Oleh:
Silvia Pandiangan
NIM: 1724070003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
penulisan karya ilmiah dengan judul “Hubungan Penerimaan Diri Dan Dukungan
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangannya. Namun demikian penulis berharap bahwa
karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian.
Silvia Pandiangan
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................2
1. Manfaat Teoritis.....................................................................................2
2. Manfaat Praktis......................................................................................2
DAFTAR PUSTAKAiv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta
manfaat penelitian.
Saat ini perekonomian di Indonesia semakin berkembang, semakin terbuka pula lapangan
kerja di berbagai bidang. Lapangan kerja untuk wanita juga semakin terbuka di berbagai bidang,
oleh karena itu taraf pendidikan dan keterampilan wanita Indonesia pun semakin berkembang.
Dengan kenyataan sekarang yaitu selain menjadi istri untuk suami dan ibu untuk anak-anaknya,
wanita Indonesia memiliki peran lain yaitu sebagai wanita karir. Sebagai istri, wanita memegang
peran yang dominan dalam urusan rumah tangga mulai dari mengurus suami, anak dan
rumah (dunia domestik). Sementara sebagai wanita karir juga mengurusi pekerjaan di luar rumah
Salah satu faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja
diantaranya adalah dukungan sosial dari lingkungan sekitar seperti rekan kerja, sahabat, orang
tua, terutama dukungan sosial suami. Dukungan dari suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-
sikap penuh perhatian yang ditunjukkan dalam kerjasama yang positif, ikut membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak serta memberikan dukungan
Selain faktor dukungan sosial, penerimaan diri sebagai ibu dan wanita karir adalah hal yang
sulit bagi seorang wanita yang sudah menikah. Hal tersebut mengakibatkan adanya perasaan
dilema yang besar mengakibatkan wanita sulit untuk bersikap adil dalam masing-masing
1
perannya. Berbagai macam dampak gejala fisik dan psikologis wanita yang bekerja terlihat dari
adanya rasa
2
3
bersalah karena meninggalkan suami dan anak dirumah, sering mengeluh karena banyaknya
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Dikatakan lebih lanjut, bahwa stress yang terlalu besar dapat mengancam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan pada
2. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial suami dan stres kerja?
3. Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial suami dengan stres
kerja?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini
2. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami dan stres kerja?
3. Untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial suami dengan
stres kerja?
D. Manfaat Penelitian
Dalam hasil penelitian ini diharapkan terdapat manfaat yang baik secara teoritis maupun
praktis yang diperoleh serta dapat memberikan kegunaan dari beberapa pihak.
4
1. Manfaat Teoritis
psikologi industri dan organisasi, serta dapat memberikan masukan yang berguna khususnya bagi
wanita karir.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media pembelajaran terutama dalam ilmu
psikologi industri dan organisasi khususnya bagi wanita karir yang bekaitan dengan penerimaan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori dan konsep-konsep yang digunakan sebagai
landasan penelitian.
A. Penerimaan Diri
Penerimaan diri menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) adalah sikap untuk menilai diri
dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan-
mengungkapkan penerimaan berarti penghargaan yang hangat untuk seseorang sebagai manusia
dengan nilai harga yang tanpa syarat bagaimanapun kondisinya, perlakuannya, perasaannya serta
penghormatan dan menyukai seseorang sebagai manusia yang berbeda, keinginan untuk memilih
Pendapat lainnya dari Jersild (dalam Hurlock, 1995) menjelaskan bahwa penerimaan diri
mampu dan bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut. Hurlock (1978), mengemukakan
banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya
adalah pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari
lingkungan, tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi
yang berat, sukses yang terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian yang baik,
Dari berbagai pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penerimaan diri ibu adalah perasaan dan sikap ibu yang dapat menerima segala yang ada
5
6
pada dirinya baik kelebihan maupun kelemahan termasuk menerima anak dengan cerebral palsy
Tahap –Tahap Penerimaan Diri Kubler Ross (1969), membagi atas 5 tahapan yaitu :
Merupakan tahap pertama yang diusulkan Kubler Ross, tahap ini merupakan tahap
penyangkalan atas peritiwa yang tidak menyenangkan ataupun kekurangan yang dimiliki. Dalam
tahap ini individu bertindak seperti seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti
itu” atau “Tidak akan terjadi pada saya” umum dilontarkan pada masa denial.
Merupakan tahap kedua dimana ini ditandai dengan reaksi emosi atau kemarahan atas
kenyataan yang dialaminya. Dalam tahap ini individu mempertahakan kehilangan dan mungkin
bertindak lebih pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini
merupakan coping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupkan manifestasi dari
Merupakan tahap kegita, pada tahap ini individu mengalihkan kemarahan dengan lebih baik.
Penawar untuk mendapatkan sesuatau yang lebih sering berbentuk kesepakatan dengan Tuhan.
Dalam tahap iniindividu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini individu sering kali mencari pendapat orang lain.
7
d. Depresi (Depression)
Merupakan tahap keempat dimana tahap ini muncul dalam bentuk putus asa, kehilangan
harapan terjadi ketika kehilangan disadari dan timpul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Merupakan tahap kelima dimana individu telah mencapai pada titik pasrah dan mencoba
menerima kenyatan buruk yang terjadi. Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanju.
Kubler Roos mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya pada pengunduran diri dan berputus asa.
Sheerer (dalam Hall & Lindzey, 2010) menjelaskan lebih lanjut mengenai karakteristik
a) Perasaan sederajat
Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain,
sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain.
Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.
Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari
sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi
keburukannya dari pada ingin menjadi orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri
sendiri.
8
c) Bertanggung jawab
Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Sifat ini tampak dari
perilaku individu yang mau menerima kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang
Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada ke dalam diri, tidak malu yang
menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga akan
e) Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap conform terhadap
tekanan sosial. Individu yang mampu menerima diri dan mempunyai sikap dan percaya diri yang
menurut pada tindakannya sendiri dari pada mengikuti konvensi dan standar dari orang lain serta
f) Menyadari keterbatasan
Individu cenderung mempunyai panilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.
Individu tidak menyangkal impuls dan emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu
yang mengenali perasaan marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang
seperti suami, istri, kekasih, keluarga, teman, rekan kerja, dokter atau organisasi masyarakat.
Dukungan sosial menurut Taylor (2003:235) didefinisikan sebagai informasi dari orang lain yang
disayangi, dicintai, dihormati, dan yang dihargai, dan merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban dari orang tua, suami atau istri, teman, dan komunitas. Orang
yang memiliki dukungan sosial yang tinggi mengalami tingkat stres yang lebih rendah ketika
sosial sebagai informasi, nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dukungan sosial adalah suatu
sikap positif yang diberikan oleh orang lain kepada individu yang membutuhkan untuk
mengurangi rasa stres akibat tuntutan peran yang dapat berupa kasih sayang, perhatian,
Dukungan sosial dapat datang dari sumber-sumber yang berbeda, seperti dari pasangan atau
orang yang dicintai, keluarga, teman, co-workers, psikolog atau anggota organisasi. Dengan
adanya dukungan sosial dari berbagai sumber, individu akan merasa yakin bahwa dirinya dicintai
10
dan disayangi, dihargai, bernilai dan menjadi bagian dari jaringan sosial. Pada karya ilmiah ini
Sarafino (1994:103) mengungkapkan pada dasarnya ada lima aspek dukungan sosial:
a. Dukungan emosi
Dukungan jenis ini meliputi ungakapan rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap
individu.Biasanya dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga, seperti memberikan
b. Dukungan penghargaan
Dukungan ini terjadi melalui ungkapan positif atau penghargaan positif yang positif pada
individu, dorongan untuk maju atau persetujuan akan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan yang positif individu dengan orang lain. Biasanya dukungan ini diberikan oleh
atasan dan rekan kerja. Dukungan jenis ini, akan membangun perasaan berharga, kompeten dan
bernilai.
c. Dukungan instrumental
Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya dukungan ini lebih sering
diberikan oleh teman atau rekan kerja, seperti bantuan untuk menyelesaikan tugas yang
d. Dukungan informasi
Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik kepada individu.
Dukungan ini biasanya diperoleh dari sahabat, rekan kerja, atasan atau seorang profesional.
Adanya dukungan informasi biasanya diberikan oleh orang-orang yang pernah mengalami
11
keadaan yang serupa akan membantu individu memahami situasi dan mencari alternatif
Adanya dukungan jaringan sosial akan membantu individu untuk mengurangi stres yang
dialami dengan cara memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang
lain. Hal tersebut akan membantu individu untuk mengakihkan perhatiannya dari kekhawatiran
terhadap masalah yang dihadapinya atau dengan meningkatkan suasana hati yang positif.
C. Stres Kerja
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang.Stres yang
akibatnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat
Menurut Finchman & Rhodes (dalam A.S. Munandar, 2001:374) stres adalah hasil dari tidak
atau kurang adanya kecocokan antara individu dan lingungannya, yang mengakibatkan
tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat para tenaga kerja cenderung menghadapi beban kerja
yang berat, beban kerja yang berlebihan serta beban kerja yang terlalu sedikit dapat
Santrock (2003:570) menyatakan bahwa stres adalah respon individu terhadap keadaan atau
kejadian yang memicu stres, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
12
menanganinya (coping). Individu yang merasa tidak mampu mengatasi atau meraih tuntutan atau
keinginannya akan muncul reaksi psikologis yang membuat individu merasa tegang atau cemas.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan
atau kondisi yang tidak mengenakkan yang disebabkan karena adanya tuntutan atau beban kerja
yang berlebihan yang berasal dari lingkungan tempat kerja maupun dalam urusan rumah tangga
Robbins (2002:319) menyatakan bahwa gejala-gejala stres kerja dapat dibagi dalam tiga
kategori umum:
a. Gejala fisiologis
Stres dapat menciptakan perubahan metabolisme dalam tubuh, mempercepat detak jantung
dan sesak nafas, menaikkan tekanan darah, mudah lelah secara fisik, ketegangan otot, mudah
b. Gejala psikologis
Stres dapat disebabkan oleh rasa tidak puas akan sesuatu, merasa tegang, gelisah, sering
menangis, mudah marah, cepat bosan, kehilangan daya konsentrasi, dan suka menunda sesuatu
hal.
c. Gejala perilaku
Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas,
meningkatnya absensi dan keinginan untuk mengundurkan diri, perubahan pola makan,
menjadi perokok atau mengkonsumsi alkohol, berbicara cepat, perasaan gelisah, dan tidur tidak
teratur.
13
Sebagai wanita yang berperan ganda, ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada
maupun pekerjaan kantor. Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat orang
mengalami stres, salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang semakin menumpuk.
1) Intimidasi dan tekanan dari rekan sekerja, pimpinan perusahaan dan klien.
2) Perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang ada untuk melak- sanakan tugas dan
kewajiban.
5) Beban lebih.
6) Faktor-faktor yang diterapkan oleh diri sendiri seperti target dan harapan yang tidak
D. Kerangka Berpikir
Penerimaan diri ditandai dengan sikap positif, adanya pengakuan atau penghargaan terhadap
nilai-nilai individual tetapi menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya (Chaplin, 2000).
Sebaliknya individu yang memiliki penerimaan diri yang kurang baik biasanya disebabkan faktor
internal seperti lemahnya keyakinan akan kemampuan diri menghadapi persoalan dan merasa
pemberian dan penerimaan dukungan sosial sering dipandang sebagai strategi utama untuk
penanganan terhadap stres perempuan. Dukungan sosial terutama dari keluarga dan teman-teman
14
yang berbentuk dukungan emosional mempunyai hubungan yang sangat berpengaruh terhadap
stres kerja. Dengan kata lain dukungan sosial dapat dianggap sebagai suatu bentuk terapi
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jones dan Jones (dalam Vivik Shofiah, 2008:162)
terungkap bahwa sikap suami merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
dual-career marriage. Dalam hal ini ada sikap suami yang merasa terancam, tersaingi dan
cemburu dengan status “bekerja” istrinya, tidak bisa bersikap toleran terhadap keberadaan istri
yang bekerja. Namun ada pula suami yang mendukung karir istri dan ikut bekerjasama dalam
mengurusi pekerjaan rumah tangga. Dual-career dikatakan berhasil jika di antara suami dan istri
saling memperlakukan pasangannya sebagai pasangan yang setara. Tidak hanya akan berbagi
dalam hal ekonomi, tetapi juga berbagi dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak.
E. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan stres kerja wanita karir
2. Terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan stres kerja wanita karir
3. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial dengan stres kerja wanita
karir
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi
pengambilan sampel, metode pengumpulan data, hasil uji coba instrumen, dan
Variabel penelitian terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas
(independent variable) atau variabel yang tidak bergantung pada variabel lainnya (X1
dan X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung
pada variabel lainnya (Y). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Defenisi Konseptual
15
16
a. Penerimaan Diri
Penerimaan diri menurut Sheerer (dalam Cronbach, 1963) adalah sikap untuk
menilai diri dan keadaannya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya
Zimet (1988) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang bersifat
subjektif yang sumber dukungannya dapat berasal dari keluarga, teman dan
significant others. Dalam penelitian ini keluarga yang dimaksud adalah suami.
c. Stres Kerja
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau
2. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang hendak diteliti, yakni penerimaan
diri, dukungan sosial suami, dan stres kerja. Berikut ini merupakan definisi
a. Penerimaan Diri
untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah pemahaman diri, harapan yang
realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan, tingkah laku sosial yang
mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi yang berat, sukses yang
terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian yang baik, konsep diri,
c. Stres Kerja
Indikator untuk mengukur variabel stres kerja (Igor, 1997), meliputi: intimidasi
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah wanita karir di lingkungan Kementerian X yang berjumlah 140
pegawai.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
penelitian ini dilakukan dengan melihat tabel Morgan. Diambil 110 responden untuk
sampel dan sisa 30 responden untuk tryout. Teknik sampling yang digunakan adalah
18
simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memerhatikan
strata yang ada dalam populasi (Sugiyono 2017:82) dengan cara pemilihan diundi.
D. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2017:92). Teknik yang
dengan pilihan yang harus dijawab siswa sesuai dengan diri siswa tersebut. Penelitian
ini menggunakan tiga skala yaitu penerimaan diri, dukungan sosial suami, dan stres
kerja. Skala yang digunakan menggunakan skala Likert. Pada skala Likert terdapat
(Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pada skala ini akan ditampilkan
2016).
19
Adapun penilaian pada kelima alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Skoring Skala Likert
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 5 1
S (Setuju) 4 2
N (Netral) 3 3
TS (Tidak Setuju) 2 4
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5
Metode pengumpulan data menggunakan tiga macam skala, yaitu: skala
penerimaan diri, skala dukungan sosial suami dan skala stres kerja yang disusun
Perasaan sederajat 5
Percaya Kemampuan Diri 5
Bertanggung Jawab 5
1. Penerimaan Diri Orientasi Keluar diri 5
Berpendirian 5
Menyadari Keterbatasan 5
Menerima sifat Kemanusiaan 5
Dukungan emosi 5
Dukungan penghargaan 5
2. Dukungan Sosial Suami Dukungan instrumental 5
Dukungan informasi 5
Dukungan jaringan sosial 5
Intimidasi dan tekanan 5
Ketidakccocokan dengan pekerjaan 5
Stres Kerja
3. Pekerjaan yang berbahaya 5
Beban kerja 5
Target dan harapan 5
Jumlah 85
Tabel 2
20
merupakan hal yang wajib dilakukan agar skala yang menjadi pengumpulan data
memiliki akurasi yang tepat dan terpercaya. Keseluruhan uji validitas dan uji
reliabilitas alat ukur ini menggunakan alat bantu uji statistik SPSS versi 22.0 for
windows.
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U. H. (2011). Stres kerja ditinjau dari konflik peran ganda dan dukungan sosial pada
perawat. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 8(1).
Anandita, W. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dan Kesejahteraan Psikologis
pada Ibu yang Bekerja.
Bangun, F. R. (2014). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja
pada Tenaga Kerja Wanita PT Karwikarya Wisman Graha Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2013 (Master's thesis).
Kumolohadi, R. (2001). Tingkat stres dosen perempuan UII ditinjau dari dukungan suami.
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 6(12), 29-42.
Oviani, M. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Suami Dan Kepercayaan Diri Dengan
Kecemasan Ibu Menjelang Menopause Usia 40-55 Tahun Di Desa Pulorejo Kecamatan
Tembelang Kabupaten Jombang (Doctoral Dissertation, Universitas 17 Agustus 1945).
Putry, S. M. W. (2018). Hubungan konflik peran ganda dengan dukungan sosial suami guru
madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Surade Sukabumi (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung).
Setyawati, G. (2018). Konflik peran ganda pada wanita bekerja ditinjau dari dukungan sosial
pasangan dan aktualisasi diri (Doctoral dissertation, UMK).
Widiasari, M. H. (2019). Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dan Family Supportive
Supervision Behaviors Dengan Work Family Balance Pada Wanita Yang Bekerja
(Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
iv