Dosen Pengampu:
Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog
Disusun Oleh:
Aura Ratu Aulia 2209227
Hanifa Zahirah Alamsyah 2207109
Nona Khairunnisa Mumtaz 2203420
Zaira Yasmina Faizal 2203048
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Kajian Teori..................................................................................................5
1. Job Hopping..............................................................................................5
2. Work-Family Conflict................................................................................6
B. Kerangka Pemikiran......................................................................................8
C. Hipotesis Penelitian.......................................................................................9
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kerja dan di keluarga. Ini dapat mengarah pada intensi job-hopping pekerja,
meski ia belum memiliki rencana yang matang untuk pekerjaan lain atau
tempat bekerja lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga aspek, yaitu
keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan, dan keseimbangan
kepuasan (Greenhaus dkk., 2003).
Beberapa faktor kerja dapat memiliki efek yang berbeda antara
pekerja perempuan dan pekerja laki-laki. Beban kerja yang berlebihan
terbukti menjadi alasan mengapa seseorang melakukan job-hopping. Namun
alasan ini tidak mempengaruhi mereka terutama pekerja laki-laki selama
mereka mendapatkan kompensasi atas kerja ekstra tersebut dan hanya
mempengaruhi pekerja perempuan yang memiliki family obligation (Taylor
& Zimmer, 1992). Family obligation inilah yang membuat para pekerja
perempuan kesulitan dalam menyeimbangkan beban kerja (Faiz, 2015)
Permasalahan jam kerja juga menjadi faktor yang berdampak hanya pada
perempuan dikarenakan laki-laki tidak menekankan perlunya kontribusi diri
pada anggota keluarganya (family obligation) seperti pada perempuan
(Dharmawangsa & Thennakoon, 2014). Family Belum lagi perempuan lebih
rentan terkena konfrontasi di tempat kerja akibat
Walaupun penelitian terdahulu telah membuktikan adanya hubungan
antara intensi job hopping dengan work family-conflict, belum banyak
penelitian yang spesifik menjelaskan hubungan keduanya dengan subjek
pekerja perempuan yang berstatus menikah.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melengkapi
kekurangan data dan temuan dari penelitian sebelumnya tentang work-family
conflict dan keinginan untuk berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu dekat.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hubungan work-family conflict dengan intensi job hopping pada pekerja
wanita yang sudah menikah.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara job hopping intention dengan
work-family conflict pada pekerja wanita yang sudah menikah.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui tingkat job hopping intention pada pekerja wanita
yang sudah menikah
b) Untuk mengetahui work-family conflict yang terjadi pada pekerja
wanita yang sudah menikah
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengembangan keilmuan khususnya di bidang Psikologi Industri dan
Organisasi yang terkait dengan perilaku job hopping intention dan work-
family conflict pada pekerja wanita yang sudah menikah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada pekerja
wanita yang sudah menikah mengenai hubungan antara work-family
conflict terhadap job hopping intention. Serta diharapkan juga dapat
membantu pihak-pihak terkait seperti perusahaan agar dapat membuat
kebijakan secara tepat yang dapat mendukung kehidupan pekerjaan dan
kehidupan keluarga, khususnya bagi pekerja wanita yang sudah menikah.
4
A. Kajian Teori
1. Job Hopping
Konsep job hopping pertama kali dipelajari oleh Ghiselli (1974
dalam (Yuen, 2016)), dimana pekerja cenderung berpindah pekerjaan
tanpa tujuan yang jelas. Khatri, Fern, dan Budhwar (2001) mendefinisikan
job hopping sebagai sikap atau perilaku ketika karyawan berpindah dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lain tanpa prospek pertumbuhan yang jelas
atau alasan rasional lainnya. Impulsif atau pengaruh sosial lah yang
membuat mereka mencari pekerjaan lain (Khatri et al., 2001).
Konsisten dengan pemikiran Ghiselli (1974) tentang perpindahan
pekerjaan sebagai “Sindrom Hobo”. Schmitt, Gooding, Noe, dan Kirsch
(1984) menguraikan hal ini dan menjelaskan bahwa ‘hobo’ mencari
pekerjaan lain, mungkin karena rasa tidak nyaman, namun ‘hobo’ juga
mengevaluasi apakah pekerjaan mereka saat ini lebih bermanfaat (Schmitt
et al., 1984; Griffeth, Hom, & Gaertner, 2000). Saleem dkk (2016) setuju
dengan cara kerja rasional ini, terutama sebagai cara memperoleh
keuntungan finansial dan kemajuan profesional.
Job hopping intention merupakan kecenderungan pada individu
untuk keluar dari perusahaan secara sukarela kemudian mencari atau
pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya menurut pilihannya
sendiri, meskipun ia merupakan karyawan tetap yang baru bekerja selama
kurang dari 2 tahun di organisasi tempat ia bekerja (Suryaratri & Abadi,
2018:79). Menurut Sza Hang Yuen (2016), job hopping mengacu pada
berganti pekerjaan sesering mungkin.
Ada beberapa penyebab yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan job hopping, yaitu sering pindah pekerjaan dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Beberapa penyebab umum termasuk ketidakpuasan
kerja, peluang pengembangan karir terbatas, gaji dan fasilitas kompensasi,
keseimbangan kerja-keluarga, ketidaksesuaian nilai dan budaya
5
6
2. Work-Family Conflict
Work-family conflict merupakan konflik yang timbul antara
pekerjaan dan peran non- pekerjaan (yaitu, komunitas, waktu luang,
kelompok teman, dan lain-lain.) yang tak terhindarkan bagi kebanyakan
orang yang bekerja saat ini (Wilson dan Baumann, 2014).
Gutek dkk., (Carlson dkk., 2000) menyatakan bahwa tiga dimensi
work-family conflict memiliki dua arah yaitu:
1. Conflict due to work interfering with family (WIF) atau konflik karena
pekerjaan mengganggu keluarga.
2. Conflict due to family interfering with work (FIW) atau konflik karena
keluarga mengganggu pekerjaan.
Sedangkan menurut Greenhaus dan Beutell (1985), konflik
pekerjaan keluarga atau work-family conflict terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Konflik karena waktu (time-based conflict), terjadi ketika waktu yang
dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau
pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang
lainnya.
7
Skala yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Work
and Family Conflict Scale WAFCS, yang dikembangkan oleh Haslam, Filus,
Morawska, Sanders, & Fletcher (2015). Pengukuran dari penelitian ini
menggunakan skala likert 1–7 yang digunakan untuk mengukur respon dari
responden, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju); 2 (tidak setuju); 3 (cukup tidak
setuju); 4 (netral); 5 (cukup setuju); 6 (setuju); 7 (sangat setuju).
B. Kerangka Pemikiran
Job hopping dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu konten dan konteks.
Konten merupakan faktor internal dari dalam diri individu itu sendiri, seperti
kepuasan kerja. Sedangkan, konteks merupakan faktor eksternal dari luar diri
individu dan menjadi faktor pendorong individu melakukan job hopping,
seperti kompensasi, dukungan organisasi, work-family conflict, dan lain-lain.
Smith & Johnson (2018) menyatakan bahwa faktor personal seperti kepuasan
9
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut.
H1 = Work-family conflict memiliki korelasi positif terhadap job hopping
intention
H2 = Work-family conflict memiliki korelasi negatif terhadap job hopping
intention
10
DAFTAR RUJUKAN
Beutell, N. J. 2010. Work Schedule, Work Schedule Control And Satisfaction In
Relation To Work Family Conflict, Work Family Synergy, And Domain
Satisfaction. Career Development International 15(5): 501–518.
Greenhaus, J. H., Collins, K. M., & Shaw, J. D. (2003). The Relation between
Work-Family Balance and Quality of Life. Journal of Vocational
Behavior, 63(3), 510–531.
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara.
Jakarta
Khatri, N., Fern, C., & Budhwar, P. (2001). Explaining Employee Turnover in an
Asian Context. Human Resource Management Journal 11(1), 54-74.
Lake, C. J., Highhouse, S., & Shrift, A. G. (2018). Validation of the job-hopping
motives scale. Journal of Career Assessment, 26, 531-548.
11
Saleem, T., Noor, R., Jalil, A., & Saleem, S. (2016). Hobo Syndrome: A Cross
Organizational Mobility in Banking, Health and Development Sector.
Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC), 20(3), 225-229.
Schimitt, N., Gooding, R., Noe, R., & Kirsch, M. (1984). Meta Analysis of
validity studies published between 1964 and 1982 and the investigation of
study characteristics. Personnel Psychology, 37(3), 407-422.
Greenhaus, J., & Beutell, N. (1985). Sources of conflict between work and
family roles. Academy of Management. The Academy of Management
Review, 10(1), 76.