ABSTRACT
The purpose of this study is to explore the role of job demands, job resources and work engagement among
dual career women. The hypotheses to be tested was : 1) there is correlation between job demands and
work engagement among dual career women, 2) there is correlation between job resources and work
engagement among dual career women, 3) there is moderating effect from job resources at the correlation
between job demand and work engagement among dual career women. This tudy engaged 62 woman
employee, which have characteristics as married and have been working for minimum 1 years. Job
demands and job resources scales are applied at this study, together with the adaptation of Utrecth Work
Engagement Scale (UWES). The analysis showed that :1) job demands is not correlated with work
engagement , 2) job resources is correlated with work engagement.
Keywords : job demands, job resources, work engagement, dual career women
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran tuntutan kerja, sumberdaya kerja dan
keterikatan kerja pada wanita karir. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1) terdapat
korelasi antara tuntutan kerja dan keterikatan kerja pada wanita karir, 2) terdapat korelasi antara
sumberdaya kerja dengan keterikatan kerja pada wanita karir, 3) sumber daya kerja memiliki efek
moderasi pada hubungan antara tuntutan kerja dengan keterikatan kerja pada wanita karir. Responden
pada penelitian ini berjumlah 62 orang wanita karir yang memiliki karakteristik telah menikah dan
telah bekerja minimal selama 1 tahun. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala tuntutan
kerja, skala sumberdaya kerja dan skala keterikatan kerja yang diadaptasi dari Utrecht Work
Engagement Scale (UWES). Hasil analisis menunjukkan : 1) tidak ada korelasi antara tuntutan kerja dan
keterikatan kerja pada wanita karir, 2) terdapat korelasi antara sumberdaya kerja dengan keterikatan
kerja, 3) sumber daya kerja tidak memiliki efek moderasi pada hubungan antara tuntutan kerja dengan
keterikatan kerja.
Kata kunci : tuntutan kerja, sumberdaya kerja, keterikatan kerja, wanita karir
(dedication) dan keterserapan (absorption) hal ini adalah pekerja wanita, terutama
(Schaufelli & Bakker, dalam Xanthopolou, yang telah menikah (dual career woman).
dkk, 2009). Vigor dicirikan dengan adanya Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
tingkat energi yang tinggi, resiliensi mental Naido dan Jano (2002) adanya dua peran
dalam bekerja, adanya kemauan untuk yang berbeda, yaitu dalam pekerjaan dan
memberikan usaha dalam bekerja, serta rumah tangga, akan menyebabkan konflik
ketekunan dalam menghadapi kesulitan. pada diri seorang dual career woman
Dedication dicirikan dengan adanya sehingga akan mempengaruhi perannya
perasaan bahwa pekerjaan adalah sesuatu dalam bekerja. Hal ini juga didukung
yang penting, antusias, terinspirasi, bangga melalui riset yang dilakukan oleh Apperson
dan tertantang dengan pekerjaan yang (Buhali & Margareta, 2013). Hasil studinya
dimiliki. Sedangkan Absorption dicirikan mengungkapkan bahwa pada beberapa
dengan adanya konsentrasi penuh terhadap tingkatan konflik peran antara pria dan
pekerjaan, dimana seorang pekerja akan wanita, pekerja wanita mengalami konflik
merasakan waktu menjadi berlalu begitu peran pada tingkat yang lebih tinggi
cepat ketika ia bekerja dan ia sulit dibanding pria. Ini disebabkan karena
memisahkan diri dari pekerjaannya. wanita memandang keluarga merupakan
Dimensi ini merupakan adaptasi dari suatu kewajiban utama mereka dan harus
konsep flow dalam bekerja yang dicetuskan mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
oleh Csikzenmihalyi (Albrecht, 2010). pada peran pekerjaan mereka.
Schaufeli (2006) menekankan bahwa sifat Dalam telaah mengenai keterikatan
keterikatan kerja adalah suatu keadaan kerja pada pegawai wanita, dimungkinkan
kognitif dan afektif yang cenderung terdapat dua hal yang mempengaruhi, yaitu
menetap dan menyeluruh, yang tidak tuntutan kerja (job demands) dan sumber-
terfokus pada satu objek, kejadian, individu daya kerja (job resources). Hal ini dinyata-
atau perilaku tertentu, sehingga keterikatan kan dalam Job Demand-Resources Model
kerja akan berdampak pada sikap dan yang dicetuskan oleh Bakker (2010).
perilaku individu di tempat kerja secara Tuntutan kerja adalah segala aspek fisik,
umum. psikologis, sosial dan organisasional dari
Sehubungan dengan penelitian ter- sebuah pekerjaan yang membutuhkan
dahulu mengenai keterikatan kerja, dapat usaha dan keterampilan fisik dan psikis
disimpulkan bahwa penting seorang secara berkelanjutan, sehingga mem-
pekerja memiliki karakteristik motivasional butuhkan pengorbanan fisik dan psikologis
tersebut. Akan tetapi tidak semua pekerja tertentu. Contohnya adalah tekanan kerja
mungkin dapat memiliki keterikatan kerja yang tinggi, kondisi fisik lingkungan kerja
maupun menampilkan kinerja yang baik. yang kurang mendukung, maupun interaksi
Hal ini dapat diakibatkan oleh tantangan emosional dengan stakeholders.
dari pekerjaan, individu maupun ling- Dalam Bakker, Demerouti & Verbeke
kungan di luar tempat kerja. Salah satu (2004) dan Bakker, Demerouti & Euwema
kelompok pekerja yang rentan mengalami (2005), ditemukan tiga macam tuntutan
kerja yang sering dialami pekerja, yaitu bahwa sumberdaya kerja memiliki korelasi
beban kerja yang tinggi (workload), tun- positif dengan keterikatan kerja.
tutan emosional (emotional demands), dan Dalam bekerja, individu seringkali
konflik pekerjaan dan rumah tangga (work- menemui kondisi-kondisi yang menekan
home conflict). Beban kerja adalah segala dalam melakukan pekerjaannya yang
macam tuntutan-tuntutan pekerjaan yang bersumber dari tuntutan kerja. Tuntutan
harus dipenuhi oleh seorang pekerja, kerja dapat berubah menjadi stressor jika
misalnya seperti tekanan waktu maupun dalam menghadapi tuntutan kerja individu
tingkat konsentrasi yang dibutuhkan. memerlukan usaha yang terlalu besar
Tuntutan emosional adalah kondisi emosi (Meijman & Mulder, dalam Bakker, 2006).
yang dirasakan dan harus dihadapi ketika Jika individu memiliki tuntutan kerja yang
individu berusaha untuk menyelesaikan relatif tinggi, hal ini akan berdampak
pekerjaannya. Tuntutan emosional dapat terhadap kesejahteraan psikologis pegawai
bersumber dari pekerjaan itu sendiri (seperti mengalami burnout, ketegangan
maupun karena interaksi dengan orang- kerja, dan kurangnya keterlibatan kerja).
orang yang berhubungan dengan pekerjaan Banyak penelitian menunjukkan bahwa
tersebut. Sedangkan konflik rumah tangga tuntutan kerja dapat menimbulkan gang-
dan kerja adalah konflik yang terjadi pada guan tidur, kelelahan dan kesehatan yang
individu karena peran ganda sebagai buruk (Bakker & Demerouti, 2006).
pekerja dan sebagai anggota keluarga. Berdasarkan banyak penelitian, antara lain
Bentuk konflik antara pekerjaan dan rumah yang dilakukan oleh Schaufelli, Bakker, &
tangga ada 2, yaitu : urusan pekerjaan Van Rhennen (2009), Hakanen, Schaufelli, &
mengganggu waktu keluarga atau urusan Ahola (2008), Hakkanen, Bakker &
keluarga mengganggu waktu pekerjaan Scahufelli (2006), serta Bakker, Demerouti
(Kreitner & Kinicki, 2010). & Verbeke (2004), tuntutan kerja secara
Sementara itu, sumberdaya kerja signifikan akan menimbulkan burnout dan
adalah segala aspek fisik, sosial, psikologis menurunkan keterikatan kerja.
dan atau organisasional yang berfungsi Sumberdaya kerja memiliki hubung-
dalam mencapai tujuan kerja, serta men- an penting dengan keterikatan kerja ter-
stimulasi pengembangan dan pertumbuhan utama pada kondisi di mana tuntutan kerja
personal (Demerouti, dkk, 2001). Menurut tinggi (Xanthopolou et al, 2009). Sumber-
Schaufelli & Bakker (2004), sumberdaya daya kerja mampu menjadi buffer effect
kerja memiliki potensi motivasi intrinsik tuntutan kerja terhadap burnout. Dibawah
karena dapat memfasilitasi perkembangan tekanan kondisi kerja, pekerja yang
dan pembelajaran individu. Sumberdaya memiliki sumberdaya yang tinggi akan
kerja juga memberikan potensi motivasi lebih mampu mengatasi tuntutan-tuntutan
ekstrinsik dengan menyediakan fasilitasi yang tinggi, sebagai hasilnya, mereka
yang bersifat instrumental untuk memban- memiliki burnout yang lebih rendah
tu pekerja mencapai tujuan. Penelitian- (Bakker dalam Xanthopolou, 2007). Sisi
penelitian sebelumnya menunjukkan motivasional sumberdaya kerja ada pada
Berdasarkan analisis kategori data, berkisar pada kategori tinggi dan sangat
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tinggi, dengan jumlah total 87,1 persen dari
responden memiliki skor keterikatan kerja keseluruhan responden. Sedangkan skor
yang berkisar dalam kategori tingi dan tuntutan kerja justru berkisar pada kategori
sangat tinggi, yaitu total sebanyak 85,5 sedang dengan frekuensi sebanyak 69,4
persen. Skor sumberdaya kerja juga persen dari jumlah responden.
Hasil analisis data dengan meng- dengan keterikatan kerja (p<0,05), dan 3)
gunakan regresi berganda dan moderated variabel sumberdaya kerja tidak memiliki
regression analysis menunjukkan bahwa : 1) efek moderator pada hubungan antara
tidak terdapat korelasi antara variabel tuntutan kerja dengan keterikatan kerja
tuntutan kerja dengan keterikatan kerja (p>0,05). Hasil lengkap analisis disajikan
(p>0,05), 2) terdapat korelasi yang pada Tabel 1.
signifikan antara variabel sumberdaya kerja