Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang yang paling penting

dalam sebuah perusahaan berskala besar maupun kecil. Baik profit maupun non

profit akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan terutama dalam

perkembangan dunia usaha yang semakin maju, persaingan satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya semakin ketat, belum lagi kondisi perekonomian yang

tidak menentu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tiba-tiba mengalami

kebangkrutan.

Bagi perusahaan yang ingin menghindari kebangkrutan, hal yang paling

utama adalah mengelola kinerja keuangan perusahaannya. Kinerja keuangan

merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu

baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

Kinerja keuangan sebuah perusahaan dapat dilihat melalui laporan

keuangan yang diterbitkan perusahaan melalui lembaga nasional yang bernama

Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan

perusahaan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting

untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan tersebut menunjukkan

1
2

aktivitas keuangan perusahaan selama periode satu tahun atau terhitung mulai

pada awal tahun (bulan Januari) hingga akhir tahun (bulan Desember) atau pada

tutup buku perusahaan.

Salah satu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu

perusahaan farmasi. Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset. Salah

satu hal yang tidak bisa dihindari adalah timbulnya persaingan yang tajam antar

perusahaan farmasi. Oleh karena itu, perusahaan farmasi di Indonesia dituntut

untuk mampu bersaing dengan cara membuat inovasi, promosi dan sistem

pemasaran yang baik, serta kualitas produk yang optimal.

Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan

hingga perusahaan tutup atau dilikuidasi. Rasio likuiditas terdiri dari debt to asset

ratio (DAR), debt to equity ratio (DER).

Debt to asset ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang

perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Pergerakan DAR yang terlihat stabil pada laporan keuangan pada

perusahaan subsektor farmasi di BEI tidak sejalan dengan kinerja keuangan yang

menurun pada beberapa periode. Angka kenaikan yang terjadi tidak sebanding

dengan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada pihak ketiga.


3

Debt to equity ratio (DER) ialah suatu rasio keuangan yang menunjukkan

proporsi relatif antara ekuitas dan hutang yang digunakan untuk membiayai aset

perusahaan. Rasio debt to equity ini juga dikenal sebagai rasio leverage (rasio

pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik struktur

investasi suatu perusahaan.

Penurunan yang cukup tajam dialami oleh DER pada seluruh perusahaan

subsektor farmasi. Angka yang ditunjukkan menyebabkan kinerja keuangan yang

tidak stabil. Namun, pada periode 2018 angka DER menanjak naik, akan tetapi

tetap saja kinerja keuangan masih belum stabil.

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau

efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau aset (aktiva)

yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah satu macam

rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada

semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan

dengan baik. Rasio ini terdiri dari fixed asset turn over (FATO) dan Total asset

turn over (TATO)

Fixed asset turn over (FATO) merupakan rasio aktivitas (rasio efisiensi)

yang mengukur seberapa efektif dan efisien perusahaan menggunakan aset atau

aktiva tetapnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini menunjukkan

produktivitas aktiva tetap dalam menghasilkan pendapatan. Perusahaan yang

memiliki rasio perputaran aktiva tetap atau aset tetap yang tinggi menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut mampu untuk mengelola aset tetapnya secara efisien
4

dan efektif. Aset tetap sangat penting untuk diperhitungkan karena aset tetap ini

merupakan komponen terbesar dari total aset perusahaan.

Adanya asumsi bahwa perusahaan tidak mampu memaksimalkan seluruh

aset yang tersedia sebagai modal yang mampu meraup pendapatan yang

diharapkan. Angka FATO yang fluktuatif terjadi pada setiap periode dari 2014

hingga 2018.

Total asset turn over (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai perputaran semua aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan juga

menilai seberapa besar jumlah penjualan yang didapat dari setiap laba yang

dihasilkan.

Sejalan dengan FATO, TATO juga mengalami fluktuasi angka. Hal ini

mengindikasi bahwa anjloknya angka penjualan yang berimbas pada penerimaan

laba (profit) serta memberikan persepsi adanya penurunan kinerja keuangan

perusahaan.

Tabel 1.1
Perkembangan Rasio Solvabilitas pada Perusahaan Farmasi
yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Rasio Solvabilitas
No Kode Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Equity Ratio (DER)
Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 0,22 0,29 0,30 0,32 0,29 0,28 0,41 0,42 0,47 0,41
2 INAF 0,53 0,61 0,58 0,66 0,68 1,11 1,59 1,40 1,91 2,10
3 KAEF 0,39 0,42 0,51 0,58 0,68 0,64 0,74 1,03 1,37 2,10
4 KLBF 0,22 0,20 0,18 0,16 0,17 0,27 0,25 0,22 0,20 0,20
5 MERK 0,23 0,26 0,22 0,27 0,28 0,29 0,35 0,28 0,37 0,39
6 PYFA 0,44 0,37 0,37 0,32 0,40 0,79 0,58 0,58 0,47 0,66
7 SCPI 1,03 0,93 0,83 0,74 0,71 -31,04 13,98 4,95 2,79 2,41
8 SIDO 0,07 0,07 0,08 0,08 0,09 0,07 0,08 0,08 0,09 0,10
9 TSPC 0,26 0,31 0,30 0,32 0,30 0,35 0,45 0,42 0,46 0,43
Rasio Pertumbuhan 2,06 -2,60 2,37 4,35 167,66 -49,10 -13,33 8,24
Sumber : www.idx.co.id
5

Berdasarkan pada tabel 1.1 di atas dijelaskan bahwa perkembangan rasio

solvabilitas perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2018

yaitu pada tahun 2015 terjadi peningkatan DAR sebesar 2,06% dan DER sebesar

167,66%. Tahun 2016 terjadi penurunan DAR sebesar 2,60% dan DER sebesar

49,10%. Tahun 2017 terjadi peningkatan DAR sebesar 2,37% dan penurunan

DER sebesar 13,33%. Tahun 2018 terjadi peningkatan DAR sebesar 4,35% dan

DER sebesar 8,24%.

Pada tahun 2016, debt to asset ratio (DAR) mengalami penurunan dari

tahun 2015 dengan persentase sebesar 2,60%. Pada tahun yang sama, debt to

equity ratio (DER) merupakan penurunan persentase tertinggi dalam periode 2014

hingga 2018 sebesar 49,10%.

Tabel 1.2
Perkembangan Rasio Aktivitas pada Perusahaan Farmasi
yang Terdaftar di BEI selama Periode 2014-2018
Rasio Aktivitas
No Kode Fixed Asset Turn Over (FATO) Total Asset Turn Over (TATO)
Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 4.13 5.06 3.59 3.98 3.20 0.89 0.95 0.95 0.96 0.73
2 INAF 3.50 4.07 3.93 3.35 1.50 1.11 1.06 1.21 1.07 0.49
3 KAEF 8.10 7.13 5.77 3.63 2.29 1.52 1.50 1.26 1.01 0.62
4 KLBF 5.10 4.54 4.25 3.78 2.64 1.40 1.31 1.27 1.21 0.89
5 MERK 10.61 8.88 7.96 6.51 5.10 1.20 1.53 1.39 1.37 1.04
6 PYFA 2.42 2.59 2.71 2.94 2.12 1.29 1.36 1.30 1.40 0.99
7 SCPI 3.91 9.47 10.25 8.95 4.02 0.73 1.50 1.72 1.61 0.68
8 SIDO 2.78 2.31 2.44 2.12 1.30 0.78 0.79 0.86 0.81 0.60
9 TSPC 4.83 5.06 5.06 4.82 3.41 1.34 1.30 1.39 1.29 0.97
Rasio Pertumbuhan 8.18 -6.39 -12.84 -36.11 1.03 0.05 -0.63 -3.72
Sumber : www.idx.co.id

Berdasarkan keterangan pada tabel 1.2 di atas dijelaskan bahwa

perkembangan rasio aktivitas perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI selama

periode 2014-2018 yaitu pada tahun 2015 terjadi peningkatan FATO sebesar
6

8,18% dan TATO sebesar 1,03%. Tahun 2016 terjadi penurunan FATO sebesar

-6,39% dan peningkatan TATO sebesar 0,05%. Tahun 2017 terjadi penurunan

FATO sebesar 12,84% dan TATO sebesar 0,63%. Tahun 2018 terjadi penurunan

FATO sebesar 36,11% dan TATO sebesar 3,72%.

Pada tahun 2018, fixed asset turn over (FATO) mengalami penurunan

paling signifikan dalam periode 2014 hingga 2018 dengan persentase sebesar

36,11%. Hal ini diikuti pula oleh total asset turn over (TATO), dimana persentase

penurunan sebesar 3,72% yang terjadi juga pada tahun 2018.

Tabel 1.3
Perkembangan Kinerja Keuangan (Return on Asset) pada Perusahaan
Farmasi yang Terdaftar di BEI selama Periode 2014-2018
Kinerja Keuangan
No Kode Return on Asset (ROA)
Emiten 2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 6.55 7.84 9.93 9.89 9.63
2 INAF 0.09 0.43 -1.26 -3.03 -2.3
3 KAEF 7.97 7.82 5.89 5.44 2.62
4 KLBF 17.06 15.02 15.44 14.76 10.46
5 MERK 25.32 22.22 20.68 17.4 15.58
6 PYFA 1.54 1.93 3.08 4.47 2.29
7 SCPI -4.74 9.22 9.67 9.05 7.13
8 SIDO 14.72 15.65 16.08 16.9 14.83
9 TSPC 10.45 8.42 8.28 7.5 5.7
Rasio Pertumbuhan 12.15 -0.86 -6.16 -19.96
Sumber : www.idx.co.id

Berdasarkan keterangan pada tabel 1.3 di atas dijelaskan bahwa

perkembangan kinerja keuangan (return on asset (ROA)) perusahaan farmasi

yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2018 yaitu pada tahun 2015 terjadi

peningkatan sebesar 12,15%. Tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,86%.

Tahun 2017 terjadi penurunan sebesar 6,16% dan pada tahun 2018 terjadi

penurunan sebesar 19.96%.


7

Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Nelsi (2017) yaitu pengaruh

struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan farmasi yang terdaftar

di BEI periode 2010-2014 menjelaskan bahwa adanya pengaruh individual

variabel DAR terhadap kinerja keuangan. Persamaan penelitian pada variabel

DAR dan DER serta objek penelitian sedangkan perbedaan pada variabel LDR

serta periode pengamatan.

Malalui penelitian yang dijelaskan oleh Dian (2017) yaitu analisis rasio

keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di

BEI tahun 2012-2016 menyatakan bahwa FATO berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Persamaan penelitian pada variabel DER, FATO dan TATO serta objek

penelitian sedangkan perbedaan pada CR, QR, DR, GPM, NPM dan ROE.

Selama periode 2016 hingga 2018 atau pada tiga tahun terakhir, kinerja

keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI cenderung menurun dan

apakah penurun kinerja keuangan tersebut disebabkan oleh dua faktor yang telah

dijelaskan di atas yaitu rasio solvabilitas dan rasio aktivitas.

Kedua rasio di atas akan dilakukan pengujian sehingga berdasarkan

keterangan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Nilai Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan

sebuah penelitian. Menurut Nazir (2009;111), peneliti harus dapat memilih suatu
8

masalah bagi penelitiannya dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban

terhadap masalah tersebut.

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah : Apakah nilai rasio solvabilitas yang terdiri dari Debt to Asset Ratio

(DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio aktivitas yang terdiri dari Fixed

Asset Turn Over (FATO), Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh secara

serempak dan parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar

di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu indikasi yang lahir dari rumusan

masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2016;37), tujuan penelitian berkaitan erat

dengan rumusan masalah yang ditetapkan dan jawabannya terletak pada

kesimpulan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan tersebut, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai rasio solvabilitas

yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio

aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset Turn Over (FATO), Total Asset Turn Over

(TATO) secara serempak dan parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI.


9

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah merumuskan masalah dan tujuan penelitian, langkah selanjutnya

adalah menjelaskan manfaat penelitian yang berupa hasil penelitian yang telah

dicapai nantinya. Ada beberapa pihak yang akan menerima manfaat dari hasil

penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi Perusahaan

Menjadi informasi yang bermanfaat terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini berupa bertambahnya wawasan dan pengetahuan

mengenai penerapan teori manajemen keuangan khususnya pengaruh nilai

solvabilitas dan rasio aktivitas terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui

hasil penelitian nantinya.

3. Bagi fakultas

Manfaat penelitian ini adalah tercapainya tujuan Yayasan Universitas Asahan

khusunya Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Keuangan dalam

mendidik, membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i dalam menyusun tugas

akhir.

4. Bagi akademisi

Manfaat penelitian ini sebagai kajian ilmu dan pustaka yang akan

disumbangkan ke perpustakaan sebagai bentuk apresiasi terhadap penyelesaian

tugas akhir mahasiswa.


10

5. Bagi peneliti selanjutnya

Manfaat penelitian ini sebagai referensi, baik berupa variabel yang diteliti yaitu

nilai rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan kinerja keuangan ataupun objek

penelitian yaitu perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Nelsi Anggraini (2017), menjelaskan bahwa penelitian yang berjudul

pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 menghasilkan uji serempak

(uji-F) dengan nilai Fhitung (17,657) > Ftabel (1,56) sehingga secara serempak DAR,

DER dan LDR mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil uji serempak (uji-t), nilai

thitung (-7,355) < ttabel (-2,02) sehingga DAR mempengaruhi kinerja keuangan. Nilai

thitung (-1,556) > ttabel (-2,02), artinya DER tidak mempengaruhi kinerja keuangan.

Nilai thitung (-1,337) > ttabel (-2,02), artinya tidak terdapat pengaruh LDR terhadap

kinerja keuangan.

Ivan Deas Kurniawan (2014) hasil penelitian dengan judul pengaruh

leverage, aktivitas dan arus kas perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan

(studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Hasil uji-F,

secara serempak TIE, FATO, CFS, WCTO, CFROA, DER, ITO dan OI

berpengaruh pada kinerja keuangan dengan nilai Fhitung (9,612) > Ftabel (2,06). Hasil

uji uji-t, TIE mempengaruhi kinerja keuangan karena t hitung (1,772) > ttabel (1,29).

FATO tidak mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (0,839) > ttabel (1,29).

CFS mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (1,383) < ttabel (1,29). WCTO

mempengaruhi kinerja keungan karena thitung (1,597) > ttabel (1,29). CFROA

mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (1,443) > ttabel (1,29). DER

11
12

mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (3,607) > ttabel (1,29). ITO

mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (2,039) > ttabel (1,29). OI

mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung (4,664) > ttabel (1,29).

Henny Setyo Lestari dan Rosiana Dewi (2016) dengan judul pengaruh

financial leverage terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Hasil uji serempak (uji-F), nilai Fhitung (6,198) > Ftabel (3,20),

artinya secara serempak DR, DER dan ICR berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Hasil uji-t, nilai thitung (2,077) > ttabel (1,73) sehingga DR berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Nilai thitung (-3,902) < ttabel (-1,73) sehingga DER

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Nilai thitung (1,988) > ttabel (1,73)

sehiningga ICR berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dian Cintyaningtyas (2017) melakukan penelitian dengan judul analisis

rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar

di BEI tahun 2012-2016. Hasil uji-F, CR, QR, DR, DER, GPM, NPM, ROE,

FATO dan TATO berpengaruh pada kinerja keuangan dengan nilai F hitung (10,103)

> Ftabel (3,33). Hasil uji parsial nilai thitung CR (-1,707), QR (1,549), DR (2,004),

DER (1,986), GPM (1,908), NPM (-1,981), ROE (2,598), FATO (1,323) dan

TATO (-3,673) > dari ttabel (1,28) serta < (-1,28) sehingga secara parsial seluruh

variabel bebas berpengaruh pada kinerja keuangan.

Afriyanti Hasanah dan Didit Enggariyanto (2018) melalui judul penelitian

yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi return on asset pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji serempak (uji-F),

nilai Fhitung (26,266) > Ftabel (2,80) sehingga CR, TATO, DER, DR dan NPM
13

pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan berpengaruh pada kinerja

keuangan. Hasil uji parsial (uji-t), nilai thitung (2,805) > ttabel (1,66), artinya CR

berpengaruh pada ROA. Nilai thitung (1,927) > ttabel (1,66), artinya TATO

berpengaruh pada ROA. Nilai thitung (-1,794) < ttabel (1,66), artinya DER

berpengaruh pada ROA. Nilai thitung (3,208) > ttabel (1,66), artinya DR berpengaruh

pada ROA. Nilai thitung (2,003) > ttabel (1,66), artinya NPM berpengaruh terhadap

ROA. Nilai thitung (1,771) > ttabel (1,66), artinya pertumbuhan penjualan

berpengaruh pada ROA. Nilai thitung (2,018) > ttabel (1,66), artinya ukuran

perusahaan berpengaruh pada ROA.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Rasio Solvabilitas

2.2.1.1 Pengertian Rasio Solvabilitas

Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan

poin-poin tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio solvabilitas atau yang sering disebut

juga rasio leverage yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana yang

disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan

tersebut.

Pengertian rasio solvabilitas menurut Kasmir (2014;322) adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh

utang. Sedangkan menurut Wira (2011;75) rasio solvabilitas merupakan rasio

yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar utang

jangka panjang.
14

Adapun pengertian rasio solvabilitas menurut Harahap (2009;303) adalah

gambaran kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang

atau kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari

pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka

panjang.

Berdasarkan pengertian rasio solvabilitas menurut para ahli di atas,

disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya dan difokuskan

pada sisi kanan neraca.

2.2.1.2 Tujuan Rasio Solvabilitas

Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi

perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun,

semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Kasmir (2014;327) terdapat beberapa tujuan perusahaan dengan

menggunakan rasio solvabillitas, yaitu:

1. Mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain (kreditor).

2. Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan

modal.

4. Menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Menilai besarnya pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.


15

6. Menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian

kalinya modal sendiri yang dimiliki.

2.2.1.3 Manfaat Rasio Solvabilitas

Setiap memilih penggunaan modal sendiri atau modal pinjaman

diwajibkan menggunakan beberapa perhitungan. Seperti diketahui bahwa

pengguaan modal sendiri atau dai modal pinjaman akan memberikan dampak

tertentu bagi perusahaan. Pihak manjemen harus pandai mengatur rasio kedua

modal tersebut. Berikut adalah tujuan perusahaan dalam menggunakan rasio

solvabilitas menurut Kasmir (2014;328), diantaranya:

1. Menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya.

2. Menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap

(seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3. Menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan

modal.

4. Menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5. Menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva.

6. Menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.


16

7. Menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat

sekian kalinya modal sendiri.

2.2.1.4 Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas

Pada umumnya, penggunaan rasio solvabilitas atau disesuaikan dengan

tujuan perusahaan. Artinya, perusahaan dapat menggunakan leverage secara

keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada.

Dalam praktiknya, terdapat dua jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan

perusahaan, yaitu:

1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to asset ratio (DAR) menunjukkan seberapa besar total aset yang

dimiliki perusahaan yang didanai oleh seluruh krediturnya. Semakin tinggi

debt ratio akan menunjukkan semakin berisiko perusahaan karena

semakin besar utang yang digunakan untuk pembelian asetnya.

Menurut Harahap (2009;309), Debt to asset ratio (DAR) merupakan ratio

yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva. Sedangkan menurut Sudana (2011;20), Debt to asset ratio

(DAR) sebagai proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai

aktiva perusahaan. Perhitungan Debt to asset ratio (DAR) adalah sebagai

berikut:

Total Hutang
Debt to Asset Ratio (DAR) =
Total Aset

Sumber : Sudana, 2011


17

Keterangan : Total hutang = Total Liailities

Total aset = Total Assets

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk

dan komposisi modal yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Sumber

pendanaan bisa diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing) dan dari

luar perusahaan (eksternal financing). Modal internal berasal dari laba ditahan,

sedangkan modal dari luar bersumber dari modal sendiri dan melalui hutang.

Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage (solvabilitas)

yang mengukur perbandingan antara modal eksternal dengan modal sendiri.

Pengertian Debt to equity ratio (DER) menurut Sartono (2010;217)

merupakan keseimbangan antara utang yang dimiliki perusahaan dengan modal

sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dengan

utangnya. Sementara menurut Harahap (2009;313), Debt to equity ratio (DER)

merupakan rasio yang dapat menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman

jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang

diberikan oleh pemilik perusahaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Total Hutang
Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Ekuitas

Sumber : Harahap, 2009

Keterangan : Total hutang = Total Liailities

Total Ekuitas = Total Equity


18

2.2.2. Teori Rasio Aktivitas

2.2.2.1 Pengertian Rasio Aktivitas

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan

semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana

kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih

produktif. Permasalahan seperti ini sering ditemukan dalam rasio aktivitas.

Menurut Kasmir (2014;327), rasio aktivitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva

yang dimilikinya dapat dikatakan pula rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

Pengertian rasio aktivitas menurut Irham (2011;117), adalah rasio yang

menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang

dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Sudana

(2011;31), rasio aktivitas menggambarkan kemampuan perusahaan memanfaatkan

aktiva yang dimiliki dalam memperoleh penghasilan melalui penjualan.

Berdasarkan pengertian rasio aktivitas menurut para ahli di atas,

disimpulkan bahwa rasio aktivitas merupakan suatu cara untuk mengetahui

bagaimana perusahaan mengatur sumber daya yang dimilikinya agar perusahaan

berjalan secara efektif dan efisien.

2.2.2.2 Tujuan Rasio Aktivitas

Beberapa tujuan yang ingin dicapai sebuah perusahaan dari penggunaan

rasio aktivitas menurut Sudana (2011;32) antara lain sebagai berikut:


19

1. Mengukur seberapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa

kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode.

2. Menghitung hari rata-rata penagihan piutang, dimana hasil perhitungan ini

menunjukkan jumlah hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.

3. Menghitung berapa hari rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang.

4. Mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar

dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal

kerja yang digunakan (working capital turn over).

5. Mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar

dalam satu periode.

6. Mengukur penggunaan seluruh aktiva perusahaan dan dibandingkan dengan

penjualan.

2.2.2.3 Manfaat Rasio Aktivitas

Adapun manfaat rasio aktivitas seperti yang dikemukakan oleh Irham

(2011;119) diantaranya:

1. Dalam bidang piutang

a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu

ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui

berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu

periode. Dengan demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya kegiatan

perusahaan dalam bidang penagihan.


20

b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan

piutang (days of receivable) sehingga manajemen dapat pula mengetahui

jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.

2. Dalam bidang sediaan

Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan  dalam gudang.

Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau rata-rata

industri. Kemudian perusahaan dapat pula membandingkan hasil ini dengan

pengukuran rasio beberapa periode yang lalu.

3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan

Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal

kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang

dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.

2.2.2.4 Jenis-Jenis Rasio Aktivitas

Penggunaan rasio yang diinginkan sangat bergantung dari keinginan

manajeman perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan

digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak

manajeman perusahaan tersebut.

1. Fixed Assets Turn Over (FATO)

Pada dasarnya, tidak ada pedoman standar tentang tingkat rasio

perputaran aset tetap yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan perbandingan

rasio ini untuk perusahaan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya untuk

mengetahui apakah kinerja perusahaan membaik atau memburuk selama ini.


21

Pengertian fixed assets turn over (FATO) menurut Harahap (2009;287)

adalah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Sedangkan menurut

Irham (2011;121), fixed assets turn over (FATO) mengukur efektivitas

penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan,

dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih

yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Penjualan
Fixed Assets Turn Over (FATO) =
Aktiva Tetap

Sumber : Irham, 2011

Keterangan : Penjualan = Total Revenue

Aktiva Tetap = Fixed Assets

2. Total Asset Turn Over (TATO)

Total assets turnover (TATO) ini sangat penting bagi para kreditur dan

pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,

karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva

dalam perusahaan.

Pengertian total assets turn over (TATO) menurut Sudana (2011;39)

Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan untuk mengukur

perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa

jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap jumlah aktiva.

Menurut Syamsuddin (2009;19), Total assets turn over (TATO) adalah

rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva


22

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Sedangkan

pendapat menurut Irham (2011;127), jumlah asset yang sama dapat

memperbesar volume penjualan apabila assets turnover ditingkatkan atau

diperbesar. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Penjualan
Total Asset Turn Over (TATO) =
Total Aktiva

Sumber : Irham, 2011

Keterangan : Penjualan = Total Revenue

Total Aktiva = Total Asset

2.2.3. Teori Kinerja Keuangan

2.2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh pihak manajemen suatu korporasi agar dapat memenuhi

kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Pengertian kinerja keuangan menurut Irham (2011;2) adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat

diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.


23

Menurut Iskandar (2003;361), kinerja keuangan merupakan konsep

rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam

laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Sedangkan menurut

Syamsuddin (2009;73), kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran

tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan

dalam menghasilkan laba.

Berdasarkan pengertian kinerja keuangan menurut para ahli di atas,

disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah suatu usaha formal yang

dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas

perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu.

2.2.3.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Mencapai posisi laba terbaik dalam sebuah perusahaan adalah tujuan

setiap pemilik perusahaan. Adapun tujuan penilaian kinerja keuangan perusahaan

menurut Syamsuddin (2009;76), adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik

kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.


24

4. Mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk

melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan

kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya

termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta

kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham

tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.2.3.3 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan proses analisa yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-

aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Munawir (2004;89)

menjelaskan lima manfaat suatu perusahaan melakukan proses analisa terhadap

kinerja keuangannya, diantaranya:

1. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan

secara umum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan promosi,

transfer dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.


25

2.2.3.4 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu tergantung

kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Ada 5 (lima) tahap dalam

menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum menurut Irham

(2011;8) yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat

tersebut sesuai dengan penerapan kaidah yang berlaku umum dalam dunia

akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan perhitungan

Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan

permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut

akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh

Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini

ada dua yaitu:

a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar

periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.

b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil

hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan

perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara

bersamaan.
26

Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat

satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam

kondisi sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah

dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat

apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan

tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan.

Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi

maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa

yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.

2.2.3.5 Indikator Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat dianalisa melalui indikator yang biasa disebut

Return on Asset (ROA). Indikator ini merupakan Tingkat Pengembalian Aset

adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih)

yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau

rata-rata jumlah aset.

Menurut Kasmir (2014;333), Return on Asset (ROA) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba yang berasal dari aktivitas investasi. Adapun pengertian ROA menurut

Munawir (2004;216), ROA adalah indikator suatu unit usaha untuk memperoleh
27

laba atas sejumlah asset yang dimiliki oleh unit usaha tersebut. Pengukuran

dilakukan dengan cara:

Laba Bersih
Return on Asset (ROA) =
Total Aset

Sumber : Munawir, 2004

Keterangan : Laba Bersih = Profit for the Period

Total Aset = Total Asset

2.3. Kerangka Konseptual

Pelaksanaan penelitian membutuhkan perencanaan dan pola yang harus

ditentukan agar mempermudah proses kegiatan penelitian yang bersumber dari

temuan permasalahan berdasarkan observasi yang dilakukan melalui objek

penelitian. Setelah menentukan judul, merumuskan masalah dan menentukan

tujuan dari penelitian, maka selanjutnya adalah langkah menyusun konsep

penelitian yang disebut kerangka konseptual.

Kerangka konseptual menurut Sugiyono (2016;60) adalah menjelaskan

secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Berdasarkan pendapat

tersebut, maka bagan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
28

Debt to Asset Ratio


(DAR) (X1)
Rasio
Solvabilitas
Debt to Equity Ratio
(DER) (X2)
Kinerja Keuangan
(ROA) (Y)
Fixed Asset Turn Over
(FATO) (X3)
Rasio
Aktivitas
Total Asset Turn Over
(TATO) (X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diajukan peneliti dan di kaji

dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2016;64), hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Sedangkan menurut

Supranto (2009;124), hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau

tanggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan

keputusan atau pemecahan persoalan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dugaan sementara atau hipotesis yang

diajukan oleh penulis pada penelitian ini adalah nilai rasio solvabilitas yang terdiri

dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio aktivitas

yang terdiri dari Fixed Asset Turn Over (FATO), Total Asset Turn Over (TATO)

secara serempak dan parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka. Jadi, penelitian kuantitatif adalah metode analisis dengan

melakukan penghitungan terhadap data yang bersifat pembuktian dari masalah.

3.1.2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengungkapkan apakah ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) dan dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian pengaruh nilai rasio

solvabilitas yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio

(DER) dan rasio aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset Turn Over (FATO), Total

Asset Turn Over (TATO) terhadap kinerja keuangan perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet

dengan situs www.idx.co.id pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode tahun 2014 – 2018. Waktu penelitian ini dilakukan dari

bulan Juni hingga November 2020.

29
30

Tabel 3.1
Time Schedule
Rancangan Tahun 2019-2020
No Juni Juli Agustus September Oktober November
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Data Penelitian X
2 Penulisan proposal XXX
3 Bimbingan proposal XXXX
4 Seminar proposal X
5 Pengolahan data X
6 Penyelesaian skripsi XX
7 Bimbingan skripsi XXXX
8 Seminar hasil X
9 Sidang meja hijau X

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2016;215), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia, yaitu dengan jumlah 9 perusahaan selama 5 tahun (2014 – 2018)

berjumlah 45 pengamatan.

3.3.2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016;218), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi. Pengumpulan sampel disebut sampling.

Tujuan pengambilan sampel untuk memperoleh keterangan mengenai objek

penelitian dengan mengamati sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah menggunakan metode sampel jenuh.


31

Berdasarkan kriteria penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel

penelitian sebanyak 9 perusahaan dengan 5 tahun pengamatan (2014-2018) yang

berjumlah 45 analisis. Kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

2. Perusahaan tersebut tidak pernah delisting (tidak keluar) pada periode tahun

2014-2018.

3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit dan

dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut daftar nama-nama perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI yang

memenuhi kriteria dan menjadi sampel penelitian.

Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
Kriteria
Kode
No Nama Perusahaan Sampel
Emiten Sampel
1 2 3
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. √ √ √ 1
2 INAF Indofarma (Persero) Tbk. √ √ √ 2
3 KAEF Kimia Farma Tbk. √ √ √ 3
4 KLBF Kalbe Farma Tbk. √ √ √ 4
5 MERK Merck Tbk. √ √ √ 5
6 PYFA Pyridam Farma Tbk. √ √ √ 6
7 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. √ √ √ 7
8 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. √ √ √ 8
9 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk. √ √ √ 9
Sumber : www.idx.co.id

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang merupakan data yang diperoleh secara langsung yaitu melalui media

internet, buku-buku referensi, jurnal-jurnal penelitian dan literatur ilmiah lainnya


32

yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian khususnya pada perusahaan

yang bergerak di bidang farmasi.

3.4.2. Sumber Data

Penelitian menggunakan sumber data yang diperoleh dari laporan tahunan

yang dipublikasikan perusahaan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data pooling, yaitu gabungan dari

data cross section dan time series.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang

diperoleh di lokasi penelitian. Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-

peristiwa penting atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik

sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung

penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal, yaitu

data yang dicari secara manual dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan.

Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan kebutuhan, penulis menggunakan

metode pengumpulan data melalui dua tahap, yaitu:

1. Pada tahap pertama melalui studi kasus yaitu dengan mengumpulkan data

pendukung berupa literatur jurnal penelitian terdahulu dan buku-buku yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis.

2. Pada tahap kedua dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

media internet melalui situs www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai

laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.


33

3.6. Defenisi Operasional Variabel

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan hipotesis yang

diajukan, maka variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable)

X1 Debt to Asset Ratio (DAR), Rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar

utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

X2 Debt to Equity Ratio (DER), Rasio yang dapat menunjukkan hubungan

antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur

dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

X3 Fixed Asset Turn Over (FATO), Rasio yang membandingkan antara

penjualan dengan aktiva tetap.

X4 Total Asset Turn Over (TATO), rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi

penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume

penjualan tertentu.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Y Kinerja Keuangan (ROA), rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari

aktivitas investasi.
34

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel


Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala
Rasio yang digunakan untuk
Debt to mengukur seberapa besar aktiva
Asset Ratio perusahaan dibiayai oleh utang atau Total Hutang
DAR = Rasio
(DAR) seberapa besar utang perusahaan Total Aset
(X1) berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva
Debt to Rasio yang dapat menunjukkan
Equity Ratio hubungan antara jumlah pinjaman
(DER) jangka panjang yang diberikan oleh Total Hutang
DER = Rasio
(X2) kreditur dengan jumlah modal Total Ekuitas
sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan
Fixed Asset
Turn Over Rasio yang membandingkan antara Penjualan
FATO = Rasio
(FATO) penjualan dengan aktiva tetap Aktiva Tetap
(X3)
Total Asset Rasio yang menunjukkan tingkat
Turn Over efisiensi penggunaan keseluruhan Penjualan
(TATO) aktiva perusahaan dalam TATO = Rasio
Total Aktiva
(X4) menghasilkan volume penjualan
tertentu
Kinerja Rasio yang digunakan untuk
Keuangan mengukur kemampuan perusahaan Laba Bersih
ROA = Rasio
(ROA) dalam menghasilkan laba yang Total Aset
(Y) berasal dari aktivitas investasi

3.7. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala rasio yang bersumber dari data laporan keuangan

yang dipublikasikan melalui situs internet. Skala Rasio adalah data yang dapat

dilakukan perhitungan aritmatika dan menggunakan jarak yang sama.

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengolah suatu data penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan data


35

dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan software

SPSS 20.0 for Windows.

3.8.1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana merupakan sebuah metode hubungan antara satu

variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Menurut Ghozali

(2009;68), persamaan regresi memberi taksiran respon variabel terikat (Y) untuk

sesuatu nilai variabel bebas (X) yang diberikan. Adapun metode analisis data yang

digunakan untuk menjawab hipotesis ini adalah analisis regresi linier sederhana

dengan formulasi sebagai berikut:

Y = a + bX + e

Dimana :

Y = Variabel dependen

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

x = Variabel independen

e = Term of error

3.8.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independen yang terdiri dari DAR, DER, FATO dan

TATO terhadap variabel dependen kinerja keuangan dengan model sebagai

berikut:
36

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y = Kinerja Keuangan

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi DAR

b1 = Koefisien regresi DER

b1 = Koefisien regresi FATO

b1 = Koefisien regresi TATO

X1 = DAR

X2 = DER

X3 = FATO

X4 = TATO

e = Standart Erorr

Penggunaan nilai konstanta secara statistik dilakukan jika satuan-satuan

variabel independen dan variabel dependen tidak sama. Sedangkan bila variabel

independen dan variabel dependen memiliki satuan yang sama maka nilai

konstanta diabaikan dengan asumsi perubahan variabel dependen akan

proporsional dengan nilai perubahan variabel independen. Untuk mengetahui

model regresi benar-benar menunjukkan hubungan signifikan dan representatif,

maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi.


37

3.9. Uji Asumsi Klasik dan Pengujian Hipotesis

3.9.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-

benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Uji asumsi klasik

yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedasitas,

dan uji autokorelasi (Umar, 2003;114).

3.9.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

independen dan dependennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada

prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal pada grafik atau histogram dari residualnya.

1. Pengujian Menggunakan Grafik

a. Uji Grafik Histogram

Data yang baik adalah data yang mempunyai garis lengkung membentuk

lonceng dan harus merata yakni tidak miring ke kiri atau miring ke kanan.

b. Uji P-P Plot

- Jika titik menyebar mengikuti garis diagonal pada grafik P-P Plot

menunjukkan pola berdistribusi normal maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

- Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik P-P Plot, tidak menunjukkan pola terdistribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


38

2. Uji Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati secara

visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab

itu dianjurkan selain menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji

K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

- Data residual berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. > 5% (0,05)

- Data residual tidak berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. < 5% (0,05)

3.9.1.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011;99), adanya variabel bebas yang harus diuji

persebaran datanya sehingga sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan pada

penelitian. Multikolinearitas berarti bentuk pernyataan yang identik pada satu

variabel bebas dengan pernyataan pada variabel lainnya sehingga hal tersebut

tidak dianjurkan dan dapat terjadi sebaran data yang sejenis. Agar sebaran data

merata, artinya pernyataan tersebut tidak memiliki makna dan maksud yang sama

maka setiap variabel harus memiliki indikator yang berbeda. Syarat agar sebaran

data terhindar dari permasalahan multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance

> 0,1 dan nilai VIF < 10. Jika syarat tersebut dilanggar, maka problem

multikolinearitas terjadi dan dapat mengganggu hasil uji selanjutnya.


39

3.9.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas memiliki makna adanya dominasi sebaran data pada

salah satu indikator yang digunakan. Dominasi tersebut harus dihindarkan karena

sebaran data yang baik adalah data yang tersebar pada seluruh indikator. Syarat

agar terhindar dari heteroskeedastisitas ialah jika titik-titik pada grafik scaterplot

tersebar pada empat bagian melalui penentuan garis lurus disetiap angka 0 pada

setiap sumbu, artinya data tersebar merata dan problematika heteroskedastisitas

tidak ditemukan dalam penelitian.

3.9.1.4 Uji Autokolerasi

Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan melalui Run Test. Uji ini merupakan

bagian dari statistik non-parametric yang dapat digunakan untuk menguji apakah

antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan

dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp.Sig

(2-tailed) > signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

(Ghozali, 2011;113).

3.9.2. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis merupakan uji yang dilakukan atas diajukannya rumusan

masalah, tujuan penelitian serta adanya dugaan sementara yaitu hipotesis terhadap

ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta hasil uji

hipotesis merupakan hasil akhir dalam penelitian ini (Sudjana, 2005;219).


40

3.9.2.1 Uji Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

H0 : b1=b2=b3=b4= 0, artinya secara simultan, nilai rasio solvabilitas yang terdiri

dari debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER)

dan rasio aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset Turn Over

(FATO), total asset turn over (TATO) tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI.

H1 : b1≠b2≠b3≠b4 = 0, artinya bahwa nilai rasio solvabilitas yang terdiri dari debt

to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER) dan rasio

aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset Turn Over (FATO),

total asset turn over (TATO) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.

Kriteria pengambilan keputusan :

Membandingkan nilai fhitung dengan nilai ftabel.

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.9.2.2 Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara parsial


41

(Ghozali, 2011;93). Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan

hipotesis 2, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis, artinya ada dan tidak adanya pengaruh yang signifikan

dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

2. Menentukan tingkat signifikansi, taraf signifikansi adalah 95% .

H0 : b1,b2,b3,b4 = 0, artinya bahwa secara parsial, nilai rasio solvabilitas yang

terdiri dari debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio

(DER) dan rasio aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset

Turn Over (FATO), total asset turn over (TATO) tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI.

Ha : b1,b2,b3,b4 ≠ 0, artinya bahwa secara parsial, nilai rasio solvabilitas yang

terdiri dari debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio

(DER) dan rasio aktivitas yang terdiri dari Fixed Asset

Turn Over (FATO), total asset turn over (TATO)

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI.

3. Membandingkan thitung dengan ttabel :

H0 diterima apabila thitung < ttabel dan nilai signifikansi 5% (0,05)

Ha diterima apabila thitung > ttabel atau sama dengan -thitung < -ttabel dan nilai

signifikansi 5% (0,05)
42

3.9.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Setelah menjelaskan uji simultan dan parsial, selanjutnya adalah koefisien

determinasi (R2), yaitu uji yang dilakukan terhadap seluruh variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan menggunakan model regresi yang berfungsi

untuk melihat seberapa besar nilai persentase pengaruh bauran seluruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Indikator hasil ditentukan melalui nilai Adjusted R

Square, yaitu nilai yang dipakai apabila dalam suatu penelitian menggunakan tiga

atau lebih variabel bebas. Adapun kriteria yang dihasilkan melalui uji-R2 ini dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Apabila Adjusted R Square < 0,5, maka hasil dinyatakan kurang baik.

2. Apabila Adjusted R Square = 0,5 maka hasil dinyatakan sedang.

3. Apabila Adjusted R Square > 0,5 maka hasil dinyatakan akurat.


43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan tahap memaparkan kondisi perusahaan

terhadap suatu hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terikatnya.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia menjadi landasan

sumber data dalam melakukan pengolahan dan mendapatkan hasil penelitian

tersebut serta mendeskripsikannya agar mudah untuk dipahami.

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia atau yang dikenal dengan BEI ialah suatu lembaga

yang berada di dalam pasar modal. Dibentuk melalui bersatunya (merger) antara

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 1

Desember 2007. BEJ sendiri dikelola oleh Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) milik pemerintah sedangkan BES yaitu berada di bawah naungan

PT. Bursa Efek Surabaya yang dimiliki oleh pihak swasta.

Bursa efek sebenarnya telah berdiri sejak masa pemerintahan kolonial

Belanda yaitu pada tahun 1912 yang berkedudukan di Batavia (saat ini Jakarta)

yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Naumn, keberadaan pasar modal

tidak berkembang bahkan mengalami pasang surut hingga sampai menonaktifkan

seluruh aktivitasnya disebabkan pecahnya perang dunia pertama dan kedua.

Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia atau tepatnya pada tahun

1977, akhirnya pemerintah kembali menjalankan aktivitas pasar modal. Seiring

43
44

berjalannya waktu, pertumbuhan dan perkembangan pasar modal mulai terlihat

melalui beberapa perusahaan yang bergabung di dalamnya.

Sumber : idx.co.id

Gambar 4.1 Logo Bursa Efek Indonesia

Subsektor farmasi ialah kolaborasi dari beberapa perusahaan yang

memproduksi obat-obatan bagi kesehatan masyarakat yang resmi dan diakui oleh

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Fungsi dan peranan perusahaan

farmasi ini yaitu menjadi distributor atau pemasok obat-obatan bagi seluruh pusat

layanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik maupun toko obat dan

apotik.

Berada pada sektor industri barang dan konsumsi, subsektor farmasi

merupakan salah satu perusahaan manufaktur dari beberapa sektor dan subsektor

yang tergabung di BEI dengan kode sektor 5 dan subsektor 53.Berikut ini adalah

beberapa perusahaan yang berada pada subsektor farmasi yang terdaftar di BEI,

diantaranya:
45

Tabel 4.1
Perusahaan-perusahaan Subsektor Farmasi yang Terdaftar di BEI
Kode Bergabung
No Nama Perusahaan
Emiten Sejak
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 11-11-1994
2 INAF Indofarma (Persero) Tbk. 17-04-2001
3 KAEF Kimia Farma Tbk. 04-07-2001
4 KLBF Kalbe Farma Tbk. 30-07-1991
5 MERK Merck Tbk. 23-07-1981
6 PYFA Pyridam Farma Tbk. 16-10-2001
7 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 08-01-1990
8 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. 18-12-2013
9 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk. 17-01-1994
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2020)

4.1.2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan uraian dari pengolahan data terhadap nilai

setiap variabel yang terdapat pada penelitian yang bersumber dari laporan

keuangan yang diterbitkan pada periode 2014 hingga 2018. Analisis deskriptif

meliputi nilai terendah, nilai tertinggi nilai rata-rata (mean) dan standard deviasi

Tabel 4.2
Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAR 45 .07 1.03 .3838 .23474
DER 45 -31.04 13.98 .3889 .25883
FATO 45 1.30 10.61 4.5802 2.36717
TATO 45 .49 1.72 1.1256 .30025
ROA 45 -4.74 25.32 8.9693 6.93038
Valid N (listwise) 45
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Berdasarkan tabulasi data analisis deskriptif variabel penelitian di atas,

maka dari 45 pengamatan yang dilakukan, dijelaskan bahwa:

1. DAR mencapai nilai terendah 0,07, nilai tertinggi 1,03, mean 0,3838 dan

standard deviasi 0,23474.


46

2. DER meraih angka terendah -31,04, angka tertinggi 13,98, mean 0,3889 dan

standard deviasi 0,25883.

3. FATO menghasilkan nilai terendah 1,30, nilai tertinggi 10,61, mean 4,5802

dan standard deviasi 2,36717.

4. TATO mendapatkan nilai terendah 0,49, nilai tertinggi 1,72, mean 1,1256 dan

standard deviasi 0,30025.

5. ROA menghasilkan angka terendah -4,74, angka tertinggi 25,32, mean 8,9693

dan standard deviasi 6,93038.

Berdasarkan analisa pada setiap variabel dalam penelitian ini yang terdiri

dari DAR, DER, FATO, TATO dan ROA, dapat disimpulkan bahwa seluruh

variabel menghasilkan nilai rata-rata (mean) > nilai standar deviasi sehingga data

yang dihasilkan seiap variabel penelitian tidak ditemukan penyimpangan dan dapat

dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan grafik dan

statistik seperti pada penjelasan berikut ini:

1. Histogram

Uji grafik menggunakan histogram apabila data tidak miring ke kiri

maupun ke kanan, maka dapat disimpulkan bahwa model sebaran data (regresi)

dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Namun, jika data bergerak miring ke

kiri maupun ke kanan ataupun tidak beraturan, maka model sebaran data

(regresi) dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas.


47

Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Grafik Histogram

Berdasarkan gambar di atas, uji normalitas melalui histogram menjelaskan

bahwa sebaran data menunjukkan adanya garis yang membentuk lonceng

melalui data-data yang digambarkan tersebut, maka secara histogram data

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

2. P-P Plot

Uji grafik menggunakan P-P Plot berdasarkan garis lurus melalui sumbu

X ke Y (diagonal line) yang terbentuk oleh titik-titik sebaran data. Apabila

titik-titik sebaran data mengikuti diagonal line atau lurus pada garis tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa model sebaran data (regresi) dikatakan

memenuhi asumsi normalitas. Namun, jika titik-titik sebaran data menjauh dan

tidak beraturan, maka dapat disimpulkan bahwa model sebaran data (regresi)

dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas.


48

Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan P-P Plot

Berdasarkan uji normalitas melalui P-P Plot di atas, garis diagonal diikuti

oleh titik-titik yang diawali dari titik 0,0 pada sumbu X dan Y, artinya sebaran

data yang ditunjukkan melalui titik-titik tersebut merupakan angka pencapaian

pada laporan keuangan yang tidak selalu sama pada setiap periodenya sehingga uji

normalitas melalui P-P Plot memenuhi asumsi normalitas.

3. Uji normalitas dengan statistik

Digunakan karena uji menggunakan grafik dapat menyesatkan pemahaman

terhadap asumsi normalitas sehingga uji melalui statistik digunakan sebagai

jawaban pasti terhadap asumsi normalitas. Uji yang digunakan adalah Uji

Kolmogorov Smirnov Test. Ketentuannya yaitu jika nilai Asymp > 0,05 maka

dapat dikatakan sebaran data memenuhi asumsi normalitas.


49

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Statistik


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2.94739519
Absolute .121
Most Extreme
Positive .060
Differences
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z .813
Asymp. Sig. (2-tailed) .524
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Melalui tabel uji statistik yang telah dijabarkan di atas, maka dinyatakan

bahwa data dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas karena nilai

Asymp.Sig (2-tailed) yang dihasilkan memenuhi syarat normalitas yaitu > 0,05

sehingga uji normalitas melalui statistik ini melengkapi hasil uji normalitas

yang telah diuraikan melalui uji grafik sebelumnya.

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Terdapat variabel bebas yang harus diuji persebaran datanya sehingga

sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan pada penelitian. Multikolinearitas

berarti adanya bentuk pernyataan yang identik pada satu variabel bebas dengan

pernyataan pada variabel bebas lainnya sehingga hal tersebut tidak dianjurkan dan

dapat terjadi sebaran data yang sejenis. Agar sebaran data merata, artinya

pernyataan tersebut tidak memiliki makna dan maksud yang sama maka setiap

variabel harus memiliki indikator yang berbeda. Syarat agar sebaran data terhindar

dari permasalahan multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance harus > 0,1
50

dan nilai VIF diwajibkan < 10. Jika syarat tersebut dilanggar, maka peroblem

multikolinearitas terjadi dan dapat mengganggu hasil pada uji selanjutnya.

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

DAR .901 1.110

1 DER .900 1.111

FATO .464 2.155

TATO .477 2.096


a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Melalui tabel uji multikolinearitas di atas, dapat dilihat bahwa setiap

variabel menghasilkan nilai tolerance seperti DAR (0,901), DER (0,900), FATO

(0,464) dan TATO (0,477) > dari syarat yang telah ditentukan yaitu 0,1 serta nilai

VIF setiap variabel seperti DAR (1,110), DER (1,111) FATO (2,155) dan TATO

(2,096) < dari syarat yang telah ditentukan yakni 10. Maka, dapat disimpulkan

bahwa sebaran data dalam penelitian ini terhindar dari problem multikolinearitas.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas memiliki makna adanya dominasi sebaran data pada

salah satu indikator yang digunakan. Dominasi tersebut harus dihindarkan karena

sebaran data yang baik adalah data yang tersebar pada seluruh grafik. Syarat agar

terhindar dari heteroskedastisitas ialah jika titik-titik pada grafik scaterplot


51

tersebar pada empat bagian melalui penentuan garis lurus disetiap angka 0 pada

setiap sumbu, artinya data tersebar merata dan problematika heteroskedastisitas

tidak ditemukan dalam penelitian.

Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Berdasarkan data pada gambar scatterplot di atas, terlihat titik-titik

tersebar pada seluruh bagian titik 0 pada sumbu X dan Y. Cara mendeteksi apakah

sebaran data terjadi heteroskedastisitas apabila salah satu bagian tidak terlihat

titik-titik yang terbagi melalui titik 0 pada sumbu X dan Y, namun seluruh titik-
52

titik tersebut tersebar keseluruh bagian sehingga dapat disimpukan bahwa data

dalam penelitian ini terhindar dari masalah heteroskedastisitas.

4.1.3.4 Uji Autokorelasi

Apabila data penelitian terjadi autokorelasi, maka akan dilakukan melalui

Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-parametric yang dapat

digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji

Run Test. Apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) > signifikansi 0,05 maka dapat

disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.5 Statistik Autokorelasi Menggunakan Run Test


Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value a
-.18855
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 11
Z -3.618
Asymp. Sig. (2-tailed) .098
a. Median
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada tabel di atas, dijelaskan

bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) 0,098 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

data pada penelitian ini terhindar dari autokorelasi.

4.1.4. Regresi Linear Berganda


53

Regresi dilakukan untuk mendapatkan jenis pengaruh yang dihasilkan oleh

setiap variabel bebas terhadap variabel terikat, artinya jika nilai koefisien bernilai

positif maka variabel bebas akan memberikan dampak positif terhadap variabel

terikat. Regresi linear berganda dilakukan karena variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini jumlahnya lebih dari satu.

Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 15.943 2.044
DAR -24.392 2.091 -.826
1 DER .040 .093 .030
FATO 2.471 .289 .844
TATO -7.947 2.247 -.344
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Setelah memperhatikan tabel regresi linear berganda di atas, dapat

diterangkan bahwa hubungan yang terjadi dari setiap variabel bebas yang terdiri

dari DAR, DER, FATO dan TATO terhadap variabel terikatnya yaotu kinerja

keuangan menghasilkan koefisien persamaan linear yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

Y = 15,943 - 24,392X1 + 0,040X2 + 2,471X3 – 7,947X4 + e

1. Konstanta yang dihasilkan sebesar 15,943, artinya apabila setiap nilai yang

dihasilkan oleh variabel bebas yang terdiri dari DAR (X1), DER (X2), FATO
54

(X3) dan TATO (X4) menunjukkan kestabilan (konstan) dengan nilai seperti

yang dihasilkan, maka kinerja keuangan (Y) bernilai sebesar 15,943.

2. Koefisien regresi variabel DAR (X1) ialah -24,392, artinya setiap terjadi

penambahan sebesar satu satuan variabel DAR (X1), maka akan mengurangi

kinerja keuangan (Y) sebesar 24,392 satuan.

3. Koefisien regresi variabel DER (X2) yaitu 0,040, artinya setiap terjadi

penambahan sebesar satu satuan variabel DER (X2), maka akan menambah

kinerja keuangan (Y) sebesar 0,040 satuan.

4. Koefisien regresi variabel FATO (X3) yakni 2,471, artinya setiap terjadi

penambahan sebesar satu satuan variabel FATO (X 3), maka akan menambah

kinerja keuangan (Y) sebesar 2,471 satuan.

5. Koefisien regresi variabel TATO (X4) yakni -7,947, artinya setiap terjadi

penambahan sebesar satu satuan variabel TATO (X4), maka akan mengurangi

kinerja keuangan (Y) sebesar 7,947 satuan.

4.1.5. Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Uji Serempak (Uji-F)

Uji serempak (uji-F) dilakukan untuk menjawab hipotesis yang telah

diajukan, artinya untuk mengetahui pengaruh yang dihasilkan secara bersama-

sama seluruh variabel bebas yang terdiri dari DAR, DER, FATO dan TATO

terhadap kinerja keuangan. Syarat untuk memutuskan hasil uji-F yaitu:

1. Jika nilai Fhitung < Ftabel dan signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

2. Jika nilai Fhitung > Ftabel dan signifikansi < 0,05 maka Ha diterima.

Tabel 4.7 Hasil Uji Serempak (Uji-F)


55

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 1731.093 4 432.773 45.289 .000b
1 Residual 382.234 40 9.556
Total 2113.327 44
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), TATO, DAR, DER, FATO
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Sebagai landasan untuk menjawab uji serempak ini, maka dapat dilihat

nilai yang dihasilkan sebagai berikut :

Fhitung = 45,289 (signifikansi 0,000)

Ftabel = N–k–1

= 45 – 4 – 1

= 40 yaitu 2,61 (Sesuai titik persentase distribusi F pada 4 variabel bebas)

Menurut data yang telah ditampikan pada tabel dan diuraikan tersebut,

maka hasil uji serempak (uji-F) pada penelitian ini yaitu : Fhitung (45,289) > Ftabel

(2,61) dan nilai signifikansi (0,000 < 0,05) sehingga H a diterima, artinya terdapat

pengaruh secara serempak seluruh variabel bebas yang terdiri dari DAR, DER,

FATO dan TATO terhadap kinerja keuangan.

4.1.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Uji parsial (uji-t) dilakukan sebagai bentuk pengujian untuk menjawab

hipotesis yang telah diajukan melalui pengaruh setiap variabel bebas dengan

variabel terikat. Syarat untuk memutuskan hasil uji-t yaitu:

1. Jika nilai thitung < ttabel dan nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

2. Jika nilai thitung > ttabel atau sama dengan thitung < ttabel dan nilai signifikansi < 0,05

maka Ha diterima.
56

Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (Uji-t)


Coefficientsa
Model t Sig.

(Constant) 7.801 .000

DAR -11.663 .000

1 DER .426 .672

FATO 8.549 .000

TATO -3.536 .001


a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Nilai thitung = DAR (-11,663) (signifikansi 0,000)

= DER (0,426) (signifikansi 0,672)

= FATO (8,549) (signifikansi 0,000)

= TATO (-3,536) (signifikansi 0,001)

Nilai ttabel = N–k

= 45 – 4

= 41 yaitu 2,019 (Sesuai titik persentase distribusi t (df = 0,05))

Berdasarkan data pada tabel yang telah diuraikan di atas, maka pengaruh

setiap variabel bebas yang terdiri dari DAR (X 1), DER (X2), FATO (X3) TATO

(X4) terhadap kinerja keuangan (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel DAR (X1) menghasilkan nilai -thitung (-11,663) > -ttabel (-2,019) dan

nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara parsial DAR

(X1) berpengaruh negatif pada kinerja keuangan (Y).


57

2. Variabel DER (X2) menghasilkan nilai t hitung (0,426) < ttabel (2,019) dan

signifikansi 0,672 > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara parsial DER (X2)

tidak berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan (Y).

3. Variabel FATO (X3) menghasilkan nilai thitung (8,549) > ttabel (2,019) dan

signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara parsial FATO (X 3)

berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan (Y).

4. Variabel TATO (X4) menghasilkan nilai -thitung (-3,536) < -ttabel (-2,019) dan

signifikansi 0,001 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara parsial FATO (X 4)

berpengaruh negatif pada kinerja keuangan (Y).

5. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan yaitu DAR

(X1) karena mampu menghasilkan nilai thitung (-11,663) dan yang terbesar

diantara seluruh variabel bebas dalam penelitian ini.

4.1.5.3 Koefisien Determinasi (Uji-R2)

Setelah menjelaskan uji simultan dan parsial, selanjutnya adalah uji

koefisien determinasi (R2), yaitu uji yang dilakukan terhadap seluruh variabel

bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan model regresi yang

berfungsi untuk melihat seberapa besar nilai persentase pengaruh bauran seluruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Indikator hasil ditentukan melalui nilai

Adjusted R Square, yaitu nilai yang dipakai apabila dalam suatu penelitian

menggunakan tiga atau lebih variabel bebas. Adapun kriteria yang dihasilkan

melalui uji-R2 ini dapat dilihat sebagai berikut:

a. Apabila Adjusted R Square < 0,5, maka hasil dinyatakan kurang baik.

b. Apabila Adjusted R Square = 0,5 maka hasil dinyatakan sedang.


58

c. Apabila Adjusted R Square > 0,5 maka hasil dinyatakan akurat.

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji-R2)


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .905a .819 .801 3.09125
a. Predictors: (Constant), TATO, DAR, DER, FATO
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Pengolahan Data Penelitian (2020)

Melalui tabel yang telah ditampilkan di atas, maka hasil uji koefisien

determinasi (uji-R2) dalam penelitian ini ditentukan melalui nilai pada kolom

Adjusted R Square yaitu 0,801 atau secara persentase yaitu 80,1%. Maka, variabel

bebas yang terdiri dari DAR (X1), DER (X2), FATO (X3) dan TATO (X4)

memberikan pengaruh sebesar 80,1% terhadap kinerja keuangan (Y) sedangkan

selebihnya yaitu 19,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh DAR, DER, FATO dan TATO Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji serempak (uji-F) yang telah dilakukan, maka

hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh secara serempak DAR, DER,

FATO dan TATO terhadap kinerja keuangan (H a) diterima karena menghasilkan

nilai Fhitung (45,289) > Ftabel (2,61) dan signifikansi 0,000 < 0,05.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Nelsi (2017), Fhitung (17,657) > Ftabel (1,56), Ivan (2014), Fhitung (9,612) > Ftabel

(2,06), Henny dan Rosiana (2016), Fhitung (6,198) > Ftabel (3,20), Dian (2017), Fhitung

(10,103) > Ftabel (3,33) serta Afriyanti dan Didit (2018), Fhitung (26,266) > Ftabel

(2,80) menjelaskan bahwa DAR, DER, LDR, TIE, FATO, CFS, WCTO, CFROA,
59

ITO, OI, DR, ICR, CR, QR, GPM, NPM, ROE, TATO, pertumbuhan penjualan

dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

4.2.2. Pengaruh DAR Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t), DAR menghasilkan -thitung (-11,663) < -

ttabel (-2,019) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara

parsial DAR berpengaruh negatif pada kinerja keuangan (Y). hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nelsi (2017) dengan nilai

thitung (-7,355) < ttabel (-2,02) sehingga DAR mempengaruhi kinerja keuangan.

Menurut teori yang diungkapkan oleh Harahap (2009;309) bahwa debt to

asset ratio (DAR) yaitu rasio yang dipakai untuk mengukur seberapa besar aktiva

perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva. Fenomena yang terlihat pada laporan keuangan ialah

pergerakan DAR yang terlihat stabil pada laporan keuangan pada perusahaan

subsektor farmasi di BEI tidak sejalan dengan kinerja keuangan yang menurun

pada beberapa periode. Artinya, semakin kecil aktivitas perusahaan dengan

hutang, maka akan semakin meningkay kinerja keuangan karena perusahaan

menjadi kecil kewajibannya dalam melunasi hutangnya.

4.2.3. Pengaruh DER Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t), DER menghasilkan t hitung (0,426) < ttabel

(2,019) dan signifikansi 0,672 > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara parsial

DER tidak berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan (Y). hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nelsi (2017) bahwa nilai
60

thitung (-1,556) > ttabel (-2,02), artinya DER tidak mempengaruhi kinerja keuangan.

Namun, menurut Ivan (2014), DER mempengaruhi kinerja keuangan karena thitung

(3,607) > ttabel (1,29).

Menurut teori yang disampaikan oleh Sartono (2010;217) bahwa DER

menunjukkan keseimbangan antara utang yang dimiliki perusahaan dengan modal

sendiri. Hasil pengamatan pada laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan

subsektor farmasi yang terdaftar di BEI, adanya penurunan nilai DER. Angka

yang ditunjukkan menyebabkan kinerja keuangan yang tidak stabil. Namun, pada

periode 2018 angka DER menanjak naik, akan tetapi tetap saja kinerja keuangan

masih belum stabil. Artinya, tidak seluruh perusahaan menggunakan hutang

sebagai modalnya. Pada beberapa perusahaan farmasi tersebut, menunjukkan

kemampuan perusahaan menggunakan perputaran laba yang mampu menekan

hutang dan kewajiban membayar bunga.

4.2.4. Pengaruh FATO Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t), FATO menghasilkan thitung (8,549) >

ttabel (2,019) dan signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara parsial

FATO berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan. Hasil ini sejalan dengan

hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dian (2017), nilai thitung (1,323) >

ttabel (1,28) sehingga secara parsial FATO berpengaruh pada kinerja keuangan.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Harahap (2009;287) bahwa FATO

ialah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap.  Adanya asumsi bahwa

perusahaan tidak mampu memaksimalkan seluruh aset yang tersedia sebagai

modal yang mampu meraup pendapatan yang diharapkan. Angka FATO yang
61

fluktuatif terjadi pada setiap periode dari 2014 hingga 2018. Namun, angka

penjualan yang ditunjukkan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI mampu

membenarkan hasil penelitian karena semakin tinggi nilai penjualan maka FATO

akan semakin tinggi dan akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan.

4.2.5. Pengaruh TATO Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial (uji-t), TATO menghasilkan -thitung (-3,536) <

-ttabel (-2,019) dan signifikansi 0,001 < 0,05 maka Ha diterima, artinya secara

parsial FATO berpengaruh negatif pada kinerja keuangan. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afriyanti dan Didit (2018)

dengan nilai thitung (1,927) > ttabel (1,66), artinya TATO berpengaruh pada ROA.

Menurut Syamsuddin (2009;19), Total assets turn over (TATO) adalah

rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. TATO juga

mengalami fluktuasi angka. Hal ini mengindikasi bahwa anjloknya angka

penjualan yang berimbas pada penerimaan laba (profit) serta memberikan persepsi

adanya penurunan kinerja keuangan perusahaan. Namun, kemampuan perusahaan

dalam menggunakan aset yang ada membuat terjadinya penurunan penjualan

dapat ditutupi karena modal berasal dari kemampuan perusahaan memanfaatkan

seluruh aset yang ada sehingga dapat dibuktikan bahwa TATO mampu

memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.


62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan ringkasan terhadap hasil penelitian yang telah

didapatkan. Beberapa bentuk pengujian yang dilakukan berdasarkan data hasil

pengamatan laporan keuangan serta pengolahan menggunakan statistik yang telah

disesuaikan dengan prosedur penelitian. Adapun kesimpulan hasil penelitian

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


63

1. Hasil uji regresi linear berganda menghasilkan persamaan Y = 15,943 -

24,392(X1) + 0,040(X2) + 2,471(X3) – 7,947(X4). Artinya, DAR menunjukkan

hubungan negatif terhadap kinerja keuangan dengan koefisien -24,392. DER

memberi pengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan koefisien 0,040.

FATO memberi pengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan koefisien

2,471. TATO memberi pengaruh negatif terhadap kinerja keruangan dengan

koefisien -7,947.

2. Secara serempak melalui uji-F, DAR, DER, FATO dan TATO mempengaruhi

kinerja keuangan dengan nilai thitung (45,289) > ttabel (2,61) dan signifikansi

0,000 < 0,05.

3. Secara parsial melalui uji-t, DAR berpengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan dengan nilai -thitung (-11,663) < -ttabel (-2,019) dan signifikansi 0,000 <

0,05. DER tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan nilai t hitung

(0,426) < ttabel (2,019) dan signifikansi 0,672 > 0,05. FATO berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan dengan nilai thitung (8,549) > ttabel (2,019)

dan signifikansi 0,000 < 0,05. TATO


62 berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan dengan nilai -thitung (-3,536) < -ttabel (-2,019) dan signifikansi 0,001 <

0,05. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan yaitu

DAR (X1) karena mampu menghasilkan nilai thitung (-11,663) dan yang terbesar

diantara seluruh variabel bebas dalam penelitian ini.

4. Variabel bebas dalam penelitian ini yang terdiri dari DAR, DER, FATO dan

TATO memberikan pengaruh sebesar 80,1% melalui uji koefisien determinasi


64

(R2) sedangkan selebihnya yaitu 19,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

5.2. Saran

Berikut ini adalah saran yang dapat disampaikan oleh beberapa pihak

terkait hasil penelitian yang telah didapatkan, diantaranya:

1. Bagi perusahaan sub sektor farmasi

a. DAR menjadi variabel paling dominan, sebaiknya perusahaan harus lebih

mencermati kondisi perusahaan ketika modal yang digunakan terdiri dari

hutang dan aset-aset yang dibeli melalui hutang harus mampu memberikan

profitabilitas karena melalui aset tersebut, maka modal melalui hutang

seharusnya yang akan melunasinya.

b. Modal yang dihasilkan melalui hutang sebaiknya benar-benar dimanfaatkan

serta harus lebih kecil dari pada modal yang dihasilkan melalui aset sendiri

dan melakukan pelunasan baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang agar mengetahui posisi kinerja keuangan perusahaan.

c. Perusahaan harus lebih dalam melakukan perputaran modal melalui laba

penjualan dan memanfaatkan seluruh asetnya baik dalam meningkatkan

produksi serta menjaga seluruh peralatan produksi agar tetap bisa digunakan

pada jangka waktu yang cukup lama.

d. Perusahaan harus lebih mengoptimalisasi penggunaan aset yang tersedia

(TATO) agar meningkatkan volume penjualan dan mampu memberikan

dampak positif terhadap beberapa bahkan seluruh bagian pada laporan

keuangan perusahaan.
65

2. Bagi peneliti selanjutnya

Melalui hasil penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel-

variabel yang sama pada sektor maupun subsektor perusahaan berbeda yang

terdaftar di BEI karena masih terdapat perbedaan hasil penelitian dengan

penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dan landasan terhadap hasil

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang


: Undip Press.

Harahap, S.S. 2009. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Jakarta :
Raja Grafindo Persada.

Irham, F. 2011. Analisis Kinerja Keuangan : Panduan Bagi Akademisi, Manajer


dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan.
Edisi Kedua, Bandung : Alfabeta.

Iskandar, A.Z. 2003. Pasar Modal : Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama, Jakarta :
Yayasan Pancur Siwah.
66

Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan Kedua Belas,


Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Revisi, Yogyakarta : Liberty.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh, Bogor : Ghalia Indonesia.

Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat,


Yogyakarta : BPFE.

Sudana, I.M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Revisi, Jakarta :


Erlangga.

Sugiyono. 2016. Merode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Syamsuddin, D. 2009. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab.


Jakarta : Salemba Empat.

Umar, H. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wira, D. 2011. Analisis Fundamental Saham. Cetakan Kedua, Jakarta : Exceed.

Jurnal, Artikel dan Tesis

65
Afriyanti Hasanah dan Didit Enggariyanto, “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”, Journal of Applied Managerial Accounting, Maret
2018, ISSN : 2548-9917, Vol.2, No.1 : 15-25.

Dian Cintyaningtyas, “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan


Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016”, Jurnal
Ustjogja.ac.id, Akuntansi Dewantara, Ontober 2017. ISSN : 2549-9637,
Vol.1, No.7 : 56-66.

Henny Setyo Lestari dan Rosiana Dewi, “Pengaruh Financial Leverage Terhadap
Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
67

Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Bisnis Kompetensi, Januari-Juni


2017, Vol.11, No.1 : 57-68.

Ivan Deas Kurniawan, “Pengaruh Leverage, Aktivitas dan Arus Kas Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Artikel Skripsi, 2014, http://ejournal.
unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/1527

Nelsi Anggraini, “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pada


Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-
2014”, JOM FISIP, Oktober 2017, Vol.4, No.2, Hal : 1-11

Anda mungkin juga menyukai