidak ada pengaruh signifikan Inflasi, Tingkat

Suku Bunga, Perputaran Modal Kerja dan Perputaran

Persediaan secara simultan terhadap Harga Saham. Ha :

β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 artinya ada pengaruh signifikan

Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Perputaran Modal Kerja

dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap

Harga Saham

2. Menentukan tingkat signifikan dengan α = 5 %

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 %, α = 5 %

df 1 (jumlah variabel – 1), df 2 (n-k-1), (n adalah jumlah

kasus, dan k adalah jumlah variabel independen)

3. Kriteria Keputusan : Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho

diterima Ha ditolak Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho

ditolak Ha diterima.

28
2) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

yang signifikan atas variabel independen (Inflasi, tingkat

suku bunga, perputaran modal kerja dan perputaran

persediaan) secara parsial terhadap variabel dependen

(Harga saham) pada perusahaan sub sector farmasi.

Menurut Kuncoro, (2013:137) Uji t dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat rumusan hipotesis

1) Pengujian X1 Ho : β1 = 0, artinya Inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Ha :

β1 ≠ 0, artinya Inflasi berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham.

2) Pengujian X2 Ho : β2= 0, artinya Suku Bunga

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Ha : β2 ≠ 0, artinya Suku Bunga berpengaruh

signifikan terhadap Harga Saham.

3) Pengujian X3 Ho : β3 = 0, artinya Perputaran

Modal tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham. Ha : β3 ≠ 0, artinya Perputaran Modal

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

4) Pengujian X4 Ho : β4 = 0, artinya Perputaran

Persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

29
Harga Saham. Ha : β4 ≠ 0, artinya Perputaran

Persediaan berpengaruh signifikan terhadap Harga

Saham.

2. Menentukan tingkat signifikan dengan α = 5 % Tabel

distribusi t dicari pada α = 5 % df1 (uji 1 sisi) dengan

derajat kebebasan( df) n-k-1 (n adalah jumlah

kasus/data, dan k adalah jumlah variabel

independen).

3. Kriteria Keputusan : Jika thitung < ttabel, maka Ho

diterima Ha ditolak Jika thitung > ttabel, maka Ho

ditolak Ha diterima Bila thitung lebih besar daripada

tabel atau signifikannya kurang dari α= 5% maka

tolak Ho yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen (Kuncoro, 2013: 238).

d) Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

terikat dengan nilai diantara nol dan satu. Jika nilai R2 kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

30
memprediksi variasi variabel dependen (Kuncoro, 2013:

240-241). Perlu diperhatikan bahwa nilai R2 yang tinggi

tidak selalu menunjukkan kualitas model yang sudah baik.

Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang

penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik

atau tidaknya model regresi yang terestimasi atau dengan

kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah

garis regresi yang terstimasi dengan data sesungguhnya.

Nilai koefisen determinasi (R2 ) ini mencerminkan seberapa

besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh

variabel bebas X.

Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0),

artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama

sekali. Sementara bila sama sekali. Sementara bila R2 = 1,

artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan

oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik

pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan

demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi di

tentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan

satu.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. dan Halim Abdul, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi

Keempat. Cetakan Pertama. Yogyakarta. UPP STIM YKPN

Harahap, Sofyan, 2013. Manajemen Keuangan. Cetakan Ketiga. Erlangga, Jakarta.

Harjito, Agus dan Martono, 2016. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia

Harmono, Pram, 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Edisi Keenam. BPPE.

Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu, 2015. Manajemen. Edisi Ketiga. Tigaraksa. Jakarta.

Herdiyana, Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja. Profitabilitas dan Faktor-

Faktor Fundamental Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia. Jurnal

Ilmiah Manajemen. Vol 3 No 1. 2021.

Husnan, Suad, 2014. Lembaga Keuangan dan Pasar Modal. Edisi Kedua. BPPE

UGM. Yogyakarta.

Istijanto, Yogi, 2016. Metodologi Penelitian. Cetakan Kelima. Tigaraksa. Jakarta

Jatisuryaputra, Richwell, Pengaruh Nilai Tukar. Inflasi dan Suku Bunga Terhadap

Harga Saham Pada Industri Barang Konsumsi Yang Go Public di BEI.

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. Vol 6 No 7. 2020

Karim, Adiwarman, 2015. Ekonomi Makro. Edisi ketiga. PT Rajagrafindo Persada.

Jakarta.

Kasmir, 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana.

Kuncoro, Mudrajad, 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:

Erlangga.
Munawir, Sawir, 2014. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Edisi Kedua. Ganesha.

Bandung.

Maronrong, Ridwan dan Nurgoho, Kholik, Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Kurs

Terhadap Harga Saham Studi Kasus pada Perusahaan Otomotif yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal STEI Ekonomi, Vol 26, No.2

Sartono, Agus, 2013. Ekonomi Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Salemba

Empat. Jakarta.

Suliyanto, 2015, Metode Riset Bisnis. Edisi Khusus. Andi Offset. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai