Erna Apriani1
1
Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial, Universitas Pelita Bangsa
Email : ernaapriani@pelitabangsa.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan profitabilitas, likuditas, leverage dan agency cost
terhadap financial distress. Rasio keuangan yang diuji yaitu rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, serta agency cost.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kasualitas dan data yang digunakan adalah data sekunder, populasi penelitian ini
adalah perusahaan ritel yang terdaftar di BEI periode 2018-2020, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling, berdasarkan kriteria diperoleh sampel sebanyak 13 perusahaan, analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik biner. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan
hasil rasio profitabilitas rasio likuiditas, rasio leverage yang tidak berpengaruh terhadap kemungkinan financial
distress, dan agenct costs berpengaruh dengan arah positif terhadap kemungkinan terjadi financial distress. Limitasi
dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini dilakukan hanya pada perusahaan ritel. Kedua, penelitian ini hanya
berfokus pada faktor keuangan yang dapat mempengaruhi financial distress. Ketiga, periode penelitian hanya dari
2018-2020. Keempat penelitian ini hanya berpokus pada variabel penelitian. Kontribusi penelitian ini dapat diapakai
sebagai acuan perusahaan atau individual untuk menganalisa terhadap kemungkinan terjadinya financial distress, dan
untuk akademisi bisa dipakai sebagai represi untuk penelitian yang berkelanjutan.
Kata Kunci: Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktifitas, Agency Cost, Financial Distress
Abstrak
This study aims to examine the effect of financial ratios of profitability, liquidity, leverage and agency costs on
financial distress. The financial ratios tested are profitability, liquidity, leverage, and agency cost ratios. This type of
research is casuality research and the data used is secondary data, the population of this study is retail companies
listed on the IDX for the 2018-2020 period, the sampling technique was carried out with purposive sampling
techniques, based on the criteria obtained a sample of 13 companies, the data analysis used in this study used binary
logistic regression. Based on the results of the research conducted, it shows the results of the profitability ratio of the
liquidity ratio, the leverage ratio which has no effect on the possibility of financial distress, and agenct costs affecting
the positive direction of the possibility of financial distress. Limitations in this study. First, the study was conducted
only on retail companies. Second, this study only focuses on financial factors that can affect financial distress. Third,
the research period is only from 2018-2020. These four studies are only focused on research variables. This research
contribution can be used as a reference for companies or individuals to analyze the possibility of financial distress,
and for academics it can be used as a repression for continuous research.
Keywords: Profitability, Liquidity, Leverage, Activities, Agency Cost, Financial Distress
PENDAHULUAN
Bisnis ritel ada banyak jenisnya, namun inti dari kegiatan bisnis nya ialah menjual sebuah barang
ataupun menjual jasa kepada orang yang disebut sebagai konsumen atau pembeli (Kamaludin,
2015). Dalam beberapa tahun ini begitu banyak sekali perusahaan berbasis ritel yang menutup
banyak gerainya karena berbagai macam alasan. Perusahaan ritel yang tutup salah satunya ialah
PT Mitra Adi Perkasa (MAPI) dimana perusahaan ini menaungi Lotus dan Debenhams, pada
oktober 2017 menutup semua gerai perbelanjaannya dengan alasan penghasilan gerai yang kurang
menguntungkan. Masih pada tahun yang sama yaitu 30 juni 2017 7-Eleven dari PT Modern 7-
Eleven Indonesia mengalami kebangkrutan dan menutup semua gerainya, hal itu di sebabkan
kerugian kuartal pada pertama tahun 2017 sebesar Rp 447,9 Milyar. Adapula PT Matahari
Departement Strore turut menutup dua gerai mereka di daerah di Pasar Raya Blok M dan Pasar
Raya Manggarai. Pihak dari manajemen mengeluarkan suara terkait kedua toko ritel ditutup karena
sepinya pegunjungsehingga tidak mencapai target. Tutupnya gerai-gerai ritel itu tentunya akan
berdampak pada perekonomian di Indonesia. Karena jadi banyaknya pengangguran akibat di PHK,
dari data yang diterbitkan oleh International labour organization (ILO) jumlah tenaga kerja yang
diserap dalam sector perdagangan sebesar 22,5% dari total jumla pekerja di Indonesia dimana
posisi ketiga setelah pertanian sebesar 31,9% dan jasa sebesar 24,2% serta banyaknya konsumen
perusahaan ritel. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kebangkrutan dapat di prediksi. Adapun
salah satu ciri perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan yaitu perusahaan tersebut
mengalami Financial Distress. Seperti yang di ungkapkan (Kamaludin, 2015) Financial Distress
ialah fase penurunan bagian keuangan perusahaan dan biasanya berlangsung sebelum mengalami
kebangkrutan/ liquiditasi.
Dimana ciri-ciri dari Financial Distress yaitu sulitnya alur kas, jumlah hutang yang banyak,
operasional merugi selama beberapa tahun. Berikut ini disajikan grafik rata-rata hutang perusahaan
di BEI periode 2018 - 2020.
4.000
3.000
2.000
1.000
-
2017 2018 2019 2020
2.697 2.798 2.957 3.310
Berdasarkan grafik diatas menunjukan tingkat rata-rata hutang perusahaan ritel pada periode 2018-
2020 cenderung mengalami kenaikan, tahun 2017 meningkat 8% dari 2016 yang semula rata-rata
hutang sebesar Rp. 2,485 milyar menjadi Rp. 2.679 milyar. Sedangkan tahun 2018 kenaikan
hutang sebesar 4% dari tahun 2017 yang sebesar Rp. 2.679 miliar menjadi Rp. 2.798 milyar dan
tahun 2019 kembali meningkat 6% menjadi Rp 2.957 miliar, di tahun 2020 rata-rata hutang
perusahaan ritel naik signikan ke angka Rp. 3.310, hal ini dikarenakan tahun mulai munculnya
pandemik covid-19. Selain besarnya hutang menjadi indicator Financial Distress, kerugian
perusahaan juga menandakan kondisi Financial Distress. Berikut disajikan grafik net income
perusahaan ritel periode 2018-2020.
Grafik Rata-Rata Laba dan Rugi Perusahaan Ritel Pada Periode 2016-2020.
-
2017 2018 2019 2020
(500.000)
(1.000.000)
Berdasarkan grafik diatas rata-rata laba perusahaan ritel pergerakannya stagnan dari tahun 2018-
2019, beda dengan tahun 2020 yang mengalami penurunan, bisa dipengaruhi karena awal pandemi
covid-19. Kemuudian adanya pergerakan fluktuatif rata-rata dalam rugi perusahaan ritel di 2018-
2020, seperti tahun 2018 dan 2020, namun di tahun 2020 rata-rata laba dan rata-rata rugi
pergerakannya searah yaitu mengalami penurunan, ini membuktikan banyak hal terkait efesiensi
dalam perusahaan dalam mengnanggapi kondisi pandemi covid-19. Kemungkinan terjadinya
Financial Distress pada perusahaan yang mengalami kerugian. Biasanya mereka (perusahaan)
yang akan terus menerus mengalami Financial Distress dapat terjadi operasi yang terhenti, jumlah
produksi yang biasa dilakukan juga dikurangi, banyak proyek yang tertunda, dividen yang tidak
dibayarkan dan pengurangan jumlah karyawan. Fachrudin dalam (Kasmir, 2015).
Indikator Financial Distress dapat dilihat dari kinerja yang berjalan selama ini biasanya hal itu
dilihat dari laporan keuangan yang mereka buat. Menurut (Harapan, 2013) informasi mengenai
laporan keuangan dapat menganalisis dan memprediksi akankah perusahaan ini akan bangkrut atau
tidak. Rasio keuangan dalam skripsi ini adalah profitabilitas, liquiditas, Laverage, dan Aktivitas.
Dalam penelitian terkait Analisa rasio ROA, CR, DAR, TATO dan Agency Cost terhadap financial
destress masih terdapat research gap dimana hasil beberapa peneliti terdahulu cenderung beragam
atau berbeda dari peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya seperti yang ditampilkan pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Research Gap Penelitian Terdahulu
Variabel Indevenden
Peneliti & (X1) (X2) (X3) (X4)
NO
tahun ROA CR DAR Agency
Cost
Hasil penelitian (Rahmayanti, S., & Hadromi, U. 2017), rasio profibalitas, likuiditas, dan leverage
berpengaruh positif, dan agency cost tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hasil
penelitian (Hidayat, M. A., & Meiranto, W. 2014), rasio profitabilitas, likuiditas tidak berpengaruh
dan rasio leverage berpengaruh positif terhadap financial distress. (Hasil penelitian Rani, D. R.
2017), rasio profitabilitas tidak berpengaruh, likuiditas berpengaruh negatif, leverage berpengaruh
positif, dan agency cost berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hasil penelitian (Syuhada,
P., Muda, I., & Rujiman, F. N. U. 2020), rasio protfitabilitas, leverage berpengaruh negatif, dan
rasio likuiditas berpengaruh positif terhadap financial distress. Hasil penelitian (Agustini, N. W.,
& Wirawati, N. G. P. 2019), rasio profitabilitas, leverage berpengaruh negatif, dan likuiditas tidak
berpengaruh terhadap financial distress.
Berdasarkan latar belakang masalah penomena gap dan research gap yang beragam dan berbeda
diatas maka peneliti menganggap latar belakang ini layak untuk diteliti sehingga mengambil judul
"Analisis Faktor Internal Perusahaan dan Agency Cost Terhadap Financial Distress pada
Perusahaan Ritel” sehingga penelitian merumuskan masalah sebagai berikut:
• Apakah rasio Profitabilitas (ROA)) berpengaruh terhadap financial destress.
• Apakah rasio Likuiditas ( CR) berpengaruh terhadap financial destress.
• Apakah rasio Leverage (DAR) berpengaruh terhadap financial destress .
• Apakah Agency cost berpengaruh terhadap financial destress.
Financial Destress
Financial Distress merupakan keadaan perusahaan yang tidak mampu melakukan pembayaran
keuangan yang wajib dilakukan perusahaan saat jatuh tempo sehingga berakibat pada
kebangkrutan (Kasmir, 2016). Financial Distress menunjukan timbulnya permasalahan pada
parahnya likuiditas perusahaan sehingga sulit untuk diselesaikan dengan tidak melalui
penjadwalan ulang secara besar-besaran pada operasi serta struktur perusahaan. Kondisi Financial
Distress berakibat pada diberhentikannya operasi pabrik/ divisi, produksi yang berkurang, proyek
tertentu ditunda, dividen tidak dibayar, auditor independen tidak memberi pendapat terkait laporan
keuangan perusahaan dan PHK.
Profitabilitas
(Hidayat dan Meiranto, 2014) menyatakan profitabilitas perusahaan yang tinggi menandakan agen
berhasil dalam pengelolahan perusahaan, dengan profit tinggi dapat menarik investor berinvestasi
sehingga perusahaan akan terhindar dari Financial Distress. Menurut (Kasmir, 2016) rasio
profitabilitas bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan di
periode tertentu. Rasio profitabilitas pada penelitian ini ialah rasio return on assets (ROA). ROA
ialah pengembalian aset yang dimanfaatkan untuk memperoleh laba bersih perusahaan. ROA
menunjukan efesiensi manajemen dengan menggunakan aset milik perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan.
Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendek (Harahap. 2013). Menurut (kasmir (2016) jika perusahaan dapat membiayai serta melunasi
kewajiban jangka pendek secara baik, potensi Financial Distress akan semakin kecil. Rasio
likuiditas dalam penelitian ini ialah current ratio. current ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk melihat sajauh mana kemampuan asset lancar perusahaan dalam menjamin hutang kreditor
jangka pendek, rasioa yang semakin tinggi berarti pembayaran hutang jangka pendek perusahaan
pada kreditor semakin terjamin.
Leverage
Rasio Laverage bertujuan mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang (Kasmir,
2016). Apabila jumlah hutang perusahaan besar, perusahaan semakin berisiko terhadap Financial
Distress (Hidayat & Meiranto, 2014). Penelitian ini memanfaatkan total debt to asset ratio (DAR)
sebagai indikator untuk mengukur Laverage. (Kasmir, 2016) DAR ialah rasio utang untuk
pengukuran perbandingan total utang dengan total aktiva perusahaan. Jika rasio ini tinggi,
pendanaan utang semakin banyak, sehingga perusahaan kesulitan mendapatkan tambahan
pinjaman sebab dimungkinkan perusahaan tidak bisa untuk menutup hutang dengan aktiva
miliknya.
Agency Cost
Agency cost merupakan semua biaya yang menjadi tanggungan pemegang saham untuk mencegah
permasalahan keagenan serta mengoptimalkan keuntungan pemegang saham. Agensi menurut
(Meisser et al, 2010) adalah.
a. Monitoring cost merupakan biaya yang menjadi tanggungan prinsipal dalam memantai agen
yakni mengamatai, mengukurm serta mengontrol tingkah laku agen di antaranya pembatasan
anggaran, aturan operasi serta biaya audit.
b. Bonding cost merupakan biaya yang menjadi tanggungan agen dalam penetapan dan pematuhan
mekanisme yang menjamin agen dalam bertindak terhadap kepentingan principal yakni biaya
dari agen untuk memberikan laporan keuangan ke stakeholder.
c. Residual lasses yaitu biaya yang timbul dari tingkah laku agen yang terkadang tidak sama
dengan tindakannya dalam memaksimalkan kepentigan principal.
Menurut (Rani Dwi Rafika, 2017) menyatakan, perusahaan yang terus menerus mengeluarkan
agency cost dalam jumlah besar berakibat terhadap keuangan perusahaan yaitu dalam keadaan
Financial Distress. Dalam penelitian ini cara untuk menghitung besarnya agency cost perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio biaya administrasi.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis penelitian dapat diformulasikan sebagai berikut :
1. Pengaruh profitabilitas terhadap Financial Distress
(Munawir, S. 2017) profitabilitas ialah rasio untuk menilai kemampuan suatu perusahaan saat
mencari untung. Pada penelitian rasio profitabilitas diproksikan dengan ROA. Jika perusahaan
mengliasilkan keuntungan tinggi maka agent sukses mengelola perusahaan. Maka investor
tertarik berinvestasi sehingga akan menjauhkan perusahaan dari Financial Distress. Dalam
penelitian (Rahmayanti, S., & Hadromi, U. 2017) dan (Syuhada, P., Muda, I., & Rujiman, F.
N. U. 2020) menyatakan rasio profitabilitas berpengaruh terfadap Financial Distress. Maka
menunjukan bahwa apabila rasio profitabilitas terus mengalami penurunan atau negatif maka
besar kemungkinan peusahaan tersebut akan mengalami financial distress. Dengan demikian,
hipotesis sementara penelitian ini adalah,
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Financial Distress.
2. Pengaruh likuiditas terhadap Financial Distress
Pada penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan rasio lancar. Perusahaan dengan
likuiditas tinggi mampu menunjukan pertanda baik bagi investor dan kreditur sebab
perusahaan dilihat mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya dalam mengelola
perusahaan schingga menjauhkan perusahaan dari Financial Distress. Penelitian (Hidayat, M.
A., & Meiranto, W. 2014) dan (Rahmayanti, S., & Hadromi, U. 2017), menyatakan likuiditas
berpengaruh terhadap Financial Distress. Maka, kemampuan perusahaan semakin besar
dalam pemenuhan kewajiban jangak pendek, sehingga semakin kecil perusahaan untuk
Financial Distress. Dengan demikian, hipotesis sementara penelitian ini adalah,
Menurut (Harahap, 2010) Laverage ialah rasio yang menunjukan hubungan utang perusahaan
dengan modal asset perusahaan. Penelitian ini menggunakan DAR sebagai proksi dari rasio
Laverage. Laverage yang tinggi digunakan oleh kreditur sebagai sinyal ketika pemberian
pinjaman, banyaknya hutang perusahaan dapat berkakibat pada ketidakmampuan melunasi
saat jatuh tempo. Penelitian (Hidayat, M. A., & Meiranto, W. 2014) dan (Rahmayanti, S., &
Hadromi, U. 2017), rasio Laverage berpengaruh dengan arah positif terhadap Financial
Distress. Dengan demikian, semakin besar pendanaan perusahaan dari pihak ketiga, semakin
besar juga kemungkinan terjadinya Financial Distress, yang disebabkan membesarnya
kewajiban perusahaan dalam membayar hutang. Maka hipotesis sementara penelitian ini
adalah,
H3 : Laverage berpengaruh terbadap Financial Distress
4. Pengaruh agency cost terhadap Financial Distress
Dalam penelitian ini pengukuran agency cost sesuai dengan rasio administrasi juga umum
terhadap total penjualan. Agency cost dikeluarkan oleh perusahaan untuk para manajer apabila
biaya ini dilakukan secara terus menerus dengan jumlah yang cukup banyak maka akan
berdampak pada keuangan perusahaan dan mampu membuat perusahaan mengalami
Financial Distress. Penelitian (Rimawati, I., & Darsono, D. 2017). menunjukan pengaruh
yang positif dan signifikan dari agency cost terhadap Financial Distress, dengan demikian,
hipotesis sementara penelitian ini adalah.
H4 : Agency cost berpengaruh terhadap Financial Distress
ROA (X1)
CR (X2)
Financial Distress
(Y)
DAR (X3)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Data yang digunakan yaitu data sekunder, yang diperoleh berasal dari pihak lain berupa publikasi.
Berdasarkan landasan pemikiran tersebut maka populasi penelitian ialah seluruh perusahaan ritel
yang terdaftar di BEI periode 2018-2020. Metode penentuan sampel yaitu non probability
sampling menggunakan purposive sampling. Sugiyono, (2009) menyatakan purposive sampling
adalah teknik menentukan sampel dengan pertimbangan. Pertimbangan untuk pengambilan sampel
yaitu:
1. Sampel ialah seluruh perusahaan ritel berdasarkan BEI periode 2018- 2020.
2. Sampel mempublikasikan laporan keuangan selama periode yang diamati
3. Perusahaan yang tidak mempunyai data laporan keuangantidak termasuk sampel.
4. Sampel adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dengan laba bersih negatif (net income
negatif) 2 tahun periode pelaporan berturut-turut. Perusahaan dengan Financial Distress,
mendapat nilai 1 sementara perusahaan yang tidak Financial Distress nilai 0.
5. Perusahaan tidak Financial Distress berada dalam industri yang sama dengan perusahaan
sedang Financial Distress.
6. Jumlah perusahaan tidak Financial Distress harus sama dengan jumlah perusahaan yang
sedang Financial Distress.
Model Penelitian
Penelitian ini termasuk kuantitatif asosiatif dengan metode sosiatif. Penelitian asosiatif memiliki
tujuan untuk melihat pengaruh ataupun hubungan dua variabel maupun lebih, Sugiyono, (2009).
Penelitian ini tidak dilakukan uji validitas data sebab data yang digunakan vaitu data sekunder
yang diperoleh dari pihak lain berupa publikasi. Penggunaan metode asosiatif sebab dapat
memberikan penjelasan, perkiraan dan kontrol suatu gejala yaitu gejala Financial Distress
terhadap perusahaan. Selain itu digunakan pula analisis deskriptif. Dimana analisis deskriptif dapat
mengungkapkan hasil penelitian secara verbal, sistematis, faktual, akurat terkait objek penelitian,
kemudian diolah menjadi data dan dilakukan analisis hipotesis yang ditetapkan melalui uji data
secara statistik yang akan menghasilkan simpulan.
Keterangan :
FD = Variabel dummy, kode 1 untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan,
kode 0 untuk yang tidak
ROA = Variabel Profitabilitas
CR = Variabel Likuiditas
Standar deviasi lebih besar dari dari mean menunjukan simpangan data yang tidak terlalu besar
yang berarti fluktuasi data variabel ROA tidak terlalu tingi.
Rasio likuiditas pada penelitian diproyeksikan dengan current ratio (CR), tabel 4 didapat hasil
rata-rata perusahaan ritel pada sampel pelitian ialah 1.788. CR minimun terjadi pada PT.
Ramayana Lestari Sentosa. Tkb dengan nilai CR 0.011 pada tahun 2018, dan nilai maksimun
terjadi pada PT. Elektronic City Indonesia pada tahun 2018, dengan standar deviasi lebih besar
dari nilai mean yang menunjukan simpangan data yang tidak terlalu besar yang berarti fluktuasi
data variabel CR tidak terlalu tingi.
Rasio Laverage pada penelitian diproksikan menggunakam Debt to Asset Ratio (DAR), tabel 5
didapat hasil rata-rata leverage perusahaan penelitian 7.526 angka yang cukup tinggi dari angka
ideal, nilai DAR minimun terjadi pada PT. Ramayana Lestari Sentosa. Tbk yaitu 0.060, dan Nilai
DAR maksimun terjadi pada PT. Globe Kita Terang. Tbk yaitu sebesar 90.99 kali. Standar deviasi
lebih besar dari nilai mean yang menunjukan simpangan data yang tidak terlalu besar yang berarti
fluktuasi data variabel DAR tidak terlalu tinggi.
Agency Cost pada penelitian ini mennggunakan rasio administrasi dimana data diperoleh dari
periode 2016 sampai dengan 2020, tabel 6 menunjukan nilai rata-rata agency cost sampel 0.144,
nilai minimun terjadi pada PT. Catur Sentosa Adiprana. Tbk pada tahun 2018 dengan nilai agency
cost 0.020, dan nilai maksimun terjadi pada PT. Ramayana Lestari Sentosa. Tbk pada tahun 2020
dengan nilai agency cost 0.501. Standar deviasi lebih besar dari nilai mean yang menunjukan data
bersifat homogen dan mempunyai tingkat penyimpanan yang rendah.
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai dari pengujian Hosmer and Lameshows Goodness of fit
test nilai chi square adalah 10.180 dengan signifikansi sebesar 0.179. Dengan tingkat signifikansi
lebih besar dari alfa 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat model dikatakan dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi logistik yang digunakan mampu
menggambarkan hubungan antara profitabiltas, likudidtas, leverage, dan agency cost dengan
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ritel yang terdaftar di BEI.
Persamaan Regresi
Tabel 10. Variabel in the Equetion
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ROA 2.160 1.911 1.278 1 .258 8.668
CR .240 .285 .712 1 .399 1.272
DAR 3.969 2.609 2.314 1 .128 52.931
Dari tabel 10 diatas maka, maka dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :
𝑭𝑫
𝑳𝒏 = 𝟏−𝑭𝑫 = - 4.646 + 2.160ROA + 0.240CR + 3.969DAR + 10.868Agency Cost
• Koefisien regresi variabel agency cost sebesar 10.868 (bernilai positif) yang berarti bahwa
setiap terjadi kenaikan agency cost, akan memungkinkan terjadinya financial distress pada
perusahaan ritel di BEI selama periode penelitian.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1, Pengaruh profitabilitas terhadap fianciaal distress
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah profitabilitas berpengaruh terhadap financial
distress, hasil uji regresi logistik pada tabel 10 diatas menunjukan nilai signikansi variabel ROA
0.258 lebih besar dari tingkat alfa 5% (0.05), yang berarti bahwa variabel profitabilitas (ROA)
tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Rasio profitabilitas yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan
dan mengelola aset yang dimilikinya secara efektif dan efisien untuk menghasilkan laba. Oleh
karena itu, perusahaan akan memperoleh penghematan dan memiliki kecukupan dana untuk
menjalankan usahanya sehingga terhindar dari financial distress. Sebaliknya, rendahnya nilai rasio
profitabilitas suatu perusahaan dapat memungkinkan kinerja perusahaan kurang efektif dalam
mengelolah aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba sehingga dapat menimbulkan kerugian
yang berakibat pada arus kas negatif dan perusahaan akan mengalami financial distress.
Tidak berpengaruhnya disebabkan karena selamat periode penelitian dan sampel penelitian
mayoritas mengalami kerugian dalam laporan keuangan tahunannya sehinga mengasilkan ROA
yang kecil bahkan negatif yang terjadinya financial distress pada perusahaan. Dengan demikian,
laba perusahaan adalah hasil penggunaan hutang perusahaan dan usia perusahaan juga cukup
mempengaruhi ROA perusahaan yang lama beroperasi akan tetapi mempunyai asset sedikit bisa
diindikasi memiliki masalah (Sagala, 2018). Hasil penelitian ini searah dengan (Hidayat, 2014),
dan (Rani, 2017), yang menyatakan bahwan profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress.
Hipotesis 2, Pengaruh likuiditas terhadap fianciaal distress
Hipotesis ke-2 dalam penelitian ini adalah likuiditas (CR) berpengaruh terhadap financial distress,
hasil uji regresi logistik pada tabel 10 diatas menunjukan nilai signikansi variabel CR 0.399 lebih
besar dari tingkat alfa 5% (0.05), yang berarti bahwa variabel likuiditas (CR) tidak berpengaruh
terhadap financial distress.
Tidak berpengaruhnya likuiditas (CR) dapat disebabkan karena perusahaan pada sampel penelitian
dapat dikatakan mampu untuk membiayai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek yang diambil. Standar rasio likuiditas industri menurut (Kasmir, 2016)) adalah 2.00,
artinya setiap 1.00 hutang lancar yang dimiliki perusahaan maka tersedia 200% aset lancar untuk
menutupinya. Dikarenakan rata-rata likuiditas perusahaan sampel yaitu sebesar 1.788 yang berada
dibawah rata-rata rasio likuiditas industri sehingga menunjukkan aset lancar perusahaan mampu
membayar kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas perusahaan tidak dapat menjamin
bahwa perusahaan akan mengalami financial distress pada penelitian ini karena current ratio
sedangkan pengukur likuiditas jangka pendek, financial distress merupakan prediksi untuk jangka
panjang. selain itu, current ratio juga sangat bermanfaat pada jenis usaha dari masing-masing
perusahaan. Tingginya nilai current ratio biasanya disebabkan oleh besarnya jumlah aset lancar
yang dimiliki perusahaan seperti persediaan dan piutang usaha, dimana sampel dalam penelitian
ini yaitu perusahaan ritel yang tentunya memiliki jumlah persediaan yang cukup besar untuk
melakukan kegiatan operasionalnya sebagai rasio likuiditas tidak dapat mempengaruhi
kemungkinan perbedaan keuangan kususnya pada sektor usaha ritel. Selain itu, untuk mengubah
usaha dan persediaan dalam bentuk kas guna biayanya diperlukan waktu yang tidak sedikit dan
berbeda-beda bagi tiap perusahaan. Hasil penelitian ini searah dengan (Rani, 2017), dan (Agustini
and Wirawati, 2019), yang menyatakan bahwa variabel likuiditas (CR) tidak berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress.
Hipotesis 3, Pengaruh leverage terhadap fianciaal distress.
Hipotesis ke-3 dalam penelitian ini adalah leverage (DAR) berpengaruh terhadap financial
distress, hasil uji regresi logistik pada tabel 10 diatas menunjukan nilai signikansi variabel DAR
0.128 lebih besar dari tingkat alfa 5% (0.05), yang berarti bahwa variabel leverage (DAR) tidak
berpengaruh terhadap financial distress.
Leverage yang diproksi dengan (DAR) menunjukkan bahwa peningkatan DAR jika semakin
tinggi pula resiko perusahaan yang ditanggung sebagai akibat aset perusahaan yang dimiliki
tidak dapat menutupi hutangnya. Akan tetapi dimungkinkan jika nilai DAR yang tidak diikuti
oleh beban yang tinggi sehingga perusahaan dapat terhindar dari potensi terjadinya financial
distress. Rata-rata leverage dalam penelitian ini dibawah 1 yang artinya aset perurahaan banyak
dibiyaai oleh ekuitas atau modal sendiri, selama periode tiga tahun penelitian dari 2018-2020
perusahaan ritel yang terdaftar di BEI sangat memperhatikan perkembangan aset melalui modal
sendiri, dalam arti leverage dalam perusahaan ritel tidak terlalu berperan dalam risiko terjadinya
financial distress.
Hipotesis 4, Pengaruh agency cost terhadap fianciaal distress
Hipotesis ke-4 dalam penelitian ini adalah agency cost berpengaruh terhadap financial distress,
hasil uji regresi logistik pada tabel 10 diatas menunjukan nilai signikansi variabel agency cost
0.038 kurang dari tingkat alfa 5% (0.05), dan betanya bernilai positif (0.027), yang berarti bahwa
variabel agency cost berpengaruh dengan arah positif terhadap financial distress.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa agency cost pada penelitian diproksikan terhadap rasio
administrasi. Sebab pengeluaran biaya administrasi yang terlalu besar merugikan keadaan
keuangan perusahaan, agency cost dikeluarkan dalam jumlah yang besar secara terus meneurus
maka peluang perusahaan semakin besar menalami Financial Distress. Munculnya agency cost
karena adanya pemisahan fungsi dari prinsipal dan agen yang menjalankan tugas, dan berperilaku
seolah-seolah sedang memaksimalkan kesejahteraan prinsipal. Sehingga muncul tindakan-
tindakan dari agen yang memanfaatkan biaya agensi untuk memenuhi kepentingannya sendiri.
Hasil penelitian ini searah dengan (Rimawati and Darsono, 2017), yang menyatakan bahwa
variabel agency cost tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress.
3. Laverage (DAR) dalam hasil penelitian ini tidak berpengaruh terhadap Financial Distress.
4. Agency cost dalam hasil penelitian ini berpengaruh dengan arah positif terhadap financial
distress
Saran
Untuk memperkirakan lebih awal cara menghindari atau mengatasi kondisi Financial Distress.
1. Bagi perusahaan Kepada pihak manajemen agar mempertimbangkan rasio likuiditas,
Laverage dan aktivitas dalam menjalankan berbagai tindakan perbaikan apabila ada indikasi
perusabaan mengalami Financial Distress. Perbaikan di rasio likuiditas perusahaan seperti
melakukan pinjama kepada pihak ketiga suoaya dampak dari piutang dagang tidak tertagih
dan tidak menyebabkan keadaan Financial Distress.
2. Bagi investor agar melihat laporan keuangan yang dimanfaatkan sebagai dasar ketika
memutuskan hal tepat untuk berinvestasi di perusahaan.
3. Bagi peneliti lainnya, pada periode pandemik covid -19 banyak perusahaan yang mengalami
penurunan net income sehingga berdasarkan fenomena tersebut menjadi dapat dijadikan bahan
penelitian yang bagus untuk diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, N.W., Wirawati, N.G.P., 2019. Pengaruh rasio keuangan pada financial distress
perusahaan ritel yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI). E-Jurnal Akuntansi 26, 251–
280.
Bursa Efek Indonesia .(2021). Laporan Keuangan, Laporan Tahunan dan Ringkasan
Performa Perusahaan Tercatat. Diakses melalui www.idx.co.id 5 desember 2021.
Ghozali, I., 2016. Aplikasi analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23.
Harahap, 2013. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayat, M.A., 2014. Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Indonesia. Diponegoro
Journal of Accounting.
van Horne, J.C., Wachowicz Jr, J.M., 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (Edisi 13, Buku
1). Jakarta: Salemba Empat.