Dosen Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menciptakan Lingkungan Kerja
yang Mendukung Keseimbangan Hidup dan Kerja” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Kepemimpinan dan
Etika Bisnis dengan dosen pembimbing Ibu Nurhayati Siregar, S.E., M.Ak., CSRS.,
CSRA.,CSP, CPOD. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang pentingnya sebuah penghargaan untuk karyawan guna meningkatkan
motivasi dan kinerja karyawan di sebuah perusahaan.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nurhayati Siregar, S.E., M.Ak., CSRS.,
CSRA.,CSP, CPOD selaku dosen pembimbing mata kuliah Kepemimpinan dan Etika Bisnis.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami terkait dengan topik yang
diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam makalah ini. Kami
mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui karyawan yang mengalami stress atau
kejenuhan dalam bekerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi seperti
banyaknya pekerjaan harus diselesaikan, tekanan target pekerjaan yang harus dipenuhi, radiasi
yang tinggi akibat penggunaan gadget dan juga masalah dalam kehidupan pribadi.
Salah satu lembaga survey di Amerika Serikat tahun 2023 merilis temuannya bahwa
57% dari hampir 92% pekerja mengatakan penting untuk bekerja di organisasi yang menjaga
kesejahteraan emosional dan psikologis mereka, sehingga menyerukan perlu penerapan
keseimbangan kehidupan kerja dalam situais dunia yang serba cepat. Dalam survey ini juga
55% pekerja sangat setuju bahwa pemberi kerja menilai lingkugan tempat kerja mereka jauh
lebih sehat, 43% pekerja menyampaikan adanya kekhawatiran bahwa jika kondisi kesehatan
mental mereka dibiarkan, akan berdampak negative pada tempat kerja mereka.Serta 77%
ditengarai mengalami sters di tempat kerja.
Untuk mengatasi hal ini, menjaga keseimbangan hidup dan kerja (Worklife balance)
perlu dillakukan, yaitu tentang mencari keseimbangan antara kepentingan pekerjaan dengan
kepentingan pribadi. Dengan menjaga keseimbangan tersebut, dapat bermanfaat pada
kesehatan mental kita. Keseimbangan kehidupan kerja adalah gagsan untuk menyeimbangkan
kehidupan pribadi dan professional Anda sehingga keduanya dapat hidupa berdampingan
dengan mudah.
Menurut Delecta (2011), Work life balance merupakan suatu prinsip dimana harus ada
keseimbangan antara pekerjaan individu dengan kehidupan diluar pekerjaan dan keseimbangan
harus menyehatkan. Berkaitan dengan kebutuhan atas keseimbangan kehidupan dan pekerjaan
maka diperluakan pemimpin yang memahami situais dalam lingkungan pekerjaan dan sanggup
menciptakan menciptakan worklife balance atau keseimbangan hidup dan kerja dalam
organisasi yang dipimpinnya.
1
Sejalan dengan cara untuk mencapai tujuan manajemen guna menjaga lingkungan kerja
yang sehat dan materi tugas kelompok 7 mata kuliah Kepemimpinan Etika Bisnis Universitas
Siber Asia, maka kami mencoba membuat makalah dengan judul Pemimpin Harus
Menciptakan Keseimbangan Hidup dan Kerja.
2. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya kepuasan
kerja dalam mencapai tujuan jangka panjang perusahaan, baik itu perusahaan swasta maupun
lembaga pemerintah. Makalah ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja karyawan memiliki
dampak langsung pada efektivitas individu karyawan dan kinerja kolektif organisasi secara
keseluruhan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, seperti kondisi lingkungan kerja dan
sistem penghargaan, dibahas secara rinci. Ruang lingkup pembahasan makalah ini adalah
tentang bagaimana seorang pemimpin harus menciptakan keseimbangan kehidupan dan
pekerjaan sehingga terciptanya lingkungan kerja yang sehat dan berdampak manfaatnya untuk
kesehaatan mental karyawan.
Selain itu, makalah ini juga menyajikan solusi atau langkah-langkah yang dapat diambil
oleh para eksekutif organisasi untuk meningkatkan kepuasan karyawan. Salah satu solusi yang
disoroti adalah perhatian yang cermat terhadap penyediaan faktor-faktor kebersihan, termasuk
fasilitas dan sumber daya kerja, jaminan keselamatan, kesehatan, keamanan, dan pembinaan
hubungan yang harmonis antar karyawan. Sistem penghargaan yang adil dan sesuai dengan
kontribusi karyawan juga dianggap penting untuk mencegah ketidakpuasan yang mungkin
timbul dari persepsi ketidakadilan.
Dengan demikian, tujuan makalah ini dapat diidentifikasi sebagai memberikan pandangan
tentang pentingnya kepuasan kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
memberikan saran kepada pemimpin organisasi untuk meningkatkan kepuasan karyawan
melalui perhatian terhadap kondisi kerja dan sistem penghargaan yang adil.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi dipengaruhi oleh
berbagai dimensi, indikator, penggabungan, atau faktor seperti manajemen waktu, keterlibatan,
dan kepuasan (McDonald et al., 2005). Peneliti terkemuka seperti Badrianto (2021), Batu Bara
(2020), Ganapathi (2016), Junaidin (2019), Pratiwi (2021), dan Rondonuwu (2018) telah secara
mendalam mempelajari subjek keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi.
Menurut Yukl (2015), untuk mewujudkan kepemimpinan sejati, seseorang harus memiliki
seperangkat atribut yang berbeda. Hakikat karakteristik individu terletak pada motivasi,
kepribadian, dan nilai-nilainya. Perpaduan antara keyakinan dan optimismelah yang
mendorong seseorang menuju kesuksesan. Selain itu, perilaku berfungsi sebagai cerminan dari
atribut-atribut ini, sementara kekuatan dan pengetahuan memberikan landasan yang diperlukan
untuk pertumbuhan. Perwujudan integritas dan etika selanjutnya membentuk karakter
seseorang, membedakannya sebagai pribadi yang bersubstansi. Selain itu, seni mempengaruhi
dikuasai melalui taktik strategis, yang memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan memotivasi
orang lain. Terakhir, karakter pengikut memainkan peran penting dalam keseluruhan dinamika
kepemimpinan.
Peran berpengaruh ini tidak terbatas pada bidang tertentu saja, karena pemimpin dapat
muncul dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik dalam lingkup organisasi, lingkup
komunitas yang lebih luas, atau bahkan dalam berbagai konteks lainnya. Dalam kerangka ini,
kepemimpinan yang sukses bergantung pada kapasitas untuk memberikan pengaruh positif
pada individu, menumbuhkan rasa inspirasi dan motivasi yang mendorong upaya kolaboratif
menuju tujuan bersama. Penting untuk dicatat bahwa gaya dan pendekatan yang diadopsi oleh
para pemimpin bisa sangat berbeda, karena gaya dan pendekatan tersebut dibentuk oleh
kombinasi nilai-nilai pribadi, visi yang menarik, dan keadaan unik yang mereka hadapi.
4
Dampak kepemimpinan terhadap kinerja organisasi cukup signifikan. Ketika
kepemimpinan dipandang positif, persepsi keseluruhan terhadap kinerja organisasi cenderung
positif pula. Sebaliknya, persepsi negatif terhadap kepemimpinan dapat berdampak buruk pada
kinerja organisasi dan kesejahteraan anggota tim. Berbagai faktor, termasuk gaya
kepemimpinan, integritas, keterampilan komunikasi, dan konsistensi pengambilan keputusan,
dapat mempengaruhi persepsi kepemimpinan. Membangun kepercayaan dan menginspirasi
anggota tim dapat menciptakan lingkungan yang mendorong peningkatan kinerja organisasi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara kepemimpinan dan kinerja organisasi
tidak bersifat satu arah. Pencapaian tujuan dan kinerja organisasi secara keseluruhan juga dapat
membentuk persepsi kepemimpinan. Pada akhirnya, persepsi positif terhadap kepemimpinan
dan pencapaian tujuan organisasi bekerja sama untuk menumbuhkan lingkungan kerja yang
produktif dan efisien.
Pengembangan Karir mencakup serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu untuk
menyusun strategi dengan cermat, mengembangkan, dan meningkatkan bakat, pengetahuan,
dan keahlian mereka dengan tujuan akhir untuk mewujudkan aspirasi karir yang mereka
idamkan. Proses yang rumit ini memerlukan introspeksi, perencanaan yang cermat dalam
upaya pendidikan dan program pelatihan, serta keterlibatan proaktif dalam upaya terkait yang
mendorong lintasan profesional seseorang ke depan.
Selain itu, hal ini mencakup pembentukan koneksi profesional yang kuat, mengasah
keterampilan yang tidak berwujud, dan memantau perubahan di pasar tenaga kerja dengan
cermat. Tujuan utama dari upaya holistik ini adalah untuk membentuk lintasan yang jelas yang
membuka jalan bagi pencapaian ambisi karir dan pemeliharaan pertumbuhan profesional
seseorang.
5
Prinsip atau gagasan Pengembangan Karir mencakup penetapan tujuan karir yang pasti,
introspeksi, mengasah keterampilan, keterlibatan dalam upaya untuk, membina koneksi
profesional, pengakuan atas pencapaian, kemampuan beradaptasi, persiapan karir strategis
jangka panjang, mengikuti tren industri, menavigasi transisi karir, kesadaran diri dan
keselarasan dengan nilai-nilai pribadi, serta menjaga keseimbangan harmonis antara kehidupan
pribadi dan lintasan profesional. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, individu dapat
menyusun strategi dan memajukan karier mereka dengan baik.
Korelasi antara Pengembangan Karir dan Kinerja Organisasi tidak dapat disangkal. Ketika
Pengembangan Karir dipandang positif, maka hal tersebut mempunyai dampak positif
langsung terhadap Kinerja Organisasi, dan sebaliknya. Alasan di balik hal ini terletak pada
kenyataan bahwa inisiatif Pengembangan Karir yang efektif meningkatkan kinerja organisasi
secara keseluruhan. Ketika karyawan merasa dihargai dan didukung dalam pertumbuhan
kariernya, tingkat motivasi mereka akan melonjak sehingga menghasilkan kontribusi yang
optimal. Sebaliknya, kurangnya kepuasan terhadap Pengembangan Karir dapat berdampak
buruk terhadap kinerja organisasi. Mencapai keseimbangan yang harmonis antara
Pengembangan Karir dan kesejahteraan organisasi akan menumbuhkan lingkungan kerja yang
bermanfaat dan memuaskan.
Manajemen yang baik, yang selalu mendukung pekerjaan karyawan, dan selalu
mengupayakan kesejahteraan karyawannya. Yaitu dengan cara selalu mengontrol dan cermat
dalam melihat kontribusi karyawan terhadap pekerjaan mereka. Kemudian melalui
pengetahuan dan kemampuan mereka. Serta selalu menyediakan sumber daya yang dibutuhkan
dan informasi yang jelas mengenai pekerjaan.
6
Apabila karyawan sudah merasa bahwa budaya dan keterlibatan mereka sudah baik dan
sesuai, maka akan beriringan dengan berjalannya lingkungan kerja yang baik. Lingkungan
kerja harus diciptakan oleh pemimpin perusahaan untuk memberikan karyawan rasa aman dan
nyaman dalam bekerja.
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik yakni :
1. Budaya Organisasi
Salah satu hal penting dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan cara
meningkatan sumber daya manusia. Kepemimpinan organisasi yang kuat, efektif dan
kolaboratif yang dilandasi dengan tradisi praktik atau budaya organisasi yang telah menjadi
kesepakatan Bersama dalam sebuah organisasi. Pemimpin akan sangat terbantu untuk
memaksimalkan kekuatan dan sumber-sumber budaya yang ada untuk mencapai tujuan
yang dimana dapat mempengaruhi cara-cara dimana para anggota organisasi merasa
diberikan potensi untuk pengembangan karier pribadi dan perubahan kelembagaan. Aspek
penting untuk menginformasikan kepada karyawan bahwa perusahaan memiliki nilai-nilai
yang harus diperhatikan dan dikerjakan, sehingga setiap hal yang dilakukan karyawan
terarah dan jelas tanpa adanya kerancuan.
Ada beberapa cara untuk membangun budaya organisasi yang sehat di Perusahaan :
Buatlah visi dan misi secara lugas dan tegas tentang apa yang menjadi tujuan dari
organisasi. Koordinasikan dengan seluruh pihak terkait agar tidak ada masalah di
kemudian hari. Ketika sudah memiliki visi dan misi, saatnya untuk menyampaikannya
kepada seluruh elemen di perusahaan.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan ideal, perlu didukung oleh sikap positif
para karyawan. Jadi, manajemen organisasi dapat membuat aturan atau prosedur tertulis
atas cara dan sikap yang perlu dilakukan ketika bekerja.
7
3) Membuat Program Pelatihan Kompetensi
4) Memberikan Penghargaan
Salah satu cara terbaik untuk membangun organizational culture yang baik adalah
dengan evaluasi kinerja. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkala untuk
memetakan mana divisi yang telah bekerja dengan maksimal dan belum. Dengan
begitu, karyawan akan bekerja dengan sebaik mungkin agar dapat memenuhi harapan
perusahaan.
2. Kepemimpinan
Fasilitasi komunikasi yang jujur dan terbuka antara pemimpin dan tim untuk
meningkatkan pemahaman dan kepercayaan.
2) Pemberdayaan Tim
Berikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada anggota tim, sehingga mereka merasa
bernilai dan termotivasi.
8
3) Menetapkan Tujuan Bersama
Definisikan visi dan tujuan bersama untuk memotivasi tim dan menciptakan fokus yang
konsisten.
4) Berikan Dukungan
Berikan pelatihan dan peluang pengembangan agar anggota tim dapat meningkatkan
keterampilan mereka.
3. Komunikasi
Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif
pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak
akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya.Komunikasi
merupakan kunci berjalannya proses kerja di perusahaan. Komunikasi atasan dan sesama
karyawan sangat diperlukan demi kelancaran perusahaan dan terciptanya kinerja
perusahaan. Lingkungan kerja yang baik tercipta melalui komunikasi antar karyawan.
Hal itu sangat berguna untuk saling mempermudah pekerjaan dan saling memberikan
informasi. Tanpa ada komunikasi proses berjalannya pekerjaan akan terhambat dan sulit
mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Komunikasi antar sesama harus diciptakan dan
dibuat sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang akan berdampak pada lingkungan
kerja yang buruk.
9
4. Keseimbangan kehidupan kerja
Produktivitas dan Efisiensi juga harus difokuskan untuk Karyawan yang memiliki
keseimbangan hidup dan kerja cenderung lebih produktif. Pemimpin yang menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung dapat melihat peningkatan efisiensi dan output.
Selanjutnya Kreativitas dan Inovasi juga penting dalam Keseimbangan hidup dan kerja
karena memberikan ruang bagi karyawan untuk mendapatkan inspirasi di luar pekerjaan.
Karyawan yang merasa seimbang cenderung lebih kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikan tugas. Ketahanan Mental dan Fisik perlu dikedepankan karena membantu
mencegah kelelahan fisik dan mental, Karyawan yang merasa sehat secara keseluruhan
akan lebih produktif dan memiliki ketahanan terhadap stres.
Memberikan waktu untuk kegiatan pribadi dan hobi yang menyenangkan di luar jam
kerja.
Memberikan perhatian yang cukup kepada keluarga dan teman-teman untuk menjaga
hubungan sosial dan mendukung kesejahteraan emosional.
Merencanakan dan mengelola waktu dengan baik untuk memastikan pekerjaan selesai
tanpa harus mengorbankan waktu untuk kehidupan pribadi.
10
4) Fleksibilitas dalam Lingkungan Kerja
Kemungkinan untuk bekerja dari jarak jauh atau memiliki fleksibilitas jam kerja dapat
membantu mencapai work-life balance.
Memiliki batasan yang jelas antara pekerjaan dan rumah untuk menghindari membawa
stres pekerjaan ke rumah atau sebaliknya.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki peranan penting dalam mengarahkan dan
mempengaruhi para bawahannya. Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu
organisasi niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan
misinya. Oleh sebab itu, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional adalah hal
yang penting bagi kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan.
1) Fleksibilitas Kerja
2) Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Waktu Luang
3) Komunikasi yang Terbuka
4) Fasilitas Kesehatan dan Kesejahteraan
5) Pengembangan Karir yang Seimbang
6) Kebijakan Kerja yang Adil
7) Budaya Kerja yang Kolaboratif
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H., & Limakrisna, N. (2013). Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Pemecahan
Masalah Bisnis, Penyusunan Skripsi (Doctoral dissertation, Tesis, dan Disertasi. In In
Deeppublish: Yogyakarta.
Ali, H., Evi, N., & Nurmahdi, A. (2018). The Influence of Service Quality , Brand Image and
Promotion on Purchase Decision at MCU Eka Hospital. Business and Management
Studies. https://doi.org/10.21276/sjbms.2018.3.1.12
Ali, H., Limakrisna, N., & Jamaluddin, S. (2016). Model of customer satisfaction: The
empirical study at Bri in Jambi. International Journal of Applied Business and
Economic Research.
Ali, H., & Mappesona, H. (2016). Build brand image: Analysis Service Quality and Product
Quality (case study at Giant Citra Raya). International Journal of Economic Research.
Ali, H., Narulita, E., & Nurmahdi, A. (2018). Saudi Journal of Business and Management
Studies ( SJBMS ) The Influence of Service Quality , Brand Image and Promotion on
Purchase Decision at MCU Eka Hospital. Business and Management Studies.
https://doi.org/10.21276/sjbms.2018.3.1.12
Ali, H., Zainal, V. R., & Ilhamalimy, R. R. (2022). Determination of Purchase Decisions and
Customer Satisfaction: Analysis of Brand Image and Service Quality (Review
Literature of Marketing Management). Dinasti International Journal of Digital
Business Management, 3(1), 141–153. https://doi.org/10.31933/dijdbm.v3i1.1100
Anam, C., Putri, O.A., & Al-Sakinah, P.S. (2023). Resilience Servant Leadership In Creating
Performance Organization. Conference on Economic and Business Innovation
(CEBI).
Chatterjee, S., Chaudhuri, R., Vrontis, D., & Giovando, G. (2023). Digital workplace and
organization performance: Moderating role of digital leadership capability. Journal of
Innovation & Knowledge, 8(1), 100334. https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100334
Iqbal, M.S., Mohd Isa, M.F., & Shah Abd Aziz, F. (2022). Bibliometric Analysis of
Highperformance Organization Literature Review: 1984 till 2020. Journal of
Scientometric Research
13
Kasdorf, R. L., & Kayaalp, A. (2022). Employee career development and turnover: a moderated
mediation model. International Journal of Organizational Analysis, 30(2), 324–339.
https://doi.org/10.1108/IJOA-09-2020-2416
Novansa, H., & Ali, H. (1926). Purchase Decision Model: Analysis of Brand Image, Brand
Awareness and Price (Case Study SMECO Indonesia SME products). Saudi Journal
of Humanities and Social Sciences. https://doi.org/10.21276/sjhss
Sitio, T., & Ali, H. (2019). Patient Satisfaction Model and Patient Loyalty: Analysis of Service
Quality and Facility (Case Study at Rawamangun Special Surgery Hospital). Scholars
Bulletin. https://doi.org/10.36348/sb.2019.v05i10.002
Ugwoke, E. O., Edeh, N. I., Nwokike, F. O., Ugwunwoti, E. P., Emmanuel, W. B., Idris, B. A.,
Odey, C., Samson, J., Nnamani, V. O., Yaro, J. T., Eya, G. M., Arua, G. C., Guma, E.
T., & Kingsley, J. B. (2023). Erratum to: Joint mediation of psychological
empowerment and work-life balance between transformational leadership and in-role
performance of accounting personnel: 360-degree feedback (Journal of Management
& Organization (2023) (1–20) DOI: 10.1017/jmo.2023.23). Journal of Management
and Organization, 20, 2023. https://doi.org/10.1017/jmo.2023.36
Waal, A.D. (2021). The high performance organization: proposed definition and measurement
of its performance. Measuring Business Excellence.
Wardana, M. C., & , Rina Anindita, R. I. (2020). Work Life Balance, Turnover Intention, and
Organizational Commitment in Nursing Employees at X Hospital, Tangerang,
Indonesia. Journal of Multidisciplinary Academic, 4(4), 221–228.
14
Wongsurawat, K., & Jermsittiparsert, K. (2020). The moderating effect of leadership on the
relationship of employee satisfaction, customer orientation, and organization
performance. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(6), 280–289.
https://doi.org/10.31838/srp.2020.6.45
15