Anda di halaman 1dari 11

PERANAN TUNTUTAN KERJA DAN SUMBER DAYA KERJA TERHADAP

KETERIKATAN KERJA WANITA KARIR

Annisaa Miranty Nurendra


Program Studi Psikologi, Universitas Islam Indonesia
annisaa.miranty@uii.ac.id.

ABSTRACT

The purpose of this study is to explore the role of job demands, job resources and work engagement among
dual career women. The hypotheses to be tested was : 1) there is correlation between job demands and
work engagement among dual career women, 2) there is correlation between job resources and work
engagement among dual career women, 3) there is moderating effect from job resources at the correlation
between job demand and work engagement among dual career women. This tudy engaged 62 woman
employee, which have characteristics as married and have been working for minimum 1 years. Job
demands and job resources scales are applied at this study, together with the adaptation of Utrecth Work
Engagement Scale (UWES). The analysis showed that :1) job demands is not correlated with work
engagement , 2) job resources is correlated with work engagement.
Keywords : job demands, job resources, work engagement, dual career women

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran tuntutan kerja, sumberdaya kerja dan
keterikatan kerja pada wanita karir. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1) terdapat
korelasi antara tuntutan kerja dan keterikatan kerja pada wanita karir, 2) terdapat korelasi antara
sumberdaya kerja dengan keterikatan kerja pada wanita karir, 3) sumber daya kerja memiliki efek
moderasi pada hubungan antara tuntutan kerja dengan keterikatan kerja pada wanita karir. Responden
pada penelitian ini berjumlah 62 orang wanita karir yang memiliki karakteristik telah menikah dan
telah bekerja minimal selama 1 tahun. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala tuntutan
kerja, skala sumberdaya kerja dan skala keterikatan kerja yang diadaptasi dari Utrecht Work
Engagement Scale (UWES). Hasil analisis menunjukkan : 1) tidak ada korelasi antara tuntutan kerja dan
keterikatan kerja pada wanita karir, 2) terdapat korelasi antara sumberdaya kerja dengan keterikatan
kerja, 3) sumber daya kerja tidak memiliki efek moderasi pada hubungan antara tuntutan kerja dengan
keterikatan kerja.
Kata kunci : tuntutan kerja, sumberdaya kerja, keterikatan kerja, wanita karir

B anyak penelitian menunjukkan


bahwa keterikatan kerja (work
engagement) memiliki korelasi
positif dengan kinerja. Keterikatan kerja
terbukti dapat meningkatkan kinerja
kemampuan untuk menampilkan kerja
yang baik karena mereka dapat meng-
aktualisasikan potensi dalam diri mereka
dengan lebih baik pada berbagai aspek
kinerja.
individu, yang pada akhirnya akan Keterikatan kerja adalah suatu
meningkatkan kinerja organisasi. Penelitian kondisi individu yang berkaitan dengan
dari Halbesleben & Bowler (2007) kerja dimana pekerja merasa termotivasi
menemukan bahwa pekerja dengan keter- secara afektif. Ciri keterikatan kerja yaitu
ikatan kerja yang tinggi akan memiliki adanya semangat (vigor), dedikasi

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 57


Annisaa Miranty Nurendra

(dedication) dan keterserapan (absorption) hal ini adalah pekerja wanita, terutama
(Schaufelli & Bakker, dalam Xanthopolou, yang telah menikah (dual career woman).
dkk, 2009). Vigor dicirikan dengan adanya Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
tingkat energi yang tinggi, resiliensi mental Naido dan Jano (2002) adanya dua peran
dalam bekerja, adanya kemauan untuk yang berbeda, yaitu dalam pekerjaan dan
memberikan usaha dalam bekerja, serta rumah tangga, akan menyebabkan konflik
ketekunan dalam menghadapi kesulitan. pada diri seorang dual career woman
Dedication dicirikan dengan adanya sehingga akan mempengaruhi perannya
perasaan bahwa pekerjaan adalah sesuatu dalam bekerja. Hal ini juga didukung
yang penting, antusias, terinspirasi, bangga melalui riset yang dilakukan oleh Apperson
dan tertantang dengan pekerjaan yang (Buhali & Margareta, 2013). Hasil studinya
dimiliki. Sedangkan Absorption dicirikan mengungkapkan bahwa pada beberapa
dengan adanya konsentrasi penuh terhadap tingkatan konflik peran antara pria dan
pekerjaan, dimana seorang pekerja akan wanita, pekerja wanita mengalami konflik
merasakan waktu menjadi berlalu begitu peran pada tingkat yang lebih tinggi
cepat ketika ia bekerja dan ia sulit dibanding pria. Ini disebabkan karena
memisahkan diri dari pekerjaannya. wanita memandang keluarga merupakan
Dimensi ini merupakan adaptasi dari suatu kewajiban utama mereka dan harus
konsep flow dalam bekerja yang dicetuskan mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
oleh Csikzenmihalyi (Albrecht, 2010). pada peran pekerjaan mereka.
Schaufeli (2006) menekankan bahwa sifat Dalam telaah mengenai keterikatan
keterikatan kerja adalah suatu keadaan kerja pada pegawai wanita, dimungkinkan
kognitif dan afektif yang cenderung terdapat dua hal yang mempengaruhi, yaitu
menetap dan menyeluruh, yang tidak tuntutan kerja (job demands) dan sumber-
terfokus pada satu objek, kejadian, individu daya kerja (job resources). Hal ini dinyata-
atau perilaku tertentu, sehingga keterikatan kan dalam Job Demand-Resources Model
kerja akan berdampak pada sikap dan yang dicetuskan oleh Bakker (2010).
perilaku individu di tempat kerja secara Tuntutan kerja adalah segala aspek fisik,
umum. psikologis, sosial dan organisasional dari
Sehubungan dengan penelitian ter- sebuah pekerjaan yang membutuhkan
dahulu mengenai keterikatan kerja, dapat usaha dan keterampilan fisik dan psikis
disimpulkan bahwa penting seorang secara berkelanjutan, sehingga mem-
pekerja memiliki karakteristik motivasional butuhkan pengorbanan fisik dan psikologis
tersebut. Akan tetapi tidak semua pekerja tertentu. Contohnya adalah tekanan kerja
mungkin dapat memiliki keterikatan kerja yang tinggi, kondisi fisik lingkungan kerja
maupun menampilkan kinerja yang baik. yang kurang mendukung, maupun interaksi
Hal ini dapat diakibatkan oleh tantangan emosional dengan stakeholders.
dari pekerjaan, individu maupun ling- Dalam Bakker, Demerouti & Verbeke
kungan di luar tempat kerja. Salah satu (2004) dan Bakker, Demerouti & Euwema
kelompok pekerja yang rentan mengalami (2005), ditemukan tiga macam tuntutan

58 PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016


Peranan Tuntutan Kerja dan Sumber Daya Kerja terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karir

kerja yang sering dialami pekerja, yaitu bahwa sumberdaya kerja memiliki korelasi
beban kerja yang tinggi (workload), tun- positif dengan keterikatan kerja.
tutan emosional (emotional demands), dan Dalam bekerja, individu seringkali
konflik pekerjaan dan rumah tangga (work- menemui kondisi-kondisi yang menekan
home conflict). Beban kerja adalah segala dalam melakukan pekerjaannya yang
macam tuntutan-tuntutan pekerjaan yang bersumber dari tuntutan kerja. Tuntutan
harus dipenuhi oleh seorang pekerja, kerja dapat berubah menjadi stressor jika
misalnya seperti tekanan waktu maupun dalam menghadapi tuntutan kerja individu
tingkat konsentrasi yang dibutuhkan. memerlukan usaha yang terlalu besar
Tuntutan emosional adalah kondisi emosi (Meijman & Mulder, dalam Bakker, 2006).
yang dirasakan dan harus dihadapi ketika Jika individu memiliki tuntutan kerja yang
individu berusaha untuk menyelesaikan relatif tinggi, hal ini akan berdampak
pekerjaannya. Tuntutan emosional dapat terhadap kesejahteraan psikologis pegawai
bersumber dari pekerjaan itu sendiri (seperti mengalami burnout, ketegangan
maupun karena interaksi dengan orang- kerja, dan kurangnya keterlibatan kerja).
orang yang berhubungan dengan pekerjaan Banyak penelitian menunjukkan bahwa
tersebut. Sedangkan konflik rumah tangga tuntutan kerja dapat menimbulkan gang-
dan kerja adalah konflik yang terjadi pada guan tidur, kelelahan dan kesehatan yang
individu karena peran ganda sebagai buruk (Bakker & Demerouti, 2006).
pekerja dan sebagai anggota keluarga. Berdasarkan banyak penelitian, antara lain
Bentuk konflik antara pekerjaan dan rumah yang dilakukan oleh Schaufelli, Bakker, &
tangga ada 2, yaitu : urusan pekerjaan Van Rhennen (2009), Hakanen, Schaufelli, &
mengganggu waktu keluarga atau urusan Ahola (2008), Hakkanen, Bakker &
keluarga mengganggu waktu pekerjaan Scahufelli (2006), serta Bakker, Demerouti
(Kreitner & Kinicki, 2010). & Verbeke (2004), tuntutan kerja secara
Sementara itu, sumberdaya kerja signifikan akan menimbulkan burnout dan
adalah segala aspek fisik, sosial, psikologis menurunkan keterikatan kerja.
dan atau organisasional yang berfungsi Sumberdaya kerja memiliki hubung-
dalam mencapai tujuan kerja, serta men- an penting dengan keterikatan kerja ter-
stimulasi pengembangan dan pertumbuhan utama pada kondisi di mana tuntutan kerja
personal (Demerouti, dkk, 2001). Menurut tinggi (Xanthopolou et al, 2009). Sumber-
Schaufelli & Bakker (2004), sumberdaya daya kerja mampu menjadi buffer effect
kerja memiliki potensi motivasi intrinsik tuntutan kerja terhadap burnout. Dibawah
karena dapat memfasilitasi perkembangan tekanan kondisi kerja, pekerja yang
dan pembelajaran individu. Sumberdaya memiliki sumberdaya yang tinggi akan
kerja juga memberikan potensi motivasi lebih mampu mengatasi tuntutan-tuntutan
ekstrinsik dengan menyediakan fasilitasi yang tinggi, sebagai hasilnya, mereka
yang bersifat instrumental untuk memban- memiliki burnout yang lebih rendah
tu pekerja mencapai tujuan. Penelitian- (Bakker dalam Xanthopolou, 2007). Sisi
penelitian sebelumnya menunjukkan motivasional sumberdaya kerja ada pada

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 59


Annisaa Miranty Nurendra

kemampuannya untuk memenuhi kebutuh- korelasi dengan keterikatan kerja yang


an dasar manusia, seperti kebutuhan tinggi (Schaufelli, Bakker & Van Rhennen
autonomi, kompetensi, dan kebutuhan (2009), Xanthopolou dkk (2009),
sosial. Sebagai contoh, umpan balik yang Hakkanen, Schaufelli & Ahola (2008), serta
tepat akan mendorong proses pembelajar- Bakker, Demerouti & Euwema (2005)).
an, sehingga akan meningkatkan kompeten- Hackman & Oldham (dalam Xanthopolou
si kerja. Sedangkan kebebasan mengambil dkk, 2009) menemukan bahwa sumberdaya
keputusan dan dukungan sosial dapat kerja menjadi buffer effects terhadap
memenuhi kebutuhan akan autonomi dan tuntutan kerja, serta mendorong pekerja
sosial. Sumberdaya kerja dapat pula untuk mencapai tujuan mereka. Di sisi lain,
berperan sebagai motivator ekstrinsik pekerja pun menjadi lebih berkomitmen
karena lingkungan kerja yang menyediakan dengan pekerjaan mereka, karena mereka
banyak sumber daya akan mendorong dapat mengaktualisasikan diri melalui
seseorang agar memiliki kemauan untuk pekerjaannya.
mendedikasikan usaha dan kemampuannya Penelitian ini bertujuan untuk
terhadap tugas kerja (Bakker & Demerouti, mengeksplorasi buffer effects sumberdaya
2006). kerja terhadap tuntutan kerja pada
Menurut penelitian dari Xanthopolou keterikatan kerja yang dimiliki oleh wanita
dkk, (2009), Bakker & Demerouti, (2007), karir. Oleh karena itu, hipotesis yang ingin
sumberdaya kerja yang signifikan dalam diuji adalah : 1) terdapat korelasi antara
pekerjaan adalah autonomi, kemampuan tuntutan kerja dan keterikatan kerja pada
pengawasan, umpan balik kinerja, kesem- wanita karir, 2) terdapat korelasi antara
patan pengembangan personal, dan du- sumberdaya kerja dengan keterikatan kerja
kungan sosial. Autonomi adalah sejauh- pada wanita karir, 3) sumber daya kerja
mana pekerjaan memberikan kebebasan memiliki efek moderasi pada hubungan
dan keleluasaan pada individu dalam antara tuntutan kerja dengan keterikatan
melakukan prosedur-prosedur yang diper- kerja pada wanita karir.
lukan untuk menyelesaikan pekerjaan
(Hackman & Oldham, dalam Kreitner & METODE PENELITIAN
Kinicki, 2010). Kesempatan pengembangan
personal adalah sejauhmana pekerjaan Responden Penelitian
memberikan kesempatan bagi individu Responden yang diambil datanya
untuk mempelajari hal-hal baru yang dapat berasal dari suatu instansi di Yogyakarta.
digunakan untuk mengembangkan diri. Jumlah responden yang berhasil dikum-
Sedangkan dukungan sosial adalah persepsi pulkan datanya adalah sebanyak 62 orang
terhadap jumlah bantuan/dukungan yang dengan kriteria: 1) berjenis kelamin wanita,
diperoleh dari hubungan sosial di tempat 2) sudah menikah, 3) memiliki masa kerja
kerja. minimal 1 tahun.
Penelitian-penelitian terdahulu me-
nunjukkan sumberdaya kerja memiliki

60 PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016


Peranan Tuntutan Kerja dan Sumber Daya Kerja terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karir

Metode Pengumpulan Data yaitu regresi berganda untuk mengetahui


Data dalam penelitian ini dikum- peran variabel tuntutan kerja dan
pulkan dengan menggunakan skala. Ada 3 sumberdaya kerja sebagai variabel bebas
macam skala yang akan digunakan dalam untuk keterikatan kerja. Kemudian teknik
penelitian ini, yaitu Skala Tuntutan kerja, moderated-regression analysis melalui SPSS
Skala Sumberdaya kerja, dan Skala digunakan untuk melakukan eksplorasi
Keterikatan kerja. Keterikatan kerja diukur variabel sumberdaya kerja sebagai
dengan menggunakan adaptasi dari Utrecht moderator pada hubungan antara variabel
Work Engagement Scale (UWES) versi tuntutan kerja dengan keterikatan kerja.
pendek yang terdiri dari 17 aitem Pada prosedur moderated-regression
(Schaufelli & Bakker, 2006). Aspek-aspek analysis yang digunakan, peneliti terlebih
yang digunakan adalah semangat, dedikasi dahulu mencari variabel interaksi antara
dan keterserapan. Skala kedua yaitu Skala variabel tuntutan kerja dan sumberdaya
Tuntutan kerja yang terdiri dari 3 aspek, kerja untuk dianalisis efek moderasinya.
sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Bakker, HASIL
Demerouti & Verbeke (2004). Aspek yang
digunakan adalah : beban kerja, tuntutan Karakteristik demografis dari respon-
emosional dan konflik pekerjaan dan rumah den pada penelitian ini yaitu berjenis
tangga. Masing-masing aspek pada skala ini kelamin wanita, telah menikah dan
memiliki 6 aitem. Skala ketiga adalah Skala memiliki masa kerja minimal 1 tahun.
Sumberdaya Kerja. Dalam penelitian ini, Adapun profil deskriptif responden
ada 3 aspek sumberdaya kerja yang akan sebagaimana tertampil pada Tabel 1. Dari
digunakan, sesuai dengan penelitian yang tabel tampak bahwa mayoritas responden
telah dilakukan sebelumnya oleh Bakker, dalam penelitia ini berusia 25-35 tahun
Demerouti & Euwema (2005) yaitu : yaitu sebanyak 48,4 persen. Sedangkan dar
autonomi dalam bekerja, kesempatan sisi lama bekerja, kelompok responden
pengembangan diri, dan dukungan sosial. yang paling banyak adalah kelompok
Setiap aspek pada skala sumberdaya kerja responden yang memiliki masa kerja di
memiliki 6 aitem. bawah 5 tahun, yaitu sebanyak 33,4 persen.
Sementara itu responden yang memiliki
Metode Analisis Data masa kerja diatas 15 tahun juga cukup
Data dianalisis dengan menggunakan banyak yaitu sebesar 30,1 persen.
analisis regresi. Regresi yang digunakan

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 61


Annisaa Miranty Nurendra

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian


Karakteristik Jumlah Prosentase
Usia
25 – 35 tahun 30 48,4%
36 – 45 tahun 18 29%
46 – 55 tahun 13 21%
Tidak diketahui 1 1,6%
Lama Bekerja
< 5 tahun 21 33,4%
6 – 10 tahun 9 14,5%
11 – 15 tahun 11 17,8%
>15 tahun 19 30,1%
Tidak Diketahui 2 3,2%
TOTAL 62 100%

Analisis deskriptif dilakukan lebih variabel keterikatan kerja dan sumberdaya


lanjut untuk melihat statistik deskriptif kerja mendekati skor hipotetik maksimum.
hasil penelitian. Sebagaimana yang dapat Sementara itu, hanya variabel tuntutan
diamati pada tabel 2, sebaran data untuk kerja yang memiliki sebaran cukup luas.

Tabel 2. Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik


Min Max Mean Std. Dev. Min Max Mean Std. Dev.

Keterikatan Kerja 0 102 51 17 40 99 78,77 14,76


Tuntutan Kerja 13 65 39 8.67 14 52 36,88 6,64
Sumberdaya Kerja 15 75 45 10 41 73 59,16 7,24

Berdasarkan analisis kategori data, berkisar pada kategori tinggi dan sangat
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tinggi, dengan jumlah total 87,1 persen dari
responden memiliki skor keterikatan kerja keseluruhan responden. Sedangkan skor
yang berkisar dalam kategori tingi dan tuntutan kerja justru berkisar pada kategori
sangat tinggi, yaitu total sebanyak 85,5 sedang dengan frekuensi sebanyak 69,4
persen. Skor sumberdaya kerja juga persen dari jumlah responden.

Tabel 3. Kategorisasi Data Variabel Penelitian


Kategori Keterikatan Kerja Tuntutan Kerja Sumberdaya Kerja
N % N % N %
Sangat Tinggi 30 48,4 0 0 14 22,6
Tinggi 23 37,1 5 8,1 40 64,5
Sedang 9 14,5 43 69,4 8 12,9
Rendah 0 0 13 21 0 0
Sangat Rendah 0 0 1 1,5 0 0
TOTAL 62 100 62 100 62 100

62 PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016


Peranan Tuntutan Kerja dan Sumber Daya Kerja terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karir

Hasil analisis data dengan meng- dengan keterikatan kerja (p<0,05), dan 3)
gunakan regresi berganda dan moderated variabel sumberdaya kerja tidak memiliki
regression analysis menunjukkan bahwa : 1) efek moderator pada hubungan antara
tidak terdapat korelasi antara variabel tuntutan kerja dengan keterikatan kerja
tuntutan kerja dengan keterikatan kerja (p>0,05). Hasil lengkap analisis disajikan
(p>0,05), 2) terdapat korelasi yang pada Tabel 1.
signifikan antara variabel sumberdaya kerja

Tabel 4. Hasil Analisis Data


Variabel R p
Tuntutan Kerja * Keterikatan Kerja 0.195 0.128
Sumberdaya Kerja * Keterikatan Kerja 0.355 0.018
Tuntutan Kerja * Sumberdaya Kerja * Keterikatan Kerja 0.355 0.870

PEMBAHASAN pada wanita karir. Hal ini sesuai permodel-


an Job-Demands Resources (JDR) yang
Secara spesifik, penelitian ini tidak dikemukakan oleh Bakker (2007), dimana
sesuai dengan beberapa penelitian ter- sumberdaya kerja tidak sekedar memiliki
dahulu mengenai buffer effects sumber daya peran untuk mengimbangi tuntutan kerja
kerja terhadap tuntutan kerja (antara lain tetapi juga memiliki peran signifikan
Bakker, Demerouti, & Euwema, 2005). sendiri.
Salah satu indikasi penyebabnya adalah Sumberdaya kerja memiliki potensi
karena tidak terdapat korelasi yang motivasional dan mendorong pada keter-
signifikan antara tuntutan kerja dengan ikatan kerja yang tinggi. Potensi motivasi
keterikatan kerja. Skor rata-rata tuntutan yang dimiliki sumberdaya kerja ada 2, yaitu
kerja pada responden ini tergolong sedang, potensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
sementara itu skor keterikatan kerja secara Sumberdaya kerja memiliki peran sebagai
rerata tergolong tinggi. Besarnya korelasi motivator intinsik karena sumberdaya
antara tuntutan kerja dengan keterikatan kerja mendorong perkembangan, pertum-
kerja pada penelitian ini adalah sebesar r = buhan dan pembelajaran individu. Adapun
0,195 dengan sumbangan efektif sebesar peran sumberdaya kerja sebagai motivator
19,5%. Hal ini dapat berarti ada variabel ekstrinsik karena bersifat instrumental
lain yang memiliki korelasi lebih kuat dalam pencapaian tujuan kerja.
dengan variabel keterikatan kerja. Sumberdaya kerja memenuhi kebu-
Hasil analisis lebih lanjut menun- tuhan dasar manusia, seperti kebutuhan
jukkan bahwa variabel sumberdaya kerja akan autonomi, kompetensi, dan keter-
ternyata memiliki korelasi langsung yang hubungan dengan hal-hal di luar dirinya
signifikan dengan variabel keterikatan (relatedness). Sebagai contoh, umpan balik
kerja. Sumberdaya kerja tidak memiliki efek yang tepat akan mendorong proses
moderasi terhadap hubungan antara pembelajaran, sehingga akan meningkatkan
tuntutan kerja dengan keterikatan kerja kompetensi kerja, sedangkan kebebasan

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 63


Annisaa Miranty Nurendra

mengambil keputusan dan dukungan sosial tergantung oleh faktor-faktor eksternal.


dapat memenuhi kebutuhan akan autonomi Hackman & Oldham lebih lanjut men-
dan kebutuhan untuk memiliki (needs of jelaskan, motivasi kerja internal dipenga-
belongingness). Sumberdaya kerja dapat ruhi oleh tiga keadaan psikologis dimana
pula berperan sebagai motivator ekstrinsik ketiga keadaan tersebut akan dipengaruhi
karena lingkungan kerja yang menyediakan oleh lima inti dimensi pekerjaan. Karena
banyak sumber daya akan mendorong itu, untuk menciptakan motivasi internal
seseorang agar memiliki kemauan untuk yang tinggi, maka pekerjaan harus
mendedikasikan usaha dan kemampuannya dirancang agar memiliki kelima dimensi
terhadap tugas kerja (Bakker & Demerouti, tersebut (Kreitner & Kinciki, 2010). Lima
2006). dimensi motivasional tersebut adalah
Potensi motivasi intrinsik terdapat otonomi, dukungan sosial, kemampuan
pada sumber daya kerja karena sumber- pengawasan, umpan balik terhadap kinerja,
daya kerja dibutuhkan untuk beradaptasi dan kesempatan untuk pengembangan
dengan tuntutan kerja dan untuk mencapai profesional. Penelitian yang dilakukan oleh
tujuan pekerjaan. Hal ini berhubungan Xanthopoulou (2009) menunjukkan kelima
dengan pandangan bahwa pemuasan dimensi tersebut memiliki korelasi positif
terhadap kebutuhan psikologis yang dengan keterikatan kerja. Dampak dari
bersifat mendasar terhadap otonomi, rasa dimensi sumberdaya kerja adalah pekerja
memiliki (belongingness), kompetensi, serta pun menjadi lebih berkomitmen dan terikat
sumberdaya kerja secara intrinsik akan dengan pekerjaan mereka, karena mereka
memotivasi pegawai (Van den Broeck, mendapatkan aktualisasi diri dari peker-
dalam Albrecht, 2010). Penelitian Xantho- jaannya (Bakker & Demerouti, 2006).
polou (2007) menunjukkan bahwa pekerja Schaufelli, Bakker & Van Rhennen (2009),
yang memiliki sumberdaya kerja yang Xanthopolou dkk (2009), Hakkanen,
tinggi akan menggunakan kemampuan yang Schaufelli & Ahola (2008), serta Bakker,
dimilikinya sehingga mereka lebih mampu Demerouti & Euwema (2005).
mengatasi tuntutan kerja yang tinggi.
Proses motivasi intrinsik tersebut SIMPULAN DAN SARAN
juga sesuai dengan Job Characteristic
Theory. Hackman & Oldham (dalam Simpulan
Kreitner & Kinicki, 2010) berpendapat Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pekerjaan dapat dirancang sedemi- bahwa tuntutan kerja tidak berkorelasi
kian rupa sehingga dapat memotivasi dengan keterikatan kerja pada wanita karir.
karyawan secara internal atau intrinsik. Sumberdaya kerja berkorelasi secara
Motivasi intrinsik terjadi ketika individu signifikan dengan keterikatan kerja pada
terlibat ke dalam pekerjaannya karena wanita karir. Akan tetapi sumberdaya kerja
adanya perasaan positif yang menyebabkan tidak memiliki efek moderasi pada
individu bekerja dengan baik untuk dapat hubungan antara tuntutan kerja dengan
bekerja secara efektif, bukan karena keterikatan kerja pada wanita karir.

64 PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016


Peranan Tuntutan Kerja dan Sumber Daya Kerja terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karir

Saran Bakker, A., Demerouti, E. & Verbeke, W.


Penelitian ini menggunakan respon- (2004). Using The Job demands-
den yang masih terbatas, oleh karena itu Resources Model to Predict Burnout
and Performance. Human Resource
penelitian selanjutnya perlu melibatkan
Management, 43(1),83-104.
subjek yang lebih banyak. Selain itu perlu
dieksplorasi pula faktor-faktor apa sajakah Christian, M., Garza, A., & Slaughter, J.
yang mempengaruhi dinamika keterikatan (2011). Work engagement : A
kerja pada wanita karir. Dengan demikian Quantitative Review and Test of Its
Relations with Task and Contextual
nantinya dapat dirumuskan model
Performance. Personnel Psychology,
kebijakan organisasi yang tepat untuk
64, 89-136
mendukung optimalisasi peran dan kinerja
wanita karir dalam organisasi. Gonzales-Roma, V., Schaufeli W., Bakker, A.,
LLoret, S. (2006). Burnout and Work
DAFTAR PUSTAKA engagement : Independent Factors or
Opposite Poles? Journal of Vocational
Albrecht, S. (2010). Handbook of Employee Behavior 68,165-174.
Engagement : Perspectives, Issues,
Research and Practice. UK : Edward Hakanen,J., Schaufelli,W., & Ahola, K.
Elgar Publishing. (2008). The Job demands-resources
Model: A three-years Cross Lagged
Bakker,A., Schaufeli, W., Leiter, M., & Taris, Study of Burnout, Depression,
T. (2008). Work Engagement: An Commitment, and Work engagement.
emerging concept in occupational Work & Stress, 22(3), 224-241
health psychology. Work & Stress,
22(3), 187-200. Hakanen,J. Bakker, A., & Schaufeli, W.
(2006). Burnout and Engagement
Bakker, A., Demerouti, E., Hakanen, J., & among Teachers. Journal of School
Xanthopolou, D. (2007). Job resources Psychology, 43, 495-513
boost work engagement, particularly
when job demands are high. Journal Halbesleben, J. & Wheeler, A. (2008). The
of Educational Psychology, 99(2),274- Relative Roles of Engagement and
284 Embededness in Predicting Job
Performance and Intention to Leave.
Bakker, A. & Demerouti, W. (2006). The Job Work & Stress, 22(3), 242-256
Demands-Resources Model: State of
The Art. Journal of Managerial Hallberg U, Johannson G., & Schaufeli W.
Psychology, 22(3),309-328 (2007). Type A behavior and work
Situation : association with Burnout
Bakker, A., Demerouti,E., & Euwema, M. and Work Engagement. Scandinavian
(2005). Job Resources Buffer the Journal of Psychology, 48, 135-142
Impact of Job demands on Burnout.
Journal of Occupational Health Hermsen, J. & Rosser, V. (2008). Examining
Psychology, 10(2) 170-180 Work engagement and Job
Satisfaction of Staff Members in

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 65


Annisaa Miranty Nurendra

Higher Education. CUPA-HR Journal, Nastional Study. Educational and


Fall/Winter 2008. Psychological Measurement, 66(4),
701-716
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2010). Organiza-
tional Behavior, 9th Edition. New York Schaufeli, W. & Bakker, A. (2004). Job
: McGraw-Hill. demands, Job resources and their
relationship with burnout and
Miller, M., Woehr, D., & Hudspeth, N. engagement : a multi-sampel study.
(2001). The Meaning and Journal of Organizational Behavior.
Measurement of Work Ethic : 25, 293-315.
Construction and Initial Validation of
a Multidimensional Inventory. Journal Schaufeli, W. & Salanova, M. (2007). Efficacy
of Vocational Behavior 59, 1-39 or Inefficacy, That’s the Question:
Burnout and Work engagement, and
Rothmann, S. & Joubert, J. (2007). Job Their Relationship with Efficacy
demands, Job Resources, Burnout & Beliefs. Journal of Anxiety, Stress &
Work engagement of Managers at a Coping, June 2007, 20(2), 177-196
Platinum Mine in the North West
Province. South Africa Journal of Seppala, P., Mauno, S., Feldt, T. Hakanen, J.,
Bussiness Management, 38 (3) & Schaufeli, W. (2009). The Construct
Validity of The Utrecht Work
Salanova, M., Agut, A., & Peiro, J. (2005). engagement Scale : Multisample and
Linking Organizational Resources and Longitudinal Evidence. Journal of
Work engagement to Employee Happiness Studies. 10 : 459-481.
Performance and Customer Loyalty :
The Mediation of Service Climate. Sonnentag S., Mojza, E., Bienniwes, C., &
Journal of Applied Psychology, 90(6), Scholl, A. (2008). Being Engaged at
1217-1227 Work and Detached at Home: A Week
Level Study in Work engagement,
Salanova, M. & Schaufeli, W. (2008). A Psychological Detachment and Affect.
Cross-National Study of Work Work & Stress, 22(3), 257-276
engagement as A Mediator between
Job Resources and Proactive Xanthopolou, D., Bakker, A., Demerouti, E.,
Behavior. The International Journal of & Schaufeli, W. (2009a). Reciprocal
Human Resource Management, 19(1), Relationship between Job Resources,
116-131 Personal resources and Work
engagement . Journal of Vocational
Schaufeli, W., Bakker, A.,& Van Rhennen, W. Behavior, 74, 235-244.
(2009). How Changes in Job demands
and Resources Predict Burnout, Work Xanthopolou, D., Bakker, A., Demerouti, E.,
engagement, and Sickness Absen- & Schaufeli, W. (2009b). Work
teeism. Journal of Organizational engagement and Financial Returns : A
Behavior, 30, 893-917 diary Study on The Role of Job and
Personal resources. Journal of
Schaufelli, W. & Bakker, A. (2006). The Occupational and Organizational
Measurement of Work engagement Psychology, 82, 183-200
with a Short Questionnaire: A Cross-

66 PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016


Peranan Tuntutan Kerja dan Sumber Daya Kerja terhadap Keterikatan Kerja Wanita Karir

Xanthopolou, D. Bakker, A., Demerouti, E., & demands-Resources Model. Interna-


Schaufeli, W. (2007). The Role of tional Journal of Stress Management,
Personal resources in The Job 14(2), 121-141

PSIKOLOGIKA VOLUME 21 NOMOR 1 TAHUN 2016 67

Anda mungkin juga menyukai