Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI

DENGAN STRES KERJA WANITA KARIR

Diajukan Sebagai Tugas Penulisan Karya Ilmiah

Oleh:
Silvia Pandiangan
NIM: 1724070003

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan karya ilmiah dengan judul “Hubungan Penerimaan Diri Dan Dukungan

Sosial Suami Dengan Stres Kerja Wanita Karir” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna

dan masih terdapat banyak kekurangannya. Namun demikian penulis berharap bahwa

karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian.

Jakarta, Mei 2020

Silvia Pandiangan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................2
1. Manfaat Teoritis.....................................................................................2
2. Manfaat Praktis......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4


A. Penerimaan Diri..........................................................................................4
1. Pengertian Penerimaan Diri...................................................................4
2. Tahap-tahap Penerimaan Diri ...............................................................5
3. Aspek-aspek Penerimaan Diri ...............................................................6
B. Dukungan Sosial Suami..............................................................................8
1. Pengertian Dukungan Sosial .................................................................8
2. Sumber - sumber Dukungan Sosial .......................................................8
3. Aspek – aspek Dukungan Sosial............................................................9
C. Stres Kerja................................................................................................10
1. Pengertian Stres Kerja..........................................................................10
2. Gejala Stres Kerja................................................................................11
3. Faktor – faktor yang Memengaruhi Stres Kerja..................................12
D. Kerangka Berpikir....................................................................................12
E. Hipotesis...................................................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................14


A. Identifikasi Variabel Penelitian................................................................14
B. Definisi Variabel Penelitian......................................................................14
1. Definisi Konseptual.............................................................................14
2. Definisi Operasional............................................................................15
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel...............................................16
D. Instrument Penelitian................................................................................17
E. Teknik Analisis Data................................................................................19

DAFTAR PUSTAKAiv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta

manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini perekonomian di Indonesia semakin berkembang, semakin terbuka pula lapangan

kerja di berbagai bidang. Lapangan kerja untuk wanita juga semakin terbuka di berbagai bidang,

oleh karena itu taraf pendidikan dan keterampilan wanita Indonesia pun semakin berkembang.

Dengan kenyataan sekarang yaitu selain menjadi istri untuk suami dan ibu untuk anak-anaknya,

wanita Indonesia memiliki peran lain yaitu sebagai wanita karir. Sebagai istri, wanita memegang

peran yang dominan dalam urusan rumah tangga mulai dari mengurus suami, anak dan

rumah (dunia domestik). Sementara sebagai wanita karir juga mengurusi pekerjaan di luar rumah

(dunia publik). Akibatnya wanita yang bekerja cenderung mengalami stres.

Salah satu faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja

diantaranya adalah dukungan sosial dari lingkungan sekitar seperti rekan kerja, sahabat, orang

tua, terutama dukungan sosial suami. Dukungan dari suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-

sikap penuh perhatian yang ditunjukkan dalam kerjasama yang positif, ikut membantu

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak serta memberikan dukungan

moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istri.

Selain faktor dukungan sosial, penerimaan diri sebagai ibu dan wanita karir adalah hal yang

sulit bagi seorang wanita yang sudah menikah. Hal tersebut mengakibatkan adanya perasaan

dilema yang besar mengakibatkan wanita sulit untuk bersikap adil dalam masing-masing

1
perannya. Berbagai macam dampak gejala fisik dan psikologis wanita yang bekerja terlihat dari

adanya rasa

2
3

bersalah karena meninggalkan suami dan anak dirumah, sering mengeluh karena banyaknya

pekerjaan yg harus diselesaikan, sakit kepala, perasaan cemas, dan lain-lain.

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan

kondisi seseorang. Dikatakan lebih lanjut, bahwa stress yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk mengahadapi lingkungan, yang akhirnya menganggu pelaksanaan

tugas-tugasnya, berarti menganggu prestasi kerjanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dan stres kerja?

2. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial suami dan stres kerja?

3. Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial suami dengan stres

kerja?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan stres kerja?

2. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami dan stres kerja?

3. Untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial suami dengan

stres kerja?

D. Manfaat Penelitian

Dalam hasil penelitian ini diharapkan terdapat manfaat yang baik secara teoritis maupun

praktis yang diperoleh serta dapat memberikan kegunaan dari beberapa pihak.
4

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapakan menambah wawasan di bidang psikologi khususnya

psikologi industri dan organisasi, serta dapat memberikan masukan yang berguna khususnya bagi

wanita karir.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media pembelajaran terutama dalam ilmu

psikologi industri dan organisasi khususnya bagi wanita karir yang bekaitan dengan penerimaan

diri dan dukungan sosial suami terhadap stress kerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori dan konsep-konsep yang digunakan sebagai

landasan penelitian.

A. Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) adalah sikap untuk menilai diri

dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan-

kelebihan dan kelemahan-kelemahannya. Sementara, menurut Rogers (dalam Pancawati, 2013)

mengungkapkan penerimaan berarti penghargaan yang hangat untuk seseorang sebagai manusia

dengan nilai harga yang tanpa syarat bagaimanapun kondisinya, perlakuannya, perasaannya serta

penghormatan dan menyukai seseorang sebagai manusia yang berbeda, keinginan untuk memilih

perasaan sendiri dengan caranya sendiri.

Pendapat lainnya dari Jersild (dalam Hurlock, 1995) menjelaskan bahwa penerimaan diri

adalah derajat dimana individu memiliki kesadaran terhadap karakteristiknya, kemudian ia

mampu dan bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut. Hurlock (1978), mengemukakan

banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya

adalah pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari

lingkungan, tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi

yang berat, sukses yang terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian yang baik,

konsep diri, dan tingkat pendidikan.

Dari berbagai pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa penerimaan diri ibu adalah perasaan dan sikap ibu yang dapat menerima segala yang ada

5
6

pada dirinya baik kelebihan maupun kelemahan termasuk menerima anak dengan cerebral palsy

dan segala keterbatasannya.

2. Tahap-tahap Penerimaan Diri

Tahap –Tahap Penerimaan Diri Kubler Ross (1969), membagi atas 5 tahapan yaitu :

a. Tahap Penolakan (Denial).

Merupakan tahap pertama yang diusulkan Kubler Ross, tahap ini merupakan tahap

penyangkalan atas peritiwa yang tidak menyenangkan ataupun kekurangan yang dimiliki. Dalam

tahap ini individu bertindak seperti seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk

mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti

itu” atau “Tidak akan terjadi pada saya” umum dilontarkan pada masa denial.

b. Tahap Kemarahan (Anger)

Merupakan tahap kedua dimana ini ditandai dengan reaksi emosi atau kemarahan atas

kenyataan yang dialaminya. Dalam tahap ini individu mempertahakan kehilangan dan mungkin

bertindak lebih pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada

fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini

merupakan coping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupkan manifestasi dari

kecemasannya menghadapi kehilangan.

c. Tahap Tawar Menawar (Bargaining)

Merupakan tahap kegita, pada tahap ini individu mengalihkan kemarahan dengan lebih baik.

Penawar untuk mendapatkan sesuatau yang lebih sering berbentuk kesepakatan dengan Tuhan.

Dalam tahap iniindividu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk

mencegah kehilangan. Pada tahap ini individu sering kali mencari pendapat orang lain.
7

d. Depresi (Depression)

Merupakan tahap keempat dimana tahap ini muncul dalam bentuk putus asa, kehilangan

harapan terjadi ketika kehilangan disadari dan timpul dampak nyata dari makna kehilangan

tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai

memecahkan masalah.

e. Penerimaan (Acceptance)

Merupakan tahap kelima dimana individu telah mencapai pada titik pasrah dan mencoba

menerima kenyatan buruk yang terjadi. Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanju.

Kubler Roos mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya pada pengunduran diri dan berputus asa.

3. Aspek-aspek Penerimaan Diri

Sheerer (dalam Hall & Lindzey, 2010) menjelaskan lebih lanjut mengenai karakteristik

individu yang dapat menerima dirinya, yaitu:

a) Perasaan sederajat

Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain,

sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain.

Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.

b) Percaya kemampuan diri

Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari

sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi

keburukannya dari pada ingin menjadi orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri

sendiri.
8

c) Bertanggung jawab

Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Sifat ini tampak dari

perilaku individu yang mau menerima kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang

berharga untuk mengembangkan diri.

d) Orientasi keluar diri

Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada ke dalam diri, tidak malu yang

menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga akan

mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.

e) Berpendirian

Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap conform terhadap

tekanan sosial. Individu yang mampu menerima diri dan mempunyai sikap dan percaya diri yang

menurut pada tindakannya sendiri dari pada mengikuti konvensi dan standar dari orang lain serta

mempunyai ide aspirasi dan pengharapan sendiri.

f) Menyadari keterbatasan

Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya dan mengingkari kelebihannya.

Individu cenderung mempunyai panilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.

g) Menerima sifat kemanusiaan.

Individu tidak menyangkal impuls dan emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu

yang mengenali perasaan marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang

harus diingkari atau ditutupi.


9

B. Dukungan Sosial Suami

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Cobb (dalam Sarafino, 1994:102) yang mendefinisikan dukungan sosial

sebagaiadanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap

menerima kondisinya.Dukungan sosial teresebut diperoleh dari individu maupun kelompok

seperti suami, istri, kekasih, keluarga, teman, rekan kerja, dokter atau organisasi masyarakat.

Dukungan sosial menurut Taylor (2003:235) didefinisikan sebagai informasi dari orang lain yang

disayangi, dicintai, dihormati, dan yang dihargai, dan merupakan bagian dari jaringan

komunikasi dan kewajiban dari orang tua, suami atau istri, teman, dan komunitas. Orang

yang memiliki dukungan sosial yang tinggi mengalami tingkat stres yang lebih rendah ketika

mengalami stres dan mampu menanggulanginya.

Sedangkan menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994:135) menekankan pengertian dukungan

sosial sebagai informasi, nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dukungan sosial adalah suatu

sikap positif yang diberikan oleh orang lain kepada individu yang membutuhkan untuk

mengurangi rasa stres akibat tuntutan peran yang dapat berupa kasih sayang, perhatian,

pengertian, pemberian informasi, materi, dan sebagainya.

2. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat datang dari sumber-sumber yang berbeda, seperti dari pasangan atau

orang yang dicintai, keluarga, teman, co-workers, psikolog atau anggota organisasi. Dengan

adanya dukungan sosial dari berbagai sumber, individu akan merasa yakin bahwa dirinya dicintai
10

dan disayangi, dihargai, bernilai dan menjadi bagian dari jaringan sosial. Pada karya ilmiah ini

sumber dukungan sosial berasal dari suami

3. Aspek-aspek Dukungan Sosial Suami

Sarafino (1994:103) mengungkapkan pada dasarnya ada lima aspek dukungan sosial:

a. Dukungan emosi

Dukungan jenis ini meliputi ungakapan rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap

individu.Biasanya dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga, seperti memberikan

pengertian terhadapmasalah yang sedang dihadapi atau mengdengarkan keluhannnya.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini terjadi melalui ungkapan positif atau penghargaan positif yang positif pada

individu, dorongan untuk maju atau persetujuan akan gagasan atau perasaan individu dan

perbandingan yang positif individu dengan orang lain. Biasanya dukungan ini diberikan oleh

atasan dan rekan kerja. Dukungan jenis ini, akan membangun perasaan berharga, kompeten dan

bernilai.

c. Dukungan instrumental

Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya dukungan ini lebih sering

diberikan oleh teman atau rekan kerja, seperti bantuan untuk menyelesaikan tugas yang

menumpuk atau meminjamkan uang atau lain-lain yang dibutuhkan.

d. Dukungan informasi

Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik kepada individu.

Dukungan ini biasanya diperoleh dari sahabat, rekan kerja, atasan atau seorang profesional.

Adanya dukungan informasi biasanya diberikan oleh orang-orang yang pernah mengalami
11

keadaan yang serupa akan membantu individu memahami situasi dan mencari alternatif

pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil.

e. Dukungan jaringan sosial

Adanya dukungan jaringan sosial akan membantu individu untuk mengurangi stres yang

dialami dengan cara memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang

lain. Hal tersebut akan membantu individu untuk mengakihkan perhatiannya dari kekhawatiran

terhadap masalah yang dihadapinya atau dengan meningkatkan suasana hati yang positif.

C. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Pandji Anoraga (2001:195) mengemukakan bahwa stres merupakan suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang.Stres yang

terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk mengahadapi lingkungan.Sebagai

akibatnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat

mengganggu prestasi kerja.

Menurut Finchman & Rhodes (dalam A.S. Munandar, 2001:374) stres adalah hasil dari tidak

atau kurang adanya kecocokan antara individu dan lingungannya, yang mengakibatkan

ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.Adanya

tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat para tenaga kerja cenderung menghadapi beban kerja

yang berat, beban kerja yang berlebihan serta beban kerja yang terlalu sedikit dapat

menimbulkan stres kerja pada tenaga kerja.

Santrock (2003:570) menyatakan bahwa stres adalah respon individu terhadap keadaan atau

kejadian yang memicu stres, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
12

menanganinya (coping). Individu yang merasa tidak mampu mengatasi atau meraih tuntutan atau

keinginannya akan muncul reaksi psikologis yang membuat individu merasa tegang atau cemas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan

atau kondisi yang tidak mengenakkan yang disebabkan karena adanya tuntutan atau beban kerja

yang berlebihan yang berasal dari lingkungan tempat kerja maupun dalam urusan rumah tangga

sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, psikologis, dan perilaku karyawan.

2. Gejala Stres Kerja

Robbins (2002:319) menyatakan bahwa gejala-gejala stres kerja dapat dibagi dalam tiga

kategori umum:

a. Gejala fisiologis

Stres dapat menciptakan perubahan metabolisme dalam tubuh, mempercepat detak jantung

dan sesak nafas, menaikkan tekanan darah, mudah lelah secara fisik, ketegangan otot, mudah

sakit kepala dan serangan jantung.

b. Gejala psikologis

Stres dapat disebabkan oleh rasa tidak puas akan sesuatu, merasa tegang, gelisah, sering

menangis, mudah marah, cepat bosan, kehilangan daya konsentrasi, dan suka menunda sesuatu

hal.

c. Gejala perilaku

Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas,

meningkatnya absensi dan keinginan untuk mengundurkan diri, perubahan pola makan,

menjadi perokok atau mengkonsumsi alkohol, berbicara cepat, perasaan gelisah, dan tidur tidak

teratur.
13

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stres Kerja

Sebagai wanita yang berperan ganda, ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada

pula yang merasa kesulitan sehingga menimbulkan persoalan-persoalan di dalam keluarga

maupun pekerjaan kantor. Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat orang

mengalami stres, salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang semakin menumpuk.

Menurut Igor S (1997) menyatakan bahwa indikator stres kerja adalah:

1) Intimidasi dan tekanan dari rekan sekerja, pimpinan perusahaan dan klien.

2) Perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang ada untuk melak- sanakan tugas dan

kewajiban.

3) Ketidakcocokan dengan pekerjaan

4) Pekerjaan yang berbahaya, membuat frustasi, membosankan atau berulang- ulang.

5) Beban lebih.

6) Faktor-faktor yang diterapkan oleh diri sendiri seperti target dan harapan yang tidak

realistis, kritik dan dukungan terhadap diri sendiri.

D. Kerangka Berpikir

Penerimaan diri ditandai dengan sikap positif, adanya pengakuan atau penghargaan terhadap

nilai-nilai individual tetapi menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya (Chaplin, 2000).

Sebaliknya individu yang memiliki penerimaan diri yang kurang baik biasanya disebabkan faktor

internal seperti lemahnya keyakinan akan kemampuan diri menghadapi persoalan dan merasa

dirinya tidak berguna bagi orang lain (Potocka, 2009)

Menurut Banyarard dan Graham-Bermann (dalam Vivik Shofiah, 2008:162) bahwa

pemberian dan penerimaan dukungan sosial sering dipandang sebagai strategi utama untuk

penanganan terhadap stres perempuan. Dukungan sosial terutama dari keluarga dan teman-teman
14

yang berbentuk dukungan emosional mempunyai hubungan yang sangat berpengaruh terhadap

stres kerja. Dengan kata lain dukungan sosial dapat dianggap sebagai suatu bentuk terapi

sederhana untuk menurunkan efek negatif dari stres.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Jones (dalam Vivik Shofiah, 2008:162)

terungkap bahwa sikap suami merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

dual-career marriage. Dalam hal ini ada sikap suami yang merasa terancam, tersaingi dan

cemburu dengan status “bekerja” istrinya, tidak bisa bersikap toleran terhadap keberadaan istri

yang bekerja. Namun ada pula suami yang mendukung karir istri dan ikut bekerjasama dalam

mengurusi pekerjaan rumah tangga. Dual-career dikatakan berhasil jika di antara suami dan istri

saling memperlakukan pasangannya sebagai pasangan yang setara. Tidak hanya akan berbagi

dalam hal ekonomi, tetapi juga berbagi dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak.

E. Hipotesis

Berdasarkan pada kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan stres kerja wanita karir

2. Terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan stres kerja wanita karir

3. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial dengan stres kerja wanita

karir
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi

identifikasi variabel penelitian, definisi variabel penelitian, populasi dan metode

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, hasil uji coba instrumen, dan

metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas

(independent variable) atau variabel yang tidak bergantung pada variabel lainnya (X1

dan X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung

pada variabel lainnya (Y). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel bebas (X1), yaitu Penerimaan Diri

2. Variabel bebas (X2), yaitu Dukungan Sosial Suami

3. Variabel terikat (Y), yaitu Stres Kerja

B. Defenisi Variabel Penelitian

1. Defenisi Konseptual

Definisi konseptual berisi tentang batasan terhadap masalah variabel-variabel

yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian agar dapat mempermudah

pelaksanaan dilapangan. Untuk membatasi pembahasan penelitian ini, berikut definisi

konseptual dari variabel penelitian, yaitu:

15
16

a. Penerimaan Diri

Penerimaan diri menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) adalah sikap untuk

menilai diri dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya

termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya.

b. Dukungan Sosial Suami

Zimet (1988) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang bersifat

subjektif yang sumber dukungannya dapat berasal dari keluarga, teman dan

significant others. Dalam penelitian ini keluarga yang dimaksud adalah suami.

c. Stres Kerja

Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau

rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.

2. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang hendak diteliti, yakni penerimaan

diri, dukungan sosial suami, dan stres kerja. Berikut ini merupakan definisi

operasional dari ketiga variabel:

a. Penerimaan Diri

Hurlock (1978), mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi seseorang

untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah pemahaman diri, harapan yang

realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan, tingkah laku sosial yang

mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi yang berat, sukses yang

terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian yang baik, konsep diri,

dan tingkat pendidikan


17

b. Dukungan Sosial Suami

Sarafino (1994:103) mengungkapkan pada dasarnya ada lima aspek dukungan

sosial yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dukungan informasi, dukungan jaringan sosial.

c. Stres Kerja

Indikator untuk mengukur variabel stres kerja (Igor, 1997), meliputi: intimidasi

dan tekanan, ketidakcocokan dengan pekerjaan, pekerjaan yang berbahaya, beban

kerja lebih, target dan harapan yang tidak realistis

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:80). Populasi pada

penelitian ini adalah wanita karir di lingkungan Kementerian X yang berjumlah 140

pegawai.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, sedangkan teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017:81). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan melihat tabel Morgan. Diambil 110 responden untuk

sampel dan sisa 30 responden untuk tryout. Teknik sampling yang digunakan adalah
18

simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memerhatikan

strata yang ada dalam populasi (Sugiyono 2017:82) dengan cara pemilihan diundi.

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel peneltian. Jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian

tergantung pada jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2017:92). Teknik yang

dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk membantu

penelitian ini adalah metode skala.

Metode skala digunakan untuk pengukuran yang berisi pernyataan-pernyataan

dengan pilihan yang harus dijawab siswa sesuai dengan diri siswa tersebut. Penelitian

ini menggunakan tiga skala yaitu penerimaan diri, dukungan sosial suami, dan stres

kerja. Skala yang digunakan menggunakan skala Likert. Pada skala Likert terdapat

lima options pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS

(Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pada skala ini akan ditampilkan

pernyataan mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable) (Kuncono,

2016).
19

Adapun penilaian pada kelima alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Skoring Skala Likert
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 5 1
S (Setuju) 4 2
N (Netral) 3 3
TS (Tidak Setuju) 2 4
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5
Metode pengumpulan data menggunakan tiga macam skala, yaitu: skala

penerimaan diri, skala dukungan sosial suami dan skala stres kerja yang disusun

berdasarkan blueprint instrument penelitian berikut berikut

No Variabel Indikator Jumlah

Perasaan sederajat 5
Percaya Kemampuan Diri 5
Bertanggung Jawab 5
1. Penerimaan Diri Orientasi Keluar diri 5
Berpendirian 5
Menyadari Keterbatasan 5
Menerima sifat Kemanusiaan 5
Dukungan emosi 5
Dukungan penghargaan 5
2. Dukungan Sosial Suami Dukungan instrumental 5
Dukungan informasi 5
Dukungan jaringan sosial 5
Intimidasi dan tekanan 5
Ketidakccocokan dengan pekerjaan 5
Stres Kerja
3. Pekerjaan yang berbahaya 5
Beban kerja 5
Target dan harapan 5
Jumlah 85
Tabel 2
20

Blueprint Instrumen Penelitian


E. Teknik Analisis Data

Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan haruslah valid dan reliabel saat

digunakan. Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian

merupakan hal yang wajib dilakukan agar skala yang menjadi pengumpulan data

memiliki akurasi yang tepat dan terpercaya. Keseluruhan uji validitas dan uji

reliabilitas alat ukur ini menggunakan alat bantu uji statistik SPSS versi 22.0 for

windows.
DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U. H. (2011). Stres kerja ditinjau dari konflik peran ganda dan dukungan sosial pada
perawat. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 8(1).
Anandita, W. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dan Kesejahteraan Psikologis
pada Ibu yang Bekerja.
Bangun, F. R. (2014). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja
pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2013 (Master's thesis).
Kumolohadi, R. (2001). Tingkat stres dosen perempuan UII ditinjau dari dukungan suami.
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 6(12), 29-42.
Oviani, M. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Suami Dan Kepercayaan Diri Dengan
Kecemasan Ibu Menjelang Menopause Usia 40-55 Tahun Di Desa Pulorejo Kecamatan
Tembelang Kabupaten Jombang (Doctoral Dissertation, Universitas 17 Agustus 1945).
Putry, S. M. W. (2018). Hubungan konflik peran ganda dengan dukungan sosial suami guru
madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Surade Sukabumi (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung).
Setyawati, G. (2018). Konflik peran ganda pada wanita bekerja ditinjau dari dukungan sosial
pasangan dan aktualisasi diri (Doctoral dissertation, UMK).
Widiasari, M. H. (2019). Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dan Family Supportive
Supervision Behaviors Dengan Work Family Balance Pada Wanita Yang Bekerja
(Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

iv

Anda mungkin juga menyukai