OLEH
ERMINA RUSILAWATI
NPM. 20.1.08.23.0366
OLEH
ERMINA RUSILAWATI
NPM. 20.1.08.23.0366
2
3
LAMANENGESAHAN TIM PROPRA PROPOSAL DISERTASI
Oleh
ERMINA RUSILAWATI
NPM 20108230366
Promotor
Ko-Promotor
DAFTAR ISI
4
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PROMOTOR............................................. iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
5
BAB 1
PENDAHULUAN
pekerjaan bukan hanya satu status saja yang bekerja melainkan individu yang
dengan berbagai status juga bekerja, selain sebagai karyawan disatu perusahaan
individu juga berstatus sebagai anak, suami, istri dan orang tua juga ada dengan
konflik juga unik, terutama konflik pada pekerjaan dan konflik keluarga.
Berkaitan dengan konflik, setiap individu pasti memiliki konflik dalam pekerjaan-
keluarga, akan tetapi konflik pekerjaan-keluarga tiap individu pasti berbeda, ada
dituntut untuk cakap dalam mengelola pekerjaan dan keperluan keluarga yang
terjadi hampir setiap hari sehingga memiliki konsekuensi berbeda bagi diri
mereka masing-masing.
(konflik antar peran), baik itu peran individu dalam keluarga dan individu sebagai
keluarga diintensifkan ketika peran pekerjaan atau keluarga lebih menonjol dan
pusat konsep diri seseorang. Mereka berteori bahwa semakin penting peran bagi
6
seorang individu, semakin banyak waktu dan energi yang akan diinvestasikan
orang tersebut di dalamnya, yang akan memberikan lebih sedikit waktu dan
energi untuk peran lain. konflik antar peran terjadi ketika kedua peran tersebut
individu semakin sulit untuk memenuhi peran tersebut karena adanya beban di
Sebagai efek dari stress kerja dan kinerja yang menurun makan akan
jawab besar kepada pasien. Oleh karena itu dibutuhkan kesehatan fisik dan psikis
dalam bekerja, kemdian bagi perawat yang sudah berkeluarga dan memiliki anak
membutuhkan dukungan social dari orang disekitarnya baik itu dari sahabata,
rekan kerja maupun keluarga. Berkaitan dengan dukungan social, individu yang
menjalani pekerjaan yang memiliki tekanan berat, mengalami stress kerja, serta
kerja tergantung dari dukungan social yang didapat. Dimungkinkan individu yang
memiliki dukungan social yang baik dari lingkungan akan mudah menghadapi
7
permasalahan, dibandingakn dengan individu yang tidak didukung oleh
lingkungannya.
terjadinya keterlambatan saat jam kerja sebagai akibat dari waktu yang dihabiskan
untuk keperluan keluarga dan tidak dipungkiri juga banyak perawat yang tepat
waktu, berkurangnya kinerja sebagai efek dari adanya kekhawatiran yang terjadi
karena perawat lebih memilih kerja cepat daripada kerja tepat akan tetapi juga
terdapat perawat yang memilih kerja tepat daripada cepat, dan perubahan perilaku
mengundurkan diri sebagai efek dan konsekuensi dari perubahan status seperti
hamil dan mengundurkan diri, perawat yang memilih mengundurkan diri karena
Dari penjelasan diatas perlu dikaji lebih lanjut tentang “Pengaruh Work
Family Conflict Terhadap Stres Kerja, Kinerja Perawat dan Turnovert Intention:
Sebagai Efek Moderasi Dari Dukungan Sosial Perawat Laki-Laki dan Perempuan
8
rumusan masalah yang akan di jawab dalam penelitian ini secara rinci dijabarkan
sebagai berikut:
dukungan social dan Turnover Intention secara bersamaan pada Perawat Laki-
5. Apakah Work Family Conflict berpengaruh terhadap stress kerja, kinerja dan
turnover perawat: sebagai efek moderasi dari dukungan sosial Perawat Laki-
Conflict, turnover, stress kerja serta kinerja Perawat Laki-Laki dan Perempuan
9
1. Untuk mengetahui pengaruh Work Family Conflict terhadap stress kerja
Pekanbaru Riau
Pekanbaru Riau
kinerja dan turnover perawat: sebagai efek moderasi dari dukungan sosial
rendahnya work Family Conflict, turnover, stress kerja serta kinerja Perawat
Hasil penelitian ini dapat memberikan nilai positif baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk pengembangan ilmu (teoritis) maupun tata guna
laksana (praktis):
10
1. Kontribusi Teoritis Dari sisi aspek teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan
family conflict terhadap stres kerja, kinerja perawat dan turnovert intention:
b. Memperbanyak teori yang terkait dengan teori work family conflict terhadap
stres kerja, kinerja perawat dan turnovert intention: sebagai efek moderasi dari
dukungan sosial dimana belum banyak teori tentang work family conflict
terhadap stres kerja, kinerja perawat dan turnovert intention serta belum ada
mengatur batas dan batasan antara keluarga dengan pekerjaan atau pekerjaan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamadin, dkk, 2015). Greenhouse dan Beutell (1985) konflik peran ganda
adalah sebuah konflik yang timbul akibat tekanan-tekanan yang berasal dari
pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa
hal. Menurut Bagger dan Andrew (2012: 474), WFC adalah konflik yang
konsekuensi atas konflik yang terjadi terutama pada pekerjaan (Li et al. 2013:
peran didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Work family conflict
dapat didefinisikan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari
pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa
hal. Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan
(Frone, 2000).
peran pekerjaan dan peran keluarga saling tidak cocok antara satu dengan
pekerjaan, stres yang bermula dari satu peran yang spills over ke dalam peran
lainnya akan mengurangi kualitas hidup dalam peran tersebut, perilaku yang
efektif dan tepat pada satu peran, namun tidak efektif dan tidak tepat saat
ditransfer pada peran lainnya (Greenhaus & Beutell, 1985:77). Yue et al.
work family conflik, yang pertama berbasis waktu. Waktu yang dihabiskan
untuk kinerja peran di satu domain sering kali menghalangi waktu yang
dihabiskan di domain lain. Waktu yang dihabiskan untuk kinerja peran dapat
peran mempengaruhi kinerja seseorang dalam peran lain. Tipe terakhir adalah
berasal dari beban kerja yan g berlebihan dan waktu, seperti pekerjaan yang
rumah tangga dan menjaga anak. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh
memiliki ketergantungan dengan anggota yang lain (Yang, Chen, Choi, &
Zou, 2000).
14
Menurut Dahrendrof (2002) salah satu jenis dari konflik adalah
konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran/ role). Frone (1992) mengatakan
memenuhi peran tuntutan peran yang lain (keluarga), harapan orang lain
membagi waktu dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran karena
Russell dan Cooper (1997) bahwa pentingnya pengujian kedua sisi yakni
work-family conflict (WFC) dan family-work conflict (FWC). Hal ini karena
keterhubungan antara satu tipe konflik tidak berarti bahwa jenis konflik yang
lain juga harus selalu dihubungkan dengan hal tersebut. Ketidak jelasan antara
dan mengurus keluarga dalam satu waktu ketika pekerjaan dilakukan di rumah
(Work from home) dan dapat mengurangi stress kerja, akan tetapi juga dapat
saat melakukan pekerjaan berbayar di rumah, dan lebih banyak jam yang
pekerjaan dan keluarga. Hasil yang menarik dalam teori ini (border) adalah
baik di tempat kerja dan di rumah, dengan minimal konflik peran" (Clark,
2000: 751). Ini juga berbeda dari teori batas (boundary) karena definisi
batas nyata yang membagi waktu, tempat, dan orang-orang yang terkait
dengan pekerjaan-keluarga.
dari klasifikasi sosial yang berfokus pada hasil seperti makna yang diberikan
orang ke rumah dan makna yang diberikan individu kepada tempat kerja
(Ashforth et. al., 2000). Secara sederhana bisa di artikan bagaimana individu
memiliki proposisi yang sama (Clark, 2000; Ashforth et al., 2000), yakni:
dua keadaan. Artinya menyatukan antara pekerjaan dan keluarga secara tidak
pengaruh sosial di rumah dan tempat kerja), apabila seseorang pandai dalam
dan tempat kerja serta batas-batas yang diizinkan oleh konteks sosial mereka
1991). Teori Ini berkembang dari karya sosiologis klasik Nippert-Eng (1996)
dan didasarkan pada umum teori kognitif dari klasifikasi sosial yang berfokus
pada hasil seperti makna orang tugaskan untuk bekerja dan ke rumah serta
mendefinisikan dua entitas sebagai yang berbeda satu sama lain (Ashforth et
al. 2000, Hall & Richter 1988 , Nippert-Eng 1996). Batasan dapat berkisar
dari tebal (terkait dengan memisahkan pekerjaan dan keluarga) hingga tipis
mikro.
tempat, dan orang-orang yang terkait dengan pekerjaan versus peran keluarga
(Clark 2000). Clark (2000) menyatakan bahwa teori perbatasan adalah teori
kekuatan batas-batas tersebut, apakah lebih kuat kepada pekerjaan atau kepada
keluarga.
hari, baik secara fisik maupun psikologis, saat mereka berpindah antara
aturan yang dibuat oleh individu terkait ketika pola berpikir, pola perilaku,
dan emosi sesuai untuk satu domain tetapi tidak untuk yang lain.
dan kondisi seorang karyawan. Stres pada pekerjaan (Job stress) adalah
peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa
yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti
tetapi penting. Secara lebih khusus, stres terkait dengan kendala dan tuntutan.
Kendala adalah kekuatan yang mencegah individu dari melakukan apa yang
19
berguna sebagai stres terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres
yang dialami. Respon stress dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:
3. Respon emosi: seperti rasa takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight yakni melawan situasi
organisasi dari perilaku diskrit (Sebuah perilaku yang memiliki awal dan akhir
discriminable jelas) yang dilakukan individu selama masa kerja. (walter at all,
Dilihat dari sudut pandang ahli yang lain, kinerja adalah banyaknya upaya
menurut Bernandi & Russell 2001 (dalam Riani 2011) performansi adalah
catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama
suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi,
20
dan misi organisasi yang dituangkan dalam suatu perencanaan strategis suatu
proses sosial, emosional, kognitif, dan perilaku yang terjadi dalam hubungan
total dari kerja yang ada pada diri pekerja. Menurut Withmore (1997 dalam
Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri
pekerja.
individu. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang lain yang ada di sekitar
individu misalnya : keluarga, teman dan sahabat, tetangga, rekan kerja serta
individu masyarakat lainnya (Sarafino, 1994). Menurut Quick dan Quick (1984)
21
dukungan sosial bersumber dari jaringan sosial yang dimiliki oleh individu dari
20 dan saudara).
1. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang – orang yang selalu ada
2. Sumber dukungan yang berasal dari individu yang sedikit berperan dalam
3. Sumber dukungan yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi
dukungan social:
22
Dukungan sosial sebagai suatu transaksi interpersonal yang melibatkan
sosial yang terdiri atas umpan balik, perbandingan sosial dan afirmasi.
Menurut Cohen & Hoberman (1985) menyatakan bahwa ada empat bentuk
1. Apprasial Support Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan
2. Tangiable Support Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau
23
3. Self esteem support Dukungan yang di berikan oleh orang lain terhadap
perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai
Menurut Cohen dan Syme (1985) terdapat empat aspek dukungan sosial
yaitu :
pemecahan masalah.
tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi, pemberian kesempatan waktu,
24
1. Pemberian dukungan sosial. Dukungan yang diterima melalui dukungan yang
sama akan lebih memiliki arti daripada yang berasal dari sumber yang
keadilan.
2. Jenis Dukungan. Jenis dukungan yang diterima akan memiliki arti bila
dukungan itu bermanfaat dan sesuai atau tepat dengan situasi yang ada.
kebiasaan dan peran sosial. Proses yang terjadi dalam dukungan itu
mempertahankan dukungan.
kesesuaian antar jenis dukungan yang diberikan dan masalah yang ada.
5. Waktu Pemberian dukungan. Dukungan sosial disatu situasi tetapi akan tidak
masalahnya, tetapi bila telah bekerja, maka dukungan yang lainlah yang
diperlukan.
25
6. Lamanya pemberian dukungan. Lama atau singkatnya pemberian dukungan
antara satu variabel dengan variabel lain. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa
dalam penelitian ini dukungan sosial adalah variabel moderasi yang menentukan
kuat atau lemahnya variabel stress kerja, kinerja baik atau buruk, turnover
& Mueller, 1986) menunjukkan kausalitas timbal balik antara dua sikap dengan
organisasi, disebabkan oleh dua faktor yaitu seberapa menarik pekerjaan yang
ada saat ini serta tersedianya alternatif pekerjaan lain (Shaw et al. 1998).
26
Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan keputusan
mempengaruhi beban kerja, lingkungan kerja yang buruk dan peran yang buruk.
Kemudian sesuai dengan penelitian Kazmi et al. (2017) yang menejlaskan bahwa
masalah kerja dan keluarga menjadi semakin penting bagi individu maupun
stres kerja secara signifikan terkait dengan konflik keluarga kerja rekomendasi
bagian dari penelitian menunjukkan bahwa, Bank harus perlu mendukung dan
tetap rileks pada stafnya, tanpa tekanan pada pekerjaan. Lu Yong et al. (2017),
“jam kerja seorang pegawai yang berlebih akan mengalami tekanan dimana ia
harus menghabiskan lebih banyak waktu dikantor dari pada bersama keluarga,
serta usia mereka yang sudah lanjut akan cepat mengalami kelelahan.
27
in Higher Education motivational niat untuk tinggal dengan organisasi.
perspective among Pengalaman karyawan dari dimensi spiritualitas
teachers tempat kerja memiliki pengaruh yang berbeda-
beda pada WFC dan niat untuk tinggal dengan
organisasi. WFC memediasi hubungan antara
dua dimensi spiritualitas tempat kerja (pekerjaan
yang bermakna dan rasa komunitas) dan niat
untuk tinggal, tetapi bukan hubungan antara
keselarasan dengan nilai-nilai organisasi dan niat
untuk tinggal.
2 Tzong‐Ru Lee, The relationship Makalah ini menemukan bahwa perbedaan
Shiou‐Yu Chen, between spiritual persepsi antara manajer dan karyawan ada
Saint‐Hei Wang and management and sehubungan dengan taktik manajemen spiritual
Agnieszka Dadura determinants of yang tepat; yang pertama lebih menekankan pada
turnover intention aspek tangibles; dan kemudian pada yang tidak
berwujud.
3 Nimitha Aboobaker, Analisis mengungkapkan bahwa spiritualitas
Manoj Edward and Workplace spirituality, tempat kerja memperkaya kesejahteraan dan
K.A. Zakkariya well-being at work and loyalitas karyawan terhadap organisasi dan bukti
employee loyalty in a juga ditemukan untuk efek tidak langsung.
gig economy: multi- Varians diamati dalam hubungan, sehubungan
group analysis across dengan status pekerjaan yang berbeda dari
temporary vs permanent personel. Perbedaan signifikan dalam hubungan
employment status tidak ditemukan pada status pekerjaan sementara
dan permanen. Menariknya, karyawan sementara
mengalami pengaruh yang lebih kuat antara
pekerjaan yang bermakna, kesejahteraan, dan
promosi dari mulut ke mulut. Hasil menunjukkan
relevansi pemahaman perbedaan pe6ngalaman
kerja dan sikap karyawan dan den7gan demikian
memfasilitasi strategi sumb8er daya manusia
yang sesuai
4 Atreya C, Shahbaz S Corporate governance Studi i9ni menyelidiki dampak mekanisme tata
- Institutional mechanisms and kelola perusahaan pada pergantian terkait
Approach to Global performance related kinerja. Hasil kami menunjukkan bahwa
Corporate CEO turnover organisasi yang kecil berhubungan positif
Government: dengan kemungkinan pergantian tenaga kerja.
bussiner and
Systems and beyond
5 Emmanuel Temuan mengungkapkan bahwa Pekerjaan
Twumasi Ampofo, O The effects of on the berhubungan negatif dengan niat berpindah.
sman M. Karatepe - job embeddedness and Selain itu, hubungan pekerjaan dan keinginan
28
International Journal berpindah sebagian dimediasi oleh AOC dan
of Contemporary its sub dimensions on WENG.
Hospitality small-sized hotel
Management employees’
organizational
commitment, work
engagement and
turnover intentions
Zhen Zhang, Min Mi Project manager Temuan mengungkapkan bahwa manager yang
6 n Journal of knowledge hiding, tertutup/tidak adanya keterbukaan secara positif
Knowledge subordinates’ work- berhubungan dengan niat berpindah bawahan,
Management related stress and stres kerja berhubungan dengan tantangan kerja
turnover intentions: dan stres kerja berhubungan dengan hambatan.
empirical evidence kemudian efek faktor mediasi stres kerja tidak
from Chinese NPD berhubungan dengan keinginan berpindah pada
projects karyawan.
30
positif dengan kepuasan kerja. Selain itu,
kepuasan kerja sebagian memediasi hubungan
antara antarmuka pekerjaan-keluarga dan niat
berpindah. Hasilnya mengungkapkan efek tidak
langsung dari pekerjaan-keluarga dan konflik
pekerjaan-keluarga pada niat berpindah.
Neuza Ribeiro, Dani Hasilnya mengungkapkan bahwa karyawan yang
el Gomes, Ana merasakan WFC (Work-family conflict) lebih
Rita Oliveira, Ana tinggi memiliki tingkat keterlibatan yang lebih
Suzete Dias rendah dan niat yang lebih besar untuk
Semedo - meninggalkan organisasi. WFC tidak
International Journal menunjukkan hubungan dengan kinerja.
of Organizational Keterlibatan mengambil peran mediasi dalam
hubungan antara WFC dan niat berpindah
Juliana D. Lilly, Jo Hasil menunjukkan pendahulu dari konflik
Ann Duffy, Meghna pekerjaan-keluarga menunjukkan bahwa
Virick journal of individu memiliki dampak yang berbeda pada
Management konflik pekerjaan-keluarga untuk perempuan dan
laki-laki.
Timothy Hasil mengkonfirmasi bahwa Ketika kepuasan
David Ryan, Michae gaji dan WFC (work family conflict) digunakan
l Sagas -journal untuk memprediksi niat turnover kerja, mediator,
Performance maka diketahui WFC mempengaruhi turnover.
Management Namun, kepuasan dengan gaji tidak signifikan
dengan Turnover, menunjukkan hubungan yang
dimediasi.
31
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Rerangka Konseptual
menentukan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Konsep ini dibentuk
untuk menetahui Pengaruh Work Family Conflict Terhadap Stres Kerja, Kinerja
Perawat Dan Turnover Intention: Sebagai Efek Moderasi Dari Dukungan Sosial
Pada penelitian ini menggunakan Teori Border and Boundaring teori, yakni
Teori perbatasan (border) merupakan teori dikhususkan hanya untuk pekerjaan dan
keluarga. Hasil yang menarik dalam teori ini (border) adalah keseimbangan kerja-
keluarga, yang mengacu pada "kepuasan dan fungsi yang baik di tempat kerja dan
di rumah, dengan minimal konflik peran" (Clark, 2000: 751). Ini juga berbeda dari
teori batas (boundary) karena definisi perbatasan tidak hanya mencakup kategori
psikologis tersebut, tetapi juga batas nyata yang membagi waktu, tempat, dan
32
Sebaliknya,Teori batas (boundaring) merupakan teori kognitif umum dari
klasifikasi sosial yang berfokus pada hasil seperti makna yang diberikan orang ke
rumah dan makna yang diberikan individu kepada tempat kerja (Ashforth et. al.,
rumah dan bagaimana perannya di tempat kerja. Dalam teori ini jika karyawan
yang tidak bisa membedakan dan mengawali anatra pekerjaan dan keluarga maka
akan menyebabkan permasalahan yang berefek kepada stress kerja, kinerja yang
menurut serta menyebabkan mengakhiri masa kerjanya. Dari hal tersebut dapat
berikut:
Stres
Kerja
(Y1)
Kinerja
(Y2)
buruk dan peran yang buruk. Kemudian penelitian yang telah dilakukan
mempengaruhi beban kerja, lingkungan kerja yang buruk dan peran yang buruk.
Kemudian sesuai dengan penelitian Kazmi et al. (2017) yang menjelaskan bahwa
masalah kerja dan keluarga menjadi semakin penting bagi individu maupun
stres kerja secara signifikan terkait dengan konflik keluarga kerja rekomendasi
bagian dari penelitian menunjukkan bahwa, Bank harus perlu mendukung dan
tetap rileks pada stafnya, tanpa tekanan pada pekerjaan. Penelitian Veliana &
Jesslyn (2016) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
dialami oleh karyawan dengan PsyCap rendah dapat meningkatkan stres kerja.
karena adanya tuntutan di tempat kerja dan tanggung jawab keluarga. Lu Yong et
al. (2017), jam kerja seorang pegawai yang berlebih akan mengalami tekanan
dimana ia harus menghabiskan lebih banyak waktu dikantor dari pada bersama
34
keluarga, serta usia mereka yang sudah lanjut akan cepat mengalami kelelahan.
Selanjutnya pendapat Greenhaus & Beutell (1985) dalam Veliana & Jesslyn
(2016) juga menjelaskan mengenai multidimensi dari peran ganda, dimana baik
dimensi yang sifatnya 1 arah pada time based conflict, strain based conflict, dan
karyawan. Semakin tinggi work family conflict pada karyawan, semakin rendah
burnout. Merupakan kondisi dimana sumber kognitif dan emosi individu yang
35
atas kelelahan emosi merupaka keadaan individu yang terkuras sumber kognitif
dan emosinya.
efek negatif yang terdokumentasi dengan baik pada sikap dan kinerja, sekaligus
menjelaskan 40,3 persen dari varians dalam turnover intention adalah variabel
Riau
3.2.4 Work Family Conflict mempengaruhi stress kerja, kinerja dan Turnover
jika pada ketika variabel tersebut secara bersama-sama dipoengaruhi oleh Work
Family Conflict, jika tidak dipengaruhi secara bersamaan maka perlu dijelaskan
mempengaruhi beban kerja, lingkungan kerja yang buruk dan peran yang
lingkungan kerja yang buruk dan peran yang buruk. Kemudian sesuai dengan
penelitian Kazmi et al. (2017) yang menjelaskan bahwa masalah kerja dan
negatif terhadap kinerja karyawan. pada penelitian Karatepe dan Uludag (2018)
persen dari varians dalam turnover intention adalah variabel konflik pekerjaan-
3.2.5 Work Family Conflict berpengaruh terhadap stress kerja, kinerja dan turnover
dilakukan, akan tetapi sudah ada beberapa yang meneliti. Seperti Pada
penelitian yang dilakukan oleh Rode, Y.A (2016) hasil penelitian menunjukkan
38
variabel dukungan sosial bukanlah variabel moderasi dengan kata lain variabel
berpengaruh terhadap stres kerja, dengan arah yang positif yaitu semakin
rendah work family conflict maka semakin rendah stres kerja. Stres kerja yang
terjadi pada perawat wanita, disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari
individu itu sendiri (Rode, Y.A, 2016). Ini berarti dukungan sosial tidak
berpengaruh terhadap stres stres kerja pada perawat wanita, stres kerja yang
terjadi disebabkan oleh faktor internal dari individu. Tidak semua masalah yang
yang bersifat privasi sehingga tidak perlu diketahui oleh orang lain misalnya
dalam masalah keluarga, sehingga dukungan sosial dari rekan kerja dan atasan
antar perawat dan adanya sifat sungkan diantara perawat, sehingga merasa
sungkan saat ingin meminta bantuan dan sebaliknya jika tidak diminta memberi
intentions, serta setiap individu dan setiap daerah dan jenis kelamin menjadi
salah satu pembeda hasil penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti
39
Hipotesis 5: Work Family Conflict berpengaruh terhadap stress kerja, kinerja
dan turnover perawat: sebagai efek moderasi dari dukungan sosial Perawat
Family Conflict, turnover, stress kerja serta kinerja Perawat Laki-Laki dan
Indikator
Time-Based
VARIABEL Conflict
3. Behavior-Based
Conflict
terjadii karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak
waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga.
40
Dalam hal ini, menyusun jadwal merupakan hal yang sulit dan waktu
yang lain.
perilaku seorang wanita karir biasanya sulit menukar antara peran yang dia
Stres Lingkungan
Indikator
VARIABEL
Stres Kerja 2. Stres Organisasi
41
3. Stres Individu
a. Stres Lingkungan, Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain
dala stres kerja yaitu stres lingkkungan, stres organisasi, dan stres individu.
42
3. Indikator Kinerja Karyawan
a. Kualitas Kerja, suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi
suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya
lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan
berdaya guna
karyawan
43
Indikator
Kualitas Kerja
Kinerja
Karyawan
3. Ketepatan Waktu
4. Efektifitas
5. Kemandirian
terdiri atas:
44
Indikator
thinking of quitting
VARIABEL
3. Intention to quit
45
b. Intention to search for alternatives (mencari alternative pekerjaan lain ):
organisasilain. Jika karyawan sudah mulai sering berpikir untuk keluar dari
pekerjaan yang lebih baik dan nantinya akan diakhiri dengan keputusan
(1994), yakni:
Indikator Dukungan
Emosional
2. Dukungan
VARIABEL penghargaan
Dukungan
Sosial
3. Dukungan
Instrumental
4. Dukungan
Informasi
46
5. Dukungan
Jaringan Sosial
a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang melibatkan kedekatan,
jaminan dan keinginan untuk percaya terhadap orang lain, sehingga seseorang
perhatian.
seseorang
material
kebersamaan dalam kelompok, berbagi dalam hal minat dan aktifitas social.
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
48
sumber data dilakukan secara purposive sample, yaitu pengambilan sampel
berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas
data statistik.
pengamatan, serta uji teori), menggunakan strategi penelitian seperti survei dan
4.2.1. Populasi
yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka
2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah Sakit swasta di kota
pekanbaru Riau, adapun daftar Rumah Sakit Swasta di Pekanbaru Riau yakni:
Tabel 4.1
Jumlah Populasi Penelitian
50
Berdasarkan data di atas jumlah Rumah Sakit swasta di kota Pekanbaru
pada tahun 2022 yakni berjumlah 22 Rumah Sakit, satu rumah sakit belum
dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga para
pada populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti
dana yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan
sampel yang di ambil dari populasi itu (Sugiyono, 2008). Sampel adalah sebagian
atau sebagai wakil populasi yang kana diteliti.Apabila penelitian yang di lakukan
sebagian dari populasi maka bisa di bilang penelitian tersebut penelitian Sampel
(Arikunto 2006).
Sampel terdiri atas sejumlah angka yang dipilih dari populasi (Sekaran,
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
berikut:
51
Keterangan:
N= Jumlah populasi
Dari 22 jumlah rumah sakit tersebut akan ditetapkan jumlah sampel yang
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Menurut Kerlinger
52
(2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah
populasi dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi
pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel
atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
bantuan program microsoft excel. Mengingat fokus penelitian ini yakni perawat
di Rumah Sakit, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini yakni perawat.
untuk mengukur suatu objek atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel
penelitian. Instrument dapat berbentuk tes dan juga non tes, namun untuk
memperoleh sampel tingkah laku dari ranah kognitif digunakan tes. Instrumen
Questionnaires).
likert 1-5, dimana jawaban poin 1 menunjukkan skala yang sangat tidak baik dan
item-item pertanyaan untuk alat ukur, lalu menguji konsistensi internal dan
stabilitas alat ukur melalui suatu uji coba (pilot study). Dan dalam penelitian ini
dilakukan uji coba pada sejumlah orang perawat. Tahapan selanjutnya setelah
1. Uji Validitas
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah
didapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau tidak, dengan
responden, syarat minimal suatu butir dikatakan valid apabila nilai r ≥ 0,30
(Sugiyono, 2017).
b. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.
c. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
2. Uji Reliabilitas
sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan
a. Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka pernyataan tersebut
reliabel.
b. Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka pernyataan tersebut tidak
reliable: Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka reliable. Jika nilai
Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable Variabel dikatakan baik apabila
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6 (Priyatno, 2013: 30).
55
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun dalam penelitian ini Jenis data yang digunakan terdiri dari data
primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
informan mengenai topik penelitian sebagai data primer. Data primer yaitu data
yang diperoleh langsung dari responden melalui jawaban dari kuesioner dan
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan melalui
internet (Sekaran, 2011). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Identitas responden yang berupa usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
b. Jawaban responden atas pernyataan yang terkait dengan variabel yang diteliti
yaitu Stres kerja, kinerja, Work Family Conflict, Turnover Intention dan
Dukungan sosial.
56
Kemudian Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder yang
digunakan yakni data sekunder yang berasal dari atasan atau pihak HRD baik itu
kuesioner ini dilakukan baik secara langsung maupun melalui media google form
bentuk tabel distribusi frekuensi dan tanggapan responden tentang indikator dari
setiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan rata-rata.
identifikasi dimensi - dimensi sebuah konsep atau kostruk (seperti yang biasanya
dilakukan dalam analisis faktor) dan pada saat yang sama peneliti ingin mengukur
pengaruh atau tingkat hubungan antar faktor yang telah diidentifikasikan dimensi-
dimensinya itu.
ini karena teknik multivariat ini yang menggabungkan aspek dari regresi berganda
58
SEM merupakan alternatif jawaban yang layak dipertimbangkan. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa pada dasarnya SEM adalah kombinasi antara
analisis faktor dan analisis regresi berganda (Ferdinand, 2014:7). Penelitian akan
AMOS di antaranya:
model penelitian dengan dukungan teori yang kuat melalui berbagai telaah
sedang dikembangkan. Tanpa dasar teoritis yang kuat, SEM tidak dapat
2014:46-47).
yang sedang diuji. Bahasa program dalam SEM akan mengkonversi gambar
59
Path Diagram tersebut menjadi persamaan kemudian persamaan menjadi
dengan dasar teoritis yang kuat untuk menjelaskan berbagai construct yang
akan digunakan dan atas dasar itu variabel untuk mengukur construct itu akan
diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Secara diagramatis konstruk
eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
2) Model Pengukuran
3) Identifikasi Model
model menjadi penting untuk diketahui apakah model yang dibangun dengan
data empiris yang dikumpulkan itu memiliki nilai yang unik atau tidak
sehingga model tersebut dapat diestimasi. Jika model yang dibentuk tidak
60
memiliki nilai yang unik, maka model tersebut tidak dapat diidentifikasi
(Latan 2013:43). Adapun model yang diinginkan dalam SEM adalah model
yang overidentified.
terhadap konstruk yang diukur maka dalam penelitian ini pengujian validitas
valid jika memiliki nilai factor loading (Estimate) di atas 0,5 (λ=0,5),
61
5) Evaluasi SEM
menurut Hair et al. (2010) minimal berkisar 100-300 dengan maksud agar
nilai kritis ± 2,58 pada level 0,01 (Ferdinand, 2014a). Jika ada nilai c.r yang
lebih besar dari ± 2,58 maka distribusi data tersebut tidak normal.
c. Uji Outlier Uji outlier pada AMOS dapat dilakukan dengan melihat menu
output
memuat tiga nilai penting, yaitu nilai Mahalanobis d-squared, nilai p1 dan
nilai p2.
diketahui melalui nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil, atau
62
mendekati nol. Jika nilai determinan matrik kovarian lebih besar dari 0, maka
dapat dikatan bahwa data bebas dari masalah multikolinieritas sehingga data
layak untuk digunakan dalam analisis (Ferdinand, 2014: 289). Selain itu
pendapat lain mengatakan bahwa jika Jika antar variabel prediktor terdapat
korelasi yang tinggi (umumnya di atas 0,9) maka hal ini merupakan indikasi
model overall yang melibatkan model struktural dan model pengukuran secara
dikatakan baik (fit) adalah jika model yang secara konseptual maupun teoritis
didukung dengan data empirik Uji goodness of fit untuk model overall
Tabel 4.6
Kriteria Goodness of Fit
Goodness of Fit Index Cut off Goodness of Fit Index Cut off
Value Value
Chi Square Diharapkan kecil
63
Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji
hipotesis mengenai model (Hair et al, 2010). Tetapi berbagai fit index yang
dan data yang disajikan. Menurut Ferdinand (2006:214) ada beberapa fit index
yang digunakan untuk pengujian hipotesis, antara lain : Chi Square (Χ2), Alat
uji paling fundamental unruk mengukur overall fit adalah likehood ratio Chi-
(GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom model
(Ghozali dan Fuad, 2013:31). Tucker Lewis Index (TLI) digunakan untuk
Fuad, 2013:34). Normal Fit Index (NFI), Indeks ini juga merupakan indeks
model fit. Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90. Nilai Incremental
Fit Index (IFI) digunakan untuk mengatasi masalah parsimoni dan ukuran
sampel, di mana hal tersebut berhubungan dengan NFI (Ghozali dan Fuad,
2013:34). Batas cut off value IFI adalah sebesar > 0,90. Root Mean Square
64
kecenderungan statistik Chi-squares menolak model dengan jumlah sampel
5. Uji Hipotesis
Setelah melakukan berbagai evaluasi, baik outer model maupun inner model
signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 5%. Apabila
tingkat kepercayaan 0,05 untuk menolak suatu hipotesis. Dalam penelitian ini
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Bagger dan Andrew. 2012. “The Working Hours of Hospital Staff Nurses and Patient
Safety”. Health Affairs. Vol. 23 No.4. 202–212.
Bernardine and Russel (1993). Human Resaources Management, New York Prantice
Hall.
Clark, S.C.(2000). Work/family border theory : A new theory of work/family
balance.Human Relations, 53(6), 747-770.
Creswell, John W. 2017. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications
Dalton, J. H., Elias, M. J., Wandersman, A. 2001. Community Psychology:
Linking Individuals and Communities. Belmont, CA: Wadsworth.
Frone et al. 1992. Model Of The Antecedents And Work Conflict.
Gregorio. 2007. Conciliating Work and Family: a Catholic Social Teaching
Perspective.Jurnal of Business Ethic,No. 88
Greenhaus, JH, & Beutell, NJ 1985. Sumber konflik antara pekerjaan dan peran
keluarga. Review Manajemen Akademi, 10: 76-88.
Karimi, Qumart., et al. 2012. “Consequence of Conflict between Work and Family
among Iranian Female Teacher”. Dalam Journal of Basic and Applied Scientific
Research, 2(2)1869-1875.
Karabaya, M.E., Bulent, A., and Meral elci. 2013. Effects of Family-Work Conflict,
Locus of Control, Self Confidence and Extraversion Personality on Employee
Work Stress. Procedia - Social and Behavioral Science,(235), (2016), 269 –
280.
King, L, A. (2010). Psikologi Umum. Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 2. Alih
Bahasa: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika
Yong Lu,Xiao-Min Hu,Xiao-Liang Huang,Xiao-Dong Zhuang,Pi Guo,Li-Fen
Feng,Wei Hu,Long Chen,Huachun Zou,Yuan-Tao Hao. (2017).The relationship
between job satisfaction, work stress, work–family conflict, and turnover
intention among physicians in Guangdong, China: a cross-sectional study. L u
Y, et al. BMJ Open 2017;7
67
Fake Li, et al. (2012). Does risk for ovarian malignancy algorithm excel human
epididymis protein 4 and Ca125 in predicting epithelial ovarian cancer: A meta-
analysis. BMC Cancer , 1-18.
Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen. BP Universitas
Diponegoro. Semarang
Moeheriono. 2012. “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi”. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nurnazirah Jamadin, Samsiah Mohamad, Zurwina Syarkawi, and Fauziah Noordin.
(2015). Work - Family Conflict and Stress: Evidence from Malaysia. Journal of
Economics, Business and Management, Vol. 3, No. 2
Robbins, P. Stephen. (2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima.
Diterjemahkan oleh: Halida, S.E dan Dewi Sartika, S.S. Erlangga, Jakarta
Sarafino. E. P. 1997. Health Psychology: Biosychosocial Interactions. New York:
John Wiley & Sons . Inc.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Taylor, S.E. (1991). Health Psychology 2nd Edition. University of California, Los
Angeles: MGraw-Hill, Inc.
Walter C, B., Daniel R, I., Richard J, K. Handbook and Psychology, Industrian and
Ogranizational Psychology. Simultaneusly: Canada.
Yavas, U & Babakus, E. 2008. “Attitudinal And Behavioral Consequences of Work-
Family Conflict And Family-Work Conflict: Does Gender Matter?”,
International Journal of Service Industry Management. Vol 19, No.1.
68
Yang, N., Chen, C., Choi, J., and Zou, Y. (2000). Sources Of Work-Family Conflict:
A Sino-U.S. Comparison Of The Effects Of Work And Family Demands.
Academy of Management Journal, 43(1):113-123.
Quan Lin, Wanchao Guan, Na √ X X X X
na Zhang
International Journal of
Conflict Management (2021)
Ilhami Yucel, Muhammed √ X X X √
Sabri Şirin and Murat Baş
(2021)
Neuza Ribeiro, Daniel √ X √ √
Gomes, Ana Rita
Oliveira and Ana Suzete Dias
Semedo (2021)
Kenneth J. Harris, Ranida B. X X X X √
Harris, Matthew Valle, John
Carlson, Dawn S.
Carlson, Suzanne
Zivnuska and Briceön Wiley
(2021)
Talat Islam, Rashid √ X X X √
Ahmad, Ishfaq
Ahmed and Zeshan Ahmer
(2019)
√ X X X √
Ifrah Harun, Rosli
Mahmood and Hishamuddin
Md. Som (2020)
I-An Wang, Bi-Wen √ X X X √
Lee and Shou-Tsung Wu
(2017)
Irwan Cahyadi (2021) √ √ √ X X
69
Arfina M (2005) √ √ X √ X
M. Hasby x √ x x X
Ahmad (2010) √ x x x X
70