PENDAHULUAN
Investasi adalah suatu bentuk penanaman aset atau dana pada suatu perusahaan
oleh perseorangan atau lembaga untuk satu atau lebih aktivas yang dimiliki.
keuntungan yang lebih besar dari modal yang sudah ditanamkan. Investor akan
keuntungan yang lebih besar dari modal yang sudah ditanamkan sebelumnya.
diendapkan di bank.
langsung dan tidak langsung. Investasi tidak langsung dapat dilakukan investor
dapat dilakukan oleh seorang investor melalui pasar modal, pasar uang, dan pasar
Pasar modal adalah salah satu sarana dalam melakukan kegiatan investasi, dan
pasar modal juga banyak diminati oleh investor. Banyak juga instrument investasi
dari pasar modal seperti surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksadana,
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya
Pasar modal yang terdapat di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek
Indonesia adalah tempat yang mempertemukan antara perusahaan dan investor untuk melakukan
kegiatan investasi. Hal ini juga yang kemudian menjadi pacuan perusahaan dalam melakukan
inovasi-inovasi guna meningkatkan mutu perusahaan agar mendapat perhatian investor. Pasar
modal ini memperjual belikan produk berupa dana yang bersifat abstrak, sedangkan dalam bentuk
konkritnya, produk yang diperjual belikan di pasar modal berupa lembar surat-surat berharga di
Saham adalah salah satu bentuk investasi. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas asset-
aset perusahaan yang menerbitkan saham. Salah satu yang menjadi pertimbangan investor dalam
menginvestasikan dananya adalah tinggi rendahnya harga saham, harga saham akan menentukan.
Keputusan investor untuk membeli atau menjual sahamnya. Harga saham setiap perusahaan tidak
sama. Hal itu ditentukan oleh kinerja perusahaannya yang tercermin dari pendapatan perusahaan
dan potensi pertumbuhan keuntungan perusahaan. Selain itu harga saham juga dipengaruhi oleh
mekanisme pasar.
dan sangat dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Return saham sifatnya berubah-ubah atau berfluktuasi
setiap saat dan selalu mengalami pasang surut tergantung pada banyaknya penawaran dan
permintaan atas saham tersebut serta beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.
Sumber dari return terdiri dari dua komponen, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield
merupakan komponen return yang memcerminkan aliran kas atas pendapatan yang diperoleh
secara periodik dari suatu investasi. Yield untuk investasi dalam saham ditunjukkan oleh dividen
3
yang diterima. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat
berharga, yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain (loss) dapat
pula diartikan sebagai pertambahan atau penurunan keuntungan akibat adanya perubahan harga
suatu surat berharga. Apabila surat berharga mengalami kenaikan harga, maka investor akan
mendapatkan tambahan keuntungan dari nilai selisih harga yang terjadi, dan sebaliknya apabila
suatu surat berharga mengalami penurunan harga, maka investor akan mengalami penurunan
Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu penentu hutang perusahaan, mengingat tingkat
penjualan merupakan ukuran sampai sejauh mana lembar per saham dari perusahaan dapat
ditingkatkan oleh hutang. Pertumbuhan penjualan merupakan perbandingan penjualan tahun yang
bersangkutan dengan penjualan tahun sebelumnya. Jika nilai perbandingan semakin besar, maka
dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan semakin baik dan
meningkatkan return saham yang dibagikan pada pemegang saham dalam suatu perusahaan. Hal
ini sesuai dengan Signalling Theory, dimana pertumbuhan penjualan tinggi berarti perusahaan
mengalami pertumbuhan yang besar. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan memberikan
sinyal kepada investor sehingga tertarik untuk membeli saham. Semakin tinggi minat investor
untuk membeli saham, maka akan diikuti dengan tingginya harga saham sehingga investor
Selain pertumbuhan perdagangan, return on asset (ROA) juga mempunyai pengaruh terhadap
return saham. Return On Assets(ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan
laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA mengukur kemampuan mengasilkan
4
laba dari total aktiva yang digunakan (Wiagustini, 2010:81). Setiap perusahaan berusaha agar nilai
dari ROA mereka tinggi. Semakin besar nilai dari ROA itu berarti bahwa semakin baik perusahaan
menggunakan assetnya untuk mendapat laba, dengan meningkatnya nilai ROA profitabilitas dari
perusahaan semakin meningkat (Arista, 2012). Hal ini membuat investor menjadi tertarik untuk
membeli saham perusahaan serta berdampak pada harga saham yang semakin meningkat dan
Di bawah ini tersaji sebuah tabel yang berisi tentang Pertumbuhan perdagangan, return on asset
(ROA) dan return saham dari rata-rata beberapa perusahaan sektor makanan dan minuman dari
tahun 2015-2019.
Tabel 1.1
Data Pertumbuhan perdagangan, return on asset (ROA) dan return saham dari rata-rata
beberapa perusahaan sektor makanan dan minuman dari tahun 2015-2019.
perdagangan (%)
(%)
Diketahui dari tabel 1.1 kondisi pertumbuhan perjualan pada perusahaan sektor makan dan
minuman periode tahun 2015-2019 mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2015 hingga
tahun 2017 dan di tahun 2017 menjadi capaian tertinggi pertumbuhan penjualan sebesar 14.48%,
namun pada tahun 2018 anjlok sebesar 8.07%, kemudian kembali bergerak naik pada tahun 2019
sebesar 3.13%.
Pergerakan return on asset dari tahun ke tahun cenderung stabil, hanya saja pada tahun 2019
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 2.05%. Walaupun nilai ROA tersebut menunjukan
suatu penurunan tetap saja perusahaan dianggap aman karena tetap mendapatkan suatu keuntungan
bukan kerugian.
Return saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada bursa efek Indonesia
periode 2015-2019 mengalami pergerakan yang fluktuatif, terlihat dari tabel 1.1 return saham pada
tahun 2015 sebesar 26,33%, ini menjadi sebuah capaian tertinggi dalam periode tersebut,
mengalami penurunan ditahun selanjutnya menjadi sebesar 1,06%, lalu mengalami peningkatan di
dua tahun selanjutnya yakni 11,3% di tahun 2017 dan 10,93% tahun 2018, akan tetapi di tahun
Dilansir dari berita online www.cnbcindonesia.com bahwa kinerja saham barang konsumsi
perlu diwaspadai, pasalnya ada kecenderungan ekspetasi terhadap penjualan ritel turun. Hal
tersebut berpotensi mendorong kinerja emiter dari sektor barang konsumsi tertekan. Penjualan
tertekan pada akhirnya berdampak pada kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi,
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2017, tercatat tiga dari empat emiten terbesar di sub
sektor tersebut mencatat pelemahan pertumbuhan laba bersih. Keempat emiten tersebut adalah PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT
Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT UltraJaya Milk Industry&Compan. Tbk (ULTJ)
Kinerja Keuangan yang tertekan tidak terlalu berdampak pada kinerja harga saham keempat
emiten tersebut tetap naik sepanjang 2017 kecuali saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF). Saham-saham seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 3,8%, saham
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) naik 22.8% dan saham PT Ultrajaya Milk Industry&Company
Nampaknya, besarnya bobot dari sektor barang konsumsi telah mempengaruhi kinerja harga
sahamnya. Per akhir 2016, saham-saham sektor barang konsumsi berkontribusi sebersar 22,42%
dari kapitalisasi pasar IHSG, hanya kalah dari kontribusi saham-saham sektor jasa keuangan yang
mencapai 25,4%.
Akibatnya, ketika IHSG diharapkan akan bullish seperti pada tahun lalu, saham-saham sektor
barang konsumsi akan diburu oleh pelaku pasar supaya tidak ‘ketinggalan kereta’ ketika IHSG
Bahkan pada hari ini, terlepas dari proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel, sektor
barang konsumsi naik 1,32% dan menjadi sektor dengan penguatan terbesar. Namun, pelaku pasar
tetap harus waspada terhadap proyeksi penurunan penjualan barang-barang ritel. Terlebih, potensi
kenaikan IHSG pada tahun ini mungkin dapat dikatakan sudah tidak besar lagi. Mayoritas pelaku
pasar yang di wawancarai CNBC Indonesia meprediksi IHSG hanya akan mencapai level sekitar
6.800.
Jika dihitung dari posisi hari ini, maka upsidenya hanya sekitar 4% lagi. Ketika IHSG sudah
besar dan beralih ke saham-saham lapis dua dan tiga. Selain itu, penjualan barang-barang ritel
berpotensi turun setidaknya sampai paruh pertama tahun ini, merujuk pada survei indeks penjualan
Indeks ekspetasi penjualan periode 3 bulan (sampai dengan Maret) turun menjadi 118,7 dari
134,6 pada bulan November. Angka ini merupakan yang terendah sepanjang tahun 2017.
Sementara itu, indeks penjualan periode 6 bulan (sampai dengan Juni), nilainya turun menjadi 149,
dari yang sebelumnya 151. Hal ini menunjukan bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat
Indonesia belum usai. Pada tahun 2017, diketahui bahwa penjualan ritel hanya naik tipis sebesar
2,9%, jauh melambat dibandinglan capaian tahun 2016 yang mapu tumbuh hingga 11%. Lebih
lanjut, penjualan dari pos makanan, minuman & tembakau hanya naik sebesar 7% pada tahun lalu,
Penelitian mengenai Pertumbuhan penjualan, return on asset (ROA) dan return saham
sebelumnya telah banyak dilakukan. Bukti empiris tentang pengaruh Pertumbuhan Penjualan
(Grotwh Sales) terhadap return saham dengan penelitian yang dilakukan oleh Riska Laili (2010)
menunjukkan bahwa Pertumbuhan Penjualan (Grotwh Sales) terhadap return saham tidak
9
Alasan pemilihan variable, Pertumbuhan penjualan, return on asset (ROA) dan Return saham
yaitu karena adanya silang pendapat dari penelitian terdahulu bahwa satu peneliti menyatakan
berpengaruh sedangkan peneliti yang lain menyatakan tidak berpengaruh sehingga penelitian
Berdasarkan fenomena dan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul “Pengaruh
Pertumbuhan Penjualan dan Return On Asset Terhadap Return Saham (Pada Perusahaan
Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-
2019)”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Seberapa berpengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Return Saham pada perusahaan sub
2. Seberapa berpengaruh Return On Asset terhadap Return Saham pada perusahaan sub sektor
3. Seberapa berpengaruh Pertumbuhan Penjualan dan Return On Asset terhadap Return Saham
pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
10
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maksud dan tujuan dari penelitian
1. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Return Saham pada perusahaan sub
2. Mengetahui pengaruh Return On Asset terhadap return Saham pada perusahaan sub sektor
3. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Penjualan dan Return on Asset terhadap Return Saham
pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut:
1. Akademis/Teori:
Penulis berharap dapat memberikan suatu informasi yang berguna dalam pengembangan
penelitian yang lebih baik dari sebelumnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan.
b. Peneliti Lainnya
Dapat digunakan sebagai salah satu referensi atau sebagai tambahan wawasan ilmu
pengetahuan praktis di samping mengetahui teori yang telah diterima pada masa perkuliahan
2. Praktis:
11
a. Bagi Investor
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor dan calon investor sebagai bahan masukan
untuk pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal dengan melihat faktor-faktor yang
b. Bagi Emiten
Diharapkan dapat dijadikan sumber acuan bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja